Anda di halaman 1dari 10

KOMBINASI UJI KETURUNAN DAN UJI PROVENANS Shorea selanica UNTUK

PRODUKSI KAYU PERTUKANGAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
Febriana Juwita Sari
14/375124/KT/07899

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia.
Menurut data laju deforestasi periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar per tahun. Bahkan
menurut data yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO) pada
tahun 2007, angka deforestasi Indonesia periode 2000-2005 mencapai1,8 juta hektar
per tahun. Pantauan satelit dalam tiga puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa
Indonesia telah kehilangan sepertiga luas hutan tropisnya. Laju kerusakan hutan
khususnya hutan hujan tropis yang semakin meningkat tiap tahunnya ini merupakan
suatu tantangan, khususnya bagi orang-orang kehutanan untuk bisa membangun hutan
itu kembali.
Akibat dari kerusakan hutan yang semakin tidak terkendali ini adalah
menurunnya produkivitas hutan, terutama produktivitas kayu. Potensi hutan alam
dalam menyediakan bahan baku kayu secara lestari kenyataannya terus menurun
karena mengalami degradasi secara terus menerus tanpa adanya upaya manusia untuk
melakukan perbaikan. Dari hal tersebut juga timbul permasalahan yang dihadapi
produksi kayu pertukangan yaitu, setiap tahun produksi kayu pertukangan belum
mencukupi kebutuhan pasar yang disebabkan karena produktivitas hutan yang
semakin rendah rendah
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan produktivitas hutan terutama
dibidang kayu pertukangan adalah dengan penanaman jenis jenis endemik seperti
dari Familia Dipterocarpaceae. Dipterocarpaceae merupakan salah satu Familia
tanaman yang dominan di hutan hutan Indonesia. Dipterocarpaceae termasuk
tanaman yang mempunyai nilai perdagangan yang cukup tinggi. sehingga jenis
tanaman ini menjadi salah satu jenis yang diprioritaskan dalam kegiatan rehabilitasi
terutama dalam usaha rehabilitasi pada hutan hujan tropis.
Salah satu jenis dari Familia Dipterocarpaceae ini adalah Shorea selanica. S.
selanica memiliki masa depan yang cukup baik untuk dikembangkan karena kayunya
mempunyai nilai ekonomi, berguna untuk konstruksi bahan bangunan, vinir, kayu
lapis, dan papan partikel (Alrasyid dkk., 2004). Tanaman ini hidup berkelompok dan
dominan di hutan-hutan dataran rendah dengan ketinggian di atas 150 meter di atas

permukaan laut. Meranti merah (S. selanica) akan tumbuh selalu hijau pada lahan
dengan drainase baik dan memiliki tanah subur, walaupun kadang-kadang tumbuh di
atas batu kapur (Adistina, 2011). Pohon meranti merah (S. selanica) merupakan pohon
besar berbanir dengan tajuk yang besar (Sudin dkk., 2011). Pohon ini juga merupakan
raksasa rimba dan menurut Indisch Archief 1849, mempunyai batang yang biasanya
sangat lurus (Sudin dkk., 2011). Diameter batang bisa mencapai 100 cm dengan tinggi
batang bebas cabang mencapai 40 m. kulit kayu berwarna coklat kemerahan dengan
kayu teras berwarna coklat merah terang (Rudjiman dan Adriyanti, 2004). Kayu dari
jenis S. selanica ini ringan dengan berat jenis kayu 0,46 dan termasuk dalam kelas
awet IV dan kelas kuat III. Selain itu S. Selanica memeiliki kecepatan pertumbuhan
yang dapat direkomendasikan untuk penanaman secara konvensional (Yasman., 2004).
Untuk mewujudkan upaya dalam peningkatan produktivitas hutan hujan tropis
tersebut membutuhkan ketersediaan bahan tanaman dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas. Oleh karena itu perlu upaya melalui sistem Silvikultur Intensif yang
diantaranya terdapat aspek pemuliaan. Pemuliaan diartikan sebagai aplikasi ilmu
genetika pada prakter silvikultur dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas yang
lebih tinggi nilainya. Pemuliaan merupakan penerapan azas azas genetika dalam
penanganan hutan dengan tujuan agar diperoleh produk hutan yang bernilai tinggi
(Hamdan, 2013).
Usaha pertama yang dapat dilakukan dari segi pemuliaan adalah dengan
melakukan uji keturunan yang dikombinasikan dengan uji provenans. Uji keturunan
adalah cara dalam menduga susunan genetis suatu individu dengan meneliti sifat
keturunannya. Uji keturunan biasanya digunakan dalam program seleksi dan
pemuliaan. Dengan uji keturunan dimungkinkan seseorang dapat membedakan sifat
superiorritas antar individu berbeda melalui ekspresi fenotip keturunannya yang
diujikan pada kondisi seragam dalam eksperiman yang mempunyai replikasi.
Sehingga memungkinkan famili yang lebih unggul akan tumbuh lebih baik dari yang
lain. Apabila suatu keturunan tumbuh lebih cepat dari pada keturunan yang lain,
amanlah untuk menyatakan bahwa kecepatan tumbuh tersebut lebih banyak
dikendalikan oleh faktor genetis.
Uji provenans adalah suatu percobaan dimana benih yang berasal dari tegakan
alam yang tersebar luas, dan dikumpulkan kemudian benih tersebut ditanam dan
ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang seragam. Secara umum tujuan uji
provenns ada 2, yaitu (1) mendapatkan sumber benih yang mampu beradaptasi dengan

baik pada daerah pengembangannya, serta dalam waktu dekat teah dapat memberikan
hasil yang menguntungkan. Hasil yang dimaksud berupa kecepatan tumbuh,
prosentase jadi tanaman, bentuk batang, resistensi terhadap hama dan penyakit,
kualitas kayu, produksi biji dan sebagainya. (2) untuk menyediakan plot plot
permanen sebagai sumber plasma nutfah atau gene resources yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan pemuliaan pohon dimasa sekarang dan akan datang (Naiem, 2003).
Dari penjelasan diatas maka perlu dilakukan uji keturunan dengan kombinasi uji
provenans. Uji keturunan yang dikombinasikan dengan uji provenans ini dilakukan
dengan cara eksplorasi dengan target 6 provenans dan setiap provenans terdapat 40
pohon plus. Pohon plus adalah pohon yang telah direkomendasikan sebagai tegakan
breeding atau populasi produksi yang ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria. Pohon
plus harus memiliki fenotipe yang lebih baik dilihat dari pertumbuhannya, bentuk,
kualitas kayu, atau karakteristik lainnya yang diharapkan (Moses, dkk., 2013). Uji
tersebut bertujuan untuk mengetahui famili famili terbaik yang dapat digunakan
untuk mendukung penyediaan sumber benih unggul yang dapat dimanfaatkan sebagai
kayu pertukangan, sehingga dengan upaya tersebut diharapkan produktivitas hutan
alam di bidang kayu pertukangan meningkat..
1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui famili famili terbaik yang dapat
digunakan untuk mendukung penyediaan sumber benih unggul yang dapat dimanfaatkan
sebagai kayu pertukangan ditinjau dari variabel pengamatan (tinggi, diameter, dan tinggi
batang bebas cabang).
1. 4. Hipotesis
Terdapat famili terbaik hasil eksplorasi dari 6 provenans S. selanica yang akan
memiliki kriteria unggul (tinggi, diameter, TBBC) yang dapat digunakan untuk bibit unggul
dalam bidang kayu pertukangan.

BAB II
METODE PENELITIAN

2. 1. Waktu dan Tempat Penelitian


Lokasi uji keturunan kombinasi uji provenans akan dibangun di kabupaten Fak fak,
Provinsi Papua Barat. Kabupaten Fakfak terletak pada 13130' - 13840' BT dan 225' 4 LS. Curah hujan bulanannya di atas 150 mm. Berdasarkan jumlah curah hujannya,
kabupaten Fak fak memiliki kelas curah hujan, III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000
mm/tahun (Rully, dkk., 2012). Tapak di daerah Fak - fak berbukit dengan kelerengan rata
rata > 40%, terletak pada ketinggian 0 - 100 m dpl.
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan selama 7,5 tahun dengan rincian
kegiatan :
1.
2.
3.
4.

Eksplorasi, Agustus 2015 - Agustus 2016.


Persiapan bibit uji, 1 tahun
Pembuatan pertanaman uji, 6 bulan
Evaluasi pertanaman uji, akan dilaksanakan setiap 1 tahun sekali selama 5 tahun.

2. 2. Alat dan Bahan Penelitian


2. 2. 2. Alat
Alat alat yang digunakan untuk melakukan uji keturunan dengan kombinasi
uji provenans ini diantaranya :
1. Alat untuk melakukan eksplorasi (GPS, alat pemanjat, galah, jaring untuk
dipasang di bawah pohon, parang untuk membersihkan areal di sekitar
pohon yang akan diambil bijinya, alat tulis, dan kertas label).
2. Alat untuk melakukan persiapan bibit di persemaian yaitu: peralatan
penyemaian benih (sungkup, polybag), peralatan pengairan (selang, dan
gembor), paranet, arco, dll.
3. Alat pembuatan pertanaman uji di lapangan diantaranya peta layout,
kompas, clinometer, ajir, cangkul, dll).
4. Alat evaluasi uji pertanaman yaitu GPS (Global Positioning System) untuk
mengetahui ketinggian tempat, pita meter untuk mengukur diameter
batang, blangko pengukuran untuk mencatat hasil penelitian, alat tulis, dan
kamera untuk mendokumentasikan penelitian.
2. 2. 2. Bahan

Bahan yang diperukan untuk melaksanakan uji keturunan dengan kombinasi


uji provenans Shorea selanica ini adalah biji Shorea selanica hasil eksplorasi dari 6
populasi yang kemudian akan disemaikan, dan selanjutnya dipapankan di tempat uji.
2. 3. Cara Kerja
Langkah kerja dalam melakukan uji keturunan dengan kombinasi uji provenans
Shorea selanica yaitu :
1. Tahap eksplorasi pohon induk
Tahap pertama ini diawali dengan eksplorasi pohon induk, yang memiliki tujuan
untuk menghimpun pohon-pohon berberfenotip unggul. Keragaman genetik harus luas
(kira-kira min. 25 pohon per populasi s/d 400populasi s/d 400-500 pohon). Dalam
melakukan eksplorasi ini akan menggunakan metode okuler oleh para ahli dibidangnya.
Metode okuler dipilih karena yang paling mudah dilaksanakan saat eksplorasi di hutan
alam. Jarak pohon induk yang terpilih dengan lainnya lebih dari 2 kali tinggi total (untuk
menghindari outcrossing). Pohon yang dipilih harus bebas hama & penyakit. Pohon yang
dipilih harus telah berbunga dan berbuah dan tidak soliter, jika pohon plus sudah
ditentukan maka dilakukan pengunduhan benih.
Langkah dalam mengunduh benih diawali dengan mencatat identitas pohon induk
yang akan diunduh: nomor pohon, lokasi, dan keadaan tapaknya. Pengunduhan dilakukan
pada buah yg sudah masak. Pengunduhan dilakukan merata ke seluruh bagian tajuk.
Setiap benih hasil pengunduhan harus tercatat identitasnya supaya tidak tertukar dan
dituliskan pada label benih, dan label benih tidak boleh hilang sampai pada persemaian
dan pemapanan di lapangan.
2. Tahap persiapan tanaman uji di persemaian
Dipersemaian benih hasil eksplorasi desemaikan dengan tahapan :
a. Penyiapan lahan persemaian
Lokasi persemaian akan dipilih pada daerah yang strategis, yaitu strategis
untuk akses, akan dipilih lokasi terdekat dengan lokasi pertanaman iji.
b. Penaburan biji
Biji hasil dari eksplorasi akan ditabur dalam sebuah bedeng tabur. Dalam satu
bedeng tabur terdapat satu famili saja dengan tujuan agar tidak tercampur dan
tertukar dengan famili lain.

c. Penyapihan semai
Penyapihan semai akan dilakukan setelah semai cukup kuat untuk
dipindahkan dari bedeng tabur ke polybag, kemudian polybag yang sudah
berisi semai ditata dalam bedeng sapih. Satu bedeng hanya diisi satu famili.
d. Pemeliharaan semai
Tahap pemeliharaan ini meliputi penyiraman, penyianggan dari gulma, dan
pembasmian hama dan penyakit.
3. Tahap penanaman materi uji
Dimulai dengan penyiapan lahan. Lahan yang dipilih harus diusahakan
homogen keadaannya untuk setiap blok, kemudian dilanjutkan pemasangan ajir atau
larikan tanaman, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk dasar, pengangkutan
bibit siap tanam ke lapangan, dan penanaman.
4. Tahap evaluasi pertanaman uji
Tahap evaluasi uji keturunan dengan kombinasi uji provenans ini yaitu dengan
melakukan pengukuran (a) tinggi pohon, diukur dengan menggunakan alat haga meter.
Pengukuran tinggi ini mulaidaripermukaan tanah sampai titik tumbuh apikal. (b)
diameter, dilakukan dengan mengukur diameter batang tanaman 20 cm dari
permukaan tanah. (c) Tinggi batang bebas cabang, diukur dengan membidik haga dari
pangkal batang sampai dengan cabang pertama dari bawah. Hasil dari pengukuran
tersebut dicatat dalam blangko pengukuran. Kegiatan evaluasi uji dilakukan setahu
sekali selama lima tahun.
2. 4. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Tinggi total
Tinggi total diukur mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh
apikal (ujung pohon) dengan menggunakan haga meter.
2. Diameter
Diameter pohon diukur dengan menggunakan pita meter pada
ketinggian 20 cm dari atas permukaan tanah yang telah ditandai dengan
menggunakan cat putih (Sumardi, dkk., 2014).
3. Tinggi Batang Bebas Cabang
Tinggi batang bebas cabang diukur drngan menggunakan haga meter dengan
menembak pangkal pohon sampai percabangan pertama.
2. 5. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian untuk uji keturunan dengan kombinasi uji provenans ini adalah
RCBD faktorial. Terdapat 6 populasi, dimana setiap populasi terdapat 40 famili. Pertanaman
uji terdiri dari 4 plot dalam bentuk baris untuk setiap famili, dan terdapat 8 blok. Adapun
layout dari penempatan plot pada setiap blok (lampiran 1.) dan penempatan setiap blok dalam
lokasi uji pertanaman adalah sebagai berikut

Keteranga
n:
: Blok 1

: Blok 5

: Blok 2

: Blok 6

: Blok 3

: Blok 7

: Blok 4

: Blok 8

2. 6. Teknik Pengambilan Data


Pengamatan uji keturunan dengan kombinasi uji provenans Shorea selanica yang
bertujuan untuk memperoleh benih yang berkualitas baik dibidang kayu pertukangan ini akan
dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Agustus selama 5 tahun. Pengambilan data berupa
pengamatan pertumbuhan tinggi, diameter, dan tinggi batang bebas cabang (TBBC). Adapaun
tata waktu pengamatannya adalah sebagi berikut :
Tabel 2. Tata waktu pengamatan

Tahun
ke -

Bulan Tahun

Pengamatan

Maret

2018

tinggi, diameter, TBBC

Maret

2019

tinggi, diameter, TBBC

Mare

2020

tinggi, diameter, TBBC

Mare

2022

tinggi, diameter, TBBC

Maret

2022

tinggi, diameter, TBBC

2. 7. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software SPSS 16.0 dan
Microsoft Excel 2007 untuk menghitung Analisis Varians (ANOVA) dengan rancangan
Randomized Complete Block Design (RCBD) faktorial. Adapun rancangan analisis varians
(ANOVA) di sajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis varians
Sumber Variasi

BD

Blok

Provenans

Famili

39

Provenans x Famili

195

Eror

49

Total

288

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Rerata

FHitung

F - Tabel

DAFTAR PUSTAKA

Adistina, F. 2011. Pengaruh Ruang Tumbuh Terhadap Respon Pertumbuhan dan


Perkembangan Tanaman Meranti Merah (Shorea Pauciflora King.) dan
Nyawai (Ficus Variegata Blum.). Jurnal Hutan Tropis Vol 12.
Alrasyid, H., Marfuah., H. Wijayakusuma., dan D. Hendrasyah. 2004. Vademekum
Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Departemen Kehutanan, Jakarta.

Hamdan, A. 2014. Uji Keturunan Pulai Darat (Alstonia angustiloba Miq.) untuk
Mendukung Penyediaan Sumber Benih Unggul. Jurnal Wasian Vol 1.
Moses, H., Indriyanto, Melya R. 2013. Inventarisasi Pohon Plus dalam Blok Koleksi di
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Jurnal Sylva Lestari Vol. 1 No. 1
Naiem, M. Pemuliaan Hutan. 2004. Bahan Kuliah. Universitas Gadjah Mada. (Tidak
Diterbitkan).
Rudjiman dan D. T. Adriyanti. 2004. Identification Manual of Shorea spp. ITTO Project.
Faculty of Forestry. Gadjah Mada University: Jogjakarta, (Hal 39).
Rully, A., Atika, L., Deni, S. 2012. Karakteristik Pola Curah Hujan di Wilayah Sekitar
Teluk (Studi Daerah Nabire Provinsi Papua dan Fakfak Papua Barat). Jurnal
Matematika&Sains, Vol. 17 Nomor 247.
Sudin, P., Reni, S., Wahyuningtyas, Dewi, A. 2011. Pengaruh Naungan Terhadap Proses
Ekofisiologi Dan Pertumbuhan Semai Shorea selanica (Dc.) Blume di
Persemaian. Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol.5 No.2.
Sumardi, Hery, K., Misto. 2014. Evaluasi Uji Keturunan Cendana (Santalum album
Linn.) Umur 8 Bulan Di Kabupaten Timor Tengah Utara-Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 8 No. 1.
Yasman, I. 2004. Hutan Tanaman Meranti: Prospek dan Tantangan. Hutan Jurnal
Indonesia. 5 (26) : 18-19.

Anda mungkin juga menyukai