Anda di halaman 1dari 12

Kajian Transisi Struktur Misel pada Larutan Natrium Dodesil Sulfat Konsentrasi

Rendah dengan Teknik Hamburan Neutron Sudut Kecil


Arum Patriati dan Edy Giri Rachman Putra
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, BATAN
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, e-mail: arum@batan.go.id
ABSTRAK
Kajian Transisi Struktur Misel pada Larutan Natrium Dodesil Sulfat
Konsentrasi Rendah dengan Teknik Hamburan Neutron Sudut Kecil. Transisi
struktur misel pada larutan 0,02 M natrium dodesil sulfat (SDS) terhadap pengaruh
penambahan garam natrium klorida (NaCl) telah dipelajari dengan teknik hamburan
neutron sudut kecil (SANS). Bentuk dan ukuran misel berubah secara sistematis dengan
adanya penambahan garam dari 0,02 M hingga 0,40 M. Pada larutan tanpa garam, misel
yang terbentuk mendekati bentuk bola kemudian mengalami pertumbuhan pada sumbu
panjangnya (major axis) dari 19,0 menjadi 27,3 dengan sumbu pendek (minor axis)
tetap 16,7 sehingga berbentuk ellipsoid. Adanya garam dalam larutan akan
mengurangi gaya tolak antar head groups bermuatan dari molekul SDS yang akan
menurunkan nilai konsentrasi kritis misel (CMC). Hal ini berakibat pada penurunan
energi bebas pembentukan misel sehingga molekul-molekul SDS menjadi lebih mudah
untuk bergabung dan mendorong terbentuknya misel yang lebih besar.
Kata kunci: Self-assembly, misel, hamburan neutron sudut kecil

ABSTRACT
A Small-Angle Neutron Scattering Study on Micelle Structural Transition
at Low Concentration of Sodium Dodecyl Sulfate Micellar Solution. The micelle
structural transition of 0.02 M sodium dodecyl sulfate (SDS) micellar solution in
addition of sodium chloride (NaCl) salt has been investigated using a small-angle
neutron scattering (SANS) technique. The micelle progressively changed not just the
shape but also the size by addition of salt from 0.02 M to 0.40 M. A nearly spherical
micelle transforms into an ellipsoidal micelle as the major axis of micelle increases
from 19,0 to 27.3 with a fixed minor axis of 16.7. The present of salt noticeable
reduces the repulsion force between the charge head groups of SDS molecule that
decreases the critical micelle concentration (CMC). Furthermore, it leads to decrease the
free energy on micellization in which the molecules of SDS easily assembled to form a
large size micelle.
Keywords: Self-assembly, micelle, small-angle neutron scattering

PENDAHULUAN
Gaya tolak antar head group molekul surfaktan yang terjadi dalam larutan
merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap self-assembly molekulmolekul surfaktan untuk membentuk misel. Pada larutan surfaktan ionik, gaya tolak ini
terjadi karena muatan sejenis yang dimiliki oleh head group surfaktan. Gaya tolak ini
akan menghambat molekul-molekul surfaktan untuk beragregasi. Oleh karena itu untuk
mendorong terjadinya self-assembly, gaya tolak ini harus dikurangi [1].
Gaya tolak yang terjadi dalam larutan surfaktan disebabkan karena lemahnya
kekuatan ionik larutan. Salah satu cara untuk menaikkan kekuatan ionik larutan adalah
dengan menambahkan garam. Ion-ion garam akan memberikan efek screen out,
sehingga gaya tolak antar head group berkurang. Hal ini mendorong pada penurunan
energi bebas pembentukan misel sehingga molekul-molekul surfaktan menjadi lebih
mudah untuk bergabung dan misel yang terbentuk cenderung berukuran lebih
besar[Hunter].
Kecenderungan pertumbuhan misel ini dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi
garam yang ditambahkan [3,4]. Semakin pekat konsentrasi garam yang ditambahkan,
pengaruh screen out yang terjadi juga semakin besar dan pada akhirnya memperbesar
kecenderungan pertumbuhan misel. Oleh karena itu, penambahan garam dalam
konsentrasi tinggi pada larutan surfaktan pekat akan mendorong misel untuk tumbuh
hingga mencapai bentuk silinder yang fleksibel (worm-like) [5]. Dengan teknik
hamburan neutron sudut kecil (SANS), fenomena ini teramati secara langsung dengan
hilangnya puncak Bragg pada pola hamburan SANS dan meningkatnya intensitas
hamburan pada daerah momentum transfer Q yang kecil.
Pengaruh penambahan garam dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi
3

