PENDAHULUAN
Hasil
praktikum diharapkan tampil dalam bentuk korelasi NNU = a.NREb Dengan demikian
didapat korelasi antara bilangan Reynolds dengan bilangan Nusselt.
1.1 TUJUAN
Tujuan praktikum modul perpindahan panas adalah:
1. Praktikan mempelajari peristiwa/ fenomena perpindahan panas konveksi
melalui percobaan penukar panas bejana.
2. Praktikan mampu memilih konfigurasi sistem perpindahan panas yang
paling baik.
3. Praktikan mampu memahami peristiwa konveksi yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari.
4. Praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor
konveksi.
1.2 MANFAAT
Manfaat praktikum Modul Perpindahan Panas adalah:
1. Agar praktikan dapat mempelajari peristiwa/fenomea perpindahan panas
melalui percobaan panas plate and frame.
2. Agar praktikan mampu memilih konfigurasi sistem perpindahan panas
yang paling baik,
3. Agar praktikan mampu memhami peristiwa konveksi yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari.
4. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju
kalor konveksi.
2.1 Kalor
Kalor adalah bentuk energi yang dirasakan oleh manusia. Energi mewujudkan
keadaan di mana jumlah energi yang dipindahkan antara manusia dan
persekitarannya mencapai keseimbangan secara termal (Weller dan Youle, 1981).
Perpindahan kalor merupakan sifat dasar alam persekitaran, iaitu Hukum
Termodinamika. Hukum ini menyatakan bahawa apabila terdapat suatu kawasan
dengan kandungan kalor yang tinggi, seperti suhu yang tinggi, dan satu lagi
kawasan dengan kandungan suhu yang rendah, akan terdapat kecenderungan serta
merta untuk kalor berpindah daripada kawasan yang tinggi kepada kawasan yang
rendah.
Terdapat tiga mekanisme perpindahan, iaitu radiasi, konveksi, konduksi dan
perubahan bahan di mana setiapnya memiliki sifat tertentu. Radiasi termal
merupakan mekanisme dasar aliran kalor dan penting di mana bumi menerima
energinya daripada suria. Radiasi adalah aliran energi melalui
gelombang
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 pon air pada 60 F adalah 1 F. Dalam
sistem metrik (SI) satuan kalor disebut dengan kalori (kal) didefinisikan sebagai
jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 pon air pada 15 C, sebesar
1 C.
2.2 Satuan kalor
Kalor adalah sebuah bentuk energi. Satuan: Joule (J). 1 kJ (kilojoule) = 1000
Joule. Suhu (t) adalah merupakan pertanda hadirnya kalor dalam suatu benda. Ia
mengukur keadaan termal benda tersebut. Satuan suhu adalah Celcius (C). suhu
terndah sama dengan suhu air yang membeku pada 0 C . suhu didihnya adalah 100
C. Suhu diukur dengan thermometer air raksa. Kaitan antara kalor dan temperature
disebut dengan konsep kalor spesifik (specific heat). Kalor spesifik diartikan
sebagai jumlah kalor energi yang dibutuhkan satuan massa benda untuk naik
suhunya. Satuan kalor spesifik : J/kg C. Kalor juga berkaitan dengan massa volume
suatu benda yang disebut dengan volume spesifik (cv). Terdapat bentuk-bentu kalor
yaitu:
a. Kalor Sensibel
Kalor sensibel adalah merupakan kalor yang dapat dirasakan oleh indera.
Dengan kata lain dia adalah merupakan bentuk kalor yang bergandengan
dengan perubahan suhu dari benda yang terkait.
b. Kalor Laten
Kalor laten adalah energi termal yang terlibat dalam perubahan keadaan
sebuah benda tanpa perubahan temperatur. Contoh: perubahan dari padat
ke cair atau dari cair ke padat. Suhu adalah merupakan tanda hadirnya
kalor dalam sebuah benda. Satuan suhu adalah derajat celsius.
c. Kalor Jenis
Kalor jenis adalah sifat khusus suatu zat yang menunjukkan
kemampuannya untuk menyerap kalor. Zat yang kalor jenisnya tinggi
mampu menyerap lebih banyak kalor untuk kenaikan suhu yang rendah
d. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor didefinisikan banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu benda sebesar 1C.
Zat
Alumunium
Tembaga
Kaca
Besi atau Baja
Timah hitam
Marmer
Perak
Kayu
Kalor jenis
(J/Kg K)
900
390
840
450
130
860
230
1700
Zat
Alkohol
Raksa
Air
es (-5C)
cair (15C)
uap (110C)
Badan manusia
Udara
Kalor jenis
(J/Kg K)
2400
140
2100
4180
2010
3470
1000
Tabel 2.1 Kalor jenis berbagai zat (pada 20 C dan tekanan tetap 1 atm)
2.3 Prinsip Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu yang berkaitan dengan aliran kalor yang
hubungannya dengan kerja mekanik.
a. Hukum pertama Termodinamika:
Adalah merupakan prinsip kekekalan energi. Energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, hanya diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya.
b. Hukum kedua Termodinamika:
Perpindahan kalor atau energi dapat terjadi secara spontan hanya dalam satu
arah, dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.
Dari zona suhu yang lebih tinggi kalor dapat mengalir menuju zona yang
bersuhu yang lebih rendah dengan 3 cara :
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi
Perpindahan ini dapat diukur dengan 2 cara:
a. Sebagai aliran total dalam satuan waktu (kadar aliran kalor) melalui suatu
luasanctertentu sebuah benda atu ruang.
b. Sebagian berat jenis dari aliran ini, yaitu kadar aliran per-satuan luas (berat
jenis fluks).
Dan mempunyai dua kuantitas yakni:
1. Kadar aliran kalor yang melalui sebuah bidang yaitu jumlah energi yang
melaluinya dalam satuan waktu (J/s = Joule/second = W(Watt)).
2. Berat jenis fluks adalah jumlah energi yang melalui sebuah unit luasan dari
sebuah benda atau ruang dalam satuan waktu diukur dalam Watt/m2.
Apabila suhu pada setiap titik dalam sebuah objek adalah tetap pada setiap
masa maka keadaan ini dikatakan keadaan mantap (Harkness, 1978). Bangunan
dalam keadaan mantap hanya akan berlaku apabila suhu udara luar dan dalam
adalah tetap. Dalam situasi sebenar, keadaan mantap tidak pernah berlaku. Suatu
keadaan hampir mantap akan diperolehi dalam bangunan apabila suhu luaran
menunjukkan perubahan harian yang kecil dan suhu dalaman dikekalkan melalui
penyaman udara.
Keadaan mantap untuk udara luar dan dalam, jarang berlaku dalam keadaan
sebenar. Suhu udara harian dan radiasi suria berubah setiap masa. Perubahan ini
bersifat berkala yang berubah setiap 24 jam. Suhu udara mencapai kedudukan
terendah pada awal pagi dan meningkat sehingga maksimum pada waktu tengahari
dan akan turun semula.
Pengiraan gandaan secara terus ke atas kalor suria melalui sebuah unsur pada
keadaan fana secara berkala yang berlaku di luar ataupun di dalam bangunan,
sangat rumit dan belum terdapat sebarang kaedah yang disediakan untuk menjawab
persoalan ini (Harkness, 1978). Walaubagaimanapun, pengiraan ini bukan lagi
merupakan masalah apabila Mitalas dan Stephenson (1976) memperkembangkan
kaedah tersebut. Mereka menyatakan bahawa penentuan gandaan kalor secara terus
dapat dilakukan dengan anggapan bahawa terdapat suhu yang berubah secara
berkala dan suhu yang tetap. Secara praktikalnya, anggapan ini berhubung dengan
keadaan di mana dinding di bahagian luar terdedah kepada perubahan udara luar
manakala bahagian dalamnya berada dalam keadaan tetap dengan menggunakan
penyaman udara.
2.4 Pengertian Konveksi Secara Umum
Konveksi dapat dimaksudkan sebagai perpindahan kalor melalui cecair atau
gas. Konveksi merupakan suatu mekanisme di mana energi kalor dipindahkan oleh
gabungan satu bahagian bendalir, iaitu gas atau cecair, dengan yang lain (Straaten,
1967). Oleh itu, konveksi sentiasa melibatkan gerakan atau aliran bahan. Konveksi
oleh udara tidak boleh berlaku tanpa kehadiran pergerakan udara, tetapi pergerakan
udara dapat berlaku tanpa perpindahan kalor. Perpindahan kalor secara konveksi
berlaku pada permukaan dinding, lantai dan atap atau pipa, ataupun benda alir
mengalir di luar batas bahan pejal pada suhu yang berbeda.
Dengan :
= 5,8 + 4,1
Suhu permukaan.
d. Konduktifitas.
e.
f.
g.
Viskositas fluida.
Pengoperasian suatu pabrik tidak lepas dari proses perpindahan panas yang
terjadi antara dua fluida yang berbeda temperaturnya. Alat yang digunakan adalah
penukar panas (heat exchanger). Penukar panas adalah peralatan proses yang
digunakan untuk memindahkan panas dari dua fluida yang berbeda dimana
perpindahan panasnya dapat terjadi secara langsusng (kedua fluida mengalami
pengontakan) ataupun secara tidak langsung (dibatasi oleh suatu dinidng pemisah/
sekat). Fluida yang mengalami pertukaran panas dapat berupa fasa cair-cair, cairgas, dan gas-gas.
Dalam melakukan perancangan penukar panas harus diperhitungkan faktor
perpindahan panas pada fluida dan kebutuhan daya pompa mekanis untuk
mengatasi gaya gesek dan menggerakkan fluida. Penukar panas untuk fluida kerja
yang memiliki rapat massa besar (fluida cair), energi yang hilang akibat gesekan
reletif lebih kecil daripada energi yang dibutuhkan sehingga pengaruh yang
merugikan ini jarang diperhitungkan. Sedangkan untuk fluida yang rapat massanya
rendah seperti gas, penambahan energi mekanik dapat lebih besar dari laju panas
yang dipertukarkan. Pada sistem pembangkit daya termal, energi mekanik dapat
mencapai 4 sampai 10 kali energi panas yang dibutuhkan.
Ada tiga tipe penukar panas yang sering digunakan, yakni plate and frame/
gaskette plate (umumnya disebut plate exchanger), spiral plate, dan lamella.
Kesamaan dari ketiga konfigurasi ini adalah permukaan pemindahan panas samasama terdiri dari paralel lempeng logam yang dipisahkan permukaan kontak dan
panas yang diterima mengubah aliran fluida pada saluran tipis.
Penukar panas jenis plate adalah penukar panas yang dapat memindahkan
panas lebih baik dari dua konfigurasi lainnya. Kelebihan lain penukar panas jenis
plate ini adalah:
1. fleksibel dalam penyusunan arah alir fluida
2. memiliki laju perpindahan panas yang tinggi
3. mudah dalam pengecekan/ inspeksi dan perawatan.
Proses pertukaran panas di industri digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
unit proses dan untuk konservasi energi. Penukar panas yang baik adalah yang
memiliki laju perpindahan panas seoptimal mungkin. Ketidakoptimalan laju
perpindahan panas ditentukan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U).
Hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan menunjukkan bahwa perubahan
fluks massa udara dapat meningkatkan nilai U untuk setiap laju alir massa flue gas
konstan pada lat penukar panas jenis plat. Marriot (1971) membatasi rentang
bilangan Reynolds yang efektif untuk fluida operasi gas-gas adalah 10-400. Pada
bilangan Reynolds yang terlalu tinggi, laju alir fluida juga akan tinggi, yang akan
menyebabkan perpindahan panas tidak efektif.
10
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan penukar panas plate and frame
dengan beberapa karakteristik, antara lain penukar panas pelat bersaluran jamak
banyak saluran, beraliran berlawanan arah, dan beraliran menyilang. Variabel yang
terlibat dalam percobaan ini adalah besarnya laju alir massa fluida yang
menentukan bilangan Reynolds operasi. Laju alir fluida dihitung dengan
menggunakan rotameter yang telah dikalibrasi terleih dahulu. Pembacaan
temperatur fluida menggunakan termokopel yang ditempatkan pada aliran masuk
dan keluar fluida panas maupun fluida dingin. Karakteristik yang akan diamati
berupa laju perpindahan panas Q, fluks kalor hilang qloss, koefisien perpindahan
panas konveksi h, bilangan Reynolds, dan bilangan Nusselt.
2.5 Penukar Panas Jenis Pelat
Penukar panas adalah alat yang digunakan untuk mempertukarkan panas secara
kontinue dari suatu medium ke medium lainnya dengan membawa energi panas.
Secara umum ada 2 tipe penukar panas, yaitu:
1. direct heat exchanger, dimana kedua medium penukar panas saling kontak
satu sama lain.
2. indirect heat exchanger, dimana kedua media penukar panas dipisakan oleh
sekat/ dinding dan panas yang berpindah juga melewatinya.
Yang tergolong indirect HE adalah penukar panas jenis shell and tube, pelat,
dan spiral. Sedangkan yang tergolong direct HE adalah cooling tower dimana
operasi perpindahanpanasnya terjadi akibat adanaya pengontakan langsung antara
air dan udara.
Penukar anas jenis pelat memberikan hasil yang lebih baik dalam proses
pertuakran panas, karena:
1. Menggunakan material tipis untuk permukaan penukar panas sehingga
menurunkan tahanan panas selama konduksi.
2. Memberikan derajat turbulensi yang tinggi yang memberikan nilai konveksi
yang besar sehingga meningkatkan nilai U dan juga menimbulkan self
cleaning effect.
3. Faktor-faktor fouling kecil karena:
a. Aliran turbulen yang tinggimenyebabkan padatan tersuspensi.
b. Profil kecepatan pada pelat menjadi seragam.
11
12
13
alur laluan fluida pendinginnya sejajar dengan alur laluan fluida panasnya. Baik
fluida dingin maupun panas memiliki alur aliran yang lurus (smooth). Sedangkan
pada penukar panas pelat beraliran jamak alur laluan fluida dingin membentuk
hutuf U dan sejajar dengan alur laluan fluida panas.
14
1
+
1
+
dan
1
dimana :
15
xw = tebal pelat
k = konduktivitas pelat
Perpindahan panas menjadi:
= (
=
=
dQ/dA adalah fluks panas per unit perpindahan panas di maan perbedaan
temperatur (Th - Tc). U adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan, Tw adalah
temperatur dinding pelat. Gradien temperatur pada proses konveksi paksa
ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gradien temperatur pada proses konveksi paksa [McCabe, 1993]
Karena harga Th dan Tc berbeda untuk tiap titik, digunakan beda temperatur
ratarata logaritmik (TLMTD). Secara matematis dirumuskan:
16
ln
Untuk fluida dengan aliran single pass, TLMTD harus dikoreksi dengan faktor 0.95.
Koreksi perlu dilakukan agar nilai yang diperoleh lebih valid. Untuk memperoleh
harga faktor koreksi (Ft) perlu terlebih dahulu dicari nilai dari konstanta tak
berdimensi Z dan H. Dimana:
=
dan
Kemudian, dengan mengaluirkan nilai Z dan H pada Gambar 2.6, diperoleh nilai
Ft.
2.8 Variabel Keadaan
Secara matematis tujuan percobaan ini adalah mencari nilai a, b, c pada
persamaan:
NNU = a.NREb.NPRc
Dari persamaan si atas terlihat bahwa ada beberapa variable keadaan yang terlibat,
yaitu bilangan Reynolds, bilangan Prandtl, dan bilangan Nusselt. Bilangan
Reynolds menggambarkan karakteristik aliran fluida apakah bersifat laminar atau
turbulen. Bilangan Prandtl menunjukkan karakteristik termal fluida. Sedangkan
bilangan Nusselt menggambarkan karakteristik proses perpindahan panas.
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viscous dalam system
aliran fluida. Secara matematis dapat dirumuskan:
dimana :
= densitas fluida (kg/m3)
. .
17
Gambar 2.6 Faktor koreksi temperatur untuk aliran cross-current [McCabe, 1993]
Berikut adalah densitas fluida udara pada tekanan atmosferik:
Temperatur (K)
273,15
288,15
Desitas (g/L)
1,2928
1,2250
dimana
Bilangan Prandtl
18
160
0.754
200
0.738
240
0.724
280
0.710
300
0.705
350
0.699
400
0.694
450
0.691
500
0.689
) = ln + ln(
300
350
400
500
600
700
800
Kudara (10-2W/mK)
2.62
3.00
3.38
4.07
4.69
5.24
5.73
Tabel 2.3 Nilai konduktivitas termal fluida udara pada berbagai suhu
19
dimana
= a. N
.N
NNU
= bilangan Nusselt
NRE
= bilangan Reynolds
NPR
= bilangan Prandtl
a = 0.15-0.40
b = 0.65-0.85
c = 0.30-0.45
d = 0.05-0.20
Persamaan khusus yang digunakan Marriot (1971) adalah:
N
= 0.374 N
.N
0.668
0.333
Persamaan ini berlaku untuk fluida operasi air-air dengan rentang bilangan
Reynolds antara 10-10000. Karena dan w dapat dianggap sama, maka Troupe
(1960) merumuskan hubungan di atas menjadi:
= 0.383 0.0505
0.655
dengan besaran l adalah panjang saluran dan besaran s adalah jarak aliran lokal.
Untuk pelat dengan satu macam struktur geometri, perbandingan l/s besarnya antara
1.5 sampai 10, tetapi untuk banyak tipe seperti pelat dengan struktur geometri yang
bersilangan, perbandingan l/s sulit ditentukan. Untuk aliran laminar Sieder-State
merumuskan hubungan sebagai berikut:
20
2.10 Neraca Massa dan Energi pada Sistem Alat Perpindahan Panas
Karakteristik alat perpindahan panas ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain:
1. Jenis fluida yang akan dipertukarkan panasnya.
2. Laju alir fluida.
3. Tipe aliran yang dipakai (co-current atau counter-current).
4. Letak fluida panas dan dingin, di dalam atau di luar alat penukar panas
tersebut.
Dalam neraca entalpi pendingin dan pemanas didasarkan pada asumsi bahwa
dalam penukar kalor tidak terjadi kerja poros, sedang energi mekanik, energi
potensial, dan nergi kinetik semuanya kecil dibandingkan dengan suku-suku lain
dalam persamaan neraca energi. Maka, untuk satu arus dalam penukar kalor:
=
Dimana,
Ha dan Hb = entalpi per satuan massa arus pada waktu masuk dan pada waktu
keluar.
Penggunaan laju perpindahan kalor dapat lebih disederhanakan dengan asumsi
salah satu dari fluida dapat mengambil kalor dan melepaskan kalor ke udara sekitar
jika fluida itu lebih dingin dari udara. Perpindahan kalor dari atau ke udara sekiktar
dibuat sekecil mungkin dengan isolasi yang baik sehingga kehilangan kalor tersebut
diabaikan terhadap perpindahan kalor yang melalui dinding tabung yang
memisahkan udara panas dan udara dingin. Dengan asumsi tersebut, perpindahan
kalor pada fluida panas adalah:
(
)=
)=
21
)=
)=
= .
22
23
naik dan tempatnya digantikan oleh udara di atas daratan, terjadilah angina darat
(Gambar 2.8).
24
udara tersebut melalui elemen pemanas. Dengan cara ini dihasilkan suatu arus
konveksi paksa udara panas.
25
BAB 5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Konveksi dapat dimaksudkan sebagai perpindahan kalor melalui cecair atau
gas. Konveksi merupakan suatu mekanisme di mana energi kalor dipindahkan
oleh gabungan satu bahagian bendalir, iaitu gas atau cecair, dengan yang lain
(Straaten, 1967).
Sebagian besar konveksi ditentukan oleh perbedaan suhu antara permukaan
dengan udara, kasar atau tidaknya permukaan, gerakan udara ke atas permukaan
dan orientasi permukaan. Daya aliran konveksi merupakan kuantiti yang sentiasa
berubah (Billington, 1952).
Praktikum ini mengamati suatu pergerakan dari serbuk geragaji ketika
dimasukkan ke dalam bejana pada suhu yang berbeda. Pada suhu awal atau mulamula serbuk gergaji yang dimasukkan kedalam bejana yang berisi air akan
tenggelam. Ketika api dari bunsen sudah dihidupkan maka akan membuat air di
dalam bejana menjadi semakin bertambah temperaturnya. Karena ada kenaikan
temperatur dari air, maka air akan mendidih. Ketika air mendidih terjadi pergolakan
atau pergerakan dari serbuk gergaji dengan membentuk siklus putaran dari samping
menuju ke tengah bejana begitu seterusnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur dari air maka akan
membuat pergolakan atau pergerakan dari serbuk gergaji semakin cepat. Selain itu
masih ada beberapa ciri-ciri yang lain, contohnya terdapat titik uap air di bejana, air
menjadi keruh dan lain sebagaina.
5.2 SARAN
Sebaiknya dalam melakukan pengambilan data selanjutnya disediakan waktu
yang cukup lama, agar hasil pengambilan data bisa lebih akurat dan sebaiknya alatalat dan bahan yang hendak diujikan diatur terlebih dahulu dan dirawat untuk dapat
bekerja secara maksimal. Agar pada saat pengambilan data, mesin akan benar-benar
dapat siap untuk diuji dan digunakan.
29