Anda di halaman 1dari 19

LINGKUNGAN HIDUP DAN KAITANNYA

DENGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Makalah Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh: Kelas 8.1


Gaby (15)
Dinda (25)
Michella (28)
Netta (30)
Puspita (31)

SMP MARSUDIRINI
Jalan Raya Narogong 202
Kemang Pratama, Bekasi
Tahun Ajaran 2016-2017

DAFTAR ISI
Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Lingkungan hidup dan pelestariannya
Unsur-unsur lingkungan
Arti penting lingkungan untuk kehidupan
Bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup dan faktor penyebabnya
Usaha pelestarian lingkungan hidup
Tujuan dan sasaran pembangunan nasional
Pembangunan berkelanjutan
Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan

KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Didalam makalah ini, pembaca dapat mengetahui lebih jelas mengenai garis
besar lingkungan hidup di sekitar kita dan kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan. Namun ternyata banyak dari antara warga yang kurang menyadari arti
penting lingkungan untuk kehidupan, bentuk-bentuk kerusakan dan faktor
penyebabnya, usaha pelestariannya, tujuan dan sarana pembangunan nasionalnya,
dsb. tersebut sehingga tingkat pendidikan di daerah itu tidak berkembang. Penulis
juga memberikan berbagai solusi yang tepat guna upaya penanggulannya dalam
pembangunan berkelanjutan oleh permasalahan lingkungan hidup.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian karya tulis ini, yaitu:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu guru yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk menulis
makalah dengan baik.
3. Orang tua yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
4. Teman-teman dalam kelompok yang telah ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis meminta kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat lebih baik
lagi dalam pembuatan karya tulis yang berikutnya.
Bekasi, 29 Agustus 2016
Penulis
A. LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGERTIANNYA
1. Pengertian Lingkungan Hidup

B. PENCEMARAN UDARA
1. Faktor-Faktor Penyebab Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam
Contoh : - abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
- gas-gas vulkanik
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angina
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
Contoh : - hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
- bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai
zat kimia organik dan anorganik
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
- pembakaran sampah rumah tangga
- pembakaran hutan

2. Zat-zat Pencemaran Udara


Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:
Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC,
Timbal dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit
energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari
cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Macam-macam partikel, yaitu :

a. Aerosol

: partikel yang terhambur dan melayang di udara/td>

b. Fog (kabut)

: aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara

c. Smoke (asap)

: aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan melayang
berhamburan di udara

d. Dust (debu)

: aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara

5.Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.
6.Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi.
Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam
kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
7.Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada
kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida
yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8.karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan
bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

C. EFEK RUMAH KACA


Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO 2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O
(Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF 6
(Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan
manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak,
gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan
meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK
secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam
bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang
kemudian dikenal dengan Pemanasan Global.

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak
dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer
sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas
keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau
adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup
lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena
komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya
suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu
adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi,
terjadilah perubahan iklim secara global.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,


mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai,
musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat,
namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino La
Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan
tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besarbesaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya
D. HUJAN ASAM
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan

oleh manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika
ia menulis tentang polusi industri di Inggris (Anonim, 2001). Tetapi istilah hujan asam
tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering
ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara.
Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan
maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan
yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi
jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di
dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi,
maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan
turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air
hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat
terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut
dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini
sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan
oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan
terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur
di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan
asam.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya
dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50%
lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan

logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai
3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi
menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya
berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Kadar SO2 tertinggi terdapat pada pusat industri di Eropa, Amerika Utara dan Asia
Timur. Di Eropa Barat, 90% SO2 adalah antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO2 berasal dari
pembangkit listrik batu bara, di Jerman 50% dan di Kanada 63% (Anonim, 2005).
Menurut Soemarwoto O (1992), 50% nitrogen oxides terdapat di atmosfer secara alami,
dan 50% lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat pembakaran
BBF. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara , 40-50%
nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam mkinyak ringan dan gas. Makin
tinggi

suhu

pembakaran,

makin

banyak

Nox

yang

terbentuk.

Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik
itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik
dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan
pupuk

N,

makin

tinggi

pula

produksi

oksida

tersebut.

Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan perjalanan
ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan
membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang
membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui
proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada
logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya (Anonim. 2005).
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat
global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak
tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
1. Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan.

Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat
pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih
dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh
rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu
ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman,
dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan
keasaman.
2. Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan
tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan
melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam
nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat
pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan
terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai
kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat
mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis
dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya
akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk
mengakumulasikan

zat

yang

potensial

beracun

tersebut.

Dengan

demikian

pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon
menjadi

lemah

dan

mudah

terserang

penyakit

dan

hama.

Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium


dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis
sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan
air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup
pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga
berarti

bahwa

keragaman

hayati

tamanan

juga

semakin

menurun.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan

daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian
tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena
deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium
merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium
disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan
kerusakan

daun

meyebabkan

pencucian

magnesium

di

daun.

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat
karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan
lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah
produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan
karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan
kepunahan spesies.
3. Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang
nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox
dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi
kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang
terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif
lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga
dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate,
yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan
penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit
karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
4. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti
batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius

juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan
asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan
kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak
akan merusak batuan.
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.
a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini
Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak
bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan
tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak
akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan
dua sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai
sifat karsinogenik (pemicu kanker).
b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk
membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar
belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90%
(Soemarwoto, 1992).
c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran

telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners
(LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran
diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan
membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari
nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2.
Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini
kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen
menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi
dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya
direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum
(gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur.
Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia
yang sama dengan gipsum alam.
d. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip
teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan
absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95% SO2 yang
terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi
limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai
industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya
sehingga

limbah

yang

dihasilkan

dapat

dipergunakan

sebagi

pupuk.

Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan

bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya
dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau
pemisah

ruangan

(partition

boards)

dan

pelapis

dinding

(wall

boards).

Amerika Serikat merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis ini.
Pabrik wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard
Gypsum LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan dengan
stasiun pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di Cumberland yang
berkapasitas 2600 megawatt.
Produksi gipsum sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah bahan
buangan yang mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai
ekonomi. Sebagai bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar
ternyata memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari
penambangan.. Mengingat dampak positifnya cukup besar, tidak mustahil suatu saat
nanti, setiap PLTU batu bara akan dilengkapi dengan pabrik gipsum sintetis.
d. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah
sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga
harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti
dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan
dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi,
padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh
karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri maupun
transportasi.

E. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang merupakan suatu
rencana bagi setiap Negara, terutama di berbagai Negara yg sedang berkembang

dalam rangka mencapai tujuan/cita cita yang akan dicapai. Pembangunan dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki
tingkat kehidupannya, baik berupa kebutuhan material maupun non-material atau
spiritual. Pembangunan juga dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh
rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.
Rostow (1987) berpendpat bahwa pembangunan adalah transformasi suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern yang produktif. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa arti masyarakat tradisional adalah masyarakat yang masih
menggunakan system produksi dengan teknologi primitive, tidak produktif, dan tidak
rasional sehingga tingkat pendapatannya rendah. Masyarakat modern adalah
masyarakat yang menggunakan system teknologi modern, produktif, pola berpikir
rasional, sehingga tingkat pendapatannya tinggi. Rostow membagi proses
pembangunan menjadi 5 tahapan, yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas
landas, lepas landas, gerak kearah kedewasaan, dan tingkat masyarakat konsumsi
tinggi.
Siagian (1988) menjelaskan bahwa pembangunan dapat diartikan sebagai
suatu perubahan atau pertumbuhan untuk mewujudkan kondisi kehidupan bernegara
dan bermasyarakat yang lebih baik dari sekarang , baik secara material maupun
spiritual. Dalam pelaksanaan pembangunan, diperlukan suatu rangkaian tindakan
yang dilakukan oleh setiap individu yang bernaung dalam suatu system
kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Todaro (1988) berpendapat bahwa pembangunan adalah suatu proses menuju
perbaikan taraf kehidupan masyarakat secara menyeluruh dan dinamis.
F. TUJUAN DAN SARANA PEMBANGUNAN NASIONAL
Pada umumnya pembangunan nasional di berbagai Negara berkembang lebih
ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perekonomian
Negara-negara berkembang masih tertinggal dan terbelakang. Pembangunan di

bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan yang diharapkan atau dapat
mendorong perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan.
Tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur serta merata secara material dan spiritual, berdasarkan
pancasila dan UUD 1945, didalam wadah NKRI yang merdeka, berdaulat, bersatu,
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram,
tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib dan damai.
Sasaran pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia adalah
membentuk manusia seutuhnya yang meliputi beberapa hal berikut:
a. Ketentraman, yaitu adanya rasa aman dan jaminan hokum untuk hidup
sesuai dengan tatanan dalam masyarakat.
b. Berkecukupan, artinya dapat terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan
perumahan secara layak.
c. Kepuasan mencakup adanya kemudahan untuk mendapatkannya, stabil,
kontinu persediaannya, dan baik pelayanannya.
d. Stimulus dalam bentuk kesempatan yang memungkinkan setiap masyarakat
dapat mencapai hasil karya yang optimal serta sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
G. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
terencana untuk menggunakan dan mengelola sebagai bentuk sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan guna meningkatkan kualitas
hidup yang dapat dilihat dari kualitas fisik dan nonfisiknya.
Adapun tujuan yang diharapkan dari pengelolaan lingkungan hidup antara lain
sebagai berikut.
1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya

2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara lingkungan hidup


3. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup
4. Terlaksananya pembangunan berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang
dan mendatangnya.
5. Terlindunginya Negara dari dampak kegiatan di luar wilayah Negara yang dapat
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan
Menurut Prijono Tjiptoherijanto, pembangunan berkelanjutan mengandung beberapa
aspek berikut.
1. Proses pembangunan yang berlangsung secara berlanjut serta didukung oleh
sumber daya alam dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin
berkembang
2. Sumber daya alam memiliki ambang batas dimana pemanfaatan yang berlebihan
akan menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya alam, serta
kemampuannya untuk mendukung kehidupan umat manusia
3. Kualitas lingkungan berkaitan dengan kualitas hidup. Tercermin pada peningkatan
usia harapan hidup, penurunan tingkat kematian, dll.
4.

Pembangunan

berkelanjutan

memungkinkan

generasi

sekarang

untuk

meningkatkan kesejahteraan tanpa mengurangi ketersediaannya bagi generasi


mendatang dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan
Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan yaitu sebagai berikut
1. dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, moral, atau nilai-nilai adat dan
budaya
2. memperhatikan lingkungan fisik (ramah lingkungan) dan lingkungan social
3. mencerminkan usaha peningkatan produksi nasional berupa tingkat laju
pertumbuhan ekonomi yang positif
4. meningkatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan penduduk
5. pembangunan yang senantiasa melakukan inovasi

6. memperluas kesempatan kerja untuk menampung masuknya golongan usia kerja


baru dalam kehidupan ekonomi
7. pemerataan atau keseimbangan pendapatan antargolongan dan antardaerah
8. membina lembaga-lembaga ekonomi masyarakat
9. memiliki usaha terus-menerus untuk menjaga stabilitas ekonomi dan social,
budaya, politik, serta keamanan
10. pembangunan yang bersifat fundamental, ideal, dan memiliki program jangka
pendek hingga jangka panjang serta tujuan yang mulia

Anda mungkin juga menyukai