Anda di halaman 1dari 23

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Posted on December 29, 2010 | Leave a comment

A.

Pendahuluan

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih
proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan
mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak
semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal,
sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan
masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna dengan satu pendekatan
maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya.
1.

B.

Paradigma Penelitian

Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut

paradigma

penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Dari segi peristilahan para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan
yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna
menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan
dikemukakan penamaan yang dipakai para ahli dalam penyebutan kedua istilah
tersebut seperti terlihat dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.
Quantitative and Qualitative Research : Alternative Labels

Quantitative

Qualitative

Authors

Rasionallistic

Naturalistic

Guba &Lincoln
(1982)

Inquiry from the


Outside

Inquiry from the


inside

Evered & Louis


(1981)

Functionalist

Interpretative

Burrel & Morgan


(1979)

Positivist

Constructivist

Guba (1990)

Positivist

Naturalisticethnographic

Hoshmand (1989)

Sumber : Julia Brannen (Ed): 1992 : 58)


Sementara itu Noeng Muhadjir (1994 : 12) mengemukakan beberapa nama yang
dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik,
heuristik, hermeneutik, atau holistik. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena
perbedaan titik tekan dalam melihat permasalahan serta latar brlakang disiplin ilmunya,
istilah grounded research lebih berkembang di lingkungan sosiologi dengan tokohnya
Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan oleh Stuart
A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat
Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi
lebih berkembang di lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan,
interaksi simbolik lebih berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh
Blumer, Paradigma naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya
memperoleh pendidikan dalam fisika, matematika dan penelitian kuantitatif.
Secara lebih rinci Patton (1990 : 88) mengemukakan-penamaan-macam-macam
penelitian kualitatif (Qualitative inquiry) berdasarkan tradisi teoritisnya yang diuraikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1.
variety in qualitative Inquiry : Theoritical traditions

N
o
1

Perspektif
Ethnography

Phenomenolo
gy

Heuristics

Akar Ilmu

Pertanyaan Utama

Anthropology

Apa kebudayaan masyarakat


ini ?

Philosophy

Apa struktur dan esensi


pengalaman atas gejalagejala ini bagi masyarakat
tersebut?

Psikologi
Humanistik

Apa pengalaman saya


mengenai gejala-gejala ini
dan apa pengalaman
essensial bagi yang lain yang
juga mengalami gejala ini

secara intens ?

Ethnomethod
ology

Symbolic
interactionis
m

Echological
Psychology

System
theory

Chaos theory:
non -linier
dynamics

Sosiology

Bagaimana orang memahami


kegiatan sehari-hari mereka
sehingga berprilaku dengan
cara yang dapat diterima
secara sosial ?

Psikologi sosial

Apa simbul dan pemahaman


umum yang telah muncul dan
memberikan makna bagi
interaksi sosial masyarakat ?

Psikologi
lingkungan

Bagaimana orang-orang
mencapai tujuan mereka
melalui prilaku tertentu
dalam lingkungan yang
tertentu ?

interdisipliner

Bagaimana dan kenapa sistem


ini berfungsi secara
keseluruhan ?

Fisika teoritis :
ilmu-ilmu alam

Apa yang mendasari keteraturan


gejala-gejala yang tak teratur jika
ada ?
Apa kondisi-kondisi yang
melahirkan prilaku atau produk
yang dihasilkan yang
memungkinkan penafsiran
makna ?
Bagimana perspektif ideologi
seseorang berujud dalam suatu
gejala ?

Hermeneutics

Teologi, filsafat,
kritik sastra

1
0

Orientaional,
qualitative

Ideologi,
ekonomi politik

Dalam perkembangannya, belakangan ini nampaknya istilah penelitian kualitatif telah


menjadi istilah yang dominan dan baku, meskipun mengacu pada istilah yang berbeda
dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula, namun bila dikaji lebih jauh semua

itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas dalam suatu bingkai metodologi


