BAB I
PENDAHULUAN
syaukani dan afan gafar dan ryaas rayid, otonomi daerah dalam negara kesatuan,
pustaka pelajar, yogyakarta, 2007, hal.232.
lihat Pasal 1 ayat (1) UU no. 6 tahun 2014 tentang desa dan PP No.43 Tahun 2014
tentang peraturan pelaksana UU no. 6 tahun 2014 tentang desa.
dinamika dan suasana politik yang lebih demokratis, otonom, independent dan
sekaligus prospektif dalam pembangunan masyarakat desa.
Lembaga politik di tingkat desa yang dimaksudkan adalah dengan
dibentuk Badan Permusyawaratan (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan
budaya yang berkembang di desa bersangkutan.
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis, UU No.6 Tahun 2014 (Pasal 1 ayat (4)).3
Sebagai perwujudan demokrasi, di desa dibentuk Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang
bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga yang menjalankan fungsi
legislasi. Menurut UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 55 Fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai berikut:
1. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa,
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan
3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Secara yuridis, Badan Permusyawaratan Desa dalam UU No.6 Tahun 2014
Tentang Desa yang termuat dalam beberapa pasal yaitu Pasal 55 sampai Pasal
Ibid,
65,4 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 72 sampai
Pasal 79.5
Badan Permusyaratan Desa (BPD) diharapkan menjadi wadah politik baru
bagi warga desa dan membangun tradisi demokrasi, sekaligus tempat pembuatan
kebijakan publik desa serta menjadi alat kontrol bagi proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan ditingkat desa. Hal ini bisa terealisasi dan
terlaksana apabila Badan Permusyaratan Desa (BPD) sebagai lembaga
permusyawaratan / perwakilan yang memiliki kedudukan sama dengan kepala
desa, hendaknya sesuai dengan tujuan dibentuknya BPD diharapkan dapat
terwujudnya suatu proses demokrasi yang baik dimulai dari sistem pemerintahan
terkecil yaitu desa serta berperan aktif dalam membangun desa bersama kepala
desa dan masyarakat. Sebagai aktualisasi gagasan demokrasi, BPD diidealkan
untuk memposisikan dirinya sebagai penghubung antara kepentingan masyarakat
dengan kepentingan pemerintah desa.
Hadirnya BPD di Desa Sidole Timur Kecamatan Ampibabo Kabupaten
Parigi Moutong, merupakan konsekuensi dari implementasi otonomi
daerah/desa. Lembaga yang masih muda ini adalah lembaga legislatif desa yang
baru dalam kehidupan demokrasi di tingkat desa, seharusnya memiliki tanggung
jawab penuh untuk menjalankan peranan atau fungsinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Namun dalam kenyataannya, Implementasi fungsi BDP Di
4
Ibid,
Desa Sidole Timur menunjukkan bahwa kinerja BPD secara keseluruhan dalam
pelaksanaan fungsinya belum terpenuhi dengan maksimal, hal ini di karenakan
dalam merancang dan menetapkan peraturan desa oleh BPD bersama kepala
desa, secara keseluruhan dalam penerapan dan pelaksanaannya belum sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dalam hal ini menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta pengawasan terhadap kinerja kepala desa
belum terimplementasi secara efektif.
Belum efektifnya pelaksanaan fungsi dari BPD, tentu tidak dapat
dilepaskan dari peran setiap individu pengurus BPD yang berupa tingkat
pendidikan, kemampuan, pengalaman dan moral yang baik, serta adanya sarana
dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi BPD.
Pelaksanaan fungsi BPD yang efektif kiranya dapat dilakukan dengan ada
keinginan untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta adanya peran dari BPD dan juga
kesadaran masyarakat yang cukup tinggi terhadap nilai sosial yang harus tetap
dijaga dan dipatuhi seperti mengedepankan nilai sosial musyawarah dan
mufakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) Di Desa Sidole Timur Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi
Moutong
b.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Teori yang
Metode Penelitian
Lokasi
Herson
Penelitian
Peran BPD Dalam
digunakan
Teori dari
Menggunakan Tipe
Penelitian
Desa Lemba
B 401 07
Pemilihan Kepala
Siagian dalam
Penelitian
Tongoa
059 pada
Desa Di Desa
konteks
deskriptif dan
Kecamatan
tahun 2010
Lemba Tongoa
Kemampuan
dasar penelitian
Palolo Kabupaten
Kecamatan Palolo
BPD
kualitatif,
Sigi
Kabupaten Sigi
mengunaka teknik
pengumpulan data
dengan cara studi
pustaka dan studi
lapangan,
pemilihan
informannya
menggunakan
metode purposive
2.
Hamdana
Analisis
Teori dari
sampling
Menggunakan Tipe
Desa Soni
B 401 08
pelaksanaan fungsi
Siagian dalam
Penelitian
Kecamatan
133 pada
BPD Dalam
konteks
deskriptif dan
Dampal Selatan
tahun 2013
Menampung Dan
Kemampuan
dasar penelitian
Kabupaten Toil-
Menyalurkan
kualitatif, serta
Toli
Aspirasi
teknik
Masyarakat Di
pengumpulan data
Desa Soni
dilakukan dengan
Kecamatan
Dampal Selatan
Kabupaten Toil-
lapangan
Anisa Desi
Toli
Analisis Fungsi
Teori dari
Menggunakan Tipe
Sidole Timur
B 401 12
BPD di Desa
Siagian dalam
Penelitian
Kecamatan
032
Sidole Timur
konteks
deskriptif dan
Ampibabo
Kecamatan
kemampuan
dasar penelitian
Kabupaten Parigi
Ampibabo
kualitatif,
Moutong
Kabupaten Parigi
mengunaka teknik
Moutong
pengumpulan data
dengan cara studi
pustaka dan studi
lapangan,
pemilihan
informannya
menggunakan
metode purposive
sampling
10
11
Konsep Perwakilan
Tangkilisan, Hessel Nogi, study implementasi kebijakan publik, Lukman Offset, Jakarta,
2003. Hal.17
Ibid, Hal. 9
10 Parsons, Wayne, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Kencana, Jakarta, 2011. Hal.
472
12
kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang
lebih besar.11
Sementara Riswandha imawan (2001) ; perwakilan adalah konsep
yang menunjukkan hubungan antara orang-orang, yakni fihak yang
mewakili dan diwakili, dimana orang yang mewakili memiliki sederet
kewenangan sesuai dengan kesepakatan antara keduanya.
Eddy Purnama (2008:41) Pada dasarnya, teori perwakilan amat
erat hubungannya dengan prinsip kedaulatan rakyat dan demokrasi. Dalam
zaman modern kekuasaan rakyat tidak lagi dilaksanakan secara langsung,
tetapi disalurkan melalui lembaga perwakilan sebagai realisasi sistem
demokrasi tidak langsung. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika
pengkajian difokuskan pada masalah perwakilan ini, pertama menyangkut
pengertian pihak yang diwakili, kedua berkenaan dengan pihak yang
mewakili, dan ketiga berkaitan dengan bagaimana hubungan serta
kedudukannya.12
Belifante dalam Eddy Purnama (2008:84-85) berpendapat bahwa
perwakilan itu sebagai suatu kompromi antara prinsip demokrasi yang
menuntut persamaan hak bagi setiap warga Negara dan prinsip kegunaan
yang praktis untuk menyelenggarakan persamaan yang dimaksud. Dalam
11 http://2frameit.blogspot.co.id/2011/10/kerangka-teori-perwakilan-politik.html,Palu 28 12 2015.
Pukul 12-00
12
Eddy Purnama, Lembaga Perwakilan Rakyat, Syiah Kuala University Press, Banda
Aceh, 2008, Hal.41
13
hal ini, rakyat sama-sama diposisikan sebagai pihak yang tidak mampu
melakukan sendiri tugasnya untuk mengambil suatu keputusan, karena itu
perlu dibentuk suatu institusi yang dapat mewakili mereka untuk bertindak
dalam rangka keperluan tersebut13
Berdasarkan pemahaman perwakilan di atas, maka perwakilan
politik dapat dipahami melalui rangkaian indikator berikut ( pitkin:1957
dalam riswandha ; 2001)14
a. Tindakan wakil merupakan reaksi atas kepentingan pihak yang
diwakili
b. Wakil harus memiliki kebebasan bertindak, jadi tidak sekedar
melayani, tanpa melupakan pertimbangan kebijaksanaan terbaik bagi
kepentingan umum.
c. Wakil harus mampu meredam konflik yang mungkin muncul antara
dari dan rakyat yang diwakilinya.
2.1.2.3
Sumber Daya Manusia
Semua organisasi atau lembaga membutuhkan sumber daya
manusia, oleh karena itu sumber daya manusia perlu dipemberdayakan
dengan baik, terutama pada peningkatan kemampuan (ability) melalui
kerja sama orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati
bersama dengan sistematis, efisien dan efektif.
13
Ibid, Hal.84-85
14
14
Marwansyah, manajemen sumber daya manusia edisi kedua, Alfabeta, Bandung, 2010,
Hal.3
15
pengurusan dalam mencapai hasil guna dan daya guna yang sebesarbesarnya, sesuai dengan harapan usaha perorangan, badan usaha,
perusahaan, lembaga, maupun instansi.16
Dari beberapa pendapat di atas, di simpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dalam
lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pada pemahaman di atas dalam menyelenggarakan
dan melaksanakan tugas dan fungsi secara baik, diperlukan manajemen
sumber daya manusia yang berkualitas, dalam hal ini memiliki
kemampuan (ability). Kemampuan seseorang merupakan persyaratan
utama dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas dan fungsi,
kemampuan di sini adalah kemampuan anggota BPD dalam menjalankan
fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat
mengaspirasikan pendapat masyarakat.
Menurut Siagian (2004:134) mengatakan kemampuan dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu:17
16
17 Siagian, manajemen sumber daya manusia, bumi aksara, Jakarta, 2004, Hal. 134
16
a.
b.
Otonomi Desa
17
21
HAW Widjaja, pemerintah desa / marga (suatu telaah administrasi negara), PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta,2000.hal.65
18
19
20
2.1.2.5
21
demokrasi
berdasarkan keterwakilan
dalam
penyelengaraan
pemerintahan
desa
22
Kedudukan
dan
Kewenangan
Badan
di
tingkat
Desa,
memperkuat
kebersamaan,
serta
hasil
musyawarah
dijadikan
dasar
oleh
Badan
23
24
dan
meminta
keterangan
tentang
penyelengaraan
25
2.1.2.7
2.
BPD
adalah
sebagai
media
untuk
merumuskan,
merencanakan,
27
Suhartono, Parlemen Desa dinamika DPR kelurahan dan DPRK gotong Royong,
Pustaka Utama, Jakarta, 2000. Hal. 199
28
29
26
dan
kemampuan
BPD
baik
secara
individual
maupun
27
desa
dan
BPD
berfungsi
sebagai
lembaga
legislatif
30
28
31 www.penyelengaraanpemerintahandesa.com,https://pramudyarum.wordpress.com/2013/
02/09/penyelengaraan-pemerintahan desa/, palu, rabu 02/12/2015.
29
pengetahuan,
sikap,
keterampilan,
perilaku,
30
31
melaksanakan
fungsi
Dari urainya diatas Pasal 48 dan Pasal 51, sudah jelas bahwa BPD
mempunyai peran yang strategis dalam ikut mengawal pengunaan dana
desa agar tidak diselewengkan. Pengawasan dana desa inilah yang
menjadi bagian dari pelaksanaan fungsi BPD karena berkaitan dengan
kinerja kepala desa.
2.2 Alur Pikir
Berdasarkan peraturan yang mengatur tentang BPD baik peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksana yang direlevansikan dengan
landasan teori yang telah dijelaskan di atas tentang Analisis Fungsi Badan
Permuasyawaratan Desa (BPD), bahwa untuk menganalisis fungsi BPD tidak
terlepas dari implementasi kebijakan. Mengenai Implementasi Fungsi Badan
Permuasyawaratan Desa (BPD), bahwa Implementasi BPD dalam pemerintahan
desa tentunya tidak terlepas dari keberadaan dan pelaksanaan fungsi yang
diemban oleh BPD sebagai lembaga perwujudan demokrasi yang terbentuk dari
oleh dan untuk masyarakat serta yang berdasarkan atas keterwakilan dari wakil
penduduk desa. Keberadaan BPD akan diterima di tengah-tengah masyarakat
dalam melaksanakan serta mewujudkan kinerjanya jika dalam melaksanakan
fungsinya berhasil, dapat dilihat dari beberapa indikator yang menjadi wewenang
BPD dan fungsi BPD sebagai perwakilan politik, agar tercapai suatu tujuan dari
fungsi BPD itu sendiri, yakni menetapkan peraturan desa, siap menampung dan
32
33
BAB III
METODE PENELITIAAN
3.1.
33
34
34
Nurul Zuriah, metodologi penelitian sosial dan pendidikan, PT.Bumi Aksara, Jakarta,
2006, hal.92
35
36
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, referensireferensi, penulusuran pustaka dan keterangan lainnya yang ada kaitannya
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua sumber yaitu :
Kepala Desa
37
2
3
4
Aparat Desa
BPD
Tokoh Masyarakat.
Adapun penentuan informan dalam penelitian ini yang dipilih
untuk mendapatkan informasi yang jelas digunakan dengan cara
purposive, yaitu peneliti secara sengaja akan memilih orang-orang yang
dipandang memahami masalah tentang penelian yang akan dilakukan.
Untuk memilih informan dari pihak aparat penulis menggunakan teknik
purposive dan memilih informan dari aparat 3 orang, dan untuk
menentukan informan dari pihak masyarakat menggunakan teknik
accidental informan tidak bisa ditentukan sampai menemukan jawaban
dari permasalahan penelitian.
3.4.2
sebagai berikut :
1 Penelitian Kepustakaan (Library Research), penelitian kepustakaan
adalah suatu cara penelitian dengan menggunakan sumber kepustakaan
seperti pengkajian bukubuku, referensi, peraturan perundang
undangan, tulisan ilmiah serta proses proses yang berkaitan dengan
2
masalah penelitian.
Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian lapangan adalah suatu
penelitian dengan mengumpulkan data secara langsung pada objek
penelitian di lokasi penelitian, untuk memperoleh data dilapangan
digunakan teknik-teknik sebagai berikut:
38
perkembangan di lapangan.
Dokumentasi, yaitu dengan cara mengadakan pengumpulan data
melalui dekumendokumen penting, pengambilan gambar dan
rekaman, sesuai dengan masalah yang sedang di teliti selama
36
39
Adapun alat bantu dalam penelitian ini yang menjadi instrument penelitian
yaitu daftar wawancara, buku catatan, alat pemotret, dan alat recorder untuk merekam
berbagai data informasi dalam melakukan wawancara.
3.6 Analisis Data
Menurut Masri Singarimbun dan sofyan Efendi (2006:263) menyatakan
analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan di interpretasikan.37 Data lapangan yang telah dikumpulkan, kemudian
diolah dan dianalisis, Miles dan Huberman (2007:16-20) Penerjemah: Rohidi),
mengemukakan bahwa analisis terdiri dari beberapa alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu :38
1. Pengumpulan Data, yaitu pengumpulan data pertama atau data mentah yang
dikumpulkan dalam suatu penelitian.
2. Reduksi Data atau penyederhanaan data adalah proses memilih, memfokuskan,
menyederhanakan, dengan membuat abstraksi, mengubah data mentah menjadi
yang dikumpulkan dari penelitian kedalam catatan yang telah diperiksa. Tahap ini
merupakan Tahap analisis data yang mempertajam atau memusatkan, membuat
sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian Data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga
diperlukan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan. Pengambilan data
37
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta,
2006, hal.263
38
Miles dan Huberman. Analisis Data Kualitatif. UI Press, Jakarta, 2007, hal. 16-20
40
ini membantu untuk memahami peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa
atau tindakan lebih lanjut berdasarkan pemahaman.
4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi, penarikan kesimpulan merupakan langkah
ketiga meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data
dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan
metodologis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat
melalui hukum-hukum empiris.
3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa Sidole Timur Kecamatan Ampibabo
Kabupaten Parigi Moutong. Adapun yang mendasari pengambilan lokasi penelitian
tersebut adalah dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, BPD belum efektif
menjalankan fungsi dan tugas pokoknya, karena dalam merancang dan menetapkan
peraturan desa oleh BPD bersama kepala desa, secara keseluruhan dalam penerapan
dan pelaksanaannya belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat
dalam hal ini menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta pengawasan
terhadap kinerja kepala desa belum terimplementasi secara efektif.