Anda di halaman 1dari 3

Gerakan Islam Radikal

Maraknya gerakan kelompok Islam garis keras yang muncul di Indonesia satu
dasawarsa terakhir ini terutama setelah adanya reformasi 1998 menodai warna Islam
Indonesia. Salah satu bentuk gerakan yang dilakukan oleh kelompok Islam garis keras adalah
terorisme dengan modus bom bunuh diri yang mengatasnamakan jihad. Gerakan kelompok
Islam garis keras ini juga dikenal dengan gerakan radikal karena gerakan ini dapat
mempengaruhi kondisi umat Islam dan negara. Gerakan Islam radikal saat ini seperti
ancaman yang dapat mengganggu stabilitas bangsa sehingga patut untuk menjadi perhatian
bahkan harus diberantas sampai ke akar rumputnya.
Di sisi lain, bukankah umat Islam memang harus bergerak secara radikal? Menilik
sejarah ke belakang, abad ke-6 masehi terlahir pemimpin agung, Nabi Muhammad S.A.W.
dengan gerakan Islam radikalnya dapat mengubah bangsa Arab yang jahiliyah menjadi
bangsa yang besar. Gerakan Islam radikal Nabi Muhammad S.A.W. tidak hanya meliputi
bidang keagamaan namun juga di bidang sosial, ekonomi, politik, militer, dan ilmu
pengetahuan hingga menjadikan bangsa Arab disegani oleh bangsa lain bahkan bangsa
Romawi.
Gerakan radikal beliau juga dilanjutkan oleh para sahabatnya, dan oleh pejuang Islam
penerus beliau. Bagaimana radikalnya Sayyidina Umar ibn Khattab menaklukkan bangsa
Persia. Bagaimana radikalnya Sultan Salahudin Al Ayyubi menaklukkan Yerussalem. Dan
bagaimana radikalnya Sultan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel. Gerakan
radikal Islam para pejuang tersebut memengaruhi bangsa-bangsa Timur-Tengah dan Eropa.
Tidak hanya dalam bidang militer gerakan radikal Islam memengaruhi dunia. Dalam
bidang sains dan ilmu pengetahuan gerakan radikal para ulama dan cendikiawan muslim
memperkokoh eksistensi Islam pada masa itu bahkan hingga sekarang. Bagaimana
pemikiran-pemikiran radikal para cendekiawan Islam seperti Al Khawarizmi, Ibn Rusy, Ibn
Sina dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran para cendekiawan
dunia sekarang.
Kembali ke bangsa Indonesia. Gerakan Islam radikal digunakan di masa penjajahan
untuk melawan kebengisan imperialisme. Salah satu tokoh kunci pejuang dengan gerakan
Islam radikal adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo yang melakukan penyerbuan ke Batavia
untuk mengusir VOC. Gerakan ini dilanjutkan oleh keturunan beliau yang dikenal dengan
nama Pangeran Diponegoro yang melakukan perlawanan kepada VOC di pulau Jawa.
Gerakan Islam radikal ini masih berlanjut dengan H.O.S. Tjokroaminoto di bidang
politiknya, K.H. Ahmad Dahlan dengan bidang pendidikan dan kesehatannya, dan puncak
dari perjuangan Islam radikal ini adalah tercapainya kemerdekaan Bangsa Indonesia. Gerakan
Islam radikal ini masih berlanjut dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia
dengan Hadratus Syeikh K.H. Hasyim Asyari sebagai tokoh pencetus Resolusi Jihad 22
Oktober 1945.

Gerakan Islam radikal juga dilakukan oleh K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada
saat menjabat sebagai presiden tahun 2000-2001 yaitu memutus bantuan persenjataan dan
finansial dari pihak asing yang membantu gerakan-gerakan pemberontak seperti Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) dan kelompok pemberontak yang ingin keluar dari NKRI.

Santri Harus Radikal


Radikal berasal dari kata radix yang artinya adalah akar pepohonan. Radikalisme
adalah suatu paham serta gerakan dimana aktifitas pergerakan tersebut dapat memengaruhi
kelompok masyarakat dan mengakar kuat di dalamnya dari segi pemikiran, politik, dan
budaya. Dengan semangat Islam maka gerakan tersebut disebut dengan gerakan Islam
radikal.
Pemahaman tentang radikalisme tidak semua tentang hal yang negatif tergantung
bentuk gerakannya bagaimana. Jika radikalisme diramu dalam bentuk yang berlawanan
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan agama maka gerakan itu harus diwaspadai bahkan
diberantas namun jika bentuk gerakan tersebut sesuai dengan norma-norma yang ada seperti
yang telah dicontohkan oleh para tokoh Islam yang sebagian telah disebutkan di atas, maka
radikalisme demikian patut untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Di Indonesia sendiri tokoh-tokoh gerakan Islam radikal adalah para santri. Sultan
Agung, Pangeran Diponegoro, H.O.S. Tjokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim
Asyari, Gus Dur, dan banyak tokoh lainnya berangkat dari status santri. Dengan demikian,
seharusnya pemuda NU dan khususnya para santri dapat mengambil contoh perjuangan
mereka.
Menelisik dari prediksi Nur Cholis Madjid (Cak Nur) pada tahun 1990an bahwa NU
akan panen raya 25 tahun mendatang karena hausnya intelektual muda yang notabene
beralatar belakang santri akan diskursus Islam serta kemudahan akses santri untuk masuk ke
perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri pada saat itu, khususnya perguruan tinggi
yang berlatar belakang studi kajian keislaman. Namun, fakta pada saat ini lebih dari itu.
Kemudahan dan banyaknya para santri dan pelajar NU mengakses perguruan tinggi favorit
dalam negeri seperti UGM, ITB, UI, dan lainnya bahkan luar negeri menambah potensi NU
untuk merambah ke dalam semua bidang kehidupan.
Dengan potensi ini seharusnya saat inilah waktunya para santri dan pemuda NU yang
terutama telah atau sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi bergerak radikal
sesuai dengan uswah, contoh, yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan para
penerusnya.
Gerakan Islam radikal positif yang dilakukan para santri dan pemuda NU dengan
bergerak di bidangnya masing-masing, tidak hanya agama dan diskursus keislaman namun
juga bidang-bidang sains dan teknologi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, pertanian,
budaya, dan lain-lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengakar kuat dalam masyarakat
Indonesia sehingga nilai-nilai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang rahmatan lilalamin akan
tumbuh kokoh. Dengan demikian bangsa Indonesia akan menjadi bangsa cipratan negeri

surga. Baldatun thoyyibun wa robbun ghofur serta dapat memengaruhi peradaban dunia
sesuai dengan visi Islam.

Anda mungkin juga menyukai