penelitian kualitatif.
Oleh karena itu dalam wacana metodologi penelitian, umumnya diakui terdapat dua
paradigma utama dalam metodologi penelitian yakni paradigma positivist (penelitian
kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif), ada ahli yang
memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba
menggabungkannya baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer,
namun apapun kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki
perbedaan-perbedaan baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun dalam tataran
praktis pelaksanaan penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan nampak
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan dapat lebih
mudah memilih metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode
kualitatif dengan memperhatikan obyek penelitian/masalah yang akan diteliti serta
mengacu pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Meskipun dalam tataran praktis perbedaan antara keduanya seperti nampak sederhana
dan hanya bersifat teknis, namun secara esensial keduanya mempunyai landasan
epistemologis/filosofis yang sangat berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan
pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme, sementara itu penelitian
kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik
(fenomenologis). Untuk lebih memahami landasan filosofis kedua paham tersebut,
berikut ini akan diuraiakan secara ringkas kedua aliran faham tersebut.
1. Positivisme
Positivisme merupakan aliran filsafat yang dinisbahkan/ bersumber dari
pemikiran Auguste Comte seorang folosof yang lahir di Montpellier Perancispada tahun
1798, ia seorang yang sangat miskin, hidupnya banyak mengandalkan sumbangan dari
murid dan teman-temannya antara lain dari folosof inggrisJohn Stuart Mill (juga
seorang akhli ekonomi), ia meninggal pada tahun 1857. meskipun demikian pemikiranpemikirannya cukup berpengaruh yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya antara
lain Cours de Philosophie Positive (Kursus filsafat positif) dan Systeme de Politique
Positive (Sistem politik positif).

Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang tiga
tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu
: tingkatan Teologi, tingkatan Metafisik, dan tingkatan Positif
Tingkatan Teologi (Etat Theologique). Pada tingkatan ini manusia belum bisa
memahami hal-hal yang berkaitan dengan sebab akibat. Segala kejadian dialam
semesta merupakan akibat dari suatu perbuatan Tuhan dan manusia hanya bersifat
pasrah, dan yang dapat dilakukan adalah memohon pada Tuhan agar dijauhkan dari
berbagai bencana. Tahapan ini terdiri dari tiga tahapan lagi yang berevolusi yakni dari
tahap animisme, tahap politeisme, sampai dengan tahap monoteisme.
Tingkatan Metafisik (Etat Metaphisique). Pada dasarnya tingkatan ini merupakan
suatu variasi dari cara berfikir teologis, dimana Tuhan atau Dewa-dewa diganti dengan
kekuatan-kekuatan abstrak misalnya dengan istilah kekuatan alam. Dalam tahapan ini
manusia mulai menemukan keberanian dan merasa bahwa kekuatan yang
menimbulkan bencana dapat dicegah dengan memberikan berbagai sajian-sajian
sebagai penolak bala/bencana.
Tingkatan Positif (Etat Positive). Pada tahapan ini manusia sudah menemukan
pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam. Jika pada tahapan pertama manusia
selalu dihinggapi rasa khawatir berhadapan dengan alam semesta, pada tahap kedua
manusia mencoba mempengaruhi kekuatan yang mengatur alam semesta, maka pada
tahapan positif manusia lebih percaya diri, dengan ditemukannya hukum-hukum alam,
dengan bekal itu manusia mampu menundukan/mengatur (pernyataan ini
mengindikasikan adanya pemisahan antara subyek yang mengetahui dengan obyek
yang diketahui) alam serta memanfaatkannya untuk kepentingan manusia, tahapan ini
merupakan tahapan dimana manusia dalam hidupnya lebih mengandalkan pada ilmu
pengetahuan.
Dengan memperhatikan tahapan-tahapan seperti dikemukakan di atas nampak bahwa
istilah positivisme mengacu pada tahapan ketiga (tahapan positif/pengetahuan positif)
dari pemikiran Comte. Tahapan positif merupakan tahapan tertinggi, ini berarti dua
tahapan sebelumnya merupakan tahapan yang rendah dan primitif, oleh karena itu
filsafat Positivisme merupakan filsafat yang anti metafisik, hanya fakta-fakta saja yang
dapat diterima. Segala sesuatu yang bukan fakta atau gejala (fenomin) tidak
mempunyai arti, oleh karena itu yang penting dan punya arti hanya satu yaitu
mengetahui (fakta/gejala) agar siap bertindak (savoir pour prevoir).
Manusia harus menyelidiki dan mengkaji berbagai gejala yang terjadi beserta
hubungan-hubungannya diantara gejala-gejala tersebut agar dapat meramalkan apa

yang akan terjadi, Comte menyebut hubungan-hubungan tersebut dengan konsepkonsep dan hukum-hukum yang bersifat positif dalam arti berguna untuk diketahui
karena benar-benar nyata bukan bersifat spekulasi seperti dalam metafisika.
2. Fenomenologi
Edmund Husserl adalah filosof yang mengmbangkan metode Fenomenologi, dia lahir di
Prostejov Cekoslowakia dan mengajar di berbagai Universitas besar Eropa, meninggal
pada tahun 1938 di Freiburg. Hasil pemikirannya dapat diselamatkan dari kaum Nazi,
dengan membawa seluruh buku dan tulisannya ke Universitas Leuven Belgia, sehingga
kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya. Diantara tulisantulisan pentangnya adalah: Logische Untersuchungen (Penyelidikan-penyelidikan Logis)
dan Ideen zu einer reinen Phanomenologie und Phanomenologischen Philosophie
(gagasan-gagasan untuk suatu fenomenologi murni dan filsafat fenomenologi)
Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita harus
kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek harus
diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari
hakekat gejala-gejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran bukan
bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara
kesadaran dan alam, antara subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyekobyek, tapi obyek-obyek diciptakan oleh kesadaran.
Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya
kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran
timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang
terbuka terhadap obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari
sesuatu berarti mengubah sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat
interaksi antara tindakan kesadaran dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah
kesadaran sedang obyek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran.
Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk menangkap
hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal
yang mengganggu dalam mencapai wessenchau yaitu: Reduksi pertama. Menyingkirkan
segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala
yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang
obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah
ada Reduksi ketiga.Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang
sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan, kalau reduksi-reduksi

ini berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihatkan dirinya sendiri/dapat menjadi


fenomin
3. Perbandingan tataran Filosofis
Kedua aliran filsafat tersebut terus berkembang dengan dukungan pengikutpengikutnya, yang dalam wacana metodologi penelitian telah mendorong lahirnya
paradigma penelitian kuantitatif (positivisme) dan paradigma penelitian kualitatif
(fenomenologi). Kedua paradigma pendekatan penelitian tersebut nampak sekali
mempunyai asumsi/aksioma dasar filosofis dan paradigma berbeda yang
menurut Lincoln dan Guba perbedaan tersebut terletak dalam asumsi/aksioma tentang
kenyataan, hubungan pencari tahu dengan tahu (yang diketahui), generalisasi,
kausalitas, dan masalah nilai. untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Dalam pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas merupakan
suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk dipelajari/dipahami secara bebas,
obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya, sedangkan dalam
pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu
obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk yang
terfragmentasi.
Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek
peneliti dengan obyek yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh
hasil yang obyektif, sementara itu dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek
tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam memahami berbagai gejala. Dari sudut
aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai
obyektivitas konsep-konsep dan hukum-hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas
tempat dan waktu, sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat
oleh nilai sehinggan hasil suatu penelitian harus dilihat sesuai konteks.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dikemukakan perbandingan antara paradigma
positivisme dan paradigma alamiah (fenomenologi) dengan mengacu pada pendapat
Lincoln dan Guba, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.
Perbedaan Aksioma Paradigma Positivisme dan Alamiah

N
o

Paradigma
Positivisme

Paradigma
Alamiah/Kualitatif

Hakikat
kenyatan

Kenyataan adalah
tunggal, nyata dan
fragmentaris

Kenyataan adalah
ganda,dibentuk, dan
me-rupakan
keutuhan

Hubungan
pencari tahu
dan yang
tahu

Pencari tahu dengan


yang tahu adalah
bebas, jadi ada
dualisme

Pencari tahu dengan


yang tahu aktif
bersama, jadi tidak
dapat dipisahkan

Generalisasi atas
dasar bebas-waktu
dan bebas-konteks
(pernyataan
nomotetik)

Hanya waktu dan


konteks yang
mengikat hipotesis
kerja (pernyataan
idiografis) yang
dimungkinkan

Kemungkina
n hubungan
sebab akibat

Terdapat penyebab
sebenarnya yang
secara temporer
terhadap, atau
secara simultan
terhadap akibatnya

Setiap keutuhan
berada dalam
keadaan mempengaruhi secara
bersama-sama
sehingga sukar membedakan mana sebab
dan mana akibat

Peranan nilai

Inkuirinya bebas
nilai

Inkuirinya terikat nilai

Aksioma
Tentang

Kemungkina
n
Generalisasi

(Sumber : Lexy J. Moleong : 2000 : 31)


4. Perbandingan tataran Metodologis
Memahami landasan filosofis penelitian kualitatif dalam perbandingannya dengan
penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi pemahaman yang
tepat terhadap penelitian kualitatif, namun demikian bagi seorang peneliti penguasaan
dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi agar dalam pelaksanaan penelitian
tidak terjadi kerancuan metodologis, dan penelitian benar-benar dilaksanakan dalam
suatu bingkai pendekatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis terrefleksikan dalam
perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode

penelitian kuantitatif sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode


penelitian kualitatif. Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral,
meskipun belakangan ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk
paralelisasi maupun kombinasi, adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan
kualitatif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.
Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

N
o

Metode Kuantitatif

Metode Kualitatif

Menggunakan hipotesis yang


ditentukan sejak awal
penelitian

Hipotesis dikembangkan
sejalan dengan
penelitian/saat penelitian

Definisi yang jelas


dinyatakan sejak awal

Definisi sesuai konteks atau


saat penelitian berlangsung

Reduksi data menjadi angkaangka

Deskripsi naratif/kata-kata,
ungkapan atau pernyataan

Lebih memperhatikan
reliabilitas skor yang
diperoleh melalui instrumen
penelitian

Lebih suka menganggap


cukup dengan reliabilitas
penyimpulan

Penilaian validitas
menggunakan berbagai
prosedur dengan
mengandalkan hitungan
statistik

Penilaian validitas melalui


pengecekan silang atas
sumber informasi

Mengunakan deskripsi
prosedur yang jelas (terinci)

Menggunakan deskripsi
prosedur secara naratif

sampling random

Sampling purposive

Desain/kontrol statistik atas


variabel eksternal

Menggunakan analisis logis


dalam mengontrol variabel
eksternal

Menggunakan desain khusus


untuk mengontrol bias
prosedur

Mengandalkan peneliti
dalam mengontrol bias

1
0

Menyimpulkan hasil
menggunakan statistik

Menyimpulkan hasil secara


naratif/kata-kata

1
1

Memecah gejala-gejala
menjadi bagian-bagian untuk
dianalisis

Gejala-gejala yang terjadi


dilihat dalam perspektif
keseluruhan

1
2

Memanipulasi aspek, situasi


atau kondisi dalam
mempelajari gejala yang
kompleks

Tidak merusak gejala-gejala


yang terjadi secara
alamiah /membiarkan
keadaan aslinya

(diadaptasi dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen. 1993 : 380)


1.

C.

Pemilihan Metodologi Penelitian

Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena


sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga
sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif dapat
menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik.
Di sisi yang lain, para periset kualitatif juga menggunakan pendekatan, metode dan
teknik-teknik etnometodologi, fenemologi, hermeneutic, feminisme, rhizomatik,
dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian
survai, dan pengamatan melibat(participant observation) (Agus Salim, 2006). Dengan
demikian, tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada
teknik yang serta merta dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan metodologi
penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan
mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat
mencapai tujuan yang dikehendaki.
Penggunaan dan arti metode penelitian kualitatif yang berbeda-beda ini
menyulitkan diperolehnya kesepakatan diantara para peneliti mengenai definisi yang
mendasar atasnya. Selanjutnya Agus Salim (2006) menyatakan bila suatu definisi harus
dibuat bagi pendekatan kebudayaan, maka penelitian kualitatif adalah suatu bidang
antardisiplin, lintas disiplin, bahkan kadang-kadang kawasan kontradisiplin.
Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan humaniora,
sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki fokus terhadap
banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai pendekatan
multimetode. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang naturalistik dan
pemahaman intepretatif atas pengalaman manusia. Pada saat yang sama, bidang ini
bersifat politis dan dibentuk oleh beragam etika dan posisi politik.

Meskipun penelitian kualitatif bersifat multi metodologi, akan tetapi seperti


halnya penelitian kuantitatif perlu mempertimbangkan validitas data. Perbandingan
validitas penelitian secara paralel antara penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.
Padanan Validitas antara Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Kualitatif

Kuantitatif

Credibility

Berpadanan dengan

Validitas internal

Transferability

Berpadanan dengan

Validitas eksternal

Dependability

Berpadanan dengan

Realibilitas/Keajega
n

Confirmability

Berpadanan dengan

Obyektivitas

Sumber : Agus Salim, 2006


Menurut Denzin dan Lincoln (1994 dalam Agus Salim, 2006) secara umum
penelitian kualitatif sebagai suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan
peneliti, paradigma teoritis dan interpretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan
data dan analisis data empiris, maupun pengembangan interpretasi dan pemaparan.
1.

D.

Karakteristik Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan


penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas
hasil dari mensintesakan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln
dan Guba (1985:39-44) ada sebelas ciri penelitian kualitatif , yaitu:
1.

Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan (enity).

2.

Penelitian kualitatif intrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau


dengan bantuan orang lain.

3.

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.

4.

Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

5.

Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori


subtantif yang berasal dari data.

6.

Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan


angka-angka.

7.

Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil.

8.

Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitian nya atas dasar
fokus yang timbul sebagai masalah dalam peneltian.

9.

Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam


versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan
dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang
diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.
1.

E.

