Anda di halaman 1dari 24

1.

Sindrom Afektif Organik


Sindrom afektif organik adalah gangguan berupa keadaan mania atau depresi
sehubungan dengan gangguan pada otak. Penyebabnya bisa cedera otak, tumor otak,
tumor pada kelenjar hormon.
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) merupakan
sekelompok penyakit yang bervariasi bentuknya. Kelainan fundamental dari kelompok
gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah
depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).1
a. Etologi
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi yaitu
neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di
otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara
harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan
dopamin dapat menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih
dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat
memicu mania.2
Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering dihubungkan
dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan

serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan


jumlah tempat ambilan kembali serotonin.2
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi. Data
menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania.
Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit yang
mengalami penurunan dopamin seperti parkinson disertai juga dengan gejala depresi.
Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosine, amphetamine dan
bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan
hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.2

b. Diagnosis Gangguan Afektif Organik


1. Kriteria umum dari F06
- Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik
yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang
-

tercantum;
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara

perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;


Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya

penyebab yang mendasarinya;


Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyakit alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh

stres sebagai pencetus).1


2. Disertai kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis dari gangguan yang
tercantum dalam F30-F331
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) dibagi menjadi:1
F30 EPISODE MANIK
2

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam


jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.
Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk
gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi,
manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif
bipolar. (F31).

F30.0 Hipomania

Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya
beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan
melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai

halusinasi atau waham.


Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh,
maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik

Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai


mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa

dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.

F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa

gejala psikotik).
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi
waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan
keadaan afek tersebut (mood congruent).

F30.8

Episode Manik Lainnya

F30.9

Episode Manik YTT

F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)


dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penmbahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terajadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma
mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.


Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

(a)

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan

(b)

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,


depresif atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif
yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang,
dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya


F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F32 EPISODE DEPRESIF

Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ):


Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas


Gejala lainnya :
Kosentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih

pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-)

F32.0 Episode Depresif Ringan

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.
Karakter kelima:

F32.00 = Tanpa gejala somatik


F32.01 = Dengan gejala somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan (F30.0);


Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

urusan rumah tangga.


Karakter kelima:
F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatik
F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik

Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada.


Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus

berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.

Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih
dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan tetapi


jika gejala sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.


Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik

Episode Depresi Berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk.

Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.


F32.8 Episode Depresif Lainnya

F32.9 Episode Depresif YTT


F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :


episode depresif ringan (F32.0),
episode depresif sedang (F32.1),
episode depresif berat (F32.2 dan F32.3).

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya


lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).

Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil


pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia

lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).


Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain (adanya stress
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

10

(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal
2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
Karakter kelima:

F33.00 = Tanpa gejala somatik


F33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang


Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.1); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal
2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
Karakter kelima:

F33.10 = Tanpa gejala somatik


F33.11 = Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal
2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti:


11

(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal
2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi


Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi masa
lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30F39; dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal
2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

c. Terapi
ANTIDEPRESAN

12

Antidepresan merupakan obat yang paling sesuai untuk pasien depresi dengan
gangguan vegetatif yang jelas, retardasi psikomotor, gangguan tidur, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, dan penurunan libido. Mekanisme obat antidepresan
adalah menghambat ambilan neurotransmiter aminergic dan menghambat penghancuran
oleh enzim monoamine oxydase (MAO) sehingga terjadi peningkatan jumlah
neurotransmiter aminergic pada celah sinaps neuron yang dapat meningkatkan aktivitas
reseptor serotonin.3
Sediaan dan Dosis

Amitriptyline (generik, Elvail)