pada larutan surfaktan konsentrasi rendah dipelajari dalam percobaan kali ini. Pada
larutan konsentrasi rendah, paling tidak ada dua kondisi yang mempengaruhi terjadinya
self-assembly. Ketersediaan jumlah molekul surfaktan relatif sedikit dan kebebasan
counter ion dalam larutan relatif besar sehingga netralisasi head goups surfaktan relatif
lemah. Efek screen out akibat penambahan garam natrium klorida (NaCl)sehingga
mendorong pertumbuhan misel SDS pada larutan SDS dalam air pada konsentrasi
rendah akan dipelajari dengan SANS. Karena teknik ini mampu melihat perubahan
muatan larutan, , akibat adanya efek screen out akibat hadirnya garam dalam larutan.

METODE PERCOBAAN
Bahan. Natrium dodesil sulfat (SDS) dilarutkan dalam D2O dengan pengenceran
dari larutan induk 0,3 M SDS sehingga diperoleh konsentrasi 0,02 M SDS/D2O. Dalam
larutan 0,02 M SDS ditambahkan garam NaCl hingga mencapai konsentrasi 0,02; 0,04;
0,06; 0,08; 0,10; 0,20; 0,30 dan 0,40 M. Penggunaan D2O sebagai pelarut dimaksudkan
untuk menaikkan nilai kontras antara misel dan pelarut sehingga intensitas hamburan
yang dihasilkan akan menggambarkan struktur misel yang terbentuk. Semua bahan yang
digunakan, diperoleh dari Aldrich tanpa pemurnian lebih lanjut.
Cara Kerja. Tiap sampel ditempatkan dalam kuvet kuarsa dengan ketebalan
bagian dalam 2 mm dan diekspos dengan neutron pada spektrometer hamburan neutron
sudut kecil (SANS) BATAN (SMARTer) dalam waktu 2 jam. Pada percobaan ini
digunakan neutron dengan panjang gelombang

= 3,9 pada dua posisi detekor, 1,5 m

dan 3 m, untuk mendapatkan rentang momentum transfer Q, antara 0,03 hingga


0,25. Setiap perlakuan ini dilakukan juga pada pengukuran hamburan inkoheren yang
berasal dari elektronik, kuvet dan pelarut. Hamburan inkoheren ini akan menjadi
4

hamburan latar belakang (background) pada pola distribusi hamburan SANS. Untuk
pengukuran transmisi dilakukan dalam waktu 5 menit untuk tiap sampel. Pengukuran
background dan transmisi digunakan untuk pengolahan data reduksi. Seluruh percobaan
dilakukan pada temperatur 22 oC.
Intensitas hamburan yang diperoleh pada setiap pengukuran merupakan intensitas
gabungan antara hamburan yang berasal dari hamburan koheren yang dihasilkan dari
interaksi sampel dengan neutron dan hamburan inkoheren (background). Oleh karena
itu, data dikoreksi atau direduksi dengan program GRASP[7] untuk mengeliminasi
pengaruh background dan faktor transmisi tiap sampel. Sehingga didapatkan data
intensitas hamburan terkoreksi sebagai fungsi dari volume misel (Vm), densitas misel
(nm), densitas panjang hamburan dari misel dan pelarut (

m,

s),

serta faktor bentuk

P(Q) dan faktor struktur S(Q) [8]. Intensitas hamburan diformulasikan sebagai berikut,
2

2
I
(
Q
)n
(m s
)
V
P
(
Q
)
S
(
Q
)
m
m

(1)

Di mana P(Q) adalah faktor struktur intrapartikel yang menggambarkan bentuk dan
ukuran partikel (misel). Sedangkan S(Q) merupakan faktor struktur interpartikel yang
menggambarkan jarak dan interaksi antar partikel, yaitu misel.
Data yang telah direduksi kemudian dianalisa dengan program NIST SANS
analysis[9] untuk memperoleh informasi yang dalam P(Q) dan S(Q). Untuk sistem
monodispers dengan rerata jari-jari partikel R, P(Q) untuk partikel model bola
didefinisikan sebagai,
2

3
J
(
QR
) 3
(sin
QR
QR
cos
QR
)
P
(
Q
) 1
3
QR(
QR
)

(2)

Dimana J1 merupakan fungsi spherical Bessel untuk orde pertama. Sementara S(Q)
akan memiliki nilai 1 untuk sisem larutan encer. Karena pada larutan encer, interaksi
5

antar partikel yang terjadi sangat lemah. Sehingga intensitas hamburan dari sampel
hanya dipengaruhi oleh faktor bentuk saja.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini, analisa data hasil reduksi dilakukan dengan menerapkan
model ellipsoid dimana P(Q) dijabarkan sebagai berikut,
2

P
(
Q
)

3
J
(
x
)
1
sin
d
x

(3)
1

2 2 2
2
cos
R
Dimana xQR
, dan
a
bsin

merupakan sudut antara vektor hamburan

dan arah dari sumbu simetri ellipsoid [3]. Dalam model ini, P(Q) dipengaruhi oleh dua
parameter, yaitu sumbu pendek Ra dan sumbu panjang Rb dari elipsoid. Namun karena
antar molekul SDS memiliki kecenderungan untuk saling menyatukan gugus rantai
hidrofobiknya, maka Ra dari misel yang terbetuk tidak akan lebih dari 16,7 , suatu
ukuran untuk panjang rantai dodesil dalam keadaan fully stretch [1].

Gambar 1. Pola distribusi hamburan SANS dari larutan 0,02 M SDS dengan variasi
penambahan garam NaCl.

Intensitas hamburan terlihat semakin tinggi dengan adanya penambahan garam


NaCl pada larutan SDS (Gambar 1). Kenaikan intensitas menunjukkan adanya kenaikan
ukuran misel yang terbentuk dalam sistem 0,02 M SDS. Hubungan antara intensitas
hamburan dengan ukuran misel ditunjukkan oleh persamaan (1), dimana semakin besar
volume misel, akan memberikan kontribusi pada kenaikan intensitas hamburan.

Tabel 1. Data hasil pengukuran misel pada sistem 0,02 M SDS/D2O + NaCl
pada suhu 22 oC.
[NaCl] M

Ra ()

Rb()

Rb/Ra

16,7

19,0

1,13

0,19

0,02

16,7

21,7

1,31

0,15

0,04

16,7

23,3

1,39

0,12

0,06

16,7

23.9

1,43

0,10

0,08

16,7

24,1

1,44

0,07

0,1

16,7

24,8

1,50

0,06

0,2

16,7

25,5

1,53

0,05

0,3

16,7

26,5

1,57

0,04

0,4

16,7

27,3

1,63

0,03

Hasil fiting menunjukkan bahwa pada kondisi murni, tanpa penambahan garam,
larutan 0,02 M SDS membentuk misel dengan bentuk mendekati bola, dengan
perbandingan sumbu panjang dan sumbu pendeknya (Rb/Ra) sebesar 1,13. Misel tumbuh
memanjang seiring kenaikan konsentrasi NaCl yang ditambahkan dalam larutan, terlihat
dari naiknya nilai Rb/Ra dan Rb (Tabel 1). Dari data Rb/Ra, diketahui bahwa dengan
7

naiknya konsentrasi garam NaCl dalam larutan SDS, misel yang terbentuk menjadi
semakin ellipsoid, Rb/Ra = 1,61 untuk penambahan 0,4 M NaCl. Pertumbuhan ukuran
misel ini sesuai dengan spektra hamburan SANS yang diperoleh.
Kenaikan volume misel ini dapat dilihat dari semakin besarnya nilai bilangan
agregasi (N) (aggregation number), rata-rata jumlah molekul SDS dalam misel,
sehingga N = V/v dimana V merupakan volume misel dan v adalah volume satu molekul
SDS yakni sekitar 350,2 3 [1]. Dengan demikian nilai N dapat ditentukan berdasarkan
hubungan N = 4 Ra2Rb/3v. Hubungan antara kenaikan konsentrasi garam dengan
bilangan agregasi disajikan pada Gambar 2. Pada awal penambahan garam nilai
bilangan agregasi terlihat meningkat tajam. Namun semakin tinggi konsentrasi NaCl
yang diberikan, kenaikan nilai bilangan agregasi semakin landai dan terlihat adanya
kecenderungan pola fungsi asimptotik.

Gambar 2. Hubungan kenaikan bilangan agregasi (N) terhadap kenaikan konsentrasi


NaCl pada larutan 0,02 M SDS.
Pertumbuhan misel dengan hadirnya NaCl dalam larutan SDS, diakibatkan oleh
adanya efek screen out dari ion Na+ yang berasal dari NaCl terlarut. Ion Na+ dari NaCl
akan menetralkan muatan dari gugus sulfat pada head group molekul SDS sehingga
gaya tolak antar head group yang disebabkan oleh muatan sejenis dapat dikurangi. Hal
ini diindikasikan dengan menurunnya nilai fraksi muatan (fractional charge) , seiring
8

dengan konsentrasi garam yang ditambahkan (Tabel 1).


Pada teknik SANS, potensial screened Coulomb dari ionik misel yang
mengakibatkan adanya gaya tolak antar head groups dan antar misel akan
mempengaruhi faktor stuktur, S(Q). Untuk sistem monodisperse, S(Q) didefinisikan
sebagai

dimana g(r) merupakan distribusi radial, yakni probabilitas ditemukannya partikel


(misel) lain pada jarak r. Nilai g(r) ini dipengaruhi oleh potensial interaksi, U(r), antar
partikel [goyal]. Untuk sistem larutan yang memuat partikel ionik (ionik misel) dalam
pelarut polar (air), nilai U(r) ditentukan secara dominan oleh potensial screened
Coulomb, yang didefinisikan sebagai

dimana Ze adalah nilai muatan misel. Dengan mengetahui nilai aggregation number,
maka nilai fractional charge

mampu dikalkulasi dari data distribusi hamburan SANS

(intensitas), yang mana nilainya ditentukan oleh P(Q) dan S(Q). Pada P(Q) nilainya
dipengaruhi oleh parameter R baik Ra maupunRb, sedangkan S(Q) dipengaruhi oleh
parameter fractional charge .
Adanya efek screen out dari penambahan NaCl ini mengakibatkan molekulmolekul SDS menjadi lebih mudah untuk saling mendekat dan beragregasi membentuk
misel. Peristiwa ini menyebabkan penurunan energi bebas pembentukan misel pada
suatu nilai konsentrasi, sehingga molekul-molekul SDS cenderung untuk membentuk
misel yang lebih besar. Penurunan energi bebas ini akan semakin rendah seiring dengan
kenaikan bilangan agregasi. Karena bagaimanapun juga gaya tolak antar head group
9

molekul SDS dalam misel tetap ada [10]. Gaya tolak ini semakin meningkat ketika nilai
bilangan agregasi semakin besar.
Selain itu, transisi misel dari bentuk bola menjadi elips yang terjadi pada larutan
konsentrasi rendah 0,02 M SDS juga dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah molekul
SDS. Dalam sistem larutan konsentrasi rendah jarak antar misel relatif besar, sehingga
gaya tolak antar head groups antar misel relatif kecil, yang diindikasikan dengan nilai
fraksi muatan yang kecil, larutan murni 0,02 M SDS

= 0,13. Berbeda dengan larutan

pekat 0,3M SDS yang memiliki jumlah molekul dan fraksi muatan relatif besar, larutan
murni 0,3M SDS

= 0,45 [5]. Akibatnya efek screen out dari penambahan NaCl ke

dalam larutan menjadi tidak begitu signifikan dibandingkan dengan efek penambahan
garam pada larutan surfaktan pekat. Pengaruh ini menjadi semakin tidak signifikan
seiring kenaikan konsentrasi NaCl yang ditambahkan karena bisa dikatakan bahwa
fraksi muatan larutan sudah cukup ternetralkan. Kedua faktor inilah yang menyebabkan
kecenderungan pola asimtotik pada hubungan antara kenaikan konsentrasi garam NaCl
dengan bilangan agregasi.

KESIMPULAN
Efek screen out yang terjadi akibat adanya ion-ion dari NaCl terlarut, terhadap
head group dari molekul-molekul SDS yang mendorong terjadinya penurunan energi
bebas pembentukan misel pada suatu nilai konsentrasi. Akibatnya molekul-molekul
SDS cenderung untuk membentuk misel yang lebih besar. Namun besarnya penurunan
ini akan semakin rendah seiring kenaikan nilai bilangan agregasi karena gaya tolak
antar head group dari molekul-molekul SDS dalam misel. Fenomena ini mampu diamati
dan dikaji dengan teknik SANS, karena teknik ini mampu mengamati perubahan nilai
10

fractional charge

dalam sistem yang merupakan parameter dalam peristiwa screening

Coulomb efect.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih kepada Y. A. Mulya atas bantuannya dalam
menyiapkan setting eksperimen SANS serta Pusat Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy
dengan beroperasinya reaktor G. A. Siwabessy dalam menyediakan berkas neutron.

DAFTAR ACUAN
[1]. S. KUMAR, S. L. DAVID, V. K. ASWAL, P. S. GOYAL and KABIR-ud-DIN,
Langmuir, 13 (1997) 6461-6464
[2]. I. W. HAMLEY, Introduction of Soft Condensed Matter, John Wiley& Son,
England, (2003).
[3]. E. G. R. PUTRA, A. IKRAM, J. Nucl. Related Techn., 10, 1 (2008) - dalam
penerbitan
[4]. E. G. R. PUTRA, A. IKRAM, Indonesian J. Chem., 6, 2 (2006) 117-120
[5]. A. PATRIATI and E. G. R. PUTRA, Ellipsoid to Worm-like Micelle Structures
Transition Revealed by a Small-Angle Neutron Scattering Technique, Abstrak,
ICMNS 2008, ITB Bandung, 28 30 Oktober 2008.
[6]. S. S. BERR and R. M. JONES, Langmuir, 4 (1988) 1247-1251
[7]. C. DEWHURST, GRASP: Graphical Reduction and Analysis SANS Program for
Matlab, http://www.ill.eu/fileadmin/users_files/Other_Sites/lss-grasp/
grasp_main.html, Institut Laue Langevin 2001 2007
11

[8]. P. S. GOYAL, Small Angle Neutron Scattering, RCA/IAEA Workshop on Small


Angle Neutron Scattering, BARC-Bombay, India, April 1995
[9]. S.R. KLINE, J. Appl. Cryst. 39 (2006) 895-400
[10] R. J. HUNTER, Foundations of Colloids Science, Oxford University Press Inc.,
New York, (2001)

12

Anda mungkin juga menyukai