OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan
(belakang pasaraya manggarai)
phone number : 021 8317064
pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan
Phone number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
Www.Optimaprep.Com
100. Tinea
Tinea unguium: subungual
distalis, leukonikia trikofita,
subngual proksimal
Gambaran Tinea
Tinea: Tatalaksana
Pengobatan topikal
Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam
bentuk salep ( Salep Whitfield).
Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep
(salep 2-4, salep 3-10)
Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1% dll.
Pengobatan sistemik
Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 1025 mg/kgBB sehari.
Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4
minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal
tidak ada perbaikan.
Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi
hari setelah makan
Vesikel, bercak
Eritema
Lesi target berbentuk bulat lonjong atau numular
Kadang-kadang disertai erosi
Bercak hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya,
terutama pada lesi berulang
TEN: Terapi
Kortikosteroid sistemik: prednison tab 30 mg/hari dibagi dalam 3x/
hari
Antihistamin sistemik untuk mengurangi rasa gatal: hidroksisin tab
10 mg/hari, 2x/hari selama 7 hari atau loratadin tab 1x10 mg/hari
selama 7 hari
Pengobatan topikal
Erosi atau madidans dapat dilakukan kompres NaCl 0,9% atau
Larutan Permanganas kalikus 1/10.000 dengan 3 lapis kasa
selama 10-15 menit. Kompres dilakukan 3 kali sehari sampai lesi
kering.
Terapi dilanjutkan dengan pemakaian topikal kortikosteroid
potensi ringan-sedang, misalnya hidrokortison krim 2.5% atau
mometason furoat krim 0.1%
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Melanoma Maligna
SCC
Etiologi
Belum pasti. Mungkin faktor
herediter atau iritasi berulang
pada tahi lalat
Prognosis buruk
BCC
MM
103.
Uretritis Non GO
Etiologi:
Chlamydia trachomatis dan beberapa jenis bakteri lainnya
termasuk ureaplasma urealyticum, mycoplasma, dan
trichomonas
gejala seperti pada GNO. GNO disebarkan secara seksual
terutama kontak seksual tanpa perlindungan, seksual per
oral, atau pun seksual per anal
Terapi:
Azitromisin 1 g PO
Doxisiklin
Dosis : Awal : 200 mg/hari terbagi 2 kali sehari PO/IV atau
IV diberikan 1x/hari
Lanjut : dosis rumatan : 100 200 mg/ hari terbagi tiap 12
jam PO/IV
CT scan
http://www.webmd.com/digestive-disorders/h-pylori-helicobacter-pylori?page=2
105. Pedikulosis
Infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
3 macam infeksi pada manusia
Pedikulosis kapitis: disebabkan Pediculus humanus
var. capitis
Pedikulosis korporis: disebabkan pediculus
humanus var. corporis
Pedukulosis pubis: disebabkan Phthirus pubis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis kapitis
Infeksi kulit dan rambut kepala
Banyak menyerang anak-anak dan higiene buruk
Gejala
Mula-mula gatal di oksiput dan temporal, karena garukan terjadi
erosi, ekskoriasi, infeksi sekunder
Diagnosis
Menemukan kutu/telur, telur berwarna abu-abu/mengkilat
Pengobatan
Malathion 1%, gameksan 1%,benzil benzoat 25%
Permethrin 1% lotion or shampoo (Nix) is first-line treatment for
pediculosis, except in places with known permethrin resistance.
Topical therapies should be used twice, at day 0 and again at day 7
to 10, to fully eradicate lice.
http://www.aafp.org/afp/2012/0915/p535.html
Pedikulosis korporis
Biasanya menyerang orang dewasa dengan higiene buruk
(jarang mencuci pakaian)
Kutu melekat pada serat kapas dan hanya transien ke kulit
untuk menghisap darah
Gejala
Hanya bekas garukan di badan
Diagnosis
Menemukan kutu/telur pada serat kapas pakaian
Pengobatan
Gameksan 1%, benzil benzoat 25%,
malathion 2%, pakaian direbus/setrika
Pedikulosis pubis
Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
Menyerang dewasa (tergolong PMS), dapat
menyerang jenggot/kumis
Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu
mata dan pada tepi batas rambut kepala
Gejala
Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black
dot pada celana dalam
Pengobatan
Gameksan 1%, benzil benzoat 25%
Metode
Patch Test
Prick Test
Scratch Test
Gambaran
Dermatitis
Kumpulan gejala inflamasi pada kulit seperti
gatal, eritema, vesikel, mengelupas, dan plak
krusta
Penyebab
Disfungsi antara sistem imun dan kulit
Terapi
Pelembab, krim steroid, krim dengan inhibitor
calcineurin
Dermatitis: Klasifikasi
Berdasarkan Penyebab
Dermatitis atopi, DKI, DKA, dermatitis statis,
dermatitis seboroik, neurodermatitis
Berdasarkan Lokasi
Dermatitis tangan, kaki dll
Berdasarkan Bentuk
Dermatitis numularis, Liken Simpleks Kronis
Dermatitis: Bentuk
Disorder
Location
Lesion
Neurodermatitis
Dermatitis
seborrheic
Contact allergic
Hypersensitivity
Dermatitis atopic
Numularis
Unknown
Dermatitis: Efloresensi
Dermatitis Atopi
Dermatitis Numularis
Dermatitis Seboroik
Neurodermatitis
Sistemik: Kortikosteroid
Prednison 5-10 mg/ dosis, 2-3x/hari
Deksametason 0.5-1 mg, 2-3x/hari
Dermatitis Statis
Salah satu jenis dermatitis sirkultorius
Paling sering: dermatitis varikosum ec insufisiensi vena
Gejala:
Pruritus, edema pada kaki hemosiderin keluar dari pemb.
Darah bercak hiperpigmentasi dermatitis
Bila infeksi sekunder indurasi subkutan
Dapat timbul ulkus
Terapi
Laboratorium
Mikroskop lapang pandang gelap, VDRL, TPHA
Terapi
Benzatin Penisilin 2,4 juta unit IM single dose
Doxicycline 2 x 100 mg/hr PO, 4 minggu
Eritromisin 4 x 500 mg/hari PO, 4 minggu
PATOGENESIS :
Masa inkubasi : 1-3 hari
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
Penjelasan
Pemfigus vulgaris
Pemfigoid bulosa
Pemfigus
Pemphigus Vulgaris
Pemphigus Vulgaris
Bullous Pemphigoid
Pemphigus Foliceus
Cicatricial Pemphigoid
111
.
112. Filariasis
Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3 berdasarkan
habitat cacing dewasa di hospes:
Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
Brugia malayi
Brugia timori
Perbandingan panjang:lebar
kepala 2:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah
Perbandingan panjang:lebar
kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
Pengobatan:
113. Fascioliasis
Fascioliasis pada manusia biasanya menginfeksi hati dan
saluran empedu, namun dapat mengenai bagian lain tubuh
Pada fase akut, gejala dapat timbul akibat migrasi parasit
dari usus halus menuju dan melewati hati
Gejala
Berupa gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, dan nyeri
perut. Demam, ruam, dan kesulitan bernapas dapat terjadi
A
http://www.cdc.gov/parasites/fasciola/dia
gnosis.html
http://www.who.int/foodborne_trematode_infections/fascioliasis/fascioliasis_diagnosis/en/
Nama cacing
Gejala Klinis
Morfologi
Fasciola
hepatika
Gangguan GIT
mual, muntah, nyeri
abdomen, demam
Peradangan,
penebalan,sumbatan
sal.empedusiroris
periporta
Fasciolopsis
buski
Sebagian besar
asimptomatik.
Nyeri perut
(epigastrium),diare kronik
diselingi konstipasi,tinja
berisi makanan yang tidak
tercerna,anemia akibat
perdarahan
ulkus/abses,reaksi alergi
thdp komponen
cacing,obstruksi usus
Bentuk
Tuberkulosis Kutis
Tuberculous Chancre
Afek primer : papul,
pustule, ulkus indolen,
menggaung,
disekitarnya livide
Masa tunas: 2-3 minggu
Limfangitis, limfadenitis
setelah afek primer
(tuberculin positif)
Semua di atas: komplek
primer
Ulkus dengan indurasi
TB Kutis
Verukosa
TB Kutis Gumosa
Secara hematogen
(dari paru) infiltrate
subkutan, batas tegas,
menahun melunak,
destruktif
DD: guma sifilis,
frambusia, mikosis
profunda
Skrofuloderma
Skrofuloderma: Histopatologi
Cuboid cell
lining
115. Sunburn
Etiologi: sinar UV B
Gejala dan tanda:
Kulit merah, hangat, nyeri, dan gatal,
berlangsung selama +1 minggu dapat
disertai dengan gejala demam, mual,
nyeri kepala, dan rasa lemah
Osmotic Diarrhea
IN THE SMALL INTESTINE
Ingestion of non-absorbable solutes
Fluid entry into the small bowel
Intraluminal solutions become iso-osmotic with the plasma
Intraluminal Na+ concentration drop below 80 ml osmol
Osmotic Diarrhea
IN THE COLON
Carbohydrate
Metabolized by Bacteria
Na+ and H2O
Short Chain fatty acids
(Organic anions)
Osmotic Diarrhea
Short-Chain Fatty Acids
(Organic Anions)
Promote more fluid in the colon
Obligate retention of inorganic cations
Further increasing the osmotic load
Endogenous
Congenital
Specific Malabsorptive
Disorders e.g Disaccharidase
deficiencies
Generalized Malabsorptive
Diseases e.g
Abetalipoproteinemia
Pancreatic insufficiency e.g
cystic fibrosis
Acquired
Specific Malabsorptive
Diseases
Generalized Malabsorptive
Diseases
Pancreatic insufficiency
Celiac disease
Infections
Diare Sekretorik
Sekresi air & elektrolit ke usus halus akibat
gangguan absorpsi Na+ oleh vilus saluran
cerna, sedangkan sekresi Cl- tetap
berlangsung/ meningkat air & elektrolit
keluar dari tubuh sebagai tinja cair
Penyebab: toksin E.coli atau V.cholera
Secretory Diarrhea
Electrolyte transport diarrhea
The intestine is able to
Secret
Fluids & electrolytes
Absorb
Inflammatory/Exudative Diarrhea
Diseases associated with large quantities of inflammatory
exudate blood, pus, and proteinaceous material, can
produce diarrhea.
These inflammatory products in themselves cause
increased stool volume and frequency, but altered
absorption of fluid and electrolytes also plays an important
role.
Mucosal inflammation can occur with diverticulitis,
inflammatory bowel disease, or invasive enteric infections
such as shigella, salmonella, or campylobacter.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK414/
Inflammatory/exudative
Diarrhea
Luminal or invading
Viruses
Bacteria
Protozoa
Helminths
Immunological mechanisms
Complement
T-lymphocytes
Proteases
Oxidants
Inflammatory Diarrhea
Of Any Mechanism
Damage to absorbing epithelium
Repopulation of damaged absorptive surface:
By immature cells with poor absorptive capacity
Malabsorption of ions and nutrients
Release of inflammatory mediators from cells in the
lamina propria
Stimulate secretion from the
Remaining crypts
Immature villous surface cells
Diminished peristalsis
Bacterial overgrowth
Secretory diarrhea
Disordered motility is
The cause of diarrhea
OR
An effect of diarrhea
IBS-D
Functional Diarrhea
Diabetic neuropathy
Scleroderma
Thyrotoxicosis
Defisiensi Laktase
Defisiensi laktase dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu defisiensi
laktase primer dan defisiensi laktase sekunder
Terdapat 3 bentuk defisiensi laktase primer, yaitu
Developmental lactase deficiency
Terdapat pada bayi prematur dengan usia kehamilan 26-32 minggu. Kelainan
ini terjadi karena aktivitas laktase belum optimal.
Congenital lactase deficiency
Kelainan dasarnya adalah tidak terdapatnya enzim laktase pada brush border
epitel usus halus. Kelainan ini jarang ditemukan dan menetap seumur hidup
Genetical lactase deficiency
Kelainan ini timbul secara perlahan-lahan sejak anak berusia 2-5 tahun hingga
dewasa. Kelainan ini umumnya terjadi pada ras yang tidak mengkonsumsi susu
secara rutin dan diturunkan secara autosomal resesif
Patogenesis
Laktosa tidak dapat diabsorpsi sebagai disakarida,
tetapi harus dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa
dengan bantuan enzim laktase di usus halus.
Bila aktivitas laktase turun atau tidak ada laktosa
tidak diabsorpsi dan mencapai usus bagian distal atau
kolon tekanan osmotik meningkat menarik air
dan elektrolit sehingga akan memperbesar volume di
dalam lumen usus diare osmotik
Keadaan ini akan merangsang peristaltik usus halus
sehingga waktu singgah dipercepat dan mengganggu
penyerapan.
Patogenesis
Di kolon, laktosa akan difermentasi oleh bakteri kolon
menghasilkan asam laktat dan asam lemak rantai pendek lainnya
seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat
Fenomena ini menerangkan feses yang cair, asam, berbusa dan
kemerahan pada kulit di sekitar dubur (eritema natum).
Fermentasi laktosa oleh bakteri di kolon menghasilkan beberapa
gas seperti hidrogen, metan dan karbondioksida distensi
abdomen, nyeri perut, dan flatus.
Selanjutnya, 80% dari gas tersebut akan dikeluarkan melalui rektum
dan sisanya akan berdifusi ke dalam sistem portal dan dikeluarkan
melalui sistem pernapasan.
Feses sering mengapung karena kandungan gas yg tinggi dan juga
berbau busuk.
Gejala Klinis
Intoleransi laktosa dapat bersifat
asimtomatis atau
memperlihatkan berbagai gejala
klinis
Berat atau ringan gejala klinis
yang diperlihatkan tergantung
dari aktivitas laktase di dalam
usus halus, jumlah laktosa, cara
mengkonsumsi laktosa, waktu
pengosongan lambung, waktu
singgah usus, flora kolon, dan
sensitifitas kolon terhadap
asidifikasi.
Pemeriksaan Penunjang
Analisis tinja
Metode klini test
Kromatografi tinja
pH tinja tinja bersifat asam
117. PANCYTOPENIA
Simultaneous presence of anaemia,
leukopenia, thrombocytopenia
APLASTIC ANEMIA:
Failure of two or more cell lines
Anaemia, leukopenia, thrombocytopenia
(pancytopenia) + hypoplasia or aplasia of the marrow
Pathology: Reduction in the amount of haemopoietic
tissue inability to produce mature cells for
discharge into the bloodstream
no hepatomegaly; no splenomegaly; no
lymphadenopathy;
Hallmark: peripheral pancytopenia with
hypoplastic/ aplastic bone marrow
CLASSIFICATION:
Idiopathic
Secondary:
Constitutional (inherited/congenital)
Diamond-Blackfan syndrome
Shwachmann-Diamond syndrome
Fanconi anemia
Dyskeratosis Congenita
TAR (thrombocytopenia with absent radii)
Amegakaryocytic thrombocytopenia
chemotherapy
Benzene
Chloramphenicol:
idiosyncratic; sudden
onset after several
months; 1 of every
20,000, irreversible
organophosphate
Viruses:
CMV
EBV
Hep B, C,D
HIV
Immune diseases:
eosinophilic fascitis
thymoma
Pregnancy
PNH
Marrow replacement:
leukemia
Myelofibrosis
myelodysplasia
PATHOPHYSIOLOGY
Direct destruction of haemopoietic
progenitors
Disruption of marrow micro-environment
Immune mediated suppression of marrow
elements
Cytotoxic T cells in blood and marrow
release gamma IFN and TNF inhibit early
and late progenitor cells
CLINICAL FEATURES
RBC (anemia)
Progressive and persistent pallor
Anemia related symptoms
WBC (Leucopenia/neutropenia)
Prone to infections - Pyodermas, OM,
pneumonia, UTI, GI infections, sepsis
Platelets (Thrombocytopenia)
Petechiae, purpura, ecchymoses
Hematemesis, hematuria, epistaxis, gingival bleed
Intracranial bleed-headache, irritability,
drowsiness, coma
Blood picture:
Anemia-normocytic, normochromic
Leukopenia (neutropenia)
Relative lymphocytosis
Thrombocytopenia
Absolute reticulocyte count low
Mild to moderate anisopoikilocytosis
Gold standard
Bone Marrow Puncture : dry aspirate,
hypocellular with fat (>70% yellow marrow)
Management:
Identification and
elimination of
underlying cause
Supportive therapy:
Red cell transfusion for
anemia
Prevention and
treatment of
haemorrhage
Prevention and
treatment of infection
Definitive therapy
Bone marrow transplantation
Treatment of choice
HLA matched donor. Usually
siblings
Long term survival rates: 60-70%
Immunosuppression
118. Hiperkalemia
Kadar kalium darah melebihi batas normal
The range in children & infants is age-dependent, whereas the range
for adults is approximately 3.5-5.5 mEq/L
The upper limit may be considerably high in young or premature
infants, as high as 6.5 mEq/L.
Potassium is the primary intracellular cation; more than 95-98% of the
total body potassium is found in the intracellular space, primarily in
muscle.
Patofisiologi:
Keluarnya K+ dari intrasel ekstrasel
Berkurangnya ekskresi K+ melalui ginjal
Meningkatnya intake K + ke dalam tubuh via oral/intravena
Tatalaksana
Batasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel
Calcium gluconate 1 g = 90 mg (4.5 mEq) of elemental calcium.
Calcium chloride 1 g = 270 mg (13.5 mEq) of elemental calcium.
Keluarkan kelebihan K+
Diuretik kuat seperti furosemide disertai NaCl.
Resin penukar ion dapat diberikan oral maupun per rektal (Sodium
polystyrene sulfonate (Kayexalate))
Dialisis
BERAT BADAN
BBL rendah: berat
badan < 2500
BBL sangat rendah :
berat badan bayi baru
lahir kurang dari 1500
gram.
BBL sangat-sangat
rendah : berat badan
bayi baru lahir kurang dari
1000 gram.
The Fetus and the Neonatal Infant. Nelson
Textbook of Pediatrics 17th ed
Morbili/Rubeola/Campak
Pre-eruptive Stage
Demam
Catarrhal Symptoms coryza, conjunctivitis
Respiratory Symptoms cough
Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
Exanthem sign
Maculopapular Rashes Muncul 2-7
hari setelah onset
Demam tinggi yang menetap
Anoreksia dan iritabilitas
Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
Stage of Convalescence
Rash menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
membekas kecoklatan
Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
Tindakan Pencegahan :
Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
Paramyxovirus
Kel yg rentan:
Anak usia prasekolah yg
blm divaksinasi
Anak usia sekolah yang
gagal imunisasi
Prodromal
Hari 7-11 setelah
eksposure
Demam, batuk,
konjungtivitis,sekret
hidung. (cough, coryza,
conjunctivitis 3C)
Enanthem ruam
kemerahan
Kopliks spots muncul 2
hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Morbili
KOMPLIKASI
Terapi:
Suportif, pemberian vitamin A 2
x 200.000 IU dengan interval 24
jam.
Penatalaksanaan
Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan
antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
Suplementasi vitamin A diberikan pada:
Rubella
Togavirus
Yg rentan: orang dewasa
yang belum divaksinasi
Musim: akhir musim
dingin/ awal musim semi.
Inkubasi 14-21 hari
Masa infeksius: 5-7 hari
sblm ruam s.d. 3-5 hari
setelah ruam muncul
Asymptomatik hingga
50%
Prodromal
Anak-anak: tidak bergejala
s.d. gejala ringan
Dewasa: demam, malaside,
nyeri tenggorokan, mual,
anoreksia, limfadenitis
oksipital yg nyeri.
Enanthem
Forschheimers spots
petekie pada hard
palate
Rubella - komplikasi
Arthralgias/arthritis pada
org dewasa
Peripheral neuritis
encephalitis
thrombocytopenic purpura
(jarang)
Congenital rubella
syndrome
Infeksi pada trimester
pertama
IUGR, kelainan mata, tuli,
kelainan jantung, anemia,
trombositopenia, nodul kulit.
Scarlet Fever
Sindrom yang memiliki
karakteristik: faringitis
eksudatif, demam, dan rash.
Disebabkan oleh group Abetahemolyticstreptococci
(GABHS)
Masa inkubasi 1-4 hari.
Manifestasi pada kulit diawali
oleh infeksi streptokokus
(umumnya pada
tonsillopharynx) : nyeri
tenggorokan dan demam
tinggi, disertai nyeri kepala,
mual, muntah, nyeri perut,
myalgia, dan malaise.
121. Hemofilia
Hemophilia is the most common inherited
bleeding disorder.
There are:
Hemophilia A : deficiency of factor VIII
Hemophilia B : deficiency of factor IX (christmas
disease)
Epidemiology
Incidence:
hemophilia A ( 85%) 1 : 5,000 10,000 males
(or 1 : 10,000 of male life birth)
hemophilia B ( 15%) 1 : 23,000 30,000 males
(or 1 : 50,000 of male life birth)
Approximately 70% had family history of bleeding
problems
Clinical manifestasion: mild, Moderate, severe
Genetic
Inherited as sex (X)-linked recessive
Genes of factor VIII/IX are located on the
distal part of the long arm (q) of X
chromosome
Female (women) are carriers
http://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/inheritance-pattern.html
Clinical manifestation
Bleeding:
usually deep (hematoma, hemarthrosis)
spontaneous or following mild trauma
Type:
hemarthrosis
hematoma
intracranial hemorrhage
hematuria
epistaxis
bleeding of the frenulum (baby)
Kuliah Hemofilia FKUI. Pustika A.
Diagnosis
history of abnormal bleeding in a boy
n normal platelet count
n bleeding time usually normal
n clotting time: prolonged
n prothrombin time usually normal
n partial thromboplastin time prolonged
n decreased antihemophilic factor
n
Antenatal diagnosis
5-40% (emedicine)
factor-IX
(unit/ml)
~ 0,5
~ 0,6
~ 4,0
25 - 100
25 - 35
(ml)
200
20
10
20
Stages of sepsis based on American College of Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine
Consensus Panel guidelines
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview
SINDROM DISFUNGSI MULTIORGAN Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan
pengobatan optimal
Kategori B
Tremor
Kejang
Tidak sadar
123. Asma
Batuk dan atau mengi berulang dengan karakteristik episodik,
nokturnal (variabilitas), reversibel (dapat sembuh sendiri
dengan atau tanpa pengobatan) ditambah atopi
Gejala utama pada anak: batuk dan/atau wheezing
PATHOGENESIS OF
ASTHMA
Definition
o Chronic inflammatory
condition of the
airwayshyperreactivity
o Episodic airflow
obstruction
Main processes
o Inflammatory reaction
o Remodeling
http://www.clivir.com/pictures/asthma/asthma_symptoms.jpg
T-helper lymphocytes
Mast cells
Eosinophils
Leads to
episodes of wheezing
Coughing
tightness in the chest
Breathlessness
shortage of breath specially at night and in the morning
Remodelling Proscess
The inflammatory reaction goes on for a long period
Changes
Epithelial cells
damaged and the cilia are lostsusceptible for infection
goblet cells increasedincrease in the secretions
function of the muco-ciliary escalator lostsecretions accumulate
in the lungs
The neurons
developed local reflexes
Andrew H. Liu, Joseph D. Spahn, Donald Y. M. Leung.
Childhood Asthma. Nelson Textbook of Pediatrics
The cardinal
features
airway hyperresponsiveness
excessive airway
mucus
production
airway
inflammation
elevated serum
immunoglobulin
E (IgE) levels
http://img.wikinut.com/img/r1xehlcoy_vpannf/jpeg/700x1000/Pathophysiology-of-Asthma.jpeg
Alur
Penatalaksanaan
Serangan Asma
Mechanism Of Corticosteroid in
Asthma
Inflammation in asthma is characterized by the
increased expression of multiple inflammatory
genes, including those encoding for cytokines,
chemokines, adhesion molecules, and
inflammatory enzymes and receptors.
CS have a broad spectrum of anti-inflammatory
effects in asthma, with inhibition of multiple
inflammatory mediators and inflammatory and
structural cells.
Mechanism Of Corticosteroid in
Asthma
At a cellular level, CS
suppress the multiple
inflammatory genes that
are activated in
asthmatic airways by
reversing histone
acetylation of the
activated inflammatory
genes
Effect of
Corticosteroids
on Gene
Transcription
(note that many of
inflammatory mediators
are inhibited as showed
beside)
124. STRIDOR
Harsh, high-pitched, musical sound produced by
turbulent airflow through a partially obstructed airway
May be inspiratory, expiratory, or biphasic depending on
its timing in the respiratory cycle
Inspiratory stridor suggests airway obstruction above the
glottis (extrathoracic lesion (eg, laryngeal))
Laryngeal lesions often result in voice changes.
Emedicine
http://medschool.lsuhsc.edu
Causes of Stridor
neonate
Laryngomalacia
Vocal cord dysfunction
Congenital tumours
Choanal atresia
Laryngeal webs
1st
2nd
Chronic
Chronic
Chronic
Chronic
Chronic
Chilld
Infection -epiglottitis -Laryngitis
Croup : 1-2 days duration less severe
FB
Laryngeal dyskinesia
acute
Acute
Acute
chronic
adult
Infection -epiglottitis -Laryngitis
Trauma acquired stenosis
CA Larynx or Trachea or main bronchus
http://medschool.lsuhsc.edu
Acute
Acute
chronic
http://dnbhelp.files.wordpress.com/2011/10/stridor.jpg?w=645
Croup
Croup (laringotrakeobronkitis
viral) adalah infeksi virus di
saluran nafas atas yang
menyebabkan penyumbatan
Merupakan penyebab stridor
tersering pada anak
Gejala: batuk menggonggong
(barking cough), stridor,
demam, suara serak, nafas
cepat disertai tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
Steeple sign
Pemeriksaan
Croup is primarily a clinical diagnosis
Laboratory test results rarely contribute to confirming this
diagnosis. The complete blood cell (CBC) count may suggest a viral
cause with lymphocytosis
Radiography : verify a presumptive diagnosis or exclude other
disorders causing stridor.
The anteroposterior (AP) radiograph of the soft tissues of the neck
classically reveals a steeple sign (also known as a pencil-point sign),
which signifies subglottic narrowing
Lateral neck view may reveal a distended hypopharynx (ballooning)
during inspiration
Demam
Suara serak
Batuk menggonggong
Stridor bila anak gelisah
Terapi:
Rawat jalan
Pemberian cairan oral,
ASI/makanan yang sesuai
Simtomatik
Berat
Gejala:
Stridor saat istirahat
Takipnea
Retraksi dinding dada bagian
bawah
Terapi:
Steroid (dexamethasone) dosis
tunggal (0,6 mg/kg IM/PO)
dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 23 mL NS, nebulisasi selama 20
menit
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO; 2008.
125. PNEUMONIA
Inflammation of the parenchyma of the lungs
http://emedicine.medscape.com/article/967822
Patologi Pneumonia
Basil yang masuk bersama sekret
bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang
edema seluruh alveoli disusul
dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit terjadi
permulaan fagositosis sebelum
terbentuknya antibodi.
Sel-sel PMN mendesak bakteri ke
permukaan alveoli dan dengan
bantuan leukosit yang lain
melalui psedopodosis sitoplasmik
mengelilingi bakteri tersebut
kemudian dimakan.
Pneumonia. PDPI
Bronkopneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru.
Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua.
Pneumonia interstisial
Item
Lobar pneumonia
Bronchopneumonia
Age
Extremes of ages
infants, olds and those
suffering
from chronic debilitating illness
or immuno-suppression.
Organism
Grossly
Pneumonia
Tanda utama menurut WHO: fast breathing & lower chest indrawing
Signs and symptoms :
Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and
diarrhea, abdominal pain
Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring,
subcostal retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
Di
samping
batuk
atau
kesulitan
bernapas,
hanya
terdapat
napas
cepat
saja.
SEVERE PNEUMONIA
No
tachypnea,
no chest
indrawing
PNEUMONIA
NO PNEUMONIA
rawat jalan
Kotrimoksasol
(4 mg TMP/kg
BB/kali) 2 kali
sehari selama
3 hari atau
Amoksisilin
(25 mg/kg
BB/kali) 2 kali
sehari selama
3 hari.
Do
not
adm
inist
er
an
anti
bioti
c
PNEUMONIA
NO PNEUMONIA
Tatalaksana Pneumonia
ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau
IM setiap 6 jam). Bila anak memberi respons yang
baik dlm 24-72 jam, lanjutkan selama 5 hari.
Selanjutnya dilanjutkan dgn amoksisilin PO (15
mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya.
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam,
atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat
menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distres pernapasan berat) maka
ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM
atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat,
segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter
nasofaringeal.
125. Bronkiolitis
Infection (inflammation) at
bronchioli
Bisa disebabkan oleh
beberapa jenis virus, yang
paling sering adalah
respiratory syncytial virus
(RSV)
Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan
adenoviruses
Predominantly < 2 years of age
(2-6 months)
Difficult to differentiate with
pneumonia and asthma
Bronkhiolitis
Bronchiolitis
Bronchiolitis:
Management
Mild disease
Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2,
IVFD
Etiological Treatment
Anti viral therapy (rare)
Antibiotic (if etiology
bacteria)
Symptomatic Therapy
Bronchodilator: controversial
Corticosteroid: controversial
(not effective)
Tatalaksana Bronkiolitis
Walaupun pemakaian nebulisasi
dengan beta2 agonis sampai saat
ini masih kontroversi, tetapi
masih bisa dianjurkan dengan
alasan:
Pada bronkiolitis selain terdapat
proses inflamasi akibat infeksi virus
juga ada bronkospasme dibagian
perifer saluran napas (bronkioli)
Beta agonis dapat meningkatkan
mukosilier
Sering tidak mudah membedakan
antara bronkiolitis dengan serangan
pertama asma
Efek samping nebulasi beta agonis
yang minimal dibandingkan
epinefrin.
Sari Pediatri
Gambaran Radiologis
Pneumonia lobaris Characteristically, there is homogenous opacification in a lobar pattern.
The opacification can be sharply defined at the fissures, although more
commonly there is segmental consolidation. The non-opacified bronchus
within a consolidated lobe will result in the appearance of air
bronchograms.
Pneumonia
associated with suppurative peribronchiolar inflammation and
lobularis/
subsequent patchy consolidation of one or more secondary lobules of a
bronkopneumonia lung in response to a bacterial pneumoniAssociated a: multiple small
nodular or reticulonodular opacities which tend to be patchy and/or
confluent.
Asthma
bronkiolitis
126. Difteri
Penyebab : toksin Corynebacterium diphteriae
Organisme:
Basil batang gram positif
Pembesaran ireguler pada salah satu ujung (club shaped)
Setelah pembelahan sel, membentuk formasi seperti huruf cina
atau palisade
Gejala:
Gejala awal nyeri tenggorok
Bull-neck (bengkak pada leher)
Pseudomembran purulen berwarna putih keabuan di faring,
tonsil, uvula, palatum. Pseudomembran sulit dilepaskan. Jaringan
sekitarnya edema.
Edema dapat menyebabkan stridor dan penyumbatan sal.napas
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
http://4.bp.blogspot.com/
Difteri
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tuahitam.
Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
Difteri
Obat (cont)
Jika anak demam ( 39o C) beri parasetamol.
Jika sulit menelan, beri makanan melalui pipa nasogastrik.
Indikasi krikotirotomi/ trakeostomi/intubasi : Terdapat
tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang
berat
Belum terdapat persamaan pendapat mengenai kegunaan
kortikosteroid pada difteri.
Dianjurkan pada kasus difteria yang disertai dengan gejala
obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat disertai atau tidak
bullneck) dan bila terdapat penyulit miokarditis.
Pemberian kortikosteroid untuk mencegah miokarditis ternyata
tidak terbukti.
Dosis : Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, po tiap 6-8 jam pada
kasus berat selama 14 hari.
Ket: ASO=ASTO
Physical Findings
Migratory Polyarthritis
is the most common symptom
(polyarticular, fleeting, and
involves the large joints)
frequently the earliest
manifestation of acute
rheumatic fever (70-75%).
Carditis:
(40% of patients)
and may include cardiomegaly,
new murmur, congestive heart
failure, and pericarditis, with or
without a rub and valvular
disease.
Characteristic murmurs of
acute carditis include
the high-pitched, blowing,
holosystolic, apical murmur of
mitral regurgitation;
the low-pitched, apical, middiastolic, flow murmur (CareyCoombs murmur);
and a high-pitched,
decrescendo, diastolic murmur
of aortic regurgitation heard at
the aortic area.
Murmurs of mitral and aortic
stenosis are observed in
chronic valvular heart disease.
Physical Findings
Subcutaneous nodules (ie, Aschoff bodies):
10% of patients and are edematous, fragmented collagen fibers.
They are firm, painless nodules on the extensor surfaces of the wrists,
elbows, and knees.
Erythema marginatum:
5% of patients.
The rash is serpiginous and long lasting.
Rheumatic fever-treatment
Bed rest 2-6 weeks(till inflammation subsided)
Supportive therapy - treatment of heart failure
Anti-streptococcal therapy - Benzathine penicillin(long acting)
1.2 million units once(IM injection) or oral penicillin V 10 days, if
allergic to penicillin erythromycin 10 days (antibiotic is given
even if throat culture is negative)
Anti-inflammatory agents
Aspirin in anti-inflammatory doses effectively reduces all
manifestations of the disease except chorea, and the response
typically is dramatic.
Aspirin 100 mg/kg per day for arthritis and in the absence of carditis- for 4-6
weeks to be tapered off
Corticosteroids If moderate to severe carditis is present as indicated by
cardiomegaly, third-degree heart block, or CHF, add PO prednisone to salicylate
therapy -2 mg/kg per day for 2-6 weeks to be tapered off
Acyanotic
With volume
load:
- ASD
- VSD
- PDA
- Valve
regurgitation
Cyanotic
With pressure
load:
With
pulmonary blood
flow:
With
pulmonary blood
flow:
- Valve stenosis
- ToF
- Coarctation of
aorta
- Atresia
pulmonal
- Transposition of
the great vessels
- Atresia tricuspid
- Truncus
arteriosus
Clinical Findings
Clinical Findings
Cyanotic Congenital HD
Cyanotic lesions with pulmonary blood flow must include both:
an obstruction to pulmonary blood flow & a shunt from R to L
Common lesions:
Tricuspid atresia, ToF, single ventricle with pulmonary stenosis
The degree of cyanosis depends on:
the degree of obstruction to pulmonary blood flow
If the obstruction is mild:
Cyanosis may be absent at rest
These patient may have hypercyanotic spells during condition of stress
If the obstruction is severe:
Pulmonary blood flow may be dependent on patency of the ductus arteriosus.
When the ductus closes hypoxemia & shock
Cyanotic Congenital HD
Cyanotic lesions with pulmonary blood flow is not associated
with obstruction to pulmonary blood flow
- TGA
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Flow across VSD
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
cardiomegaly with
prominence of
both ventricles,
the left atrium, &
the pulmonary artery.
pulmonary vascular
marking
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
The degree of L-to-R shunting is dependent on:
- the size of the defect,
- the relative compliance of the R and L ventricles, &
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Ro:
Constant increased of
ventricular diastolic volume
Flow across the septal defect doesnt produce murmur because the pressure gap
between LA & RA is not significant
1. Nelsons textbook of pediatrics. 18th ed.
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Coarctasio of Aorta
Tetralogi Fallot
129. Limfadenitis
Merupakan peradangan pada
satu atau beberapa kelenjar
getah bening.
Bisa disebabkan oleh infeksi dari
berbagai organisme, yaitu
bakteri, virus, protozoa, riketsia
atau jamur.
Bakteri Streptokokus,
staphilokokus, dan Tuberkulosis
adalah penyebab paling umum
dari limfadenitis, meskipun virus,
protozoa, rickettsiae, jamur juga
dapat menginfeksi kelenjar getah
bening.
Anamnesis
Pembengkakan kelenjar getah
bening
Demam
Kehilangan nafsu makan
Keringat berlebihan,
Nadi cepat
fatigue
Nyeri tenggorok dan batuk bila
disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas.
Nyeri sendi bila disebabkan oleh
penyakit kolagen atau penyakit
serum (serum sickness)
http://www.aafp.org/afp/2014/0301/p353.html
Faktor Risiko:
Riwayat penyakit seperti tonsilitis yang disebabkan oleh
bakteri streptokokus, infeksi gigi dan gusi yang disebabkan
oleh bakteri anaerob.
Riwayat perjalanan dan pekerjaan ke daerah endemis
penyakit tertentu, misalnya perjalanan ke daerah-daerah
Afrika dapat menunjukkan penyebab limfadenitis adalah
penyakit Tripanosomiasis. Sedangkan pada orang yang
bekerja di hutan Limfadenitis dapat terkena Tularemia.
Paparan terhadap infeksi / kontak sebelumnya kepada
orang dengan infeksi saluran nafas atas, faringitis oleh
Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,
bintik-bintik merah pada langit-langit infeksi streptokokus.
Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang
sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada
jaringan lunak leher (bull neck) infeksi oleh bakteri Difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa infeksi Epstein Barr
Virus.
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik Campak.
Adanya bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang
dengan penekanan), pucat, memar yang tidak jelas penyebabnya,
disertai pembesaran hati dan limpa leukemia.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan skrining TB: BTA sputum, LED,
mantoux test.
Laboratorium: Darah perifer lengkap
Penatalaksanaan
Pencegahan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa
membantu mencegah terjadinya berbagai infeksi.
Untuk membantu mengurangi rasa sakit, KGByang terkena bisa
dikompres hangat.
Tata laksana pembesaran KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.
Penyebab oleh virus sel limiting
Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah anti-biotic
oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25
mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic
golongan penicillin dapat diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan
500 mg) tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga
kali sehari.
Bila penyebabnya TB maka diberikan OAT
Kriteria rujukan
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu
dirujuk untuk mencari penyebabnya (indikasi
untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah
bening).
Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan gejala
yang mengarahkan kepada keganasan, KGB
yang menetap atau bertambah besar dengan
pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum
dapat ditegakkan.
Pedoman Praktis Klinis IDI
ISK
3 bentuk gejala UTI:
Pyelonefritis (upper UTI): nyeri abdomen, demam, malaise, mual,
muntah, kadang-kadang diare
Sistitis (lower UTI): disuria, urgency, frequency, nyeri suprapubik,
inkontinensia, urin berbau
Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi tidak disertai gejala
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/LPB), Hematuria
(Eritrosit>5/LPB)
Biakan urin dan uji sensitivitas
Kreatinin dan Ureum
Pencitraan ginjal dan saluran kemih untuk mencari kelainan
anatomis maupun fungsional
Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada biakan urin (>105 koloni
kuman per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) yang diambil
pagi hari)
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. & PPM IDAI
Risk Factor
Tatalaksana
Tujuan : Memberantas kuman penyebab, mencegah dan menangani komplikasi dini, mencari
kelainan yang mendasari
Umum (Suportif)
Masukan cairan yang cukup
Edukasi untuk tidak menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periurethra
Hindari konstipasi
Khusus
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik
selama 7-10 hari
Obat rawat jalan : kotrimoksazol oral 24 mg/kgBB setiap 12 jam, alternatif ampisilin,
amoksisilin, kecuali jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik, atau kondisi anak memburuk berikan gentamisin (7.5
mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3
parenteral
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks berulang, pielonefritis akut, ISK pada
neonatus, atau ISK kompleks (disertai kelainan anatomis atau fungsional)
Pertimbangkan komplikasi pielonefritis atau sepsis
Algoritme
Penanggulangan
dan Pencitraan
Anak dengan ISK
131. Leukemia
Leukemia
Jenis leukemia yang paling sering terjadi pada
anak-anak adalah Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) dan Acute Myelogenous
Leukemia (AML)
ALL merupakan keganasan yg paling sering
ditemui pada anak-anak (1/4 total kasus
keganasan pediatrik)
Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
Clinical Manifestation
More common in AML
Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded
microcirculationheadache, blurred vision, TIA, CVA, dyspnea,
hypoxia
DIC (promyelocitic subtype)
Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
ALL
AML
etiologi
Gejala dan
tanda
Lab
Anemia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal,
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+)
Trombositopenia,
leukopenia/leukositosis, primitif
granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi
kemoterapi
kemoterapi
Time after
primary infection
2 3 months
Clinical Manifestation
Fever of Onset
6 24 months
Osteo-articular TB
> 5 years
Phlyctenular conjunctivitis
3 12 months
Primary pulmonary TB
TB Meningitis
Miliary TB
TB Pleural effusion
Erythema nodosum
Renal TB
Complications of focus
1. Effusion
2. Cavitation
3. Coin shadow
Complications of nodes
1. Extension to bronchus
2. Consolidation
3. Hyperinflation
MENINGITIS OR MILIARY
in 4% of children infected
under 5 years of age
LATE COMPLICATIONS
Renal & Skin
Most after 5 years
Most children
become tuberculin
sensitive
BRONCHIAL EROSION
3-9 months
A minority of children
experience :
1. Febrile illness
2. Erythema Nodosum
3. Phlyctenular Conjunctivitis
PRIMARY COMPLEX
Progressive Healing
Most cases
infection
4-8 weeks
12 months
Development
Of Complex
1/1/2016
Incidence decreases
As age increased
Resistance reduced :
1. Early infection
(esp. in first year)
2. Malnutrition
3. Repeated infections :
measles, whooping cough
streptococcal infections
4. Steroid therapy
BONE LESION
Most within
3 years
24 months
DIMINISHING RISK
But still possible
90% in first 2 years
232
Sistem Skoring
Diagnosis oleh dokter
Perhitungan BB saat
pemeriksaan
Demam dan batuk yang tidak
respons terhadap terapi baku
Cut-of f point: 6
Adanya skrofuloderma
langsung didiagnosis TB
Rontgen bukan alat diagnosis
utama
Reaksi cepat BCG harus
dilakukan skoring
Reaksi cepat BCG harus
dievaluasi dengan sistem
skoring
Total nilai 4 pada anak balita
atau dengan kecurigaan
besar dirujuk ke rumah sakit
Profilaksis INH diberikan pada
anak dengan kontak BTA (+)
dan total nilai <5
Terapi
Anak dengan TB paru atau limfadenitis TB
dapat diberikan regimen 2RHZ/4RH
Kecuali pada anak yang tinggal di daerah dengan
prevalensi HIV yang tinggi atau resistensi isoniazid
yang tinggi, atau anak dengan TB paru yang
ekstensif diberikan 2RHZE/4RH
Uji Tuberkulin
Menentukan adanya respon imunitas selular terhadap TB.
Reaksi berupa indurasi (vasodilatasi lokal, edema, endapan
fibrin, dan akumulasi sel-sel inflamasi)
Tuberkulin yang tersedia : PPD (purified protein derived) RT-23
2TU, PPD S 5TU, PPD Biofarma
Cara : Suntikkan 0,1 ml PPD intrakutan di bagian volar lengan
bawah. Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan
Pengukuran (pembacaan hasil)
Dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan eritemanya
Indurasi dipalpasi, tandai tepi dengan pulpen. Catat diameter
transversal.
Hasil dinyatakan dalam milimeter. Jika tidak timbul = 0 mm
Hasil:
Positif jika indurasi >= 10mm
Ragu-ragu jika 5-9 mm
Negatif < 5 mm
Perdarahan Subgaleal
Darah di bawah galea
aponeurosis
Pembengkakan kulit kepala,
ekimoses
Mungkin meluas ke daerah
periorbital dan leher
Seringkali berkaitan dengan
trauma kepala (40%).
Jenis GGA
GGA prarenal: dehidrasi, syok, perdarahan, gagal jantung, sepsis
GGA renal: pielonefritis, glomerulonefritis, nefrotoksisitas karena obat
atau kemoterapi, lupus nefritis, nekrosis tubular akut, SHU, HSP
GGA pascarenal: keracunan jengkol, batu saluran kemih, obstruksi
saluran kemih, sindrom tumor lisis, buli-buli neurogenik
Indikasi Kontra
DTP
Polio Oral
Polio Inactivated
MMR
Hepatitis B
Varisela
Pertimbangan Tambahan
Anak dengan batuk-pilek ringan dengan atau
tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila
bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2
minggu
Tidak dibenarkan memberikan imunisasi
dengan pengurangan dosis atau dengan dosis
terbagi
Anak yang sedang minum antibiotik tetap
diperbolehkan imunisasi
135.
Jenis vaksin
Hepatit
i s B
Polio
BCG
DTP
Hib
PCV
Rotavirus
e
Influ nza
Campak
MMR
Tifoid
Hepatit
i s A
Varisela
HPV
Lahir
Bulan
5
6
12
15
18
24
Tahun
7
8
10
12
18
3
1
1 kali
6 (Td)
7(Td)
4
4
Ulangan 1 kaliptia tpahun
1
Keterangan
Cara membaca kolom umur: misal 2 u berarti mu r 2 bul an (60 har i) sd 2 bul an 29 har i (89 har i)
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januaril 2014 dan dapat diakses pada website IDAI (http
: //
idai.or.id/public-artices/kl ini k/i mu ni sasi /j adw al-imunisasi-anak-idai.html)
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel
1. Vaksin hepatit
i s B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului
pemberian suntikan vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatit
i s B
dan imunoglobulin hepatit
i s B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatit
i s B
selanjutnya dapat menggunakan vaksinihepatit
Bs mon o valen atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin polio. Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral
(OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin
OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan,
a optiml umur 2 bulan. Apabila
diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan
vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun
diberikan vaksin Td, dibooster setia
p 10 t ahun.
5. Vaksin campak. Vaksin campak keduaa tidk perlu diberikan pada umur 24 bulan, apabila MMR
sudah diberikan pada 15 bulan.
2
1
3
2
Ulangan tia 3 t ahun
2 kali, interval 6-12 bulan
1 kali
3 kali
6. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu
booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada
anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu danatidk melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus
pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3, 4-10 minggu;
dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
8. Vaksin varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur
sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang
p setia tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunizatio
n
) pada anak umur kurang dari 9 tahun
diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 - < 36 bulan, dosis 0,25 mL.
10. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin
HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan
interval 0,2,6 bulan.
Astrovirus
Winter outbreaks
Affects all ages
Typical duration 3 days
Adenovirus
Summer outbreaks
Typicall affects children
Typical duration 6-9 days
Campylobacter jejuni
Fever in 80% of cases
Bloody Diarrhea with Fecal
Leukocytes
Salmonella
Bloody Diarrhea
Shigella
High fever (and Febrile Seizures)
Bloody Diarrhea
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Inflammatory Diarrheas
Enteroinvasive E. coli (EIEC)
Shigatoxin-producing E. coli
(STEC)/EHEC
138. Diare
Diare akut: berlangsung < 1
minggu, umumnya karena infeksi
Diare akut cair
Diare akut berdarah
Disentri: diare
mengandung lendir dan
darah
Diare primer: infeksi
memang terjadi pada
saluran cerna (misal:
infeksi Salmonella)
Diare sekunder: diare
sebagai gejala ikutan dari
berbagai penyakit
sistemik seperti pada
bronkopnemonia,
ensefalitis dan lain-lain
Klasifikasi Diare
PPM IDAI
Kattwinkel J, Perlman JM. Part 15: neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909 S919
Pemberian Oksigen
Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai
resusitasi dengan udara atau oksigen campuran
(blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi
oksigen untuk mencapai SpO2 sesuai target.
Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi
dimulai dengan udara kamar.
Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah
90 detik resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah,
konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga
didapatkan frekuensi denyut jantung normal.
Keterangan
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas Rhesus
Faktor Rh: salah satu jenis antigen permukaan
eritrosit
Inkompatibilitas rhesus: kondisi dimana wanita
dengan rhesus (-) terekspos dengan eritrosit Rh (+),
sehingga membentuk antibodi Rh
Ketika ibu Rh (-) hamil dan memiliki janin dengan Rh (+),
terekspos selama perjalanan kehamilan melalui kejadian
aborsi, trauma, prosedure obstetrik invasif, atau kelahiran
normal
Ketika wanita dengan Rh (-) mendapatkan transfusi darah
Rh (+)
Inkompatibilitas Rhesus
Risiko dan derajat keparahan meningkat seiring dengan
kehamilan janin Rh (+) berikutnya, kehamilan kedua
menghasilkan bayi dengan anemia ringan, sedangkan
kehamilan ketiga dan selanjutnya bisa meninggal in utero
Risiko sensitisasi tergantung pada 3 faktor:
Volume perdarahan transplansental
Tingkat respons imun maternal
Adanya inkompatibilitas ABO pada saat bersamaan
Adanya inkompatibilitas ABO pada saat bersamaan dengan
ketidakcocokan Rh justru mengurangi kejadian inkompatibilitas Rh
karena serum ibu yang mengandung antibodi ABO
menghancurkan eritrosit janin sebelum sensitisasi Rh yg signifikan
sempat terjadi
Untungnya inkompatibilitas ABO biasanya tidak memberikan
sekuele yang parah
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tes Laboratorium
Prenatal emergency care
Tipe Rh ibu
the Rosette screening test
atau the Kleihauer-Betke
acid elution test bisa
mendeteksi
alloimmunization yg
disebabkan oleh fetal
hemorrhage
Amniosentesis/cordosente
sis
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana
Jika sang ibu hamil Rh dan belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh IgG atau
RhoGAM)
Jika sang ibu sudah tersensitisasi, pemberian Rh IgG
tidak berguna
Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas,
transfusi tukar/ foto terapi tergantung dari kadar
bilirubin serum, rendahnya Ht, dan naiknya
reticulocyte count
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Inkompatibilitas ABO
Terjadi pada ibu dengan
golongan darah O terhadap
janin dengan golongan
darah A, B, atau AB
Tidak terjadi pada ibu gol A
dan B karena antibodi yg
terbentuk adalah IgM yg tdk
melewati plasenta,
sedangkan 1% ibu gol darah
O yang memiliki titer
antibody IgG terhadap
antigen A dan B, bisa
melewati plasenta
Inkompatibilitas ABO
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
direct Coombs test.
Pada inkompatibilitas ABO manifestasi yg lebih
dominan adalah hiperbilirubinemia,
dibandingkan anemia, dan apusan darah tepi
memberikan gambaran banyak spherocyte dan
sedikit erythroblasts, sedangkan pada
inkompatibilitas Rh banyak ditemukan eritoblas
dan sedikit spherocyte
Tatalaksana: fototerapi, transfusi tukar
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas ABO jarang
sekali menimbulkan hidrops
fetalis dan biasanya tidak
separah inkompatibilitas Rh
Risiko dan derajat keparahan
tidak meningkat di anak
selanjutnya
Inkompatibilitas Rh
Gejala biasanya lebih parah jika
dibandingkan dengan
inkompatibilotas ABO, bahkan
hingga hidrops fetalis
Thyroid Function:
normal brain growth and myelination
and for normal neuronal
connections.
The most critical period fis the first
few months of life.
http://emedicine.medscape.com/article/919758-overview#aw2aab6b2b2aa
http://www.montp.inserm.fr/u632/images/TR-CAR1.gif
http://php.med.unsw.edu.au/embryology
/index.php?title=File:Congenital_hypothyr
oidism.jpg
Causes:
Deficient production of thyroid
hormone
Disgenesis congenital
Hypothyroidism
Iodine deficiencyendemic goiter
http://findmeacure.com/2008/04/13/growth-disorders/
142. TORCH
Infeksi TORCH
T=toxoplasmosis
O=other (syphilis)
R=rubella
C=cytomegalovirus
(CMV)
H=herpes simplex
(HSV)
TORCH: Toksoplasma
Diagnosis
Gejala: tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas AntiToxoplasma IgG.
Pemeriksaan perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi, ibu-ibu sebelum
atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif perlu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimester), serta bayi baru lahir dari ibu
yang terinfeksi Toxoplasma
TORCH: Rubella
Karakteristik
Diagnosis
IgG maternal bisa akibat
imunisasi atau infeksi lampau
tidak dapat dipegang
Virus dapat diisolasi dari sekret nasal
Terapi
-
Pencegahan: Imunisasi
Perawatan: suportif dengan
mengedukasi orangtua
Pemeriksaan laboratorium
Mengetahui infeksi akut atau infeksi berulang, dimana infeksi
akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM,
serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Sumber :Pengertian TORCH Berikut Pencegahannya - Bidanku.comhttp://bidanku.com/pengertian-torch-berikutpencegahannya
Nutrisi
Penambahan kalori 300 Kal/Hari dan air 400 ml/hari
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Dosis
Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi
Tujuan
Pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama
yang memiliki risiko tinggi (riwayat preeklampsia di
kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik,
penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan ganda)
Dosis
1,5-2 g/ hari
Medikamentosa Kehamilan: TT
Didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status) imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya
Pemberian tidak ada interval maks, hanya terdapat interval min antar dosis TT
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui, berikan
dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut
Medikamentosa Kehamilan: TT
Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah
pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM
disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah
diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:
144. Antiskabies
Drugs
Efektif
All stadium
Permethrine 5%
All stadium
Gameksan 1%
All stadium
Krotamiton 10%
Sulfur precipitate
6%
Dilatasi/Pembukaan seviks
Skor 0 (0 cm) 3 (> 6 cm)
Penipisan serviks
Skor 0(0%) 3 (80-100% setipis kertas)
Konsistensi serviks
Keras sedang - lunak
Posisi Serviks
Kebelakang Searah sumbu jalan lahir kedepan
Bishop Score
Suatu standarisasi objektif dalam memilih pasien yang lebih
cocok untuk dilakukan induksi persalinan letak verteks.
KET
Mendesak struktur
sekitar
Darah mengiritasi
peritoneum
Nyeri
Nyeri
KET: Kuldosentesis
Teknik untuk mengidentifikasi hemoperitoneum
Serviks ditarik kearah simfisis menggunakan
tenakulum jarum 16-18 G dimasukkan lewat
forniks posterior kearah cul-de-sac
Cairan yang mengandung gumpalan darah, atau
cairan bercampur darah sesuai dengan diagnosis
hemoperitoneum akibat kehamilan ektopik
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
Segera rujuk ibu ke RS
Tatalaksana Khusus
Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
http://www.myoma.co.uk/about-uterine-myoma.html
Mioma Uteri
Gejala dan Tanda:
Perdarahan banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid
Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi rahim
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum, organ
panggul lain gangguan BAB atau BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul,
gangguan ginjal
Infertilitas karena terjadi penekanan pada saluran indung telur
Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.
Pada kehamilan
Membesar pada trimester pertama karena pengaruh estrogen
Degenerasi merah pada masa hamil atau nifas
Torsio dengan tanda akut abdomen
Faktor Predisposisi
Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga
Diagnosis
Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
USG abdominal/ transvaginal
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Terapi Hormonal
Preparat progestin atau GnH efek hipoestrogen
Terapi Operasi
Miomektomi
Bila pasien masih muda/ingin memiliki anak
Histerektomi
Bila tidak ingin memiliki anak lagi atau nyeri hebat yang tidak sembuh
dengan terapi
Miolisis
Koagulasi laparoskopik dengan neodymium
Mioma Geburt
Mioma submukosa pedinkulata: jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai
Histologi
Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) I
(mild) a benign viral infection
CIN II (moderate)
CIN III (severe)
Sitologi
low-grade SIL (squamous intraepithelial
lesion)low-grade lesions
high-grade SIL (HSIL) high-grade
dysplasia
. KANKER SERVIKS
Keganasan pada serviks
Perubahan sel dari normal
pre kanker (displasia) kanker
Insidens : usia 40-60 tahun
Faktor Risiko :
HPV (faktor utama) 50% oleh
HPV 16 & 18
Multipartner
Merokok
Riwayat penyakit menular
seksual
Berhubungan seks pertama
pada usia muda
Kontrasepsi oral
Multiparitas
Status ekonomi sosial rendah
Riwayat Keluarga
Kanker Serviks
Tanda dan Gejala
Diagnosis
Perdarahan pervaginam
Perdarahan menstruasi
lebih lama dan lebih
banyak dari biasanya
Perdarahan post
menopause atau
keputihan >>
Perdarahan post koitus
Nyeri saat berhubungan
Keputihan (terutama
berbau busuk + darah)
Massa pada serviks,
mudah berdarah
IVA
Sitologi servikal (Pap Test)
Kolposkopi
Biopsi serviks
The
oncogenic
proteins
http://media.jaapa.com/Images/2009/
Faktor Lain
Kehamilan usia dini
Multiparitas
Sosial ekonomi rendah
Merokok
Imunosupresi
Defisiensi nutrisi &
vitamin
Kontrasepsi oral > 5
tahun
Riwayat lesi intraepitelial
skuamosa
Accuracy of the Papanicolaou Test in Screening for and Follow-up of Cervical Cytologic Abnormalities: A
Systematic Review
Kavita Nanda, MD, MHS; Douglas C. McCrory, MD, MHSc; Evan R. Myers, MD, MPH; Lori A. Bastian, MD, MPH; Vic
Hasselblad, PhD; Jason D. Hickey; and David B. Matchar, MD
http://www.sh.lsuhsc.edu/fammed/Images/PAP-fig1.jpg
http://www.stevenchan.us/sites/default/files/goody/cervical-dysplasia-handout-without-notes.png
Malignant neoplasms
of various types of
trophoblats
Choriocarcinoma
Placental site
trophoblastic tumor
Epithilioid trophoblastic
tumors
Malformations of the
chorionic villi that are
predisposed to
develop trophoblastic
malignacies
Hydatidiform moles
Complete
Partial
Invasive
Mola Hidatidosa
Definisi
Latin: Hidatid tetesan air, Mola Bintik
Mola Hidatidosa menunjukkan plasenta dengan
pertumbuhan abnormal dari vili korionik
(membesar, edem, dan vili vesikular dengan
banyak trofoblas proliferatif)
46XX
4%
Fertilization
of an empty
ovum by two
sperms
Diandric
dispermy
46XX
46XY
Partial
Genetic
Constitution
Patho-genesis
Karyotype
Triploid/ tetraploid
90%
Triploid
fertilization of
a normal
ovum by two
sperms
Dispermic
triploidy
69XXX
69YXX
69YYX
10%
Tetraploid
fertilization of
a normal
ovum by
three sperms
Trispermic
triploidy
Tipe Parsial
Seperti tipe komplit hanya
lebih ringan
Biasanya didiagnosis
sebagai aborsi inkomplit/
missed abortion
Uterus kecil atau sesuai usia
kehamilan
Tanpa kista lutein
Hydatidiform Mole
Hyperthyroidism
Mola Hidatidosa:
Tatalaksana
Terapi Pilihan
Pielonefritis
Ceftriaksone/Ampisilin/Gentamisin/Cefazolin/Cefotetan/Aztreon
am
Kejang, eklampsia
Magnesium Sulfat
Skabies
Krim permetrin 5%
Sifilis
Benzatin Penisilin
Trikomoniasis
Metronidazol
Ulkus Gaster
Sukralfat, Ranitidine
Infeksi Saluran
Kemih
Amoksisilin, cefiksim
Tromboemboli
Vena
Kandidosis
Vulvovagina
Etiologi
Missed abortion
Janin tetap berada didalam rahim meskipun telah mati
Plasenta tetap memproduksi progestogen meskipun kadar estrogen turun,
sehingga mengurangi kontraksi uterus
IUFD
Tanda dan Gejala
Tatalaksana
Terminasi Kehamilan
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan
Persiapan:
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen,
waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
Kuretasi vakum
Kuretase tajam
Dilatasi dan kuretasi tajam
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Fetal
Anemia
Hydramnion
Preeklampsia
Kelahiran prematur
Perdarahan postpartum
SC
Malpresensi
Plasenta previa
Solusio Plasenta
KPD
Prematuritas
Prolaps plasenta
IUGR
Malformasi kongenital
Syarat
Kepala janin sudah mencapai pintu bawah panggul
Pembukaan rahim sudah lengkap
Selaput ketuban sudah pecah/ dipecahkan
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
Ibu
Ibu
Janin
Adanya gawat janin (ringan)
Waktu
Kala persalinan lama
Janin
Bayi prematur (belum memiliki
moulage yang baik kompresi
forceps perdarahan
periventrikular)
Letak lintang, presentasi muka,
presentasi bokong, kepala janin
menyusul
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
Ibu
Ibu
Janin
Adanya gawat janin
Waktu
Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
Janin
Sama seperti pada ekstraksi
vakum
His Normal
2.
3.
a.
b.
Oksitosin drips 5-10 IU dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan 12 tpm,
dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tpm. Tujuan: agar serviks dapat
membuka.
Bila his tidak >> kuat setelah pemberian oksitosin stop istirahat
Pada malam hari berikan obat penenang (valium 10 mg) ulang lagi
pemberian oksitosin drips
Bila inersia uteri + CPD seksio sesaria
Bila semula his kuat inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah
berlangsung lebih dari 24 jam (primi) dan 18 jam (multi) oksitosin drips
tidak berguna Selesaikan partus sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria)
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
http://emedicine.medscape.com/article/126702-followup
HbA1c = 6.5 %
Fasting blood glucose >126mg/dL
Random blood glucose >200mg/dL with classic symptoms
A 75 gr, 2-hour plasma glucose level = 200 mg/dL OGTT
Kenaikan
BB
pada
Ibu
Hamil
Pada Pasien Ini
IMT= 67/(1.79*1.79)
= 21.53 (normal)
(SC)
Definisi Fungsional
Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial
untuk menyebabkan gangguan hemodinamik
Insidens
5% dari semua persalinan
Trauma trauma
traktus genital
Thrombin
koagulopati
Inversio Uteri
Palpasi uterus
Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi
fundus uterus.
Inspekulo :
untuk melihat robekan pada serviks, vagina
dan varises yang pecah.
Pemeriksaan laboratorium :
periksa darah, hemoglobin, clot
observation test (COT), dan lain-lain.
Inversio Uteri
Syok hipovolemik
Perdarahan post partum
Sepsis purpura
Subinvolusi uteri
http://nationalwomenshealth.adhb.govt.nz/Portals/0/Documents/Policies/Retained%20Placenta%20Management_.pdf
Probable
sign
Positive
Diagnostic
test
Amenorrhea
Breast fullness, nause & vomiting
Uterine enlargement
Hegar sign: softening of uterine isthmus, occurs by 6-8 weeks.
Chadwick sign: vaginal & servical cyanosis
Beta HCG: 1 week after embryio implantation or within days of
the 1st missed menstrual period
Evans AT, Le Hew HW. Prenatal care. Manual of obstetrics. 7th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2007.
Further reading: DeCHerney AH, et al. Normal pregnancy & prenatal care. Current diagnosis & treatment in obstetrics & gynecology. McGraw-Hill; 2007.
Prevent endometrial
shedding
1. http://www.glowm.com/?p=glowm.cml/section_view&articleid=310
2. DeCHerney AH, et al. Normal pregnancy & prenatal care. Current diagnosis & treatment in obstetrics & gynecology. McGraw-Hill; 2007.
1. http://emedicine.medscape.com/article/262591-overview#aw2aab6b4
2. http://www.americanpregnancy.org/duringpregnancy/hcglevels.html
Plano Test
Di laboratorium
Bentuk: Kit neo planotest
duoclon
Sampel: urin
Metode: melihat adanya
aglutinasi saat
pencampuran (positif)
Testpack: Keterbatasan
Peningkatan kadar hCG dapat muncul selain pada kehamilan (mis.
Penyakit trofoblastik)
Insidensi hasil palsu dapat muncul, terutama bila tidak mengikuti petunjuk
penggunaan
Tidak bisa membedakan kehamilan biasa dnegan kehamilan ektopik
Abortud dpontan dapat menunjukkan hasil yang tidak pasti pada testpack
Diagnosis pasti tidak boleh ditegakkan hanya dari satu kali tes, namun
harus ditegakkan oleh dokter setelah pemeriksaan fisik dan laboratorium
yang menyeluruh
Hasil negatif dari sampel wanita diawal masa kehamilan dapat terjadi
akibat konsentrasi hCG yag masih rendah. Pada kasus ini, tes harus
diulang dengan sampel urin segar sekitar min. 2 hari setelah tes
pertama.
Sampel urin mungkin terlalu encer sehingga mengurangi konsentrasi hCG.
Apabila tes urin negatif dan kehamilan masih dipikirkan lakukan tes urin
pada pagi hari
Fungsi Hormon
Fungsi estrogen dalam kehamilan :
1.Pembesaran uterus
2.Pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara
3.Pembesaran genitalia eksterna wanita
Progresteron
Prolaktin
LH
HCG
Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
Histeraktomi vaginal
Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah
dengan :
Pemasangan pesarium
Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)
Promosi kesehatan
Kesehatan lingkungan
Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Perbaikan Gizi masyarakat
Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan
Kesehatan
Negosiasi
suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Regresi Logistik
Umumnya digunakan pada penelitian cross
sectional dan case control.
Variabel outcomenya harus bersifat kategorik
dan dikotom/ hanya terdiri dari 2 kategori,
contohnya hipertensi-tidak hipertensi, DMtidak DM.
Hubungan asosiasi pada analisis ini dinyatakan
dalam odds ratio (OR).
Regresi Linier
Dapat digunakan untuk penelitian cross
sectional, case control, atau kohort.
Variabel outcomenya harus variabel numerik.
Hubungan asosiasi pada analisis ini dinyatakan
dalam odds ratio (OR).
Regresi Cox
Hanya dapat digunakan pada penelitian
kohort dan RCT.
Variabel outcomenya dapat bersifat kategorik
dan variabel time-to-event untuk survival
analysis (misalnya 5-year survival rate pasien
leukemia).
Hubungan asosiasi pada analisis ini dinyatakan
dalam hazard ratio (HR).
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal
keterlibatan internal secara aktif dari individu
dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok
komunikasi yang dilakukan sekelompok kecil orang
(small-group communication).
Komunikasi Publik
Merupakan komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu.
Komunikasi publik meliputi ceramah, pidato, kuliah,
tabligh akbar, dan lain-lain.
Ciri-ciri komunikasi publik adalah:
berlangsung lebih formal; menuntut persiapan pesan yang
cermat, menuntut kemampuan menghadapi sejumlah
besar orang; komunikasi cenderung pasif; terjadi di tempat
umum yang dihadiri sejumlah orang; merupakan peristiwa
yang direncanakan; dan ada orang-orang yang ditunjuk
secara khusus melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Komunikasi Massa
Komunikasi yang menggunakan media massa
cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah
lembaga atau orang yang dilembagakan yang
ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar, anonim, dan heterogen. Pesanpesannya bersifat umum, disampaikan secara
serentak, cepat dan selintas.
Komunikasi Refleksi
Atau disebut sebagai komunikasi terapeutik.
Biasanya dilakukan oleh perawat kepada
pasien.
Komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan
menolong pasien yang dilakukan oleh orangorang yang profesional dengan menggunakan
pendekatan personal berdasarkan perasaan
dan emosi.
Sub PIN:
kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan
pada wilayah wilayah terbatas (beberapa provinsi
atau kabupaten/kota).
Komponen Komunikasi
Komunikator adalah orang yang menyampaikan
gagasan, pesan kepada orang lain.
Komunikan adalah penerima pesan dari
komunikator.
Encoding adalah kegiatan menterjemahkan suatu
ide yang disusun dalam suatu pesan yang tepat
untuk dikirimkan kepada penerima/komunikan.
Decoding adalah kegiatan menterjemahkan suatu
pesan atau stimulus yang diterima.
Umpan balik/ feedback merupakan jawaban
komunikan atas pesan yang disampaikan.
Non-probability Sampling
Purposive Sampling: sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitiannya.
Snowball Sampling: Dari sampel yang sedikit tersebut
peneliti mencari informasi sampel lain dari yang
dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama
jumlah sampelnya makin banyak
Quota Sampling:anggota sampel pada suatu tingkat
dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri
tertentu
Convenience sampling:mengambil sampel sesuka
peneliti (kapanpun dan siapapun yang dijumpai
peneliti)
Physical barriers
Cross-cultural barriers.
Semantic barriers (words/language)
Psychological barriers
Organizational barriers
Physical barriers
Noise
i.
ii.
iii.
iv.
Distance
Improper time
Inadequate/overload of information
Semantic barriers
Different languages
Different context for words and symbols
Poor vocabulary
Psychological barriers
Status
Attitude
Perceptions
Poor listening
Egotism
Emotions (excited, nervous, confused,)
Resistance to change
Organizational barriers
Rules and regulations (rigid/flexible)
Hierarchial relationship
Wrong choice of channel
433
Rumus
Insidens = jumlah kasus baru/jumlah populasi berisiko x100%
Prevalens= jumlah seluruh kasus/jml populasi berisikox100%
Attack rate= jumlah kasus baru/jumlah populasi berisiko
x100%
Catatan: jumlah populasi berisiko tidak sama dengan jumlah
seluruh populasi. Misalnya, jumlah seluruh populasi adalah
500 orang, 400 orang di antaranya sudah diimunisasi campak.
Maka bila menghitung insidens/prevalens campak, yang
menjadi penyebut adalah sejumlah 100 orang.
Holistik
Komprehensif
Terpadu
Berkesinambungan
PREVENTABLE
ADVERSE EVENTS
ERRORS
VIOLATION
NEAR MISS
Adalah tindakan yg dapat mencederai pasien,
tetapi tidak mengakibatkan cedera karena
faktor kebetulan, pencegahan atau mitigasi
Setiap cedera yang lebih disebabkan oleh
manajemen medis drpd akibat penyakitnya
ADVERSE
EVENTS
UNPREVENTABLE
ACCEPTABLE
RISKS
UNFORESEEABLE
RISKS
DISEASE /
COMPLICATION
179. Penyebab-Mekanisme-Cara
Kematian
Penyebab kematian
adanya perlukaan atau penyakit yang
menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang
menghasilkan kematian pada seseorang.
Contoh:
luka tembak pada kepala
luka tusuk pada dada
adenokarsinoma pada paru-paru
aterosklerosis koronaria.
Penyebab-Mekanisme-Cara Kematian
Mekanisme kematian
kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang
menghasilkan kematian
Contoh: perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung.
Penyebab-Mekanisme-Cara Kematian
Cara kematian
menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang
Cara kematian secara umum dapat dikategorikan
Wajar
Pembunuhan
bunuh diri
Kecelakaan
tidak dapat dijelaskan
Penggantungan (Hanging)
Penggantungan (Hanging) adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat
penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan
seluruh atau sebagian.
Alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat
badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi
pada leher. Umumnya penggantungan melibatkan
tali, tapi hal ini tidaklah perlu. Penggantungan
yang terjadi akibat kecelakaan bisa saja tidak
terdapat tali.
Asfiksia
Iskemi otak
Refleks vagus
Kerusakan medulla oblongata
Penggantungan Antemortem vs
Postmortem
No
1
Penggantungan antemortem
Tanda-tanda penggantungan ante-mortem
bervariasi. Tergantung dari cara kematian
korban
Tanda jejas jeratan miring, berupa
lingkaran terputus (non-continuous) dan
letaknya pada leher bagian atas
Penggantungan postmortem
Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian
yang bukan disebabkan penggantungan
Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran
utuh (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada
bagian leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan
dengan kuat dan diletakkan pada bagian depan
pada sisi leher
leher
Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak
dari jejas penjeratan. Lebam mayat ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada
tampak di atas jejas jerat dan pada tungkai bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan
posisi mayat setelah meninggal
bawah
Pada kulit di tempat jejas penjeratan Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu
teraba seperti perabaan kertas perkamen, jelas
yaitu tanda parchmentisasi
Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain- Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lainlain sangat jelas terlihat terutama jika lain tergantung dari penyebab kematian
kematian karena asfiksia
Wajah membengkak dan mata mengalami Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat,
kongesti dan agak menonjol, disertai kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan
dengan gambaran pembuluh dara vena (strangulasi) atau sufokasi
yang jelas pada bagian kening dan dahi
Penis. Ereksi penis disertai dengan Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak
keluarnya cairan sperma sering terjadi pada ada.Pengeluaran feses juga tidak ada
korban pria. Demikian juga sering
ditemukan keluarnya feses
10
Air liur. Ditemukan menetes dari sudut Air liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus
mulut, dengan arah yang vertikal menuju selain kasus penggantungan.
dada. Hal ini merupakan pertanda pasti
penggantungan ante-mortem
Usia. Gantung diri lebih sering terjadi pada Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
remaja dan orang dewasa. Anak-anak di pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan
bawah usia 10 tahun atau orang dewasa di dari korban dan tidak bergantung pada usia
atas usia 50 tahun jarang melakukan gantung
diri
Tanda jejas jeratan, bentuknya miring, Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak
berupa lingkaran terputus (non-continuous) terputus, mendatar, dan letaknya di bagian
tengah leher, karena usaha pelaku pembunuhan
dan terletak pada bagian atas leher
untuk membuat simpul tali
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
letaknya pada bagian samping leher
depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Riwayat
korban.
Biasanya
korban Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat
mempunyai riwayat untuk mencoba bunuh untuk bunuh diri
diri dengan cara lain
Cedera. Luka-luka pada tubuh korban yang Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban
bisa menyebabkan kematian mendadak biasanya mengarah kepada pembunuhan
tidak ditemukan pada kasus bunuh diri
Tangan tidak dalam keadaan terikat, Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada kasus
karena sulit untuk gantung diri dalam pembunuhan
keadaan tangan terikat
Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri, Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantung pada tempat
mayat biasanya ditemukan tergantung yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan untuk mencapai
pada tempat yang mudah dicapai oleh tempat tersebut tidak ditemukan
korban atau di sekitarnya ditemukan
alat yang digunakan untuk mencapai
tempat tersebut
Tempat
kejadian.
Jika
kejadian Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan ditemukan terkunci dari
berlangsung di dalam kamar, dimana luar, maka penggantungan adalah kasus pembunuhan
pintu, jendela ditemukan dalam
keadaan tertutup dan terkunci dari
dalam, maka kasusnya pasti merupakan
bunuh diri
10
Tanda-tanda
perlawanan,
tidak Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban sedang
ditemukan pada kasus gantung diri
tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
Tipe Tenggelam
Tipe Kering (Dry drowning):
akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung
atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tibatiba kedalam hidung dan traktus respiratorius bagian atas.
Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak
dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol
tidak adausaha penyelamatan diri saat tenggelam.
AIR LAUT(IIB)
Pertukaran elektrolit dari
air asin ke darah
natrium plasma
meningkat air akan
ditarik dari sirkulasi
hipovolemia dan
hemokonsentrasi
hipoksia dan anoksia
Tes Diatom
TES DIATOM
Diatom adalah alga atau ganggang
bersel satu dengan dinding terdiri
dari silikat (SiO2) yang tahan panas
dan asam kuat.
Bila seseorang mati karena
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau pencernaan
kemudian diatome akan masuk
kedalam aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler pada
waktu korban masih hidup dan
tersebar keseluruh jaringan.
183. Infantisida
Infanticide atau pembunuhan anak adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap
bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat
sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui
orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.
Pasal berkaitan infantisida: pasal 341-343 KUHP.
Tes Diatom
TES DIATOM
Diatom adalah alga atau
ganggang bersel satu dengan
dinding terdiri dari silikat (SiO2)
yang tahan panas dan asam kuat.
Bila seseorang mati karena
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau
pencernaan kemudian diatome
akan masuk kedalam aliran darah
melalui kerusakan dinding kapiler
pada waktu korban masih hidup
dan tersebar keseluruh jaringan.
185. Abortus
Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
Abortus spontan
Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis
SAKSI AHLI
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
THT-KL
193. Rhinosinusitis
Diagnosis
Karakteristik
Rinitis alergi
Rinitis akut
Rinosinusitis
Polip
Deviasi septum
193. Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan untuk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
193. Rhinosinusitis
Foto
Deskripsi
Waters
Schedel PA &
lateral
Schuller
Lateral mastoid
Towne
Caldwell
Frontal sinus
Rhese/oblique
193. Rhinosinusitis
194. Epistaksis
Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum
Nadi, napas, tekanan darah
Hentikan perdarahan
Bersihkan hidung dari darah & bekuan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
194. Epistaksis
Epistaksis anterior:
Sumber: pleksus kisselbach plexus atau a. ethmoidalis
anterior
Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudah
dihentikan.
Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan menekan
pembuluh darah & menghentikan perdarahan.
Jika sumber perdarahan terlihat kauter dengan AgNO3, jika
tidak berhenti tampon anterior 2 x 24 jam.
195. Epistaksis
Epistaksis Posterior
Perdarahan berasal
dari a. ethmoidalis
posterior atau a.
sphenopalatina, sering
sulit dihentikan.
Terjadi pada pasien
dengan hipertensi
atau arteriosklerosis.
Terapi: tampon
bellocq/posterior
selama 2-3 hari.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Hidung
Laryng
Trachea
Bronchus
Karakteristik
Rinitis alergi
Rinitis akut
Rinosinusitis
Polip
Deviasi septum
Clinical Features
Abses peritonsil
Abses parafaring
Abses Retrofaring
Submandibular
abscess
Ludwig/ludovici
angina
1) Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007. 3) Cummings otolaryngology. 4th ed. Mosby; 2005.
Therapy
Needle aspiration: if pus (-) cellulitis antibiotic. If pus (+) abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.
Parapharyngeal abscess
Retropharyngeal abscess
timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Hyperaemic stage
Suppuration stage
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Miringoplasti:
Timpanoplasti tipe 1 (paling ringan), hanya merekonstruksi membran timpani.
Tujuan: mencegah berulangnya infeksi pada OMSK tipe aman dengan perforasi
menetap.
Timpanoplasti:
Rekonstruksi membran timpani sering disertai dengan rekonstruksi tulang
pendengaran.
Tujuan: menyembuhkan penyakit & memperbaiki pendengaran.
Timpanosentesis:
Pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan
mikrobiologik.
Kuldosentesis
Aspirasi cairan intraperitoneal atau darah melalui tusukan dari
formiks vagina posterior ke dalam cul de sac.
Keloid
May develop at the same piercing site on the lobe.