Makalah Kimia Analisis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA ANALISIS

KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS

DISUSUN OLEH

: Fathur deka dan kawan seperjuangan

MAKALAH KIMIA ANALISIS


PRODI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Veteran Yogyakarta 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan

ilmu

pengetahuan

sejalan

dengan

perkembangan

tekhnologi. Berbagai alat dengan kecanggihan semakin meningkat. Hal ini juga
termasuk perkembangan dalam ilmu farmasi, tidak terkecuali bidang Analisis
farmasi.

Dalam

bidang

ini,

selama

beberapa

tahun

terakhir

terjadi

perkembangan yang pesat untuk teknik pemisahan. Penerapan metode seperti


kromatografi dianggap metode modern yang saat ini sering digunakan dalam
berbagai riset dan penelitian. Hal ini terbukti dengan banyaknya publikasi ilmiah
yang berkaitan dengan penggunaan metode tersebut, baik untuk tujuan analisis
kualitatif maupun kuantitatif.
Kromatografi banyak dipilih karena merupakan metode pemisahan yang
sederhana. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada
perbedaan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa.Satu fasa tetap
tinggal pada sistem dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa
gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Kromatografi
juga dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah
cuplikan rendah, kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan atau

sifat

berkerabat zat yang sulit dipisah (Gandjar dan Rohman, 2007).


Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis
(Sastrohamidjojo, 1985). Namun dalam makalah ini hanya akan dibahas
mengenai teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?


Apa kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
Bagaimana prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
Apa fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada Kromatografi Lapis

5.

Tipis (KLT)?
Bagaimana prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi Lapis Tipis

6.
7.

(KLT)?
Bagaimana cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
Bagaimana penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk analisis obatobatan?

C. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT).


Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Untuk mengetahui prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada

Kromatografi Lapis Tipis (KLT).


5.
Untuk mengetahui prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
6. Untuk mengetahui cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
7.
Untuk mengetahui cara penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam
analisis obat-obatan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh Izmailof
dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar ,
yang fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng
datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik
(Gandjar dan Rohman, 2007).
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh
karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al, 1995).
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh
daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan
partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen)
tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal
sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbedabeda.
Kromatografi lapis tipis merupakan

jenis kromatografi yang dapat

digunakan untuk menganalisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.


Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah
pelat/lapisan

ditaruh

dalam

bejana

tertutup

rapat

yang

berisi

larutan

pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi setelah perambatan


kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan/dideteksi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan sinar UV
(Sudjadi, 1988).

B.

Kelebihan dan Kekurangan KLT

Beberapa kelebihan KLT yaitu:


1.
2.

KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.


Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,

3.

fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.


Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.

4.

Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

5.

Hanya membutuhkan sedikit pelarut.

6.

Biaya yang dibutuhkan terjangkau.

7.

Jumlah perlengkapan sedikit.

8.

Preparasi sample yang mudah

9.

Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang


dengan metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Adapun kekurangan KLT yaitu:


1.

Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda


yang diharapkan.

2.

Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.

3.

Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

C. Prinsip Kerja KLT

Pada

proses

pemisahan

dengan

kromatografi

lapis

tipis,

terjadi hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak,


dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi
senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan
fasa geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran
molekul.
Pada

kromatografi

lapis

tipis, eluent adalah

fase

gerak

yang

berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk
melewati

fase

diam

(adsorbent).

antara adsorbent dengan eluent sangat


pemisahan

komponen.

secara kromatografi
umpan. Eluent dapat

Oleh

menentukan

sebab

dipengaruhi
digolongkan

Interaksi

oleh

terjadinya

itu

pemisahan

laju

alir eluent dan

menurut

ukuran

komponen
jumlah
kekuatan

teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben


dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina
atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif
polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan
alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan
eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal
ini berdasarkan prinsip like dissolved like (Endra. 2013).
Fase Diam dan Fase Gerak KLT
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan
komponen

campuran

sedangkan

fase

gerak

akan

melarutkan

zat

komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam


akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase
gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase
diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase
gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
2.3.1 Fase Diam

Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis


tipis silika gel atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas
atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan
fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar
ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah aluminaaluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus
-OH.
2.3.1 Fase Gerak
Dalam

kromatografi, eluent adalah

fase

gerak

yang

berperan

penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase
diam

(adsorbent).

Interaksi

antara adsorbent

dengan eluent sangat

menentukan terjadinya pemisahan komponen.


Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini
yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis
tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung
pada:
-

Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung


pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa
dengan pelarut.

Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel
silika. (Abdillah. 2011)

D. Fase Diam dan Fase Gerak

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 m (Gandjar dan Rohman, 2007).
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan
resolusinya.
Silika gel salah satu contoh fase diam yang terbentuk dari silikon dioksida
(silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen
yang besar. Namun, pada permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada
gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada
dasarnya sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
Tabel 1. Fase diam yang sering digunakan pada KLT (Kealey dan Haines,
2002)
Fasa Diam

Mekanisme Sorpsi

Penggunaan

Silika gel

Adsorpsi

Asam amino, hidrokarbon, vitamin,


alkaloid

Serbuk selulosa

Partisi

Asam amino, nukleotida,


karbohidrat

Selulosa
penukar ion

Pertukaran ion

Asam nukleat, nukleotida, halida


dan ion-ion logam

Gel sephadex

Eksklusi

Polimer, protein, kompleks logam

-siklodekstrin

Interaksi adsorpsi
stereospesifik

Campuran enansiomer

Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang
berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati
fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat
menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan
komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak
polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara
senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolved like (Watson, 2010).

E.

Prosedur Kerja dengan KLT

KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam


sampel. Peralatan yang digunakan untuk KLT adalah chamber (wadah
untuk proses KLT), pinset, plat KLT, dan eluen. Inilah langkah-langkah
memakai KLT:
1. Potong

plat

sesuai

ukuran.

Biasanya,

untuk

satu

spot

menggunakan plat selebar 1 cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3


spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari
ujung bawah plat, dan garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah
disiapkan sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat,
larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke
dalam chamber dan campurkan.
5. Tempatkan

plat

pada chamber berisi

eluen. Base

line jangan

sampai tercelup oleh ulen. Tutuplah chamber.


6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di
sana pemisahan akan terlihat.
7. Setelah

mencapai

garis

akhir,

angkat

plat

dengan

pinset,

keringkan dan ukur jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati
pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot dengan pewarna
tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin (Anonim. 2013)
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.3 Prosedur penggunaan KLT


Di dalam analisis dengan KLT, sutu contoh dalam jumlah yang
sangat

kecil ditempatkan

(sebagai

titik

noda)

di

atas

permukaan

pelat tipis fasa diam (adsorbent), kemudian pelat diletakkan dengan

tegak

dalam

bejana

pengembang

yang

berisi

sedikit pelarut

pengembang (lihat Gambar 2.3).


Oleh aksi kapiler, pelarut mengembang naik sepanjang permukaan
lapisan pelat dan membawa komponen-komponen contoh. Komponenkomponen

contoh

berbeda-beda,

memanjat

tergantung pada

pelat KLT

dengan

kecepatan

kelarutan komponen

yang

dalam pelarut

dan derajat kekutan komponen teradsorbsi pada fasa diam. Hasilnya


adalah sederetan

bercak-becak

(noda-noda)

yang

tegak

lurus

terhadap permukaan pelarut dalam bejana (Firdaus. 2011).

Gambar 2.3 Prosedur analisis KLT, (a) Proses penempatan noda; (b) Proses
pengembangan noda
Yang

menyebabkab

warna

dari

senyawa-senyawa

pada

kromatografi lapis-tipis adalah perbedaan tingkat kepolaran warna dari


senyawa-senyawa yang sejauh mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi
perbedaan atau pemisahan yang ditandai dengan tebentuknya spot-spot
senyawa dalam kromatografi lapis-tipis itu tergantung dari migrasi pelarut
(fase mobil/fase gerak) terhadap fasa diamnya, yaitu kromatografi lapistipis tersebut.
Untuk keperluan pengembangan noda, dapat digunakan botol
bermulut lebar atau gelas Erlenmeyer dengan penutup karet. Masukkan
pelarut pengembang ke dalam bejana pengembang dengan kedalaman
0,5 cm. Pasang sepotong kertas saring di dalam bejana pengembang
untuk mengetahui
dalam

bejana.

terjadinya kesetimbangan antara cairan dan uap di

Setelah

kertas

saring

jenuh

dengan

uap

pelarut

pengembang, masukkan pelat KLT ke dalam bejana pengembang (ujung


yang telah dinodai berada di sebelah bawah, dan noda tidak boleh
terbenam dalam pelarut), kemudian tutup bejana tersebut (lihat Gambar
2.4). Biarkan pelarut memanjat pelat KLT sampai mencapai ketinggian
kurang lebih 1 cm dari puncak pelat, dan kemudian keluarkan pelat dari
bejana. Segeralah memberi tanda tinggi pelarut pada pelat, dan biarkan
pelarut menguap dari pelat KLT (Firdaus. 2011).
Jika senyawa yang dianalisis dengan KLT adalah senyawa yang
tidak berwarna, maka diperlukan
noda

yang

suatu

diamati. Senyawa-senyawa

(fluoresence)

dapat

ditampakkan melalui

prosedur

untuk mendeteksi

yang dapat menyerap


penyinaran

pelat

sinar

dengan

sinar ultraviolet (lampu ultra violet) di dalam tempat yang gelap. Senyawa
seperti itu akan memancarkan sinar yang diserap sehingga tampak
sebagai noda yang terang pada pelat (Firdaus. 2011).
Jika padatan penyerap pada pelarut KLT telah mengandung
indikator fluoresent, maka seluruh pelat akan menjadi terang bila
disinari dengan lampu ultraviolet kecuali daerah di mana senyawa
berada. Keberadaan senyawa ditandai dengan noda hitam pada saat
penyinaran (Firdaus. 2011).

Gambar 2.4 Penampakan noda dengan kristal iod


Beberapa butir kristal

iodium dimasukkan ke dalam bejana yang

sama dengan yang digunakan dalam prosedur pengembangan noda.

Pelat KLT yang telah dikembangkan dimasukkan ke dalam bejana dan


kemudian ditutup rapat. Biarkan pelat KLT di dalam bejana sampai
timbul noda yang berwarna coklat
untuk diidentifikasi,
lingkari

noda

keluarkan

dengan

tua. Bila noda

pelat KLT

dari

sudah cukup

bejana

pensil. Untuk menghilangkan

dan
warna

jelas

segera
noda

kembali, letakkan pelat di dalam open sehingga iod menyublim dari


pelat dan noda segera memudar. Masih banyak alternatif prosedur secara
kimia

yang

bisa

digunakan

untuk

mendeteksi

senyawa-senyawa

organik tertentu, di antaranya tertera dalam Tabel 3.


Kadang-kadang

noda

tampak

seperti

tercoreng

atau

bulan

sabit terbalik disebabkan muatan pelat berlebih atau masalah kelarutan.


Senyawa-senyawa seperti amina dan asam karboksilat yang mana terikat
sangat kuat pada sisi aktif padatan penyerap (Gambar 2.5, a) kadang
menyebabkan noda tampak seperti bulan sabit terbalik. Hal yang
kebanyakan terjadi adalah yang disebabkan ketidak-cermatan dalam
penotolan, sehingga padatan permukaan penyerap rusak oleh penotol,
akibatnya komponen-komponen memanjat ke atas pada permukaan yang
cacat dan menghasilkan noda tampak seperti Gambar 2.5, b. Noda yang
tampak seperti garis atau ganda (Gambar 2.5, c) adalah akibat
penggunaan pelarut polar dalam pengembangan. (Firdaus. 2011).
Tabel 3. Zat-zat penampak noda dan metodenya

Gambar 2.5 Bentuk noda aneh KLT dari senyawa senyawa-senyawa


murni: (a) senyawa yang mempunyai gugus asam atau basa kuat; (b)
permukaan penyerap rusak pada penotolan; (c) senyawa dikembangkan
dengan pelarut yang sangat polar (Firdaus. 2011).

F. Deteksi Bercak
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna,
yaitu:
1.

Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel
akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram
berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan
mata. Itu berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap.
Gambar 6. Deteksi Bercak dengan UV

Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan,, kita harus menandai


posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan

pensil dan melingkari

daerah bercak-bercak itu. Karena jika kita mematikan sinar UV tersebut, bercakbercaknya tidak tampak kembali.
2.

Penunjukkan bercak secara kimia


Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak
menjadi tampak dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia sehingga
menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah
kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya
coklat atau ungu.
Gambar 7. Deteksi Bercak dengan Larutan Ninhidrin
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian
ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas
arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi
dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada
bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercakbercak kecoklatan.

G. Penerapan KLT
KLT bisanya merupakan metode pilihan pertama jika sesorang ingin
memisahkan suatu campuran. Hal ini disebabkan karena KLT merupakan metode
yang sederhana dan cepat. KLT digunakan secara luas untk analisis obat. Berikut
adalah penggunaan KLT untuk analisis beberapa sediaan farmasi:
Tabel 2. Penerapan KLT untuk analisis obat (gandjar dan Rohman, 2007)
Obat (sediaan)

Fase diam

Fase gerak

Deteksi

Asetaminofen
(serbuk)

Silika gel

Heksan:aseton (75:25)

UV

Albendazol
(serbuk)

Silika

Metilen klorid-asam aseateter (6:1:1)

UV panjang
gelombang
pendek

Amoksisilin
(tablet, kapsul,
suspensi)

Silika

Metanol-piridin-kloroformair (90:10:80:10)

Ninhidrin

Ampisilin

Silika

Aseton-toluen-air-asam

Ninhidrin

(kapsul, suspensi
oral)

asetat (650:100:10025)

Vitamin C
(serbuk)

silika

Metanol-aseton-air
(20:40:3)

UV

Dosisiklin

Silika
disemprot
EDTA 10%, pH
9,0

Metilen klorid-metanol-air
(59:35:6)

UV 280 nm

Ketamin (serbuk)

Silika

Benzen-metanol-amonium
hidroksida (80:20:1)

Dragendorf

Morfin
(penyalahgunaa
n obat)

Silika
(dijenuhkan
dengan NaOH
0,1 N)

Dikembangkan dengan
cara 2 dimensi:
sikloheksan-toluendietilamin (75:15:10) lalu
kloroform-metanol (9:1)

UV 279 nm

Nifedipin
(serbuk)

Silika

Diisopropill eter

UV 254

Nitrofurantoin
(serbuk)

Silika

Nitrometan-metanol (9:1)

Dipanaskan,
UV 254

Nistatin (salep
dengan kliquinol)

Silika

Benzen-metanol (9:1)

UV 254 nm

Progesteron
(serbuk)

Silika (yang
telah
diaktifkan
pada suhu
105oC)

Kloroform-etil asetat (2:1)

UV 241 nm

Prostaglandin
(serbuk)

Silika

Etil asetat-isooktan-etanolasam format (35:0,5;0,1)

Asam
fosfomolibdat

Teofilin (kapsul
dengan
guuaifensin)

Selulosa

Metanol-air

UV 254 nm

Vinblastin
(serbuk)

Silika

Benzen-kloroformdietilamin (40:20:3)

UV 254 nm

Vinkristin
(injeksi)

Silika

Eter-metanol-metilamin
40% (40:20:3)

Amonium
sulfat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase diamnya berupa
lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng datar yang didukung
oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
2. Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen
yang

akan

ditentukan

merupakan

bercak

yang

tidak

bergerak.

Kerugiannya memerlukan waktu untuk menentuan sistem eluen yang


cocok.
3. Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan
adsorpsi

atau

partisi

oleh

fase

diam

dibawah

gerakan

pelarut

pengembang.
4. Fase diam yang sering digunakan pada KLT yaitu silika gel sedangkan fase
5.

gerak (eluen) merupakan campuran dari dua pelarut atau lebih.


Kerja dengan KLT dimulai dari (1) penyiapan plat, eluen dan sampel, (2)

6.

penotolan, (3) elusi, (4) deteksi bercak/noda.


Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat

kimia tertentu.
7. KLT bisa digunakan untuk analisis obat seperti Asetaminofen, Albendazol,
Amoksisilin, Ampisilin, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung

Hostettmann K, Hostettmann M, Marston A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif.


Penerbit ITB. Bandung.

Kealey D dan Haines PJ. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS Scientific
Publishers Limited. New York.

Sastroharmidjojo H. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sudjadi.1988. Metode Pemisahan. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Watson, DG. 2010. Analisis Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai