Kalorimeter
Kalorimeter
Posts RSS
Comments RSS
Edit
terukur. Oleh karena itu, jumlah kalor yang diserap oleh calorimeter, biasa juga disebut
tetapan (kapasitas, k) perlu diketahui terlebih dahulu ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 2).
Alat paling penting unyuk mengukur u adalah calorimeter bamodiabatik. Perubahan
keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal di dalam wadah yang bervolume tetap
disebut bom. Bom tersebut direndam dalam air berpengaduk dan keseluruhan alat itulah yang
disebut calorimeter. Calorimeter itu juga direndam dalam bak air luar. Temperature air dalam
calorimeter dan di dalam bak luar dipantau dan diatur sampai nilanya sama. Hal ini dilakukan
untuk memastikan tidak ada kalor yang hilang sedikitpun dari calorimeter ke lingkungannya
(bak air). Sehingga calorimeter tersebut adiabatic (Atkins, 1999; 99)
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reksi dapat diukur secara eksperimen.
Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe reaksinya, diantaranya adalah
kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian dan kalor pembakaran ( Tim Dosen
Kimia Fisik, 2010: 1).
Suatu proses dapat berlangsung pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut
merupakan perubahan energy dalam, sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi.
Eksperimen di laboratorium lebih banyak dilakukan pada tekanan tetep sehingga kalor yag
dihasilkan merupakan perubahn entalpi (Rahman, 2004).
Hubungan kedua bebesaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan : H = U + PV
Dan untuk reksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan asumsi gas ideal
persamaan menjadi :
H = + RT
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 )
Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor
yang dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu:
Massa zat
Jenis zat (kalor jenis)
Perubahan suhu
Sehingga secara metamatis dapat di rumuskan :
Q = m . c (t2 t1)
Dimana
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalo jenis (j/kgOC)
(t1-t2) adalah perubahan suhu (OC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
sebesar 1 OC sedangkan kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 OC (Anonim, 2008)
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat terjadi pada proses-proses fisik.
Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat di dalam pelarutnya, atau penambahan zat
terlarut ke dalam zat pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2010; 1).
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan deferensial. Panas
pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan dalam
n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika suatu
mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak
berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan sebagaimn d
mH/dm , yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan
diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan tergantung pada konsenterasi
larutan (Dogra, 1984; 336-337).
Alat dan Bahan
Alat
Calorimeter 1 buah
Termometer 1 buah
Mortar dan Alu 1 buah
Gelas kimia 500 mL 1 buah
Gelas kimia 100 mL 1 buah
Gelas kimia 50 mL 1 buah
Gelas ukur 100 mL 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Lampu spirtus 1 buah
Kassa abses dan kaki tiga 1 buah
Botol semprot 1 buah
Nerasa digital
Cawan penguap 1 buah
Oven
Bahan
Aquades
CuSO4
CuSO4.5H2O
Tissue
Prosedur Kerja
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Memas ukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur. Mencatat temperaturnya
Menyiapkan 50 ml air panas dalam gelas kimia yang suhunya 40 oC
Memasukkan 50 ml air panas ke dalam calorimeter yang berisi air dingin tepat pada waktu
menit ke enam.
Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
Mencatat suhu hingga diperoleh suhu relative tetap
Membuat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh suhu campuran yang
tepat
Penentuan kalor pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
Menimbang secara kasar 10 gram Kristal Cuso4 . 5H2O
Menempatkan Kristal tersebut dalam mortar dan Alu
Menghancrkan sampai di dapat serbuk halus
Menimbang secara teliti 5 gram Kristal tersebut dengan neraca analitik
Menyiapkan calorimeter (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian memasukkan 100 ml
aquades
Mencat mat suhu setiap 1 menit selama 5 kali pembacaan
Menambahkan serbuk halus Cuso4 . 5H2O yang telah di ketahui pasti massanya ke dalam
calorimeter dan mengaduknya terus.
Mencatat suhu saat Kristal ditambahkan, lalu di lanjutkan dengan pembacaan suhu setiap 1
menit sampai di peroleh suhu yang relative tetap
Memanaskan 5 gram Kristal halus Cuso4 . 5H2O sisa percobaan sebelumnya.
Mengaduk secara perlahan-lahan sampai semua hidratnya menguap seluruhnya di tandai
dengan berubahnya warna serbuk dai biru menjai putih.
Peny :
m air panas = m air dingin = x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
K=(m1 c (T2-Tc)- m2 c (Tc-T1))/(Tc-Ti)
K=(50 gram x 4,2 J/gK (313-306)K- 50gram x (306-301)K)/(306 K-301 K)
K=(1470 J-1050 J)/(5 K)
K=(420 J)/(5 K)=84J/K
Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 28 oC = 301 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 246 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
H1 CuSO4.5H2O?Dit :
Peny :
n CuSO4.5H2O = massa/Mr= (5 gram)/(246 gram/mol)=0,0203 mol
Kalor yang diserap calorimeter (Q1)
TQ1 = K x
= 84 J/K x O K
= 0 J/K
Kalor yang diserap air (Q2)
TQ2 = m c
= 100 gram x 4,2 J/g.K (0)
=0J
H1)Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (
H1 = (Q1+Q2)/(n CuSO4.5H2O)= (0 + 0)/(0,0203 mol)=0 kJ/mol
Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat
Dik : Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 28,5 oC = 301,5 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4 = 161 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
H1 CuSO4 anhidrat?Dit :
Peny :
n CuSO4 = massa/Mr= (5 gram)/(161 gram/mol)=0,0310 mol
Kalor yang diserap calorimeter (Q1)
TQ1 = K x
= 84 J/K x O,5 K
= 42 J
= 0,042 kJ
Kalor yang diserap air (Q2)
TQ2 = m c
= 5 gram x 4,2 J/g.K (0,5 K)
= 10,5 J
= 0,0105 kJ
H2)Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat (
H2 = (Q1+Q2)/(n CuSO4)= ((0,042 + 0,0105))/(0,0310 mol)=1,69kJ/mol
Berdasarkan hukum Hess
H1 CuSO4(s) + 5H2OCuSO4.5H2O(s)
H2H3
CuSO4.5H2O(l)
H1H2 - H3 =
= 1,69 kJ/mol 0
= 1,69 kJ/mol
Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan Kristal CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat H3 H2O (kalor
integral dari CuSO4.5H2O dan CuSO4untuk menentukan anhidrat), dimana kalor pelarutan
integral merupakan kalor yang diserap dan dilepaskan ketika satu mol zat (CuSO4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat) dilarutkan dalam n mol pelarut.
Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah menentukan tetapan
calorimeter (K), karena alat yang digunakan untuk menentukan perubahan kalor adalah
calorimeter. Etatpan calorimeter perlu dilakukan karena adanya sejumlah kalor yang diserap
oleh calorimeter (wadah, thermometer, pengaduk) sehingga tidak semua perubahan suhu
dapat diukur.
Pada percobaan selanjutnya, Kristal CuSO4.5H2O yang akan ditentukan kalor pelarutan
integralnya, dilarutkan dengan 100 mL aquadest di dalam calorimeter. Selama proses
pelarutan yang harus diperhatikan adalah perubahan suhu larutan, dimana suhu larutan dibaca
setiap menit sampai diperoleh suhu yang konstan. Perlunya ditentukan suhu larutan konstan
adalah untuk memudahkan dalam perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas karena
jika suhunya tidak konstan maka akan sulit untuk menentukan suhu mana yang akan
digunakan dalam perhitungan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah larutan harus terus
diaduk di dalam calorimeter agar semua Kristal CuSO4.5H2O benar-benar larut dan tidak
mengendap.
Adapun pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat, hal pertama yang dilakukan
adalah memanaskan Kristal CuSO4.5H2O dalam oven sampai Kristal berubah warna dari
biru menjadi putih. Perubahan warna tersebut menandakan bahwa air yang terikat pada
Kristal telah menguap. Selanjutnya Kristal anhidrat tersebut dilarutkan dengan aquadest di
dalam calorimeter, mengamati perubahan suhu yang terjadi saat Kristal mulai dimasukkan
sampai diperoleh suhu yang konstan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh harga tetapan calorimeter (K) sebesar 84 J/K yang
berarti bahwa calorimeter menyerap sebesar 84 J kalor tiap kenaikan suhu satu Kelvin.
Adapun harga kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah 0 (nol) yang disebabkan karena
pada saat sebelum dan setelah penambahan Kristal CuSO4.5H2O kedalam calorimeter,
T=0).suhu larutan tetap sama sehingga tidak ada perubahan suhu ( Sedangkan harga kalor
pelarutan CuSO4 anhidrat sebesar 1,6 kJ/mol yang berarti bahwa dalam setiap mol zat
terlarut yang dilarutkan dalam satu mol pelarut system menyerap kalor sebesar 1,6 kJ
Dengan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan hukum hess, diperoleh nilai pelarutan
CuSO45H2O menjadi CuSO4 sebesar 1,9 kJ/mol. Adapun reaksinya :
CuSO4(l) + 5H2O(aq) CuSO45H2O(s)
H yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsungNilai secara endoterm
atau kalor berpindah dari lingkungan ke system.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Nilai tetapan calorimeter pada percobaan ini adalah 84 J/K
Kalor pelarutan integral CuSO45H2O adalah 0 kJ/mol yang artinya tidak terjadi pelepasan
ataupun penyerapan kalor
KAlor pelarutan ntegral CuSO4 anhidrat adalah 1,6 kJ/mol yang berarti dibutuhkan kalor
sebesar 1,6 kJ untuk melarutkan tiap mol CuSO4 anhidrat.
Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO45H2O sebesar 1,69 kJ/mol
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan focus pada saat melakukan praktikum agar hadil yang
diperoleh dapat lebih baik dan diaharapkan kepada asisten untuk memberikan pemahaman
kepada praktikan tentang prosedur kerja sebelum praktikum dimulai.
Daftar Pustaka
Achmad, hiskia. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Anonim. 2006. Pengertian/Definisi Kalor dan Teori Kalor Umum Dasar.
Http://organisasi.org/pengertian-definisi-kalor-dan-teori-kalor-umum-dasar-kuantitas-jumlahpanas/ diakses pada 14 April 2010.
Anonim. 2010. Kalorimeter Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/kalorimeter/ diakses pada
13 April 2010.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Edisi Keenam Jilid Keempat. Jakarta : Erlangga.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press.
Rohman, Ijang. 2004. Kimia Fisik I. Malang : JICA.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar : Laboratorium
Kimia, FMIPA, UNM