Anda di halaman 1dari 6

REMATOID ARTRITIS

REMATOID ARTRITIS
A. Pengertian
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistem kronik. Yang walaupun manifestasi
klinik utamanya poliartritis yang proresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh.(IPD, Jilid 1 edisi 3).
Rematiod Artritis adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari kelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan
tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun episode
peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.(Patofisiologi, Edisi 6 Vol 2).
Rematiod Artritis adalah radang sendi, penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang,
ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia.(KMB,
Edisi 8).
Rematoid Artritis suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh, terlibatnya sendi pada penderita rematoid arthritis
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya.
Panderita dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum , cepat lelah
atau gangguan non artikular lain.(Masjoer, Arif M. 2000. Kapita selekta).
mau yg langsung jadiii?? niihhh
B. Etiologi
Faktor genetik
Faktor lingkungan
Infeksi : mendadak dan timbul dengan di sertai gambaran inflamasi mencolok. Yang di
sebabkan oleh bakteri dan virus.
HSD ( Heat Shock Protein )
Sekelompok protein berukuran sedang ( 60 sampai 90 KDA)
Respon Stress
C. Patofisiologi
Rematoid Artritis kira 2 kali lebih sering menyerang perempuan daripada laki-laki. Insidens
meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insidens puncak adalah antara
usia 40 hingga 60 tahun.
Penyebab Rematoid Artritis masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti
dengan genetic. Terdapat kaitan dengan penanda genetic seperti HLA DW4 dan HLA DR5
pada orang KAUKASIA. Namun pada orang Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian hanya di
temukan kaitan dengan HLA DW4.
Destruksi jaringan sendi terjadi malalui 2 cara. Pertama : destruksi pencernaan oleh produksi
protease, kolagenase dan enzim enzim hidrolitik lainnya. Enzim enzim ini memecah
kartilago, ligament, tendon, dan tulang pada sendi serta dilepaskan bersama sama dengan
radikal oksigen dan metabilit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan
synovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respons autoimun terhadap antigen yang di
produksi secara local.

Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rematoid. Panus merupakan jaringan
granulasi vascular yang terbentuk dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi.
Di sepanjang pinggir panus terjadi destruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim
oleh sel di dalam panus tersebut.
Patoflow
SENDI
PROSES FAGOSITOSIS
IDIOPATIK INFEKSI F.LING IMUNOLOGI
ENZIM-ENZIM HIDROLITIK, KOLAGENESA
EDEMA PROLIFERASI MEMBRAN SINOVIAL
PANNUS
MENGHANCURKAN PERMUKAAN SENDI
TLG. RAWAN
NYERI,LELAH,ANOREKSIA,BB DEMAM
PERADANGAN SENDI
RA
D. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim di temukan pada seseorang penderita Rematoid
Artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klikis yang bervariasi.
1. Gejala gejala konstitusional
Lelah, anoreksia, BB menurun dan demam terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simertis
Terutama pada sendi perifer : termasuk sendi sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi sendi interfalag distal. Hampir semua sendi diantrodial dapat terserang.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam
Dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi sendi. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa
menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis Erosif
Merupakan ciri khas penyakit ii oada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik
mengakbatkan erosi ditepi tulang.
5. Deformitas
Kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar
atau devisiasi jari, sublukisasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautennoiere dan leher
angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai. Pada kaki terdapat prostusi

(tonjolan) kaput metatarsal. Sendi sendi yang besar juga dapat di serang akan mengalami
penguragan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Nodul nodul rematoid
Adalah masa subkutan yang di temukan pada sekitar sepertiga orang dewasa pasien Artritis
Rematoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekkranun (sendi siku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan ; walaupun demikian nodula nodula ini
dapat juga timbul pada tempat tempat lainnya. Adanya nodula nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra antikular
Arthritis Rematoid juga dapat menyerang organ organ lain diluar sendi. Jantung(perikarditis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
E. Penatalaksanaan
1. Memberikan pendidikan
Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit, dan termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks. Pendidikan
tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh karena itu
pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan
pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi
nyeri.
5. Gizi
Tidak dibutuhkan diet khusus untuk pasien Rematoid arthritis pada prinsip umumnya adalah
pentingnya diet seimbang.
Penatalaksanaan kedokteran
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaanya yang akan dilakukan
sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka
waktu yang lama.
2. OAINS di berikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering
dijumpai. OAINS yang di berikan :
a. Aspirin
Pasien di bawah 65 tahun dapat di beri dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian di naikkan 0,3
0,6 gram perminggu sampai terjadi perbaikan.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs )
Di gunakan untuk melindungi rawan sendi dan kurang dari proses destruksi akibat Artritis
Rematoid. Jenis jenis yang di gunakan :
a. Klorokuin
b. Sulfasalatin
c. D penisilamin

d. Garam emas (gold standard bagi DMARD)


4. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dengan mengistirahatkan
sendi yang terlibat, latihan, pemanasan ( baik hidroterapi / elektro terapi), pemakaian alat bidai,
tongkat penyangga, kursi roda,sepatu dan alat.
5. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah di lakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang
cukup kuat, dapat di lakukan pembedahan.
F. Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan sinar X
Sinar X di gunakan untuk mengevaluasi penderita penyakit rematik. Pemeriksaan sinar X dapat
menunjukkan abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang abnormal dan osleopenia
(mineralisasi tulang yang menurun)
2. Artrosentesis (aspirasi cairan synovial dengan jarum)
Artrosentesis ini di lakukan untuk mendapatkan sampel cairan sinoial da untuk merasakan nyeri,
biasanya pada sendi lutut dan bahu.
3. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan laboratorium serum dalm bidang reumatologi didasarkan pada asumsi bahwa
penyakit reumatik merupakan gangguan auto imun.
4. Scan radionuklida
Identifikasi peradangan sinovium
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekuatan
pada pagi hari.
Tanda : keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena raynaud jari tangan/kaki misal, pucat intermiten, sianosis, kemerahan pada
jari sebelum warna kembali normal.
c. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia
Tanda : penurunan berat badan
d. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
e. Neurosensori
Gejala : kebas / kesemutan pada tangan dan nyeri kronis serta kekakuan ( terutama pada pagi hari
)
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri dan nyeri kronis serta kekakuan ( terutama pada pagi hari).
g. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, kesulitan dalam menangani tugas /
pemeliharaan rumah tangga.
h. Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain : perubahan peran , isolasi.
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat rheumatoid arthritis pada keluarga (pada awitan remaja).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kenyamanan
kriteria hasil :
Menunjukkan nyeri hilang / terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur atau istiraatdan berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai.
Intervensi :
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 0 10 )
Bantu pasien untuk enyokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi.
Anjurkan kompres panas atau dingin untuk mengurangi rasa nyeri
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
Dorong penggunaan teknik manajemen / relaksasi
Berikan masase yang lembut untuk mengurangi rasa nyeri
Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk
Kolaborasi :
Berikan obat obat sesuai ptunjuk
- Asetilsalisilat
- NSAID lainnya
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deforitas skleletal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharakan aktivitas klien meningkat
Kriteria hasil :
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompersasi bagian tubuh
Mendemontrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi :
1. Evaluasi tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi
2. Pertahankan istirahat tirah baring dengan lingkungan yang tenang
3. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personal cukup
4. Posisikan dengan bantal, kantong pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
5. Gunakan bantal kecil/tipis dibawahleher
6. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan
7. Berikan lingkungan yang aman
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
o Agens antireumatik, misal emas, natrium tiomaleat (myoehrysin)
o Steroid
Siapkan untuk intervensi bedah
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan aktivitas
Tujuan : hilangnya perasaan putus asa dan rasa terisolasi

Kriteria hasil :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit
dan perubahan pada gaya hidup
Intervensi :
1. Dorong pengungkapan mengenai harapan masa depan
2. Diskusikan arti persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan
fisik dan peran pasien
3. Perhatiakan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu mempertahankan
tubuh/perubahan
4. Susun batasan pada perilaku maladaptive
5. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
6. Bantu pasien dengan kebutuhan perawatan yang di perlukan
Kolaborasi :
Rujuk pada konseling psikiatri
Berikan obat obatan sesuai petunjuk
Mis : antiansietas dan obat obatan peningkat alam perasaan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aeaculapius.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta : EGC.
Prof.Dr. H.M.Sjai Foellah Noer.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta :
FKUI
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai