Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TBC PARU

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TBC PARU

A. Konsep Dasar
1.

Pengertian

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobacterium
tuberculosis.

2. Patofisiologi
Micobacterium TBC

Air borne (saluran napas)

Jaringan paru (alveoli)

Fokus primer (Ghon)

Kemungkinan penyebaran (bronchogen, limfogen, hematogen)

Terbentuk primer komplek (ranke)

TBC primer

Infeksi (belum mempunyai kekebalan)

Perlawanan

Infiltrasi sel-sel radang

Reaksi non spesifik


(tahap pra alergis)

Reaksi spesifik
(tahap alergis)
-

Sifat Basil Micobacterium TBC


Basil berbentuk batang , sifat aerob
Tipe bovines dan humanus
Mudah mati pada air mendidih (5 detik pada suhu 80 derajat, 20 detik pada suhu 60 derajat)
Mudah mati dengan sinar mata hari ( ultra violet )
Tahan berbulan-bulan pada suhu kamar dan lembab

Faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi basil TBC


Harus ada sumber penularan
- Kasus terbuka ----- dahak ada basil TBC
- Binatang yang menderita TBC
b. Jumlah basil cukup banyak dan terus menerus
c. Virulensi basil
d. Daya tahan tubuh menurun :
Nutrisi, perumahan, pekerjaan, faktor genetika, faktor usia, jenis kelamin
Klasifikasi :
a.
Pembagian secara patologis :

Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).


a.

Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).


b.

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :


Tuberkulosis Paru BTA positif.
Tuberkulosis Paru BTA negative

c.

Pembagian secara aktifitas radiologis :


Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.
Tuberkulosis non aktif .

Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).


d.

Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )


Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru
maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm,
jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari
satu pertiga bagian satu paru.

For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada
moderateli advanced tuberculosis.

e.
Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society
memberikan klasifikasi baru:
Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes
tuberculin negatif.
Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak
positif, tes tuberkulin negatif.

Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.

Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

f.

Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :


Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk
TB berat.

Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.

Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.


3.

Manifestasi Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan
organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:


Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
4.

Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru
stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.

Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.

Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar,
terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang
berbeda.

Anemia bila penyakit berjalan menahun

Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap
penyembuhan.

GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan
nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia
disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.

Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau
efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau


kerusakan paru karena TB.

Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c.
Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural.

6. Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar
terhindar dari penyakit tersebut.

Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar
tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.

Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.

Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara
dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah
harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.

Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan
dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

7. Penatalaksanaan
a.
Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
Aktivitas bakterisid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif).
Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan
kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan
pengobatan).
Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang
aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan
pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi
tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang
bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan
karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang
terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Obat Primer
- Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
1. Ekonamid
2. Rifampisin (R)
2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z)
3. Sikloserin
4. Streptomisin
4. Kanamisin
5. Etambutol (E)
5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6.
Tiasetazon
7.
Viomisin
8.
Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan
terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi
tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit
untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan obat kategori 1 :

Tahap
Intensif
Lanjutan

Lama
2 bulan
4 bulan

(H) / day
1
2

R day
1
1

Z day
3
-

F day
3
-

Jumlah Hari XMinum Obat


60
54

Paduan Obat kategori 2 :

Tahap Lama (H)@300mg R@450mg Z@500mg E@ E@500mg Strep.Injeksi JumlahHari X


250Mg
Minum Obat

Intensif

2
bulan1
bulan
Lanjuta 5
n
bulan

11

11

33

33

0,5 %

6030

66

Paduan Obat kategori 3 :

Tahap
Intensif
Lanjutan3 x
week

Lama
2 bulan
4 bulan

H @ 300 mg
1
2

R@450mg
1
1

P@500mg
3
1

Hari X Minum Obat


60
54

OAT sisipan (HRZE)

Tahap

Lama

Intensif(dosis
harian)

1 bulan

H@300mg R@450mg Z@500mg


1

E
Minum obat
day@250mg
XHari
3
30

Daftar Pustaka
Amin, M., (1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


TN. A DENGAN TB PARU DI DESA TIMBUNG
DI WILAYAH PUSKESMAS BANUA PADANG
KECAMATAN BUNGUR KABUPATEN TAPIN

PENGKAJIAN
Pengumpulan Data

1.
1.

Struktur dan sifat keluarga

Kepala Keluarga

a)

Nama

Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Alamat
2.

:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. A

Laki - laki
35 tahun.
Islam.
SLTP
Swasta
Banjar / Indonesia.
Desa Timbung RT. 2

Susunan Anggota Keluarga

No

Nama

L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Hubungan

Sehat/sakit

Ket

3.

Ny. W

27 Th

SLTP

An. N

3 Th

Ibu rumah
tangga
Ikut orang
tua

Isteri

Sakit

Anak

sehat

Tb
paru
-

Genogram Keluarga

b)

c)
Keterangan :
bermasalah.

:
:
:
:

Laki-laki.
Perempuan
Laki-laki yang meninggal.
Perempuan yang meninggal

Serumah

Anggota keluarga yang

4.

Tipe Keluarga
Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga inti (nuclear family)yang terdiri dari Ayah, Ibu dan satu anak
yang tinggal dalam satu rumah. Jenis perkawinan adalah monogami.

5.

Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan di dalam keluarga Tn. A dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga
yang mengambil keputusan adalah Tn. A sebagai kepala keluarga.

6.

Hubungan Dalam keluarga


Hubungan dalam keluarga harmonis dan tampak akrab, adanya interaksi sesama anggota keluarga.

7.
a.

Kebiasaan Hidup Sehari-hari


Kebiasaan Istirahat dan Tidur

Nama
Tn. A
Ny. W
An. N

b.

Kebiasaan Makan

Tidur Siang
2 jam
2 jam
1 jam

Tidur malam
8 jam
5 jam
8 jam

Dalam pengadaan makanan keluarga sehari-hari adalah dengan memasak sendiri dan komposisi jenis
makanannya bervariasi. Makanan pokok adalah nasi disertai lauk pauk dan sayur, frekuensi makan 3 kali
sehari. Makan buah-buahan kalau musim buah saja. Kebiasaan makan keluarga bersama (pagi, siang
dan malam hari).
c.

Kebiasaan Personal Hygiene


Mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 2 kali sehari dengan menggunakan pasta
gigi, ganti pakaian 2 kali sehari / bila kotor, keramas 1 kali seminggu menggunakan shampo, cuci tangan
sebelum makan menggunakaqn sabun, menggunakan alas kaki bila keluar rumah.

d.

Penggunaan Waktu Senggang


Waktu senggang digunakan untuk ngobrol-ngobrol bersama istrinya. Kadang membersihkan lingkungan
rumah.

e.

Kebiasaan Tidak Sehat


Tn. A merokok Tetapi sekarang sudah berkurang yang biasanya 1 bungkus habis dalam satu hari
sekarang hanya 5-6 batang saja sehari. Tn A maupun keluarga tidak pernah minum minuman
beralkohol..

8.
a.

Faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya.


Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan setiap bulan kurang lebih Rp 500.000,- tidak ada penghasilan tambahan, pengeluaran harian
kurang lebih Rp 10.000,- dan sisanya untuk bayar listrik pada tetangga. Keluarga tidak punya tabungan.

b.

Sosial dan Budaya


Keluarga Tn. A suku Banjar, Sedangkan Ny. W suku Sunda tetapi karena sdh lama tinggal di kalimantan
jadinya sehari hari keluarga menggunakan bahasa banjar. Semua anggota keluarga beragama Islam.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik. Setiap hari jumat sore Ny. W ikut pengajian.

9.
a.

