Anda di halaman 1dari 6

1. Mekanisme pemberian terapi kelasi besi?

Jawab :
Anemia herediter pada thalassemia menyebabkan pasien harus mendapatkan transfusi darah
terusmenerus yang dapat menimbulkan komplikasi penimbunan zat besi dalam tubuh. Pada
pasien yang tidak sering mendapatkan transfusi darah pun, tetap terjadi absorpsi besi
abnormal yang menyebabkan penumpukan besi berkisar 2 5 gram per tahun. Kelebihan besi
ini menyebabkan kapasitas transferin serum untuk mengikat besi bebas akan terlampaui
sehingga besi bebas ini akan menghasilkan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.
Kelebihan besi (iron overload) ini dideposit dalam berbagai organ terutama di hati dan
jantung hingga terjadi disfungsi organ tersebut dan mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang.
Kelebihan besi merupakan komplikasi yang fatal pada thalassemia bila tidak diatasi dengan
baik, karena itu hal ini menjadi fokus utama dalam tata laksana thalassemia.6 Bila seorang
pasien thalassemia tidak mendapatkan kelasi besi, akan terjadi disfungsi pada hati, jantung,
dan kelenjar endokrin yang progresif berakibat timbulnya fibrosis hati, sirosis hati, gagal
jantung, diabetes melitus, hipogonadism, hipotiroidism, hipoparatiroidism hingga kematian.
Kematian pada thalassemia dilaporkan terbanyak akibat kelainan jantung yang didasari oleh
hemokromatosis pada jantung. Borgna-Pignatti6 di Italia, mendapatkan penyebab utama
kematian pasien thalassemia adalah gagal jantung (50,8%). Pusat Thalassemia Jakarta juga
mendapatkan penyebab kematian terbanyak pada thalassemia adalah gagal jantung.
Angka kesintasan thalassemia dilaporkan semakin membaik dengan mulai diberikannya
terapi kelasi besi (deferoksamin/DFO) sejak pertengahan 1970-an, namun mortalitas akibat
kelainan jantung terkait kelebihan besi masih tetap tinggi.6 Adanya obat kelasi oral tahun
1990-an yang dapat digunakan secara monoterapi maupun kombinasi dengan deferoksamin
dilaporkan menurunkan mortalitas thalassemia akibat kelainan jantung.
Terapi kelasi besi
Tujuan utama terapi kelasi besi adalah mencapai kadar besi tubuh yang aman. Pemberian
terapi kelasi besi yang adekuat dan kepatuhan pasien sangat menentukan keberhasilan terapi
ini.9 ,10 Terapi kelasi besi dimulai apabila kadar feritin serum mencapai 1000 ng/dL, yaitu
kira-kira setelah 10-20 kali transfusi untuk mencegah kerusakan jaringan. Terapi kelasi besi
yang ideal mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : Afinitas tinggi dan spesifik terhadap
Fe3+, Stabilitas kompleks besi-kelator, Efisiensi kelasi tinggi, Laju metabolisme rendah,
Berat molekul tidak terlalu besar, Penetrasi jaringan dan sel, Solubilitas dalam air dan lipid,
Tidak ada redistribusi besi, Relatif non-toksik, Pencapaian keseimbangan besi negatif,
Murah, Dapat diberikan secara oral
(Referensi : Djajadiman Gatot, Pustika Amalia, Teny Tjitra Sari, Novie Amelia Chozie,
Mutakhir Kelasi Besi pada Thalassemia Sari Pediatri vol 8 no. 4, Divisi Hematologi
onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta)

2. Mekanisme sintesis Hb?

SINTESIS HEMOGLOBIN
Proeritroblas pada stadium retikulosit pembentukan SDM
Eritrosit yang matur
1.Mula - KoA, berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol
Kemudian, 4 pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX
& bergabung dengan zat besi untuk membentuk molekul heme
Molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida
Panjang : globin yg di sintesis oleh ribosom
Yang di sebut rantai hemoglobin
4 rantai ini berikatan secara longgar untuk membentuk molekul
Hubungan yang lengkap

Ref : fisiologi kedokteran, edisi 11 Arthur C. Guyton John E Hall jakarta : EGC :
2007
3. Penegakan diagnosis thalasemia mayor (gold standar)
Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan definitive
test.
Screening test
Di daerah endemik, anemia hipokrom mikrositik perlu diragui sebagai
gangguan Thalassemia.
a. Interpretasi apusan darah

Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi pada


kebanyakkan Thalassemia kecuali Thalassemia silent carrier. Pemeriksaan
apusan darah rutin dapat membawa kepada diagnosis Thalassemia tetapi
kurang berguna untuk skrining.
b. Pemeriksaan osmotic fragility (OF)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan fragiliti eritrosit. Secara
dasarnya resistan eritrosit untuk lisis bila konsentrasi natrium klorida
dikurangkan dikira. Studi yang dilakukan menemui probabilitas formasi poripori pada membran yang regang bervariasi mengikut order ini: Thalassemia <
kontrol < spherositosis.
c. Indeks eritrosit
Dengan bantuan alat indeks sel darah merah dapat dicari tetapi hanya dapat
mendeteksi mikrositik dan hipokrom serta kurang memberi nilai diagnostik.
Maka metode matematika dibangunkan.
Molecular diagnosis
Pemeriksaan ini adalah gold standard dalam mendiagnosis Thalassemia.
Molecular diagnosis bukan sahaja dapat menentukan tipe Thalassemia malah
dapat juga menentukan mutasi yang berlaku.
4. Tingkatan untuk dokter umum dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai
dengan kompetensi dokter umum?

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang
bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

(Referensi : Standar Kompetensi Dokter Indonesia, 2012, Konsil Kedokteran Indonesia


Indonesian Medical Council, Jakarta)
5. Thalasemia pada orang dewasa, gejala dan tahapan diagnosis?

Untuk menegakkan diagnosis pasti talasemia, perlu dilakukan analisis


hemoglobin
diantaranya dengan elektroforesis hemoglobin atau dengan HPLC ( high
performance liquid chromatography)
(Referensi : Bakta, I made, 2006, Hematologi Klinik Dasar, EGC. Jakarta)
6. Thalasemia dan anemia defisiensi besi?
PERBEDAAN ANTARA ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN ANEMIA AKIBAT PENYAKIT
KRONIK
Anemia
Defisiensi Besi

Anemia
Akibat

Trait
Thalassemia

Anemia
Sideroblastik

Penyakit
Kronik
Derajat

Ringan sampai

anemia

berat

MCV

Menurun

MCH

Menurun

Besi serum

Menurun&lt;30

Menurun&lt;50

Normal/Naik

Normal/Naik

TIBC

Meningkat&gt;36
0

Menurun&lt;30
0

Normal/Turun

Normal/Turun

Saturasi
Transferin

Menurun&lt;15%

Menurun/N 1020%

Meningkat&gt;20
%

Meningkat&gt;20
%

Negatif

Positif

Positif kuat

Meningkat

Meningkat

Normal

Normal

Menurun&lt;20

Normal 20-200

Meningkat&gt;50

Meningkat&gt;50

g/l

g/l

g/l

g/l

Normal

Normal

Hb.A2 meningkat

Normal

Besi
sumsum

Ringan
Menurun/
Normal
Menurun/
Normal

Ringan
Menurun
Menurun

tulang
Protoporfirin
eritrosit
Feritin serum
Elektroforesi
s Hb

Ringan sampai
berat
Menurun/
Normal
Menurun/
Normal

Positif dengan
ring sideroblast

(Referensi : Bakta, I made, 2006, Hematologi Klinik Dasar, EGC. Jakarta)


7. Pemeriksaan Elektroforesis pada talasemia ?
Jawab :
Terdapat 3 jenis hemoglobin: hemoglobin embrional (Hb Gower1, Hb
Gower 2 dan Hb Portland), hemoglobin fetal (HbF) dan hemoglobin
dewasa (HbA dan HbA2). Masing-masing jenis hemoglobin tersebut
mempunyai susunan tertentu pada rantai globin dan setiap rantai globin
disintesis pada suatu kromosom yang spesifik. Rantai epsilon, beta,
gamma, dan delta dibentuk oleh gen yang terletak dalam kromosom 11.
Rantai alpha dan zeta dibentuk oleh gen pada kromosom 16

(Referensi : Bakta, I made, 2006, Hematologi Klinik Dasar, EGC. Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai