Anda di halaman 1dari 2

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA

Lintang Yuni Anna


14/366047/PN/13762

Indonesia merupakan suatu Negara Kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari
perairan dan memiliki zona maritim yang sangat luas, dimana di dalamnya banyak terkandung
sumberdaya hayati dan potensial. Indonesia memiliki potensi perikanan tangkap sebesar 6.4 juta ton per
tahun. Baru termanfaatkan sebesar 65.3% atau sekitar 4.1 juta ton per tahun dan berdasarkan data yang
ada bahwa produksi perikanan pada tiap tahunnya meningkat, seperti pada tahun 2004 mencapai
43.286,60 ton, meningkat 9,37% dibandingkan produksi pada tahun 2003 sebesar 39.446,80 ton. Hal ini
berpengaruh terhadap kondisi perikanan tangkap di Indonesia.
Kondisi perikanan Indonesia saat ini tidak dapat lagi dikatakan masih berlimpah. Sejak
pertengahan tahun 1990- an, sebagian ahli perikanan dunia memang telah melihat adanya kecenderungan
hasil tangkapan perikanan global yang telah mencapai titik puncak. Bahkan di beberapa wilayah dunia
seperti Indonesia, produksi perikanan telah menunjukkan gejala tangkap lebih (overfishing). Kondisi stok
ikan di perairan Indonesia sejatinya memang perlu dipahami secara lebih serius sebab informasi tentang
stok ikan menentukan apakah perikanan Indonesia berada pada level dibawah Maximum Sustainable Yield
(MSY), tepat pada level MSY, sudah melampaui MSY, atau bahkan telah mengalami keruntuhan
(collapse).
Hal ini telah diindikasikan dengan tidak meratanya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di
wilayah Indonesia Tingkat pemanfaatan (exploitation rate) masih jauh dari potensi lestarinya. Salah satu
bagian dari pemanfaatan sumber daya perikanan yaitu melalui kegiatan penangkapan. Aktivitas perikanan
tangkap umumnya tumbuh dikawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah
pesisir Indonesia. Sebagai contoh untuk perikanan tangkap, banyak perairan laut di kawasan barat dan
tengah Indonesia sudah menunjukkan gejala padat tangkap (overfishing), seperti Selat Malaka, perairan
timur Sumatera, Laut Jawa, dan Selat Bali. Sementara, di perairan laut kawasan timur Indonesia, tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikannya belum optimal atau masih underfishing. Akibatnya, pada daerah-daerah
penangkapan ikan tertentu yang mengalami over-exploitation, nelayan-nelayannya umumnya menjadi
miskin, karena sulit mendapatkan ikan hasil tangkapan. Selain itu pula, sangat rawan
terjadinya konflik antar nelayan di perairan tersebut. Disisi lain, pada daerah-daerah penangkapan ikan
yang tingkat pemanfaatannya belum optimal atau underfishing, sumber daya ikan yang bernilai tersebut
terkesan dibuang begitu saja, bahkan di beberapa perairan, yang memanfaatkannya adalah kapal-kapal
perikanan illegal dari negara lain.
Kondisi sumberdaya ikan di beberapa wilayah di Indonesia menurut pengkajian stok dapat
dikategorikan menjadi empat yaitu over exploited, fully exploited, moderate dan moderate to fully
exploited. Status sumberdaya ikan Wilayah pengolahan perikanan tangkap di Selat Malaka secara umum
telah melampaui batas yaitu over exploited terutama untuk ikan demersal dan udang, sementara untuk
ikan pelagis kecil sudah dieksploitasi secara maksimal (fully exploited) sehingga apabila tetap dilakukan
upaya penangkapan yang besar maka akan terjadi over exploited. Ikan pelagis besar statusnya masih
berubah ubah atau tak menentu karena kurangnya pengelolaan terhadap stock ikan pelagis besar. Laut
Cina Selatan mengalami fully exploited untuk ikan demersal, moderate untuk udang dan sudah

mengalami upaya penangkapan yang berlebihan (over exploited) pada ikan pelagis kecil, sementara untuk
ikan pelagis besar masih tidak menentu. Wilayah Laut Jawa menujukan satatus over exploited pada ikan
pelagis kecil, dan fully exploited (upaya penangkapan maksimal) pada ikan demersal dan udang,
sementara untuk ikan pelagis besar masih tidak menentu. Kondisi sumber daya ikan di Laut Flores dan
Selat Makasar berstatus fully exploited untuk ikan demersal, dan mengalami over exploited pada udang,
namun untuk pelagis kecil tingkat pemanfaatan penangkapannya masih berstatus moderate dan ikan
pelagis besar juga masih dalam kondisi tidak menentu yang mendekati moderate to fully exploited. Laut
Banda berstatus under exploited atau moderate to fully exploited tingkat penangkapannya, sementara
kondisi perikanan tangkap untuk ikan pelagis kecil dan besar berstatus moderate tetapi kondisi
sumberdaya udang menunjukan tidak menentu. Kondisi perikanan tangkap di Laut Arafuru untuk udang
mengalami over exploited ini menunjukan harus adanya regulasi dan pengaturan penangkapan agar tidak
terjadi penurunan stok atau sumber daya ikan, dan untuk iakn demersal mengalami upaya penangkapan
yang maksimal (fully exploited yang mendekati over exploited sehingga tingkat upaya penangkapan harus
segera dikendalikan tetapi masih dalam status moderate untuk ikan pelagis kecil dan ikan pelagis masih
beruba ubah. Wilayah Teluk Tomini dan Laut Sulawesi berada pada kondisi moderate untuk tingkat
upaya penangkapan ikan demersal dan ikan pelagis kecil, namun upaya penangkapan udang diwilayah ini
sudah mengalami over exploited. Kondisi perikanan tangkap di Samudera Pasifik dan Laut Sulawesi
megalami over exploited pada ikan pelagis besar, hal ini harus di kendalikan agar tidak terjadi penurua
stock, sementara kondisi perikanan tangkap untuk ikan demersal dan pelagis kecil di wilayah ini masih
tidak menentu. Status sumberdaya ikan di wilayah Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera mengalami
kondisi fully exploited untuk ikan demersal, ikan pelagis besar dan udang. Hal ini harus dilakukan
pengawasan pengontrolan agar tidak terjadi over exploited, sementara pada ikan pelagis kecil masih
berada pada kondisi moderate. Wilayah pengolahan perikanan tangkap di Samudera Hindia sebelah
Selatan Jawa mengalami fully exploited untuk ikan demersal, udang maupun ikan pelagis kecil dan besar.
Hal ini menunjukan bahawa upaya penangkapan di wilayah ini sudah memaksimalkan tingkat
pemanfaatnya sehingga perlu adanya control terhadap armada pengangkapan atau alat tangkap agar tidak
melakukan upaya pengankapan yang berlebihan sehingga tidak terjadi penurunan stock.
Pemanfaatan atau tingkat upaya penangkapan sumber daya ikan yang mengalami over exploited
merupakan pertanda bahwa harus segera dilakuakan regulasi pengelolaan pemanfaatan sumber daya agar
tidak terjadi penurunan stok dan bila terjadi upaya penangkapan yang melebihi kapasitas harus diterapkan
mekanisme untuk mengurangi aktivitas ketingkat sepadan dengan pemanfaatan lestari sumberdaya
perikanan, sedemikian rupa sehingga menjamin kegiatan perikanan tangkap yang mendorong perikanan
yang bertanggung jawab seperti pengaturan alat tangkap ikan yang dapat merusak, pengurnagan armada
kapal, pengaturan waktu penangkapan ikan dan lain sebagainya. Perikanan tangkap sebagai system yang
memiliki peran penting dalam penyediaan pengan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan
serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang
(sustainability management) untuk mengatur mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumberdaya
ikan pada tingkat tertentu yang dinginkan agar tetap lestari.

Sumber:
Adrianto, L. 2015. Governing The Marine Conservation Area For Sustainable Fisheries In Indonesia. Kementerian
Kelautan Dan Perikanan. Indonesia
Noviyanti, R. 2011. Kondisi Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengolahan Perikanan (WPP) Indonesia. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Utami, D.R., I. Gumilar., dan Sriati. 2012. Analisis Bioekonomi Penangkapan Ikan Layur Di Perairan Parigi
Kabupaten Ciamis. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Bandung. 3(3):137-144.

Anda mungkin juga menyukai