PENDAHULUAN
3. Alat uji kekerasan (kikir, tegel, kaca, pisau aluminium, dan kawat
baja)
4. Larutan HCL 0.01 m
5. Buku referensi rocks and minerals.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral
2.1.1 Definisi dan klasifikasi Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang
terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam
perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu
pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat
berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.
Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh
bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentukbentuk yang teratur yang
dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat
didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
kristalografi.
bentuknya
yang
tidak
teratur
tersebut
masih
tetap
dapat
didalamnya.
Sebagai
contoh
warna
gelap
dipunyai
mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang,
diindikasikan banyak mengandung aluminium.
5. Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu
mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores
(scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral
saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral
yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan
mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
Tabel 2.1 Skala Mohs
Mineral
Kekerasan
Talcum (Talc)
Gypsum
Kalsit
Fluorit
Apatit
Feldspar
Kuarsa
Topaz
Korundum
Intan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
b. Mineral oksida
10
11
juga terdapat batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, seperti Dunit yang
hanya terdiri dari satu mineral yaitu Olivin.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan
mungkin cepat. Penurunan temperature ini disertai mulainya pembentukan dan
pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya.
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen (seri reaksi Bowen).
12
merupakan
pasangan
Ingcongruent
melting
dimana
setelah
Olivin
13
Olivin Plagioklas
Piroksen
Olivine Piroksen
Piroksen - Plagioklas
Hornblende Plagioklas
14
15
16
d. Mika (Glimmer)
Ada tiga macam, yaitu muscovit, biotit, dan phlogopit.
o Muscovit, disebut juga mika putih. Rumus kimianya K Al (OH)2 (Al Si3
O10). Mudah dikenal, karena sifatnya yang mudah dibelah-belah dalam
helaian-helaian yang sangat tipis, transparan dan fleksibel, tidak berwarna,
abu-abu, kehijauan atau coklat muda, kilap vitreum, kekerasan 2-3.
o Biotit disebut juga Mika hitam, dengan rumus kimia K2 (Mg, Fe)2
(OH)2 AlSi3 O8. Mudah terbelah dalam satu arah dan biasanya
berbentuk segi enam, tidak transparan, fleksibel. Warna: hitam
hingga coklat tua, kilap vitrous, kekerasan 2,5 - 3.
o Phlogopit disebut juga mika coklat. Tidak banyak dijumpai.
e. Amfibol
Terutama
terdiri
dari
mineral
Ca2(MgFeA1)3(OH)2(SiA14O11)2.
Hornblende.
Berbentuk
Susunan
prismatik,
Kimianya
biasanya
berisi
kelipatan tiga, agak panjang dengan belahan dua arah menyudut kira-kira 900.
Merupakan kumpulan mineral-mineral yang berbentuk prisma pendek berisi
delapan. Warna : coklat tua hingga hitam. Kekerasan 5 - 6. yang terpenting dari
golongan ini adalah Hornblende.
f. Piroksen
Terutama terdiri dari mineral Augit. Berbentuk prismatik pendek berisi
kelipatan 4 dengan belahan 2 arah menyudut. Merupakan kumpulan dari mineralmineral yang berbentuk prisma pendek bersisi delapan. Striasi bersudut kira-kira
900. Pyroxen adalah senyawa yang kompleks dari Calsium, Magnesium, Ferum,
17
dan Silikat. Warna coklat tua hingga hitam. Kekerasan 5 - 8. Mineral golongan ini
antara lain : Enstatit, Hypersten, Diopsid, dan yang paling banyak terdapat ialah
Augit dengan rumus kimia Ca (MgFe) (SiO3)2 (AlFe)2 O3.
g. Olivin
Biasanya berwarna hijau terdiri dari (FeMg)2SiO4. Pada umumnya
terdapat dalam batu Basalt dan Gabro. Olivin membentuk kristal yang ideal,
karena terbentuk pertama-tama dari magma. Warna hijau atau kuning kecoklatan.
Biasanya berbutir halus dan granular. Pecahan concoidal (seperti kerang).
Kekerasan 6,5 - 7.
h. Kalsit
Mineral ini berwarna putih, sering ada pengotoran, mempunyai belahan 3 arah
berbentuk Rombuder, susunan kimianya CaCO3.
i. Grafit
Mineral ini unsurnya Karbon (C) berwarna hitam, lunak, umumnya pada batuan
ubahan.
18
2.2. Batuan
Berdasarkan
20
22
23
istilah diagenesa juga mengandung arti perubahan yang terjadi pada batuan
sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur dibawah 200 C
dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau setara dengan tekanan
sebesar 3000 atmosfir, sedangkan metamorofsa terjadi pada temperatur dan
tekanan diatas diagenesa. Batuan yang dapat mengalami tekanan dan temperatur
diatas 300 Mpa dan 200 C umumnya berada pada kedalaman tertentu dan
biasanya berasosiasi dengan proses tektonik, terutama di daerah tumbukan
lempeng atau zona subduksi. Batas atas antara proses metamorfosa dan pelelehan
batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair,
maka proses perubahan merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan
metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,
metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau
Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada
pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.
24