Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga dan penting bagi setiap insan
manusia. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan tubuh semata tetapi juga bagian
tubuh lainnya seperti mata.
Mata merupakan jendela dunia, kita dapat mengenal dunia dan megetahui berbagai hal
dengan mata. Berawal dari melihat mata, kita akan berusaha memahami seluk beluk
tentang suatu benda. Mata selain berperan sebagai jendela dunia juga berperan sebagai
salah satu organ yang berperan sebagai indra penglihatan. Mata dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa berat suatu penyakit terjadi meskipun secara umum belun tampak
tanda-tanda adanya komplikasi dari suatu penyakit.
Mata merupakan organ yang penting bagi kita, menjaga dan merawat kesehatan mata
merupakan salah satu bentuk rasa syukur kita pada Sang Pencipta. Namun tidak setiap
orang sadar arti pentingnya menjaga kesehatan mata.
Akibat dari kelalaian dalam menjaga kesehatan mata ini bisa menimbulkan berbagai
penyakit mata dimulai dari kurangnya konsumsi vitamin A, kelainan pada organ-organ
mata bawaan, kelainan refraksi dan yang lainnya. Diantara kelainan refraksi ini adalah
hipermetropi.
Hipermetropi dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan, dimana penglihatnya
kesulitan melihat benda yang jaraknya dekat, kepala sering pusing, dimana hal ini dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari klien. Diharapkan dengan dibuatnya makalah asuhan
keperawatan
dengan
klien
dengan
hipermetropi
ini
dapat
memberikan
asuhan
keperawatan yang tepat dan benar bagi penderita hipermetropi dan dapat mengurangi
keparahan berkelanjutan pada penderita.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tujuan Khusus
Memaparkan konsep penyakit yang meliputi anatomi fisiologi sistem persepsi
Memahami
asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan
gangguan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
mata
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah
yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan
di belakang retina. Gangguan ini terjadi pada diameter anteroposterior bola mata yang
pendek sehingga jarak antara lensa dan retina juga pendek dan sinar difokuskan di
belakang retina. Hal ini menyebabkan kesulitan melihat objek dekat dan disebut
farsightedness atau hyperopia (Indriani Istiqomah, 2004 : 205).
Hipermetropi adalah cacat mata yang disebabkan oleh lensa mata terlalu pipih sehingga
bayangan dari benda yang dekat jatuh dibelakang retina. Hipermetropi disebut pula juga
rabun dekat, karena tidak dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Penderita
hipermetropi hanya mampu melihat jelas benda yang jauh. Untuk menolong penderita
hipermetropi, dipakai kacamata lensa cembung (lensa positif). (Abdullah, Mikrajuddin,
dkk, 2007. IPA Terpadu SMP dan MTS.Tanpa Kota. ESIS, 87-88).
Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak
dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea
(Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
2.3 Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan :
a.
Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata
hipermetropia manifes
ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia
absolute ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan
tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata
maksimal.
b.
hipermeropia absolut
dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata
positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan
hipermetropia
absolute
ini.
Hipermetropia
manifes
yang
tidak
memakai
tenaga
hipermetropia fakultatif
akan
mendapatkan
istirahat.
Hipermetropia
manifest
yang
masih
hipermetropia laten
dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan
akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat
diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten
seseorang.
Makin
tua
seseorang
akan
terjadi
kelemahan
akomodasi
sehingga
hipermetropia total
bola mata bersama-sama melakukan konvergasi dan mata akan seering terlihat
mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam (Sidarta Ilyas, 2010 : 79).
Gejala klinis hipermetropia :
a.
subjektif :
1)
2)
mata
cepat
lelah,
berair, sering
mengantuk
dan
sakit
kepala
(astenopia
akomodatif).
b.
objektif :
1)
2)
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa
sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman
penglihatan normal.
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia
total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kacamata
koreksi positif kurang.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat
atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila
pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6,
maka diberikan kacamata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada
pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya
pemeriksaan
dilakukan
dengan
memberikan
sikloplegik
atau
melumpuhkan
otot
refraksi subjektif, metode trial and error dengan menggunakan kartu snellen,
mata diperiksa satu persatu, ditentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan
visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif. Pada anak-anak dan remaja dengan
dengan visus 6/6 dan keluhan astenopia akomodasi dikoreksi dengan sikloplegik.
b.
reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop (agains movement)
kemudian
dikoreksi
dengan
lensa
sferis
positif
sampai
tercapai
netralisasi,
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Melakuakan pengkajian meliputi hal berikut :
a.
Data demografi
umur, pekerjaan perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan
ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu lama,
seperti operator komputer, reparasi jam.
b.
pandangan
b.
Gangguan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
perubahan
kemampuan
2004 : )
4.3 Intervensi
Intervensi dari masing-masing diagnosa di atas adalah sebagai berikut :
a.
pandangan
Tujuan :
1)
Kriteria hasil :
1)
2)
Anjurkan klien agar pasien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca
Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
perubahan
kemampuan
2)
Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap
perubahan
Intervensi :
1)
Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu
Tujuan :
1)
Kriteria hasil :
1)
2)
Intervensi :
1)
Rasional
perubahan
ketajaman
penglihatan
dan
kedalaman
persepsi
dapat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa miopi adalah suatu kondisi ketika
kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan
sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Terjadinya hipermetropia
dapat disebabkan karena adanya kelainan pada bola mata yang terlalu pendek, indeks
bias yang kurang dan kelengkungan kornea yang kurang. Pasien hipermetropia biasanya
mengalami kekaburan jika melihat di jarak yang dekat dan jauh, sakit kepala, silau dan
rasa juling.
4.2 Saran
Disarankan penderita hipermetropia untuk selalu melakukan perbaikan gizi dengan
memperhatikan konsumsi vitamin A, banyak beolahraga dan meminimalkan kerja mata
agar tidak mengakomodasikan mata yang dapat memperburuk hipermetropia.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Istiqomah, Indriani N. 2004. ASKEP Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Vaughan dan Asbury. 2009. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.