LAPORAN
PENGINDERAAN JARAK JAUH KELAUTAN
Oleh
RIESKA PARAMITA N.P
G1F113024
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kepulauan di Indonesia terbentuk oleh berbagai proses geologi (proses abrasi
atau pengikisan pantai maupun proses akresi atau pengendapan sedimen di pantai)
yang berpengaruhkuat pada pembentukan morfologi pantai maupun panjang garis
pantai. Dengan kondisi struktur tersebut , maka masalah lingkungan yang terjadi di
Indonesia yang cenderung meningkat dari waktuke waktu, dari pegunungan sampai
daerah pesisir, dari pedesaan ke daerah perkotaan dengan skalayang berbeda beda ,
dan bahaya alam yang sebagian besar terkait dengan tanah air .
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala
yang dikaji. Penerapan manfaat data informasi penginderaan jauh terutama foto
satelit dianggap paling baik sampai saat ini karena mempunyai tingkat resolusi yang
amat tinggi serta sifat stereoskopisnya sangat baik. Pembagian citra penginderaan
jauh (inderaja) bertujuan untuk menghasilkan peta tematik, dimana tiap warna
mewakili sebuah objek, misalkan hutan, laut, sungai, sawah, dan lain-lain. Makalah
ini
mempresentasikan
disain
dan
implementasi
perangkat
lunak
untuk
ini
adalah
integrasi
dari
metode feature
dan partitional
Data klasifikasi tutupan lahan (land cover) mengacu pada data yang merupakan
hasil dari pengklasifikasian data citra satelit mentah menjadi data klasifikasi tutupan
lahan (land cover) . Klasifikasi citra bertujuan untuk pengelompokan atau melakukan
segmentasi terhadap kenampakan-kenampakan yang homogen dengan menggunakan
teknik kuantitatif.
Tutupan lahan (land cover) berbeda dengan penggunaan lahan (land use)
meskipun dua istilah ini sering digunakan secara bergantian. Penggunaan lahan
adalah deskripsi tentang bagaimana orang memanfaatkan lahan dan kegiatan sosial
ekonomi - perkotaan dan lahan pertanian merupakan dua kelas penggunaan lahan
yang paling umum dikenal. Pada satu titik atau tempat, mungkin ada beberapa
alternatif dan penggunaan lahan, spesifikasi yang mungkin memiliki politik dimensi.
Salah satu isu land cover (tutupan lahan) utama adalah bahwa setiap survei
mendefinisikan objek yang berbeda dengan nama yang sama. Sebagai contoh, ada
banyak definisi Forest, yang sebenarnya terdapat fitur hutan yang berbeda-beda
(tinggi, tutupan kanopi, hutan produksi, hutan kerapatan tinggi, hutan kerapatan
rendah, dan lain-lain ).
Citra satelit dan GIS untuk tutupan lahan (land cover) adalah kunci untuk
aplikasi yang beragam seperti lingkungan, kehutanan, hidrologi, pertanian, dan
geologi. Manajemen Sumber Daya Alam, Perencanaan dan program Pemantauan
bergantung pada informasi yang akurat tentang tutupan lahan (land cover) di suatu
daerah.
1.2.
Tujuan
Adapum tujuan dari laporan Penginderaan Jarak Jauh Kelautan ini adalah
sebagai berikut:
1.
2.
klasifikasi.
Mengetahui cara melakukan proses klasifikasi terawasi (supervised) terhadap
penampakan objek pada citra.
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Desa Sungai Dua Laut
terletak pada posisi 34031,51 - 34213.57 Lintang Selatan dan 1151424 1160556 Bujut Timur. Sebelah timur dari lokasi praktik adalah laut terbuka,
yaitu berbatasan dengan Selat Makasar. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Persiapan Damar Indah dan Sumber Makmur.
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
Adapun parameter yang dianalisis dari laporan Penginderaan Jarak Jauh
Kelautan adalah menganalisis citra dan membandingkan dengan data hasil praktek
lapang di Sungai Dua Laut. Analisis citra menggunakan aplikasi ArcView.
2.1.
suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut.
Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang
terdapat pada lahan dimana obyek berada. $rosestersebut dilakukan dengan cara
perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan,memproses,
menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial
tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan
bumi, yang secara detildidapatkn dari variasi-variasi spasial, spektral (Landgrebe,
2003).
Penginderaan jauh berasal dari kata remote sensing memiliki pengertian
bahwa penginderaan jauh merupakansuatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan
informasi dari objek dipermukaan bumi dengan menggunaka alat yang tidak
berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer,1990).
Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak
fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lainlain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai
kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses
perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh
dengan menggunakan peralatan tertentu. Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis
dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah
ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau
fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau
fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang
memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan
hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra.
Pengertian tanpa kontak langsung di sini dapat diartikan secara sempit dan
luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan
analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta
distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa
kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas ground truth, yaitu pengumpulan
sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan
ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :
Menurut Lillesand and Kiefer
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang
dikaji.
Menurut Lindgren
Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk
mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus
dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan bumi.
Menurut Sabins
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan
menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara
gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
Menurut Curran 1985
bahwa
Inderaja yang dimanfaatkan dalam bidang kelautan disebut sebagai Seasat atau
MOS. Adapun pemanfaatan citra pengindraan jauh di bidang kelautan, yaitu sebagai
berikut :
lahan
tertentu
untuk
menghasilkan
sesuatu,
mengubah
atau
mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang dihasilkan dari kedua
istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi lokasi perubahan terjadi,
perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah (Jansen dan Gregorio, 2002).
Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan,
sedangkan penutup lahan adalah perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan
tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuansatuan penutup lahan kadang-kadang juga memiliki sifat penutup lahan alami
(Lillesand/Kiefer, 1994).
Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu
wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat
dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut,
termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta
segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang;
yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada
saat sekarang dan di masa mendatang(Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO,
1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas:
1.
komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan
2.
komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan.
Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya
pengelompokkan berbagai jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu
kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi
penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam proses interpretasi
citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahan maupun peta
penggunaan lahan. Menurut USGS (United States Geological Survey) sistem
klasifikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan adalah seperti berikut:
Tabel 1.
Level II
Urban or built-up
Residential
land
Transportation, Communications
and utilities
Agricultural Land
Rangeland
Forest land
Water
Herbaceous rangeland
Shrub-brushland rangeland
Mixed rangeland
Lakes
Level I
Level II
3
Reservoirs
Forested wetland
Nonforested wetland
Beaches
Transitional areas
Herbaceous tundra
Wet tundra
Mixed tundra
Perennial snow or
Perennial snowfields
ice
Glaciers
Wetland
Barren Land
Tundra
Tutupan/Penggunaan Lahan
Semak / Belukar
Hutan
10
2.4.
Kebun
Permukiman
Rawa
Sawah
Tegalan / Ladang
Klasifikasi Citra
Klasifikasi adalah teknik yang digunakan untuk menghilangkan informasi rinci
dari data input untuk menampilkan pola-pola penting atau distribusi spasial untuk
mempermudah interpretasi dan analisis citra sehingga dari citra tersebut diperoleh
informasi yang bermanfaat. Untuk pemetaan tutupan lahan, hasilnya bisa diperoleh
dari proses klasifikasi multispektral citra satelit. Klasifikasi multispektral sendiri
adalah algoritma yang dirancang untuk menyajikan informasi tematik dengan cara
mengelompokkan fenomena berdasarkan satu kriteria yaitu nilai spektral.
(Sekretariat FWI Simpul Bogor, 2003)
Klasifikasi multispektral diawali dengan menentukan nilai piksel tiap objek
sebagai sampel. Selanjutnya nilai piksel dari tiap sampel tersebut digunakan sebagai
masukkan dalam proses klasifikasi. Perolehan informasi tutupan lahan diperoleh
berdasarkan warna pada citra, analisis statik dan analisis grafis. Analisis statik
digunakan untuk memperhatikan nilai rata-rata, standar deviasi dan varian dari tiap
kelas sampel yang diambil guna menentukan perbedaan sampel. Analisis grafis
digunakan untuk melihat sebaran-sebaran piksel dalam suatu kelas.
2.4.1. Metode Klasifikasi Terbimbing (Supervised)
Pada metode supervised ini, analis terlebih dulu menetapkan beberapa training
area (daerah contoh) pada citra sebagai kelas lahan tertentu. Penetapan ini
berdasarkan pengetahuan analis terhadap wilayah dalam citra mengenai daerahdaerah tutupan lahan. Nilai-nilai piksel dalam daerah contoh kemudian digunakan
oleh komputer sebagai kunci untuk mengenali piksel lain. Daerah yang memiliki
nilai-nilai piksel sejenis akan dimasukan kedalam kelas lahan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jadi dalam metode supervised ini analis mengidentifikasi kelas
11
informasi terlebih dulu yang kemudian digunakan untuk menentukan kelas spectral
yang mewakili kelas informasi tersebut (Indriasari, 2009).
Gambar 1.
12
Gambar 2.
13
3.1.
Sungai Dua Laut kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan.
14
dilapangan selanjutnya menjadi input pada tahapan pembuatan training area pada
citra untuk kepentingan klasifikasi pada tahap akhir.
3.3.1. Pengambilan GCP
Pengambilan GCP (Ground Control Point) dengan cara mengambilan titik
sampel dilapangan dengan menggunakan GPS yang selanjutnya digunakan untuk
keperluan pemberian koordinat pada proses rektifikasi yaitu pemberian koordinat
pada citra satelit berdasarkan data GCP yang ada dilapangan.
3.4.
15
16
Nama
Kelas
Perair
o
.
an
Warn
Keterangan
a
Pada
kelas
perairan
ini
yang
2
.
Mangr
ove
3
.
Perke
bunan karet
karet
dipilih
oleh
perkebunan
sawit
dan
17
Nama
Kelas
Perke
4
.
Warn
Keterangan
bunan sawit
Kelas
perkebunan
sawit
dipilih
5
.
Pemu
kiman
dipilih
6
.
Tamb
ak
dikelilingi
oleh
perkebunan karet.
Alasan
pemilihan
belukar
dan
kelas
ini
Beluk
ar
Pantai
berbatasan
langsung
4.2.
sebagai berikut :
Tabel 4.
Luas Tutupan Lahan di Desa Sungai Dua Laut
No
Tutupan Lahan
Luas
(m2)
18
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Belukar
Kolom Perairan
Mangrove
Pantai
Perkebunan Karet
Perkebunan Sawit
Permukiman
Tambak
Jumlah
366.107
691.235
129.603
13.843,3
262.854
461.387
22.146,1
24.776
1.971.951
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tutupan lahan yang berada di Desa
Sungai Dua Laut berjumlah 1.971.951 m2 dimana hasil luasan tersebut meliputi lahan
belukar, mangrove, perkebunan karet, perkebunan sawit, pemukiman, tambak,
pantai, dan kolom perairan. Tutupan lahan belukar memiliki luasan sebesar
366.106,604 m2, dimana luasan yang terdapat di daerah tersebut meliputi semak
belukar dan pepohonan liar, selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan lahan mengakibatkan cukup luasnya lahan tersebut. Tutupan lahan
mangrove memiliki luasan sebesar 129.603 m2 berada di kawasan pesisir atau pinggir
pantai, perkebunan karet di wilayah tersebut memiliki luasan sebesar 262.854 m 2,
dimana perkebunan tersebut merupakan mata pencaharian alternatif
masyarakat
Sungai Dua Laut selain menjadi nelayan. Tutupan lahan perkebunan sawit
merupakan
memiliki luasan sebesar 461.387 m2. Lahan pemukiman di wilayah tersebut berada di
pesisir pantai yang berbatasan dengan perkebunan karet dan sawit, memiliki luasan
sebesar 22.146,1 m2, lahan tambak yang berdekatan dengan muara sungai memiliki
luasan sebesar 24.776 m2, namun lahan tersebut saat ini sudah tidak terpakai di
karenakan kondisi wilayah yang kurang memungkinkan. Tutupan lahan untuk
kawasan kolom perairan yang termasuk ke area praktik lapang memiliki luasan
sebesar 691.235 m2 dan untuk tutupan lahan kawasan pantai memiliki luasan sebesar
13.843,3 m2.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Proses penandaan/marking dengan cara mengambil titik sampel dilapangan
dengan menggunakan GPS yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
19
akurat.
Saran
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dibutuhkan kritik dan
saran sebagai masukan untuk penulis guna memperbaiki segala kekurangan yang ada
pada penulisan ini. Dalam praktek berikutnya agar lebih terlaksana dengan baik
sehingga data yang diperoleh lebih baik pula. Sehingga diperlukan kerjasama dalam
menganalisis data dan kejelasan pembagian tugas antar praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Landgrebe. 2003. Signal Theory Methods In Multispectral Remote Sensing . John
Willey and SonsInc.. New Jersey.
Lillesland dan Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.
Nur Mohammad Farda. Tutorial Envi. Prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh,
Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah. Fakultas
Geografi: Universitas Gadjah Mada.
20