Faktor Lingkungan
Perumahan

4
2

3
1

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Teras rumah
Ruang tamu
Kamar tidur
Dapur

Tempat tinggal didaerah timbung, jenisnya bangunan non permanen, luas pakarangan 2x6 m2 , status
kepemilikan adalah milik sendiri, pemanfaatan pekarangan tanaman bunga, lantai dari papan, ventilasi
ruang tidur jendela, sistem penerangan listrik. Kebersihan rumah cukup bersih,Tempat pembuangan
sampah tidak ada, pengelolaan sampah di bakar dan ditimbun.
Sumber air minum dari tong PDAM, sumber air untuk keperluan mandi cuci dari sungai. Tidak mempunyai
jamban keluarga, kalau mau BAB kesungai yang letaknya jauh dari rumah 300 meter. Komposisi rumah
terdiri dari 1 kamar tidur dan ruang makan / dapur. Keluarga menganggap bahwa lingkungannya sudah
bersih padahal kandang ayam menyatu dengan rumah itu berarti keluarga kurang mengetahui tentang
sanitasi lingkungan yang sehat.
b.

Macam Lingkungan Tempat Tinggal


Tempat tinggal keluarga terletak di belakang rumah tetangga antara satu rumah dengan rumah yang
lainnya cukup berdekatan.

c.

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan


Fasilitas sosial di masyarakat adalah pengajian. Fasilitas kesehatan (Polindes) terletak 100 m dari
rumah. Bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya berobat ke mantri atau dibawa ke Puskesmas atau
ke polindes.
Psikologis
Status emosi
Bila ada salah satu anggota keluarga yang berhasil maka seluruh keluarga akan merasa bangga begitu
pula sebaliknya bila ada anggota keluarga yang kehilangan(sedih)maka anggota yang lain turut sedih.
Konsep diri
Konsep diri:
Setiap anggota keluarga merasa diperlukan oleh anggota keluarga yang lain. Tidak terdapat konflik dalam
keluarga yang berhubungan dengan harga diri.
Peran
Setiap anggota keluarga berperan seperti fungsinya, tidak terdapat kesenjangan peran dalam keluarga.
Pola interaksi
Waktu yang paling sering terjadi interaksi antar keluarga biasanya pada sore hari, pada saat makan
bersama. Tidak ada masalah antar anggota keluarga dalam berinteraksi.
Pola komunikasi
Sifat komunikasi dalam keluarga secara terbuka, anggota keluarga yang paling dominan berbicara adalah
ayah. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa banjar.
Pola pertahanan
Masalah dalam keluarga selalu diatasi bersama-sama.

10.
a.

b.
1)

2)
c.

d.

e.

11. Keadaan Kesehatan


a. Derajat kesehatan
Ny. W pernah menderita penyakit TB Paru, anggota keluarga yang lain tidak ada keluhan apapun.
b. Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Bila sakit keluarga biasa membeli obat sendiri dulu, bila tidak dapat teratasi baru berobat ke mantri atau
ke puskesmas.
c. Kejadian cacat
Tidak ada keluarga yang cacat fisik dan mental.
d. Kejadaian kematian dalam 1 tahun terakhir

Tidak anggota keluarga yang meninggal dalam 1 tahun terakhir ini.

12. Sarana Kesehatan


Pemanfaatan Fasilitas.

Apabila ada anggota keluarga yang sakit, baru dibawa berobat ke Puskesmas
pembantu atau ke mantri yang praktek.
Jarak antara Puskesmas kecamatan dari rumah Tn. B lebih dari 8 km, Polindes +100 m,
ke mantri praktek + 150 m.
Alat transportasi keluarga adalah jalan kaki, kecuali ke Puskesmas baru naik taksi /
angkutan pedesaan atau naik ojek.
Tn. A tidak menggunakan sarana komunikasi seperti radio, telpon atau orari maupun
televisi.
13. Imunisasi Balita
Anak dari Tn. A yaitu An. N umur 3 tahun, kata ibunya nya selalu di bawa ke Posyandu, dari data KMS
terlihat imunisasi tidak lengkap yaitu untuk vaksinasi DPT+HB, Campak dan polio 4.
14. Riwayat Kesehatan
a. Tn. A
Tidak pernah sakit berat yang perlu dirawat di RS, hanya sering flu dan pilek tapi dapat sembuh setelah
berobat ke puskesmas.
Pemeriksaan fisik
TD
: 100/70 mmHg
Resp : 24 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Temp : 36 0 C
1.
2.

3.
4.

5.

6.

Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi

Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, tidak ada caries pada gigi. Tidak
menggunakan protesa.
7. Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
8. Dada dan pernapasan
Bentuk dada normal, irama pernafasan teratur, frekuensi 24 kali/menit. Tidak ada nyeri tekan pada dada,
bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing.
9. Estermitas atas dan bawah
Tidak ada kelainan gerak, struktur normal tidak ada nyeri pada extermitas.
b. Ny. W
Pernah menderita TB paru 1 tahun yang lalu, klien menjalani pengobatan TB paru selama 6 bulan
tetapi sudah menyelesaikan pengobatannya.
Pemeriksaan fisik
TD
: 100/60 mmHg
Resp : 24 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Temp : 36 0 C
1. Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit kecoklatan, kebersihan cukup.
2. Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
3. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
4.

5.

6.

7.

8.

Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, tidak ada caries pada gigi. Menggunakan
protesa pada gigi seri atas 2 buah.
Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
Dada dan pernapasan

Inspeksi

: Bentuk dada normal ( AP : T = 1 : 2 ) , sifat pernafasan dada dan perut, ritme reguler
dengan frekuensi 24 kali/menit dan postur tubuh kurus, bentuk / postur tubuh kyposis.
Palpasi
: Nyeri tekan dan massa tidak ada , Fremitus vokal sama keras antara kiri dan kanan,
kesimetrisan ekspansi dada normal
Perkusi : Bunyi perkusi resonan
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, terdapat ronchi pada intercosta ke 4 5 dekstra. tidak terdapat
bunyi wheezing.
9.

Estermitas atas dan bawah

Tidak ada kelainan gerak, struktur normal tidak ada nyeri pada extermitas.
c.

1.
2.

3.
4.

5.

6.

7.
8.

An. R
Tidak pernah sakit berat, tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pemeriksaan fisik
TD
:Resp : 30 x/mnt
Nadi : 96 x/mnt
Temp : 36 0 C
Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit coklat, kebersihan cukup.
Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, terdapat caries pada gigi, giginya tidak
lengkap keropos pada gigi seri atas dan bawah.
Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
Dada dan pernapasan

Bentuk dada normal, irama pernafasan teratur, frekuensi 24 kali/menit. Tidak ada nyeri
tekan pada dada, bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing.
9.

Estermitas atas dan bawah


Tidak ada kelainan gerak, struktur normal tidak ada nyeri pada extermitas.

ANALISA DATA
1. Tipologi Masalah Kesehatan
a. Ancaman Kesehatan
1). Resiko penularan penyakit TB Paru.
2). Sanitasi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
b. Tidak / kurang Sehat
1). Ny. W pernah mendapatkan pengobatan 6 bulan (menderita penyakit TB Paru).
c. Krisis
2. Mengidentifikasi Masalah

No

Data

1. - Keluarga kurang
mengetahui tentang cara

Masalah
Masalah
Kesehatan
Keperawatan
Resiko
1. KMK mengenal masalah
penularan
resiko terjadinya

penularan dan
pencegahan penyakit TB
Paru.
- Ny. W tidur satu kamar
dengan anggota keluarga
yang lain.
- Tidak ada pengkhususan
alat tenun dan alat makan
.
2. - Pernah menderita TB
paru 1 tahun lalu dan
menjalani pengobatan
selama 6 bulan.
- Keluarga mengatakan
tidak tahu akibat yang
ditimbulkan oleh
penyakit TB Paru bila
tidak diobati secara
teratur.
- Keluarga mengatakan
kurang mengetahui cara
perawatan yang benar
pada Ny.W.

penyakit TB
Paru.

penularan TB Paru b/d


kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
penularan dan
pencegahannya.

Ny. W
menderita TB
Paru.

1. KMK mengenal masalah


TB paru b/d kurangnya
pengetahuan keluarga
tentang pengertian TB
Paru, dampak yang di
timbulkan, cara
penularan dan
pengobatan, tanda dan
gejala yang
ditimbulkannya.
2. KMK mengambil
keputusan untuk berobat
teratur b/d kurangnya
pengetahuan keluarga
tentang akibat yang
ditimbulkan oleh
penyakit TB Paru bila
tidak diobati secara
teratur.
3. KMK merawat anggota
keluarga yang sakit b/d
kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
perawatan yang benar
pada penderita TB Paru.
4. KMK memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
keluarga cara pengobatan
TB paru.

