Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 6

AIRFALL PYROCLASTIC

Aliran piroklastik adalah salah satu hasil letusan gunung berapi yang
bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan
bebatuan ( tefra). Aliran piroklastik ini dapat menuruni lereng dengan
kecepatan melebih 100 km/jam dan suhu yang bisa mencapai 200C s/d
700C (USGS).
Kata piroklastik atau dalam bahasa Inggris Pyroclastic sebenarnya berasal
dari bahasa Yunani. Asal katanya dari pyro atau fire yang berarti api dan
classtic yang berarti hancuran atau lepas. Sehingga apabila kita artikan
secara langsung maka piroklastik berarti aliran yang sudah hancur namun
panas seperti api.
Kecepatan tergantung pada kepadatan arus, tingkat keluaran vulkanik, dan
gradien lereng. Ignimbrites dan ardentes nuees dua jenis aliran piroklastik.
Sebuah ignimbite berisi materi kebanyakan vesiculated sedangkan nuee

ardente berisi materi padat (Francis, 1993). Nuee ardente berarti awan
bercahaya dan bernama untuk aliran piroklastik terlihat di Gunung Pelee.
Arus-arus ini sering disertai dengan awan abu elutriated dari arus. Ketika
partikel abu incadescent diamati pada malam hari, aliran tampak seperti
awan panas bergerak menjauh dari gunung berapi.
Ada beberapa skenario yang dapat menghasilkan aliran piroklastik:
Fountain runtuhnya sebuah kolom letusan dari letusan Plinian(misalnya,
Gunung Vesuvius 's penghancuran Pompeii , lihat Plinius Muda). Dalam
letusan, bahan yang dikeluarkan dari lubang memanaskan udara di
sekitarnya dan campuran bergolak naik, melalui konveksi, untuk banyak
kilometer. Jika jet meletus tidak dapat memanaskan udara di sekitarnya
cukup, arus konveksi tidak akan cukup kuat untuk membawa ke atas bulubulu dan jatuh, mengalir menuruni sisi-sisi gunung berapi.
Fountain runtuhnya sebuah kolom letusan dikaitkan dengan Vulcanian
letusan (misalnya, Montserrat Soufrire Hills gunung berapi telah
menghasilkan banyak dari aliran piroklastik mematikan dan lonjakan.) Dalam
gaya letusan, gas dan proyektil membuat awan yang lebih padat daripada
udara sekitarnya dan menjadi aliran piroklastik.
Buih di mulut lubang selama degassing lava meletus. Hal ini dapat
menyebabkan produksi batu disebut Ignimbrit. Hal ini terjadi selama letusan
Novaruptapada tahun 1912 yang menghasilkan arus terbesar yang akan
dihasilkan selama sejarah.
Gravitasi runtuhnya kubah lava atau tulang belakang, dengan longsoran
berikutnya dan aliran menuruni lereng curam misalnya, Montserrat Soufrire
Hills gunung berapi yang menyebabkan sembilan belas kematian pada tahun
1997.
Ledakan directional (atau jet) ketika bagian dari sebuah gunung berapi
meledak atau runtuh (misalnya, 18 Mei 1980, letusan Gunung St Helens)
Sebagai jarak dari gunung berapi meningkat, ini dengan cepat berubah
menjadi gravitasi-driven saat ini.

Aliran piroklastik dan


awan panas (Courtesy of B.
Meyers, USGS)
Aliran
piroklastik
ini
dibagi
dalam
beberapa
bagian
sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar
sebelah kanan. Yang paling
bawah dinamakan aliran
piroklastik yang terdiri dari
bongkahan-bongkahan,
kerikil, kerakal, pasir dan di atasnya terdapat awan panas (ash-cloud surge)
yang terdiri dari debu dan gas.

Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai batuan piroklastik,


diantaranya:
1.
Batuan yang tersusun oleh fragmen hasil erupsi volkanik secara
eksplosif (Williams, Turner, Gilbert, 1954)
2.
Batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari lubang
volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar,
kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh
air (Henrich, 1959)
3.
Bagian dari batuan volkaniklastik (Fisher, 1961 & Vide Carozi,
1975)
4.
Batuan yang terdiri dari material detrital/rombakan dari hasil kegiatan
volkanik, ditransport dan diendapkan di danau, darat ataupun laut.
(Johannsen, 1977)

Erupsi gunungapi yang eksplosif menghasilkan tiga macam endapan piroklastik, yaitu:
1.Pyroclastic fall deposit

Endapan ini terjadi pada erupsi bersifat eksplosif. Sebarannya mengikuti topografi.
Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi. Memeiliki sorting
yang cukup baik. Ini diakibatkan pemilahan oleh angin diudara sehingga material yang
lebih kecil dan ringan akan terbawa lebih ajuh sedang material yang lebih besar dan berat
akan lebih cepat jatuh. Terapat beberapa struktur diantaranya yaitu graded bedding
normal dan reverse. Memiliki komposisi yaitu pumice, scoria, abu/debu, sedikit lapilli.
Macam-macam depositnya yaitu scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit
2.Pyroclastic flow deposit
Endapan piroklastik ini terjadi ketika abu panas, fragmen batuan dan gas yang bergerak
ke bawah dari pusat erupsi eksplosif sebagai longsoran berkecepatan tinggi ketika ada
bagian kubah lereng gunungapi yang roboh, sehingga menghasilkan suatu aliran
piroklastik dengan suhu tinggi (sekitar 10000C) dan kecepatan dapat mencapai
700km/jam. Aliran piroklastik umumnya terdiri dari 3 jenis utama, yaitu: endapan aliran
abu, endapan aliran scoria dan endapan aliran batuapung atau ignimbrite (pumice).
Berikut ciri-cirinya :
A. Endapan aliran abu
o Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
o Sorting buruk; butiran menyudut
o Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah
o Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitic
o Dari erupsi freatomagmatik menghasilkan endapan butiran halus yang mengandung
accretionary lapilli
o Tebal endapan berkisar antara <1mm dekat kawah sampai >1m pada jarak 100 km
dari kawah.
B. Endapan aliran scoria
o Didominasi oleh lapili scoria
o Terususun atas butiran kasar berongga yang berasal dari magma basalt atau andesit
basaltis,
o Bagian yang dekat dengan kawah berasosiasi dengan lava membentuk kerucut
spatter atau kerucut skoria, mengandung banyak bongkahan >64 mm, bom balistik besar
dan bongkahan fragmen,
o Endapan yang jauh dari kawah, butirannya lebih halus dan lapisannya tipis < 5 m.
C. Endapan aliran ignimbrite (pumice)
Komposisi dasitik, riolitik
Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice

Endapan dari satu periode letusan dapat mencapai >10 m, bahkan dekat dengan
sumber erupsi mencapai tebal 25 m,
Sekitar kawah besar butir >64 mm, terdiri atas bongkahan batuapung dan batuan
lainnya.
Aliran piroklastik yang berkomposisi batuapung sangat merusak, bergerak sangat
cepat dan sebarannya membentuk suatu facies aliran piroklastik menyelimuti topografi.
Membentuk pelamparan endapan yang luas dari letusan sub-plinian, plinian dan
ultraplinian,
3.Pyroclastic surge deposit
Mekanisme erupsi eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato
magmatis, dan preatik. Piroklastik jatuhan mempunyai ketebalan endapan yang sama,
sementara piroklastik aliran akan menebal pada cekungan dan piroklasktik surge adalah
gabungan keduanya. Terbagi atas tiga yaitu :
A. Endapan base surge
Berasosiasi dengan endapan jatuhan
Dicirikan oleh perlapisan, laminasi, kadang-kadang masif mengandung Juvenile
fragments dan litik berupa abu, kristal dan butiran litik
Lontaran litik besar dapat membentuk struktur bomb sags dekat dengan kawah
Juvenile fragments biasanya terbentuk <10 cm disebabkan karena interaksi antara
magma dan air
Tebal endapannya dapat mencapai >100 m sekitar kawah freatomagmatik,
Endapannya padu karena material yang dilontarkan tersemenkan.
Endapan ground surge
Berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik
Berlapis baik dengan tebal lapisan <1m yang dihasilkan dari bagian dasar aliran
piroklastik
Tersusun dari abu, juvenile fragments, kristal dan litik dari berbagai ukuran, umunya
kaya akan komponen fragmen berat dibandingkan dengan endapan aliran piroklastik
Memperlihatkan perlapisan membaji atau terputus, mengandung arang dan saluran
pelepasan gas
B. Endapan ash-clouds surge

o Biasanya di bagian atas endapan aliran piroklastik


o Berlapis baik dengan tebal lapisan <1m yang ditemukan di bagian atas aliran
piroklastik,
o Komposisi batuannya tergantung atas erupsi aliran piroklastik,
o Memperlihatkan perlapisan membaji atau terputus, struktur sedimen bergelombang,
silang-siur atau lensa-lensa.
Batuan hasil gunung berapi ini pun terbagi atas dua jenis yaitu :
1.Batuan piroklastik
Merupakan batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan
gunung api. Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal,
litik/batuan volkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi. Batuan ini
terbentuk dari hasil pengendapan dan litifikasi langsung ketika fragmen diletuskan
gunung berapi dan tanpa melalui proses eros dan transportasi pada fragmen. Tingkat
keseragaman pada batuan ini cukup tinggi mengingat bahwa fragmen pyroclast yang
dikeluarkan gunung berapi beragam bentuk dan ukurannya.
2.Batuan Epiklastik
Merupakan batuan hasil rombakan batuan volkanik maupun batuan lainnya. Terdiri dari
material hasil rombakan batuan (kristal, fragmen batuan) dan material non volkanik. Yang
menyebabkannya demikian adalah karena berbeda dengan batuan pyroclastic, epiclastic
mengalami transport setelah fragmen tiba di permukaan bumi. Transport ini kebanyakan
adalah oleh agen air dalam bentuk lahar (sehingga dikenal juga dengan batuan laharik).
Oleh karena tertransport maka batuan ini memiliki fragmen berasal dari berbagai sumber.
AIRFALL PYROCLASTIC

Abu vulkanik yang sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah
bahan material vulkanik yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan gunung
berapi, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran kecil (halus). Batuan yang
berukuran besar (bongkahan batu sampai kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah hingga
radius 5 7 km dari kawah. Sedangkan abu vulkanik yang berukuran halus dapat jatuh
pada jarak mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan kilometer dari kawah karena dapat
terpengaruh oleh adanya hembusan angin.Radius pengendapan abu vulkanik yang
tergolong jauh ini disebabkan oleh ukurannya yang kecil yakni 2mm- 1/256mm sehingga
abu vulkanik tersebut melayang di udara bercampur dengan udara bebas yang kemudian
terhirup bersamaan dengan oksigen yang hendak dihirup oleh manusia.Ukuran
partikelnya yang kecil itu juga membuat gaya gravitasi bumi tidak mampu untuk menarik
partikel abu vulkanik itu untuk langsung mengendap di daratan yang dekat ditambah
gerakan udara yang sentrifugal sehingga membuat radius pengendapan abu vulkanik
tersebut jauh dari pusat letusan suatu gunung berapi. Sebagai contoh letusan G. Krakatau

tahun 1883 dapat mengitari bumi berhari-hari. Demikian juga letusan G. Galunggung
pada tahun 1982 dapat mencapai Australia.
Partikel abu vulkanik sangat kecil sehingga mudah tertiup angin hingga ribuan
kilometer. Yang paling berpotensi merusak tubuh adalah partikel abu terkecil yang
mencapai kurang dari 1/100 milimeter. Ini berbahaya karena mudah menembus masker
kain dan masuk ke paru-paru.
Seseorang penderita bronkhitis, emfisema dan asma disarankan mengurangi aktivitas di
luar ruang karena paparan abu vulkanik bisa memperparah gangguan kesehatan. Jika
mengalami iritasi atau sakit di tenggorokan dan paru-paru, pilek, atau mata gatal,
sebaiknya segera kembali rumah dan membatasi kegiataan di luar rumah.Selain partikel
berbahaya, abu vulkanik juga berpotensi mengandung gas belerang dioksida dalam kadar
rendah. Itulah mengapa ketika mulai mencium aroma belerang, sangat disarankan segera
menjauh dari kawasan tersebut.
Abu Vulkanik merupakan jenis material endapan piroklastik yang tidak terkonsolidasi
yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi yang eksplosif namun ada
juga abu vulkanik yang terjadi oleh akibat pergesekan pada waktu erupsi gunung berapi

Berdasarkan mekanisme pembentukannya abu vulkanik termasuk kedalam jatuhan


piroklastik karena abu vulkanik dibawa dan diendapkan oleh medium udara dan terbentuk
setelah material hasil letusan dikeluarkan dari kawah. Abu Vulkanik termasuk ke dalam
material tipe II karena setelah terlempar dari pusat vulkanik lalu diendapkan di daratan
yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan
aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Pada dasarnya jatuhan piroklastik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Menyelimuti topografi

2. Terpilah baik
3. Memiliki stratifikasi internal

4. Ketebalannya berkisar dari mm hingga cm


5. Menipis dan menjadi semakin halus seiring arah angin
6. Tidak memiliki tanda bukti suhu tinggi
Distribusi dari abu vulkanik sangat bergantung kepada arah angin sedang dan ketinggian
sekitar 4.5 - 13 km. Terdapat contoh dari letusan Gunung Krakatau pada 1883
menghasilkan kolom erupsi yang membubung hingga lebih dari 50 km. Aliran abu dari
ledakan ini tersebar hingga 2500 km dari lokasi gunung. Wilayah total yang mengalami
jatuhan piroklastiknya melebihi 800000 km2. Debu piroklastik menutupi bumi selama
13,5 hari dan pada ketinggian 30 - 50 km kecepatan rata-ratanya 12 km/jam. Abunya
bertahan di atmosfir atas dan menyebabkan perubahan pancaran sinar matahari,
menurunkan suhu dunia setengah derajat Celcius selama lima tahun.
Material jatuhan piroklastik juga sering dikenal sebagai tephra, dan terbagi menjadi 3
jenis berdasarkan ukurannya, yaitu pumice (ukuran besar, asam), scoria (ukuran besar,
mafic), dan ash (berbutir halus).
Jatuhan piroklastik dikatakan mengalami bedding atau perlapisan karena pengaruh dari
gaya gravitasi yang menyebabkannya jatuh dan menyelimuti topografi yang ada. Jatuhan
piroklastik ini juga mengalami pemilahan karena pengaruh jarak yang berhubungan
dengan kecepatan letusan dan juga ukuran partikel. Untuk keadaan di segala waktu dan
tempat (atau secara umum), partikel dengan range ukuran yang kecil akan terpilahkan,

sehingga endapan jatuhan biasanya bersifat terpilah baik di segala permukaan. Pemilahan
itu sendiri menggambarkan perubahan proses erupsi ataupun kondisi angin yang terjadi.
Terkadang endapan jatuhan juga mengalami graded bedding. Hal ini menunjukkan
perubahan kecepatan letusan yang dipengaruhi radius vent, kandungan gas pada magma,
dan sumbatan fragmen litik pada vent, serta perubahan kecepatan atau intensitas angin.
Perbedaan penyebaran dari material piroklastik jatuhan yaitu pada scoria, biasanya
terkonsentrasi dekat dengan vent, pada pumice biasanya lebih tersebar, sementara untuk
ash biasanya tersebar luas dengan tipis, dimana ukuran butirnya semakin kecil seiring
jarak yang ditempuh.
Memetakan penyebaran abu dapat memberikan informasi penting mengenai erupsi yang
terdahulu. Untuk itu kita perlu memahami isopleth, yaitu garis yang menghubungkan
ukuran butir yang sama, dan juga isopach, yaitu garis yang menghubungkan ketebalan
lapisan yang sama.
Untuk mempermudah pemahaman, dapat diamati tabel berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://edwinryl13398.blogspot.com/2011/12/piroklastik-abu-vulkanik-abu-vulkanik.html
http://godamaiku.blogspot.com/2013/05/batuan-piroklastik.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_fall
Materi Kuliah Vulkanologi FTG UNPAD

Anda mungkin juga menyukai