Penelitian Kualitatif: Sebagai Proses

Kegiatan generik dalam penelitian kualitatif selalu menampilkan lima fase tataran yang
dimiliki oleh masing-masing pendekatan; (1) peneliti dan apa yang diteliti sebagai
subjek multi-kultural; (2) paradigma penting dan sudut pandang interpretatif; (3)
strategi penelitian; (4) metode pengumpulan data dan penganalisisan bahan empiris
dan (5) seni menginterpretasi dan memaparkan hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel berikut:
Tabel 5. Lima fase Tataran Penelitian

N
o
1
2
3
4
5

Fase/langkah

Uraian

Peneliti sebagai subjek


penelitian yang multikultural
Paradigma teoritis dan
Interpretatif

Penelitian bersifat historis


dan penelitian tradisi,
konsep dari diri dan
semuanya, tergantung pada
etika dan politik peneliti.
Positivisme, pospositivisme,
konstruktivisme, feminis (e),
Model etnik, Model Marxis,
Model Studi Budaya.

Strategi Peneliti
Metode pengumpulan data
dan analisisan data empiris

Desain studi, studi kasus,


etnografi, observasi
partisipasi, fenomenologi,
grounded theory, metode

biografi, metode historis,


penelitian aksi dan
penelitian klinis.
Interview, observasi,
artefak, dokumen dan
rekaman, metode fisual,
metode pengalaman
pribadi, metode
management data, analisis
data komputer dan analisis
tekstual.

Pengembangan
interpretatif dan
pemaparan

Kriteria dari
kesepakatan,seni dan politik
penafsiran, penafsiran
tulisan, strategi analisis,
tradisi evaluasi dan
penelitian terapan.

Diambil dari Denzin dan Lincoln (1994),Introduction: Entering the Field of Qualitative
Research in Handbook of Qualitative Research, hlm.12. Dikutip penulis dari Agus
Salim (2001), hal.26.
Dibalik lima fase generik itu, terdapat peneliti yang berada secara biografis. Individu ini
memasuki proses penelitian dari dalam suatu masyarakat interpretatif yang
memasukkan tradisi penelitiannya sendiri ke dalam suatu sudut pandang yang berbeda.
Sudut pandang ini mengakibatkan para peneliti mengadopsi pandangan sebagai yang
lain yang dipelajari. Pada saat yang sama, politik dan etika peneliti juga harus
dipertimbangkan, karena permasalahan ini menembus fase penelitian.
Dari bentuknya yang interpretatif, penelitian kualitatif dihadapkan pada masalah yang
cukup mengganggu. Di satu sisi, peneliti kualitatif telah mengasumsikan bahwa peneliti
yang memiliki kualifikasi tertentu dan kompeten akan bisa melaporkan hasil temuannya
secara objektif, jelas dan akurat mengenai pengamatan mereka sendiri mengenai dunia
sosial, termasuk pengalaman orang lain. Di sisi lain, para peneliti berpegang pada
keyakinan terhadap subjek yang sebenarnya. Dengan berbekal pada hal tersebut, para
peneliti bisa mencampurkan pengamatan mereka dan pengamatan yang diberikan

subjek melalui wawancara dan cerita kehidupan, pengalaman pribadi, studi kasus dan
dokumen lain.

1.

F.

2.

1.

Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif


Metode Pengamatan

Pengamatan (observation) merupakan cara yang sangat baik untuk meneliti tingkah
laku manusia. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya peneliti sudah memahami
terlebih dahulu pengertian-pengertian umum dari objek penelitiannya. Apabila tidak
maka hasil pengamatannya menjadi tidak tajam.
Dalam penelitian naturalistik, pengamatan terhadap suatu situasi tertentu harus
dijabarkan dalam ketiga elemen utamanya, yaitu lokasi penelitian, pada pelaku atau
aktor, dan kegiatan atau aktivitasnya. Kemudian ketiga elemen utama tersebut harus
diuraikan lebih terperinci lagi.
Terdapat beberapa pengamatan berdasarkan dimensinya yaitu pengamatan berperan
serta dan pengamatan tidak perperan serta, pengamatan terbuka dan pengamatan
tertutup, pengamatan pada latar alamiah/tak terstruktur dan pengamatan
eksperimental dan pengamatan non-eksperimental.
1.

2.

Metode Wawancara

Wawancara merupakan teknik komunikasi antara interviewer dengan intervewee.


Terdapat sejumlah syarat bagi seorang interviewer yaitu harus responsive, tidak
subjektif, menyesuaikan diri dengan responden dan pembicaraannya harus terarah. Di
samping itu terdapat beberapa hal yang harus dilakukan interviewer ketika melakukan
wawancara yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan pembicaraan
bersifat kontinyu, jangan terlalu sering meminta responden mengingat masa lalu,
memberi pengertian kepada responden tentang pentingnya informasi mereka dan
jangan mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.
1.

