Anda di halaman 1dari 4

A.

Paragraph
Paragraph atau alinea adalah bagian terkecil dalam karya tulis yang menyatakan suatu
kesatuan pikiran, keseluruhan yang lebih luas dari kalimat (Keraf,1984). Paragraph biasanya
terdiri atas kalimat-kalimat yang dirangkai saling berpautan membentuk suatu kesatuan yang
runtun dan berkesinambungan. Dalam sebuah paragraph hanya dipaparkan satu topic atau
gagasan saja.
Johannes mendefinisikan gaya bahasa tulis sebagai keseluruhan hasil pemilihan kata serta
cara menyusun kata-kata itu dalam kalimat, kalimat dalam paragraph, dan paragraph dalam
karangan. Gaya bahasa lisan didefinisikan sebagai keseluruhan hasil pemilihan kata, cara
menyusun kata-kata itu dalam kalimat, serta cara mengucapkannya dengan lagu (intonation),
irama (rhythm), jeda, tekanan suara, perubahan air muka, dan gerak anggota badan
(Johannes,1979).
Dalam ragam tulis, karangan perlu dibagi menjadi paragraph-paragraf, sedangkan dalam
karangan yang disampaikan secara lisan, seperti pidato, pembagian karangan menjadi paragraph
dapat diimbangi oleh lagu, irama, jeda, tekanan suara, perubahan air muka, dan gerak anggota
badan. Pada hakekatnya, menulis karangan yang baik adalah pekerjaan menulis paragraph
dengan baik dan merangkainya dalam runtunan yang masuk akal(Sakri,1988).
Sebenarnya tujuan pembentukan paragraph adalah untuk :
1. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema
yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraph hanya boleh mengandung satu tema. Bila
terdapat dua tema, maka paragraph itu harus dipecah menjadi dua paragraph.
2. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan pembaca berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.
Dengan perhentian yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap tema paragraph lebih
terarah (Keraf,1984).
Paragraph yang baik harus memenuhi tiga persyaratan :
1. Kesatuan : semua kalimat yang menyusun paragraph bersama-sama menguraikan dan
terpusat pada satu tema atau gagasan saja.
2. Koherensi atau kesetalian : ada kekompakan hubungan antara kalimat-kalimat yang
membentuk paragraph. Kalimat yang satu mengantar pembaca kepada kalimat
berikutnya dalam suatu runtunan yang masuk akal.

3. Pengembangan atau rincian : paragraph harus dikembangkan agar memiliki isi yang
memadai, memiliki sejumlah rincian yang terpilih untuk mendukung gagasan utama
(Keraf,1984, Sakri,1988).
B. Kesatuan
Apabila dalam sebuah karangan seorang penulis bercerita tentang karies pada anak,
misalnya, maka untuk menjaga kesatuan gagasan sebaiknya ia tidak beralih kepada karies
pada orang dewasa atau gingivitis pada anak dalam paragraph yang sama. Karies pada
orang dewasa atau gingivitis pada anak dapat diuraikan dalam paragraph berikutnya.
C. Koherensi
Untuk mewujudkan koherensi atau kesetalian dalam paragraph, kalimat-kalimat perlu
disusun dalam urutan yang sistematis dan masuk akal. Selain itu, untuk merangkai
kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya menjadi kesatuan yang harmonis dapat
digunakan kata ganti, kata transisi, atau pengulangan kata kunci (Arifin&tasai,1993).
1. Kata ganti
Berbagai kata ganti untuk merangkai kalimat dalam paragraph ialah :
a. Kata ganti orang pertama, kedua, atau ketiga, tunggal atau jamak, seperti saya,
kami, kamu, saudara sekalian, dia, beliau, mereka, dan kata ganti kepnyaan
seperti mu dan-nya. Contoh : Almarhum ayah saya seorang idealis. Dalam
hidupnya beliau selalu berusaha menerapkan nilai tertinggi akan apa yang adil
dan benar.
Catatan: almarhum ayah saya dalam kalimat diganti dengan kata beliau dalam
kalimat kedua, agar paragraph berjalan lancer, tanpa pengulangan kata sama
secara berlebihan.
b. Kata ganti lain, seperti itu, di sini, ke sana, begitu, demikian. Contoh: sebuah took
buku yang besar baru saja dibuka pada ujung jalan kami. Di sana segala macam
alat tulis dan keperluan kantor tersedia.
Catatan: took bukuyang besar dalam kalimat pertama diganti dengan sana dalam
kalimat kedua.
2. Kata transisi
Kata transisi digunakan untuk menunjukkan berbagi hubungan
a. Hubungan tambahan yang ditandai dengan rambu-rambu : lebih lagi,
selanjutnyya, tambahan lagi, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula,
begitu pula, begitu juga, lagi pula.
b. Hubungan pertentangan dengan rambu-rambu: tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun demikian, sebaliknya, lain halnya, sedangkan.

c. Hubungan perbandingan dengan rambu-rambu: sesuai dengan itu, demikian pula,


apalagi, sementara itu.
d. Hubungan akibat dengan rambu-rambu: oleh sebab itu, jadi, dengan demikian,
akibatnya, karenanya, maka.
e. Hubungan tujuan dengan rambu-rambu: untuk itu, untuk maksud itu
f. Hubungan singkatan dengan rambu-rambu: singkatnya, akhirnya, pada umumnya,
dengan kata lain, kesimpulannya.
g. Hubungan waktu denganrambu-rambu: mula-mula, kemudian, selanjutnya,
sesudah itu, sementara itu.
h. Hubungan
tempat
dengan

rambu-rambu:

berdekatan

dengan

itu

(Arifin&Tasai,1993)
3. Pengulangan Kata Kunci
Kekompakan antar-kalimat dalam paragraph dapat pula dicapai dengan
pengulangan kata kunci. Namun untuk menghindarkankebosanan di pihak
pembaca, pengulangan ini perlu dilakukan dengan hati-hato dan tidak terlalu
sering(Sakri,1988, Arifin&Tasai,1993).
D. Pengembangan
Gagasan dalam paragraph perlu dikembangkan atau dirinci agar pembaca memperoleh
makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Misalnya jika penulis mengemukakan bahwa
prevalensi karies pada anak di Indonesia masih tinggi dan cenderung meningkat dibandingkan
dengan prevalensi di Negara maju yang menurun drastic, mungkin ia perlu merinci berapa nilai
DMFT/deft di beberapa Negara maju saat ini. Dengan demikian pembaca memperoleh gambaran
yang jelas.
Rincian yang terlalu sedikit akan menyulitkan pembaca untuk memahami isi paragraph.
Namun perlu diingat pula bahwa rincian yang berlebihan tidak akan membuat paragraph lebih
jelas daripada rincian yang hemat(Sakri,1988). Rincian yang singkat dan berisi sering kali lebih
berkesan bagi pembaca.
E. Kesejajaran
Bila dalam sebuah paragraph diuraikan beberapa rincian dalam bentuk butir-butir, baik
yang disusun dari atas ke bawah maupun dari kiri ke kanan, maka butir-butir tersebut
hendaknya diungkapkan dalam bentuk yang sejajar atau parallel.
Contoh :
Prosedur yang disarankan untuk mengurangi kecemasan anak pada berian anestesi local
ialah:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak.
2. Menggunakan jarum ukuran kecil.

3. Sedasi inhalasi N20-02, bila perlu.


4. Pengolesan anestesi topical atau inyeksi jet, sebelum penyuntikan.
5. Gunakan sumbat mulut, bila perlu.
Butir-butir di atas tidak sejajar, karena gagasan-gagasan yang menduduki fungsi yang
sederajat tidak dikemukakan dalam bentuk yang sama. Perbaikan yang dapat
dilakukanadalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan...
2. Menggunakan
3. Memberikan
4. Mengoleskan
5. Menggunakan

Anda mungkin juga menyukai