3.

Sanitasi
1.
lingkungan yang
tidak memenuhi
syarat
kesehatan.

- Kandang ayam menyatu


di bawah rumah.
- Keluarga menganggap
lingkungannya sudah
bersih.

KMK mengenal masalah


sanitasi lingkungan b/d
kurangnya pengetahuan
keluarga tentang sanitasi
rumah dan lingkungan

- Keluarga kurang
mengetahui syarat-syarat
lingkungan yang sehat.
- Keluarga kurang
mengerti tentang
pentingnya lingkungan
yang sehat.

yang sehat.
2. KMK memodifikasi
lingkungan b/d
kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan
yang sehat.

3. Prioritas Masalah
a. Resiko penularan penyakit TB Paru.

No
1.

Kriteria
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan.

Perhitungan
2/3 X 1

Nilai
2/3

Pembenaran
Penularan belum
terjadi tapi resiko
terjadinya penularan
cukup besar.

2.

Kemungkinan
masalah dapat diatasi
dengan mudah.

2/2 X 1

3.

Potensial masalah
dapat dicegah cukup.

2/3 X 1

2/3

Ny.W mau
memeriksakan
kesehatnnya secara
teratur dan
mengikuti program
P2TB Paru sampai
tuntas.
Penularan dapat
dicegah dengan
tindakan sederhana
yang dapat dilakukan
tanpa biaya.

4.

Menonjolnya masalah
yang ada dan perlu
segera ditangani
Score

b.

1 X1

1
Keluarga kurang
mengetahui kalau
penyakit TB Paru
sangat menular.

4 1/3

Ny.W menderita penyakit TB Paru.

No
1.

Kriteria
Sifat masalah :
Tidak / kurang sehat.

2.

Kemungkinan

Perhitungan
3/3 X 1

Nilai
3/3

1/2 X 2

Pembenaran
Masalah sudah
terjadi, harus segera
diatasi agar tidak
bertambah parah.
Keluarga mau
mengikuti saran

masalah dapat diubah


sebagian.
3.
4.

Potensial masalah
dapat dicegah.
Menonjolnya masalah
berat dan harus
ditangani.
Score

c.

1/3 X 1
2/2 X 1

1/3
2/2

Masalah telah
terjadi.
Keluarga
mengatakan bahwa
Tn. J harus segera
diobati.

3 1/3

Sanitasi lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.

No
1.

Kriteria
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan.

Perhitungan
2/3 X 1

Nilai
2/3

2.

Kemungkinan
masalah dapat diubah
hanya sebagian.

1/2 X 2

3.

Potensial masalah
dapat dicegah cukup.

2/3 X 1

2/3

Keluarga mau / ingin


tahu tentang
lingkungan yang
sehat.

4.

Masalah tidak
dirasakan keluarga.

0/2 X 1

Keluarga
beranggapan bahwa
lingkungannya sudah
bersih.

Score
4.
1).
2).
3).

untuk berobat
teratur.

Pembenaran
Keluarga tinggal
dalam sanitasi
lingkungan yang
tidak sehat.
Keluarga
beranggapan bahwa
lingkungannya sudah
bersih tapi ada
kemauan untuk
mengetahui
lingkungan yang
sehat.

2 1/3

Urutan Masalah
Resiko penularan penyakit TB Paru. Dengan skore 4 1/3
Tn. J menderita penyakit TB Paru. Dengan skore 3 1/3
Sanitasi lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Dengan skore 2 1/3

RENCANA KEPERAWATAN
Nama
: Ny.W
Alamat
: RT. 2 Desa Timbung Kecamatan Bungur

No
1.

2.

Masalah
Masalah
kesehatan
Keperawatan
Resiko
1. KMK mengenal
terjadinya
penularan
penyakit
TB Paru.

masalah resiko
terjadinya
penularan penyakit
TB Paru b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara penularan dari
penyakit TB Paru
dan cara
pencegahannya.

Ny. W
1. KMK mengenal
menderita
masalah TB Paru
TB Paru.
b/d kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
tanda dan gejala
yang ditimbulkan.

2. KMK mengambil
keputusan untuk
berobat secara
teratur b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
akibat yang
ditimbulkan oleh
penyakit TB Paru
bila tidak diobati
secara teratur.

3. KMK merawat

Tujuan Jangka
Panjang
Pendek

Evaluasi
Standar

Kriteria

Keluarga
mampu
mengenal
masalah resiko
terjadinya
penularan.

Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu :
Menjelaskan cara
penularan
penyakit TB
Paru dan
cara
pencegahannya.

Respon
verbal
keluarga.

Cara penularan ada dua :


Langsung
Percikan ludah / cairan hidungnya
berpindah sewaktu berbicara berha
bersin.
b. Tidak langsung
Bila kx meludah ditempat yang sem
kemudian kering dan kuman diterb
oleh angin bersama debu yang dihi
orang yang sehat.
Cara pencegahan :
a. Imunisasi BCG pada bayi.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh de
makanan bergizi.
c. Mengobati anggota keluarga yang
sampai tuntas.
d. Menghindari kontak dengan kuman
misalnya menghidari percikan luda

Keluarga
mampu
mengenal
tanda dan
gejala
penyakit TB
Paru.

Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan tanda
dan gejala
penyakit TB
paru.

Respon
Tanda dan gejala penyakit TB Paru
verbal
a. Batuk tidak sembuh selama 4 ming
keluarga. b. Batuk berdahak dan campur darah
c. Demam.
d. Berkeringat pada malam hari.
e. Nyeri dada.
f. Sesak napas.
g. Nafsu makan menurun.
h. Sakit kepala.
i. Berat badan berkurang.

Keluarga yang
ber-masalah
mau berobat
secara teratur.

Keluarga
mengetahui akibat
yang
ditimbulkan bila
pengobat-an
tidak
teratur.

Respon
verbal
keluarga

Keluarga

Setelah

Respon

a.
b.
c.
d.

Akibat yang ditimbulkan bila peng


tidak teratur :
Kuman jadi resesten.
Lebih sulit untuk mengobatinya.
Lebih lama pengobatannya.
Gejala mungkin hilang sementara w

Cara perawatan yang benar :

3.

Sanitasi 1.
lingkungan yang
kurang
memenuhi
syarat
kesehatan.

anggota keluarga
yang sakit b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara perawatan
yang benar pada
penderita TB paru.

mampu
merawat
anggota
keluarga yang
sakit secara
benar.

kunjungan1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaska
n cara
perawatan
yang benar
pada Tn.
MM

verbal
a. Makanan yang bergizi.
keluarga. b. Lingkungan rumah yang bersih.
c. Sinar matahari masuk ke dalam rum
d. Menjemur kasur minimal 1 X semi
e. Alat-alat makan dipisahkan.
f. Bila sesak posisi semifowler.

KMK mengenal
masalah sanitasi
lingkungan rumah
yang baik b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
syarat-syarat
sanitasi lingkungan
yang baik / sehat.

Keluarga
mampu
mengenal
masalah
sanitasi
lingkung-an
yang baik /
sehat.

Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan ciri-ciri
lingkung-an
yang baik /
sehat.

Respon
Sanitasi lingkungan yang sehat :
verbal
a. Pencahayaan 15 20 % luas lantai
keluarga. b. Ventilasi 10 15 % luas lantai.
c. Jarak jamban dan sumur tidak kura
10 meter.
d. Mempunyai tempat pembuangan s
e. Kandang binatang ternak harus ter
dari rumah.

Keluarga
mampu
memodifi-kasi
lingkung-an
yang dapat
mempengaruh
i kesehatan.

Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan cara
menciptakan
lingkung-an
yang sehat.

Respon
Lingkungan rumah yang sehat :
verbal
a. Cukup udara yang masuk dan kelu
keluarga. b. Cukup sinar matahari yang masuk
c. Bersih dan teratur.
d. Kasur dijemur minimal 1 X seming
e. Mempunyai tempat pembuangan s
f. Mempunyai jamban keluarga.

2. KMK
memodifikasi
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara menciptakan
lingkungan yang
sehat .

CATATAN KEPERAWATAN
Nama
: Ny.W
Alamat
: RT. 2 Desa Timbung Kecamatan Bungur

N
o
1.

Tanggal
Senin 22
April
2013
Jam
11.00

Dx
Implementasi
Kep
I
1. Mengkaji pengetahuan keluarga
2.
3.
4.
5.
6.

2.

3.

4.

Senin 22
April
2013
Jam
11.00

II

Senin 22
April
2013
Jam
11.00

II

Senin 22
April
2013
Jam

II

tentang cara penularan dan


pencegahan penyakit TB paru.
Memberikan leaflef tentang TB Paru.
Mendiskusikan dengan keluarga
dengan menggunakan leaflet tentang
proses penularan penyakit TB.
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang cara pencegahan penyakit TB.
Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali tentang proses
penularan dan cara pencegahannya.
Memberikan pujian kepada keluarga
atas kemampuannya menjelaskan
kembali.

1. Mengkaji pengetahuan keluarga


tentang tanda dan gejala penyakit TB
Paru.
2. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang tanda dan gejala penyakit TB
paru sesuai standar.
3. Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali.
4. Memberikan pujian atas
kemampuannya menjelaskan.

1. Mengkaji pengetahuan keluarga


tentang akibat yang ditimbulkan bila
pengobatan tidak teratur.
2. Mendiskusikan akibat yang
ditimbulkan bersama keluarga sesuai
standar.
3. Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali.
4. Memberikan pujian atas
kemampuannya menjelaskan kembali.

1. Mengkaji pengetahuan keluarga


tentang cara perawatan yang benar.
2. Mendiskusikan bersama keluarga cara
perawatan yang benar sesuai standar.

Evaluasi
Keluarga paham dan
mampu menjelaskan
kembali tentang cara
penularan dan
pencegahan penyakit
TB Paru.

Keluarga paham dan


mampu menjelaskan
kembali tentang
tandadan gejala
penyakit TB Paru.

Keluarga paham dan


mampu menjelaskan
kembali tentang akibat
yang ditimbulkan bila
pengobatan tidak
teratur / tidak tuntas.

Keluarga paham dan


mampu menjelaskan
kembali tentang cara
perawatan yang baik /

11.00

benar.

3. Memotivasi keluarga untuk


menjelaskan kembali.

4. Memberikan pujian atas


kemampuannya menjelaskan kembali.
5.

Senin 22
April
2013
Jam
11.00

III 1. Mengkaji pengetahuan keluarga


tentang lingkungan yang sehat.
2. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang lingkungan yang bersih / sehat
sesuai standar.
3. Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali.
4. Memberikan pujian atas
kemampuannya menjelaskan kembali.

Keluarga paham dan


mampu menjelaskan
kembali tentang ciri
lingkungan yang
sehat .

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/TANGGAL

MASALAH
KESEHATAN

PERKEMBANGAN

Senin 22 April 2013


Jam 12.00

Resiko terjadinya penularan


penyakit TB Paru.

Keluarga paham dan mampu


menjelaskan kembali tentang
cara penularan dan
pencegahan penyakit TB
Paru.

Senin 22 April 2013


Jam 12.00

Ny. W
menderita TB Paru

Keluarga paham dan mampu


menjelaskan kembali tentang
tanda dan gejala penyakit TB
Paru

Keluarga paham dan mampu


menjelaskan kembali tentang
akibat yang ditimbulkan bila
pengobatan tidak teratur /
tidak tuntas

Keluarga paham dan mampu


menjelaskan kembali tentang
cara perawatan yang baik /
benar.
http://dieyachsyam.blogspot.co.id/2013/09/asuhan-keperawatan-keluarga-dengantbc_25.html

Anda mungkin juga menyukai