Oleh:
Lisa Ariyani
Rani Fibrianuri A.
Siti Suntianah
Puji syukur kami haturkan ke hadirat ALLAH SWT, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul Keuntungan dan Kerugian bagi Bangsa
Indonesia sehubungan telah diberlakukan AFTA. Meskipun banyak hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktunya.Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi semangat baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil karya
ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya karya ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
Daftar isi
Halaman Judul..i
Kata Pengantar.ii
Daftar Isi..iii
BAB I Pendahuluan..
1.1 Latar Belakang.
1.2 Rumusan Masalah..
1.3 Manfaat Penelitian.
BAB II Pembahasan..
2.1 Pengertian AFTA
2.2 Keuntungan AFTA bagi Indonesia
2.3 Kerugian AFTA bagi Indonesia..
2.4 Keanggotaan AFTA..
2.5 Tujuan AFTA
2.6 Manfaat dan Tantangan AFTA bagi Indonesia
2.7 Jangka Waktu Realisasi AFTA
BAB III Penutup.
3.1 Kesimpulan.
Daftar Pustaka..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
persetujuan
pembnetukan
AFTA
serta
jangka
waktu
dalam
Mengingat besarnya potensi pasar yang ada di Indonesia ,tentu sangat menggiaurkan dari
pasar negara lain.Dan dengan reputasi Indonesia sebagai salah satu negara yang paling besar
penduduknya,serta dengan tingkat konsumsi yang tinggi tentunya secara siap atau tidak siap
kita akan tetap masuk dalam wabah free trade zone seperti sekarang ini. Seperti beberapa isu
yang berkembang di masyarakat yaitu terjadinya pasar bebas yang telah resmi berjalan mulai
Januari 2010 ini semakin mendesak produk nasional. Berbagai kecemasan membayangi
pelaku usaha dan konsumen. Salah satu kecemasan konsumen nasional adalah segi keamanan
produk impor yang akan bebas masuk dari berbagai daerah di Indonesia sebagai salah satu
gerbang pasar internasional selama ini[3][3].
d. Siapkah Indonesia menghadapi AFTA dengan potensi yang dipunyai Indonesia sekarang ini ?
BAB II
PEMBAHASAN
masalah tersendiri. Dalam AFTA para pengusaha dipaksa untuk memiliki daya saing yang tinggi,
agar nantinya pengusaha-pengusaha dalam negeri ini dapat mandiri.
Peran dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan disini, pemerintah haruslah membuat
suatu regulasi yang jelas dalam menanggapi masalah-masalah yang dihadapi oleh para
pengusaha di Indonesia khususnya pengusaha kecil dan menengah mengenai bantuan modal
usaha. Pemerintah sepatutnya menolong para pengusaha kecil dan menengah kita dalam
meningkatkan kualitas produknya agar nantinya produksi mereka tidak berhenti dan rugi. Selama
ini permasalahan yang yang selalu timbul adalah ketidak mampuan pemerintah Indonesia dalam
melindungi para pengusaha kecil dan menengah di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya
para pengusaha yang tergolong pengusaha kecil dan menengah di Indonesia mengalami kerugian
besar dan produksinya berhenti dikarenakan kualitas barang mereka kalah dibandingkan dengan
barang-barang yang masuk dari Vietnam dan Cina. Contohnya industri rotan di Indonesia,
biasanya para pengusaha rota hanya mengirim berupa rotan yang belum diolah sehingga
merugikan pihak pengusaha rotan dalam negeri, sedangkan rotan yang masuk dari Cina dan
Vietnam biasanya telah diolah menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Dari
permasalah tersebut seharusnya pemerintah sudah memiliki langkah yang pasti untuk melindungi
para pengusaha rotan, caranya dengan mengekspor produk rotan bukan sekedar bahan dasarnya
saja tapi berupa rotan yang telah di olah menjadi suatu produk yang harga jualnya lebih tinggi,
sama dengan yang diekspor Vietnam dan Cina.
Dalam banyak hal, AFTA dapat efektif dan menguntungkan Indonesia jika para
pengusaha dan pemerintah Indonesia bekerja sama. Solusi yang jelas bagi para pengusaha di
Indonesia akan membantu Indonesia dalam menghadapi pasar bebas yang diberlakukan.
Pemerintah melindungi para pengusaha kecil dan menengah dengan cara bantuan modal untuk
melakukan produksi agar para pengusaha kecil dan menengah di Indonesia dapat membuat suatu
produk yang memiliki daya saing yang tinggi saat dipasarkan. Kendala yang tengan dihadapi
adalah masalah infrastruktur di Indonesia yang kurang mendukung. Pemerintah juga sepatutnya
menyediakan infastruktur yang memadai, seperti jalanan yang rusak akan menghambat proses
distribusi barang dan dapat merugikan. Indonesia memiliki banyak barang komoditas yang tidak
kalah oleh Vietnam dan Cina. Masalahnya hanya terletak pada daya saing para pengusaha di
Indonesia dalam persaingan di dalam pasar bebas ini.
2.4 Keanggotaan AFTA
Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, iaitu,
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada 1995,
Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh
negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani
persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk
memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.
Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual
sepatuke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran
tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan
mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri.
menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk
ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk
sebesar 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam;
Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota
ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran;
Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin
banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku
bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.
Tantangan :
d. Tahun 2003 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari
seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), tanpa fleksibilitas.
Untuk ASEAN-4 (Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja) realisasi AFTA dilakukan
berbeda yaitu:
Vietnam tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995).
Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997).
Kamboja tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
AFTA adalah bentuk dari Free Trade Area di kawasan Asia Tenggara merupakan
kerjasama regional dalam bidang ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan volume
perdagangan di antara negara anggota melalui penurunan tarif beberapa komoditas tertentu,
termasuk di dalamnya beberapa komoditas pertanian, dengan tarif mendekati 0-5 persen. Inti
AFTA adalah CEPT (Common Effective Preferential Tariff), yakni barang-barang yang
diproduksi di antara negara ASEAN yang memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 %
kandungan lokal akan dikenai tarif hanya 0-5 %.
Sampai saat ini, CEPT masih merupakan hal yang sulit untuk dijalankan oleh Negaranegara di ASEAN, hanya Singapura saja yang sudah dapat mengurangi hambatan tarifnya
sebesar 0 %, sedangakan Negara-negara ASEAN lainnya masih berusaha untuk mencoba
mengurangi hambatan tarifnya.
Indonesia sebagai Negara yang menyetujui AFTA, sebentar lagi akan masuk ke dalam era
perdagangan bebas, sehingga bangsa ini akan bersaing dengan bangsa-bangsa ASEAN lainnya.
Dengan kondisi bangsa Indonesia dan perekonomian Indonesia saat ini, Indonesia dapat
dikatakan masih belum siap dalam menghadapi persaingan global. Sumber daya manusia
Indonesia dengan masih banyaknya masyarakat dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang
minim membuat Indonesia diprediksikan akan kalah dalam persaingan. Situasi politik dan
hukum di Indonesia yang amat sangat tidak pasti juga menambah jumlah nilai minus Indonesia
dalam menghadapi AFTA.
Daftar Pustaka
http://www.antara.co.id/arc/2007/4/4/infrastruktur-dan-sdm-indonesia-belum-siap-hadapi-afta/
(diakses pada tanggal 14 April 2007, Pk. 17.30 WIB)
http://pse.litbang.deptan.go.id/publikasi/FAE_21_1_2003_0.pdf. (diakses pada tanggal 14 April
2007, Pk. 17.45 WIB)
Pernyataan Ketua Komisi B DPRD Riau, T Azuwir dalam Riau Harus Bangun Industri Hilir
Perkebunan dalam http://www.riauhariini.com/daerah.php?act=full&id=1149&kat=14, 24
Januari 2010
http://www.riauinfo.com/main/news.php?c=1&id=11981,Halal Jadi Kekuatan Produk Lokal
Bersaing Menghadapi AFTA
Menurut Edgar M Hoover dalam jurnal transnasional,Penetapan Batam,Bintan,dan Karimun
Sebagai SEZ oleh Dewi Yulinda hal 20-21 vol 1 edisi juli 2009.
Kerjasama yang terjalin antara Negara China dengan Negara-negara ASEAN yang mulai berlaku
pada 1 januari 2010.
Mocthar Mashoed,Studi Hubungan Internasional Tingkat Analisis dan Teorisasi hal 160.