Oral: 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg tablet
Parenteral: 10 mg/mL IM injeksi
Dosis: 75-200 mg/hari
Clomipramine (generik, Anafranil)
Oral: 25; 50; 75 mg kapsul
Dosis: 75-300 mg/hari
Desipramine (generik, Norpramin, Pertofrane)
Oral; 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg tablet
Dosis: 75-200 mg/hari
Doxepine (generik, Sinequan)
Oral: 10; 25; 50; 75; 100; 150 mg kapsul; 10 mg/mL konsentrat
Dosis: 75-300 mg/hari
Imipramine (generik, Tofranil)
Oral: 10; 25; 50 tablet (hidroklorida), 75; 100; 125; 150 mg kapsul (pamoat)
Parenteral: 25 mg/2mL IM injeksi
Dosis: 75-200 mg/hari
Nortriptyline (generik, Aventyl, Pamelor)
Oral: 10; 25; 50; 75 mg kapsul, 10 mg/5mL solution
Dosis: 75-150 mg/hari
Protriptyline (generik, vivactil)
Oral: 5; 10 mg tablet
Dosis: 20-40 mg/hari
Trimipramine (Surmontil)
Oral: 25; 50; 100 mg kapsul
Dosis: 75-200 mg/hari
HETEROSIKLIK

13

Sediaan dan Dosis

Amoxapine (generik, Asendin)


Oral: 25; 50; 100; 150 mg tablet
Dosis: 150-300 mg/hari
Bupropion (Wellbutrin)
Oral: 75; 100 mg tablet, 100; 150 mg sustaines release tablet
Dosis: 200-400 mg/hari
Maprotiline (generik, Ludiomil)
Oral: 25; 50; 75 mg tablet
Dosis: 75-300 mg/hari
Mitrazapine (Remeron)
Oral: 15; 30; 45 mg tablet
Dosis: 15-60 mg/hari
Nefazodone (generik, Desyrel)
Oral: 50; 100; 150; 300 mg tablet
Dosis: 200-600 mg/hari
Venlafaxine (Effecxor)
Oral: 25; 37,5; 50; 75; 100 mg tablet, 37,5; 75; 150 mg extended release tablet
Dosis: 75-225 mg/hari
INHIBITOR AMBILAN KEMBALI SEROTONIN SELEKTIF (SELECTIVE
SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR; SSRI)
SSRI merupakan antidepresan baru yang khas, menghambat ambilan serotonin secara
spesifik. Dibanding TCA, SSRI memiliki efek antikolinergik dan kardiotoksisitas lebih
rendah. Saat ini tersedia lima macam SSRI yaitu fluoxetine, paroxetine, sertraline,
fluvoxamine dan citalopram.4
Sediaan dan Dosis

Citalopram (Celexa)
Oral: 20; 40 mg tablet
Dosis: 20-60 mg/hari
Fluoxetine (Prozac)
Oral: 10; 20 mg pulveres, 10 mg tablet, 20 mg/mL liquid
Dosis: 10-60 mg/hari
Fluvoxamine (Luvox)

14

Oral: 25; 50; 100 mg tablet


Dosis: 100-300 mg/hari
Paraxetine (Paxil)
Oral: 10; 20; 30; 40 mg tablet, 10 mg/mL suspensi, 12,5; 25 mg controlled release tablet
Dosis: 20-50 mg/hari
Sertraline (Zoloft)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 50-200 mg/hari
INHIBITOR OKSIDASE MONOAMIN (MONOAMINE OXYDASE INHIBITOR;
MAOI)
Sediaan dan Dosis

Phenelzine (Nardil)
Oral: 15 mg tablet
Dosis: 47-75 mg/hari
Tranylcypromine (Parnate)
Oral: 10 mg tablet
Dosis: 10-30 mg/hari
Tabel 3. Efek-efek farmakologi dari obat-obat antidepresan

Hipotens
Sedas
Obat
i

Anti
muskarini
k

Penyakat pompa amine untuk

i
Ortostati
k

Serotoni

Norepinefri

Dopami

Amitriptyline

+++

+++

+++

+++

++

Amoxapine

++

++

++

++

Bupropion

+/-

+/-

15

Citalopram

+/-

+++

+++

++

++

+++

+++

Desipramine

++

+++

Doxepine

+++

+++

++

++

Fluoxetine

+/-

+++

+/-

+/-

Fluvoxamine

+/-

+++

Imipramine

++

++

++

+++

++

Maprotiline

++

++

+++

Mirtazapine

+++

Mianserin

++

+++

Nortriptyline

++

++

++

+++

++

Paroxetine

+/-

+++

++

Protriptyline

++

++

+++

Setraline

+/-

+++

Trazodone

+++

++

Clomiprami
ne

16

Venlafaxine

Keterangan:
+++
++
+
+/?

+++

++

+/-

: Berat
: Sedang
: Ringan
: Tidak ada/ minimal sekali
: Tidak tentu

Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 9th ed, 2009.


Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik lainnya, jenis
depresi.4
ANTIMANIA
LITHIUM
Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal bahwa lithium
merupakan pengobatan yang paling disukai pada gangguan bipolar khusunya fase
manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan fase manik dilaporkan
mencapai 60-80%.4
Preparat yang Tersedia
Lithium carbonate (generik, Eskalith)
Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup, 300; 450 mg tablet
sustained release

17

300 mg lithium carbonate setara dengan 8,12 meq Li


Dosis: 250-500 mg/hari
CARBAMAZEPINE
Preparat yang Tersedia
Carbamazepine (generic, Tegretol)
Oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL suspensi, 100; 200; 400 mg
tablet extended-release, 200; 300 mg kapsul
Dosis: 400-600 mg/hari
2. Sindrom Kepribadian Organik
Sindrom kepribadian organik adalah perubahan gaya atau sifat-sifat kepribadian
mengikuti terjadinya kerusakan pada otak. Perubahan ini biasanya menuju kearah
negatif, berupa gangguan dalam penilaian sosial, menurutnya kontrol atas emosi dan
dorongan,

menurutnya

kepedulian

akibat

dari

perbuatannya

sendiri,

dan

ketidakmampuan aktivitas yang bertujuan.


Pedoman diagnostik kepribadian organik menurut PPDGJ III, sebagai berikut:1
-

Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya
penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak;

Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut:

18

a. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan


aktivitas yang bertujuan, terutama yang memakan waktu lebih lama dan
penundaan kepiuasan;
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang
tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah
dan agegrasi yang sejenak; pada beberaa keadaan apatis dapat
merupakan gambaran yang menonjol;
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam
tindakan dissosial, seperti mencuri, bertindak melampaui batas
kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan, kurang
memperhatikan kebersihan lingkungannya);
d. Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid, dan
atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak (seperti
soal agama, benar dan salah)
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar, bicara banyak, alot, dan hipergrafia;
f. Perilaku seksual yang berubah (hiperseksualitas atau perubahan selera
seksual).
3. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat

19

Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksikasi


tanpakomplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas
dandemensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih
zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Banyak pengguna obat menggunakan
lebihdari satu jenis obat, namun bila mungkin, diagnosis gangguan harus
diklasifikasikansesuai dengan zat tunggal yang paling penting yang digunakannya (yang
menyebabkan gangguan yang nyata). Pada pasien yang menggunakan zat psikoaktif
dapatmenyebabkan gangguan psikotik (F1x.5), yakni dengan pedoman diagnostik
berupa :2
-

Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari
keadaan putus zatdengan delirium atau suatu onset lamabat. Gangguan psikotik

onset lambat (dengan onsetlebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat.


Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan
pola gejalayang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang
digunakan dankepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan,
seperti kokain, amfetamin,gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya
berhubungan erat dengan tingginyadosis dan atau pengunaan zat yang
berkepanjangan.

Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi presepsi


atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer.2
Pedoman diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat menutrut
PPDGJ III adalah sebagai berikut:2
a. F1x.0 Intoksikasi akut

20

Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan,
individu dengan kondisi organic tertentu yang mendasarinya (misalnya insufisiensi
ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat

yang tidak proporsional.


Disinhibisi yang ada hubungannya dengan konteks social perlu dipertimbangkan

(misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara keagamaan).


Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain, sehingga terjadi gangguan kesadaran,
fungsi kognitif, persepsi afek/perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis

lainnya
Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya
efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak/terjadi komplikasi

lain.
Intoksikasi patologis (F1x.07):
o Hanya pada pengguna alcohol.
o Onset secara tiba-tiba dengan agresi dan sering berupa perilaku tindak kekerasan
yang tidak khas bagi individu tersebut saat ia bebas alcohol.
o Biasanya timbul segera setelah minum sejumlah alcohol yang pada kebanyakan
orang tidak akan menimbulkan intoksikasi.
F1x.3 Keadaan putus zat (KPZ)
KPZ merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan dan diagnosis

ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan.


KPZ hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama bila hal ini merupakan alasan

rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian medis secara khusus.
Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.
Ganguan psikologis (anxietas, depresi, gangguan tidur) gambaran umum KPZ.
Khas: pasien melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan
penggunaan zat.

F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium

21


o
o
o
o
o
o

Suatu KPZ disertai komplikasi delirium. Kriteria umum delirium:


Gangguan kesadaran dan perhatian.
Gangguan kognitif secara umum.
Gangguan psikomotor.
Gangguan siklus tidur-bangun.
Gangguan emosional.
Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari dan

keadaan itu berlangsung < 6 bulan.


Termasuk delirium tremens:
o Merupakan akibat dari putus alkohol secara absolut atau relatif pada pengguna yang
ketergantungan berat dengan riwayat penggunaan yang lama.
o Onset biasanya terjadi sesudah putus alkohol.
o Keadaan gaduh gelisah toksik (toxic confusional state) yang berlangsung singkat

o
o

o
o
o

tetapi adakalanya dapat membahayakan jiwa, yang disertai ganguan somatik.


Gejala prodormal khas:
Insomnia, gemetar dan ketakutan.
Onset dapat didahului oleh kejang setelah putus zat.
Trias klasik:
Kesadaran berkabut dan kebingungan.
Halusinasi dan ilusi yang hidup (vivid) yang mengenai salah satu pancaindera.
Tremor berat.
Biasanya ditemukan juga waham, agitasi, insomnia, atau siklus tidur yang terbalik

dan aktivitas otonomik yang berlebihan.


F1x.5 Gangguan psikotik
Gangguan psikotik yang terjadi selama/segera sesudah penggunaan zat psikoaktif
(biasanya dalam 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari KPZ dengan delirium

atau suatu onset lambat.


Gangguan psikotik karena zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang
bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan

kepribadian pasien.
Pada penggunaan obat stimulan (kokain, amfetamin) berhubungan erat dengan

tingginya dosis/penggunaan zat yang berkepanjangan.


Diagnosis ini jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi/pengalaman
halusinasi

bila

zat

yang

digunakan

ialah

halusinogeika

primer.

Perlu

dipertimbangkan intoksikasi akut.

22

F1x.6 Sindrom amnesik


Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik:
oAdanya hendaya daya ingat berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek, amnesia
antegrad dan retrograd, dan menurunnya kemampuan untuk mengingat dan
mengungkapkan pengalaman telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
oRiwayat/bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak.
oTidak berkurangnya daya ingat segera, tidak ada gangguan perhatian dan kesadaran,
serta tidak ada hendaya intelektual secara umum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim Rusdi . Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 2001.
2.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.

3.

Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi 3.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007.

4.

Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology 10th ed: Antipsychotic Agents
and Lithium, Antidepressant Agents. San Fransisco: McGraw-Hill. 2006.

23

Daftar Pustaka
1. Buku Pedoman Praktis mengenai Penyalahgunaan NAPZA bagi petugas Puskesmas.
[Dikutip

2011

November

15].

Diunduh

dari

http://dinkes-

sulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20napza.pdf
2. Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba
(NAPZA).

[Dikutip

2011

November

14].

Diunduh

dari

http://usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien%20dengan
%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan%20Jiwa_Normal_bab%201.pdf
3. Martono, L.H. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya. Jakarta: Balai
Pustaka; 2006
4. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2005
5. Elvira SD, Hadisukanto G. Gangguan Penggunaan Zat : Upaya Terapi dan Pemulihan
dalam Buku ajar psikiatri. Jakarta : FKUI; 2010
6. Fitri Hartanto, dr., Sp.A. Substance Abuse pada Remaja.[Dikutip 2011 November 19].
Diunduh dari : pediatrics-undip.com/journal/Substance%20abuse.doc
7. Hawari, D. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat
Adiktif). Jakarta: FK-UI; 2003
8. Keliat, B.A. Tingkah laku bunuh diri. Cetakan 2. Jakarta: EGC; 1995

24

Anda mungkin juga menyukai