3.

Metode Dokumenter

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui
pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode
pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia. Sumber-sumber informasi

non-manusia ini seringkali diabaikan dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini
kebanyakan sudah tersedia dan siap pakai. Dokumen berguna karena dapat
memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto bermanfaat sebagai sumber
informasi karena foto mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi.
Akan tetapi dalam penenlitian kita tidak boleh menggunakan kamera sebagai alat
pencari data secara sembarangan, sebab orang akan menjadi curiga. Gunakan kamera
ketika sudah ada kedekatan dan kepercayaan dari objek penelitian dan mintalah ijin
ketika akan menggunakannya.
1.

G.

2.

1.

Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-Tahap Pra-Lapangan

Kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap pra-lapangan
adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan
alasan pelaksanan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan
jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan
prosedur analisa data, rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan
rancangan pengecekan kebenaran data.
Pemilihan lapangan penelitian didasarkan pada kondisi lapangan itu sendiri untuk dapat
dilakukan penelitian sesuai dengan tema penelitian. Pertimbangan lain adalah kondisi
geografis, keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.
Mengurus ijin penelitian hendaknya dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu
siapa-siapa yang berwenang memberikan ijin. Pendekatan yang simpatik sangat perlu
baik kepada pemberi ijin di jalur formal maupun informal.
Menjajaki lapangan penting artinya selain untuk mengetahui apakah daerah tersebut
sesuai untuk penelitian yang ditentukan, juga untuk rnengetahui persiapan yang harus
dilakukan peneliti. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa penjajakan lapangan ini
adalah untuk memahami pandangan hidup dan penyesuaian diri dengan keadaan
lingkungan tempat tinggal.

Dalam memilih dan memanfaatkan informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah
orang-orang yang tahu tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur, terbuka, dan
mau memberikan informasi yang benar.
Persiapan perlengkapan penelitian berkaitan dengan perijinan, perlengkapan alat tulis,
alat perekam, jadwal waktu penelitian, obat-obatan dan perlengkapan lain untuk
keperluan akomodasi.
1.

2.

Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam kegiatan pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti harus mudah memahami
situasi dan kondisi lapangan penelitiannya. Penampilan fisik serta cara berperilaku
hendaknya menyesuaikan dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat
setempat. Agar dapat berperilaku demikian sebaiknya harus memahami betul budaya
setempat.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik pengamatan
(observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, foto, slide, dan sebagainya.
Usahakan hubungan yang rapat dengan objek sampai penelitian berakhir. Apabila
hubungan tersebut dapat tercipta, maka dapat diharapkan informasi yang diperoleh
tidak mengalami hambatan.
1.

3.

Tahap Analisa Data

Pada analisa data, peneliti harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep dasar analisa
data. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh
di lapangan. Usahakan jangan sampai data tersebut sudah terkena bermacam-macam
pengaruh, antara lain pikiran peneliti sehingga menjadi terpolusi. Apabila terlalu lama
baru dianalisa maka data menjadi kadaluwarsa.

Dari analisa data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesa. Untuk menuju pada
tema dan mendapatkan rumusan hipotesa, tentu saja harus berpatokan pada tujuan
penelitian dan rumusan masalahnya.
1.

H.

2.

1.

Objektivitas, Validitas, Dan Reliabilitas


Pengertian Konsep-konsep Terkait

Penelitian dinyatakan sebagai sebuah kegiatan mencari kembali data yang setelah
diolah dan dianalisa dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
dirumuskan. Sudah tentu jawaban yang dimaksudkan tersebut hendaknya dapat
memberikan gambaran yang sebenarnya dari keadaan sasaran penelitian. Untuk itu
penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu suatu
sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk mencapai objektivitas itu, penelitian harus menggunakan perangkat yang tepat
guna, yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid.
Maksudnya adalah alat yang tepat dan tajam di dalam mengukur sesuatu yang
ditelitinya. Untuk penelitian yang memiliki alat ukur yang valid, maka proses
pengambilan kesimpulan menjadi tidak sulit dilakukan, namun apabila tidak, maka
masih diperlukan proses pengecekan mengenai seberapa besar hasil penelitian itu
menunjukan keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian.
Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki tingkat validitas
yang sempurna, tidaklah mudah. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan juga
adanya proses pengecekan melalui penggunaan konsep reliabilitas, untuk melihat
berapa besar kebenaran yang ditemukan dalam penelitian itu, jika dibandingkan
dengan kebenaran yang terjadi dalam sasaran penelitian.
1.

2.

Peran Objektivitas, Validitas dan Reliabilitas Bagi Penelitian

Kualitatif
Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Untuk
mendapatkan kebenaran tersebut diperlukan serangkaian langkah yang dapat
menuntun peneliti untuk menghasilkan sesuatu yang tidak menyimpang dari keadaan
yang sebenarnya dari sasaran penelitian. Serangkaian langkah tersebut antara lain
meliputi langkah-langkah untuk mendapatkan objektivitas, validitas dan reliabilitas.

Untuk mendapatkan oyektivitas ini, para peneliti harus mampu menanggalkan


subyektivisme, baik subyektivisme yang datang dari pihak peneliti, maupun
subyektivisme yang datang dari sasaran penelitian. Agar objektivitas tersebut dapat
diperoleh, maka para peneliti harus mampu menampilkan indikator atau alat ukur yang
valid, dan sekaligus menggunakannnya. Dengan alat yang valid, yang tepat dan yang
sesuai itu, maka peneliti akan terpandu ke arah perolehan hasil penelitian yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, atau paling tidak mendekati keadaan yang
sebenarnya. Untuk mengetahui seberapa besar suatu hasil penelitian dapat
menunjukkan keadaan yang sebenarnya, peneliti perlu pula melakukan cara-cara
mengukur tingkat kepercayaan atau apa yang biasa disebut dengan istilah reliabilitas.
Dari beberapa contoh di atas menjadi dapat diketahui bahwa peran objektivitas,
validitas dan reliabilitas sangatlah besar bagi tindak lanjut dari suatu hasil penelitian.
Andaikata hasil penelitian tertentu hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan pun,
maka sifat yang objektif, valid dan reliabel, tetaplah sangat diperlukan keberadaannya.
Artinya, dunia teoretik pun sangat pula memerlukan konsep konsep objektivitas,
validitas dan reliabilitas.
1.

I.

2.

1.

Analisis Dan Interpretasi Data


Pengertian Komponen Analisis dan Interpretasi Data

Analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang harus dilewati oleh seorang
penelitian. Adapun urutannya terletak pada tahap setelah tahap pengumpulan data.
Dalam arti sempit, analisis data di artikan sebagai kegiatan pengolahan data, yang
terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data.
Tabulasi data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah data
dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian, menjadi satu
kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis.
Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari setiap kelompok sasaran penelitian
yang memiliki karakter yang sama, berdasar kriteria yang telah dirumuskan terlebih
dahulu oleh peneliti.
Dalam proses pelaksanaannya, tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas
tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap. Di antaranya adalah
tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain
merupakan tahap analisis dan interpretasi data mencakup langkah-langkah reduksi
data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan /verifikasi.
Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam
arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap
data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang
dirasa masih kurang.
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar
kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.
Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang
telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih
pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang
telah disajikan..
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil
penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami,
serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran
dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya
terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.
1.

2.

Tahap dan Proses Analisis dan Interpretasi Data

Tahap analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang pasti akan dilalui oleh para
peneliti termasuk peneliti kualitatif. Dalam uraian pokok di atas telah dikemukakan
bahwa tahap dan proses analisis dan interpretasi data, setidak-tidaknya terdiri atas tiga
komponen penting yang meliputi (1) reduksi, (2) penyajian, dan (3) kesimpulan/
verifikasi.
Sedangkan tahap dan proses selengkapnya meliputi (1) Pengolahan data, yang terdiri
dari kategorisasi dan reduksi data, (2) penyajian data, (3) interpretasi data dan (4)
penarikan kesimpulan-kesimpulan/verifikasi. Tahap tahap di atas hendaknya dilakukan
sedemikian rupa sehingga proses analisis dan Intepretastasi tersebut dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1.

J.

Penyusunan Rencana Penelitian

2.

Pengertian dan Komponen Rencana Penelitian

Penelitian apapun baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif tidak akan
luput dari suatu tahap yang disebut dengan istilah tahap persiapan. Tahap persiapan ini
meliputi kegiatan penjajagan atau orientasi lapangan atau orientasi medan dan tahap
penyusunan rencana penelitian serta instrumen penelitian.
Walaupun penelitian kualitatif lebih mendasarkan diri pada aktivitas di lapangan
(sasaran penelitian) namun bukan berarti bahwa penyusunan rencana penelitian dapat
ditinggalkan. Mengapa demikian karena bagaimanapun juga kegiatan penelitian itu
harus bersifat terarah dan terfokus, termasuk juga penelitian kualitatif.
Penyusunan rencana penelitian dimaksudkan sebagai upaya menentukan arah, fokus,
dan tujuan penelitian. Rencana penelitian sebagaimana dimaksudkan di sini seringkali
tampil dalam berbagai ragam istilah, seperti rancangan penelitian, proposal penelitian,
usul penelitian, project statement, project proposal, research design, dan lain-lain.

2. Fungsi Rencana Terhadap Jenis Penelitian Terpilih


Agar seluruh uraian kegiatan belajar 2, mudah dipahami, di bawah ini dibuatkan
rangkuman sebagai berikut :
1.

Pengertian dan Isian Rencana Penelitian:

1) Istilah perencanaan berasal dari kata rencana, serta berarti pembuatan rencana
atau hasil merencanakan.
2) Rencana atau rancangan (khususnya rencana atau rancangan penelitian) memuat
tujuan dan cara-cara mencapainya.
3) Menuju tujuan diperlukan pencegahan/penanggulangan hambatan dan
pemeliharaan/ peningkatan dukungan agar setidak-tidaknya hasil pelaksanaan rencana
mendekati tujuan rencananya.
4) Konsekuensinya (c) terdapat sejumlah unsur yang harus dimuat ke dalam rencana
penelitian yang disusun.

1.
1)

Komponen Utama Rencana Penelitian:


Unsur-unsur di atas merupakan langkah-langkah penelitian yang direncanakan,

serta berkedudukan sebagai komponen rencana penelitian yang mencakup:


a)

komponen penyerta

b)

komponen utama

2)

Terdapat beberapa penulis yang mengkomposisikan rencana penelitian secara

sempit, terdapat pula penulis yang mengkomponenisasikannya secara luas masingmasing dengan keunggulan dan kelemahannya.
1.
1)

Beberapa nama serupa bagi rencana penelitian:


Rencana peneltian terkadang disebut dengan rancangan penelitian. Kedua-duanya

lebih lazim diterjemahkan dengan research desaign daripada research plan.


2)

Research desaign terkadang dianggap menjadi bagian dari usul proyek penelitian

(project proposal, project statement, research proposal)


3)

Research design terkadang disamakan dengan research method (metode

penelitian).
4)

Pegangan pokok penelitian (term of reference) sering pula disamakan dengan usul

proyek penelitian atau rancangan penelitian.


Oleh karena itu diperlukan penjernihan, yang penting bagi penyusunan rencana
penelitian pada umumnya, maupun bagi penyusunan rencana dan pelaksanaan
penelitian dalam rangka kenaikan pangkat pada khususnya.
1.

Fungsi Rencana terhadap Penelitian Terpilih

Penelitian, khususnya penelitian lapangan survey, akan dapat mencapai tujuan bila
didahului dengan perencanaan yang benar. Pengorbanan dalam pembuatan rencana
penelitian ini akan ditukar dengan kepuasan, karena penelitian yang dilakukan berhasil
dengan baik.

1.

Isyarat-isyarat dalam Penyusunan Rencana Penelitian


Penyusunan rencana penelitian mengenal norma-norma tertentu yang perlu
ditaati agar:

1)

kualitas ilmiahnya tercapai, khususnya sebagaimana tercermin dalam tujuan

penelitian yang direncanakan.


2)

Harapan mendapat persetujuan dari sponsor atau instansi bersangkutan

terpenuhi.
3)

Tidak terjadi pemborosan energi.

4)

Tidak terjadi kesalahan/penyalahgunaan anggaran


1.

K.

Penutup

Demikian makalah ringkas tentang metodologi penelitian kualitatif dan penerapannyya


dalam penelitian, sekedar sebagai pengantar diskusi. Semoga bermanfaat dan dapat
menjambantu sebagai acuan dalam penelitian.
1.

L.

Pustaka

Agus Salim (ed.), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana,
2001.
Guba, Egon G. & Lincoln, Yvonna S. (1981). Effective Evaluation. San Fransisco: JosseyBass Publishers
Kirk, J. & Miller, M.I. (1986). Reability and Validity in Qualitative Research, Vol.1, Beverly
Hills: Sage Publication
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 13, bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2000
Lincoln, Yvonna S. & Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. California, Beverly Hills:
Sage Publications

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV, Jogjakarta, Penerbit Rake
Sarasin, 2000.
Sarasin Noeng Muhadjir. (2001). Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme dan Post
Modernisme. Edisi II. Yogyakarta
Sayekti P.S. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Diktat). Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai