A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobacterium
tuberculosis.
2. Patofisiologi
Micobacterium TBC
TBC primer
Perlawanan
Reaksi spesifik
(tahap alergis)
-
c.
Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm,
jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari
satu pertiga bagian satu paru.
For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada
moderateli advanced tuberculosis.
e.
Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society
memberikan klasifikasi baru:
Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes
tuberculin negatif.
Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak
positif, tes tuberkulin negatif.
f.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan
organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
4.
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru
stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar,
terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang
berbeda.
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap
penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan
nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia
disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.
Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau
efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c.
Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural.
6. Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar
terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar
tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara
dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah
harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan
dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
7. Penatalaksanaan
a.
Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif).
Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan
kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan
pengobatan).
Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang
aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan
pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi
tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang
bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan
karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang
terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Obat Primer
- Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
1. Ekonamid
2. Rifampisin (R)
2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z)
3. Sikloserin
4. Streptomisin
4. Kanamisin
5. Etambutol (E)
5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6.
Tiasetazon
7.
Viomisin
8.
Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan
terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi
tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit
untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Tahap
Intensif
Lanjutan
Lama
2 bulan
4 bulan
(H) / day
1
2
R day
1
1
Z day
3
-
F day
3
-
Intensif
2
bulan1
bulan
Lanjuta 5
n
bulan
11
11
33
33
0,5 %
6030
66
Tahap
Intensif
Lanjutan3 x
week
Lama
2 bulan
4 bulan
H @ 300 mg
1
2
R@450mg
1
1
P@500mg
3
1
Tahap
Lama
Intensif(dosis
harian)
1 bulan
E
Minum obat
day@250mg
XHari
3
30
Daftar Pustaka
Amin, M., (1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
1.
1.
Kepala Keluarga
a)
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Alamat
2.
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. A
Laki - laki
35 tahun.
Islam.
SLTP
Swasta
Banjar / Indonesia.
Desa Timbung RT. 2
No
Nama
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan
Sehat/sakit
Ket
3.
Ny. W
27 Th
SLTP
An. N
3 Th
Ibu rumah
tangga
Ikut orang
tua
Isteri
Sakit
Anak
sehat
Tb
paru
-
Genogram Keluarga
b)
c)
Keterangan :
bermasalah.
:
:
:
:
Laki-laki.
Perempuan
Laki-laki yang meninggal.
Perempuan yang meninggal
Serumah
4.
Tipe Keluarga
Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga inti (nuclear family)yang terdiri dari Ayah, Ibu dan satu anak
yang tinggal dalam satu rumah. Jenis perkawinan adalah monogami.
5.
Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan di dalam keluarga Tn. A dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga
yang mengambil keputusan adalah Tn. A sebagai kepala keluarga.
6.
7.
a.
Nama
Tn. A
Ny. W
An. N
b.
Kebiasaan Makan
Tidur Siang
2 jam
2 jam
1 jam
Tidur malam
8 jam
5 jam
8 jam
Dalam pengadaan makanan keluarga sehari-hari adalah dengan memasak sendiri dan komposisi jenis
makanannya bervariasi. Makanan pokok adalah nasi disertai lauk pauk dan sayur, frekuensi makan 3 kali
sehari. Makan buah-buahan kalau musim buah saja. Kebiasaan makan keluarga bersama (pagi, siang
dan malam hari).
c.
d.
e.
8.
a.
b.
9.
a.
Faktor Lingkungan
Perumahan
4
2
3
1
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Teras rumah
Ruang tamu
Kamar tidur
Dapur
Tempat tinggal didaerah timbung, jenisnya bangunan non permanen, luas pakarangan 2x6 m2 , status
kepemilikan adalah milik sendiri, pemanfaatan pekarangan tanaman bunga, lantai dari papan, ventilasi
ruang tidur jendela, sistem penerangan listrik. Kebersihan rumah cukup bersih,Tempat pembuangan
sampah tidak ada, pengelolaan sampah di bakar dan ditimbun.
Sumber air minum dari tong PDAM, sumber air untuk keperluan mandi cuci dari sungai. Tidak mempunyai
jamban keluarga, kalau mau BAB kesungai yang letaknya jauh dari rumah 300 meter. Komposisi rumah
terdiri dari 1 kamar tidur dan ruang makan / dapur. Keluarga menganggap bahwa lingkungannya sudah
bersih padahal kandang ayam menyatu dengan rumah itu berarti keluarga kurang mengetahui tentang
sanitasi lingkungan yang sehat.
b.
c.
10.
a.
b.
1)
2)
c.
d.
e.
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, baru dibawa berobat ke Puskesmas
pembantu atau ke mantri yang praktek.
Jarak antara Puskesmas kecamatan dari rumah Tn. B lebih dari 8 km, Polindes +100 m,
ke mantri praktek + 150 m.
Alat transportasi keluarga adalah jalan kaki, kecuali ke Puskesmas baru naik taksi /
angkutan pedesaan atau naik ojek.
Tn. A tidak menggunakan sarana komunikasi seperti radio, telpon atau orari maupun
televisi.
13. Imunisasi Balita
Anak dari Tn. A yaitu An. N umur 3 tahun, kata ibunya nya selalu di bawa ke Posyandu, dari data KMS
terlihat imunisasi tidak lengkap yaitu untuk vaksinasi DPT+HB, Campak dan polio 4.
14. Riwayat Kesehatan
a. Tn. A
Tidak pernah sakit berat yang perlu dirawat di RS, hanya sering flu dan pilek tapi dapat sembuh setelah
berobat ke puskesmas.
Pemeriksaan fisik
TD
: 100/70 mmHg
Resp : 24 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Temp : 36 0 C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit keputih, kebersihan cukup.
Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, tidak ada caries pada gigi. Tidak
menggunakan protesa.
7. Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
8. Dada dan pernapasan
Bentuk dada normal, irama pernafasan teratur, frekuensi 24 kali/menit. Tidak ada nyeri tekan pada dada,
bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing.
9. Estermitas atas dan bawah
Tidak ada kelainan gerak, struktur normal tidak ada nyeri pada extermitas.
b. Ny. W
Pernah menderita TB paru 1 tahun yang lalu, klien menjalani pengobatan TB paru selama 6 bulan
tetapi sudah menyelesaikan pengobatannya.
Pemeriksaan fisik
TD
: 100/60 mmHg
Resp : 24 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Temp : 36 0 C
1. Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit kecoklatan, kebersihan cukup.
2. Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
3. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
4.
5.
6.
7.
8.
Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, tidak ada caries pada gigi. Menggunakan
protesa pada gigi seri atas 2 buah.
Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
Dada dan pernapasan
Inspeksi
: Bentuk dada normal ( AP : T = 1 : 2 ) , sifat pernafasan dada dan perut, ritme reguler
dengan frekuensi 24 kali/menit dan postur tubuh kurus, bentuk / postur tubuh kyposis.
Palpasi
: Nyeri tekan dan massa tidak ada , Fremitus vokal sama keras antara kiri dan kanan,
kesimetrisan ekspansi dada normal
Perkusi : Bunyi perkusi resonan
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, terdapat ronchi pada intercosta ke 4 5 dekstra. tidak terdapat
bunyi wheezing.
9.
Tidak ada kelainan gerak, struktur normal tidak ada nyeri pada extermitas.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
An. R
Tidak pernah sakit berat, tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pemeriksaan fisik
TD
:Resp : 30 x/mnt
Nadi : 96 x/mnt
Temp : 36 0 C
Kulit
Turgor kulit cepat kembali (< 2 detik), warna kulit coklat, kebersihan cukup.
Kelapa dan Leher
Kebersihan rambut dan kulit kepala cukup. Pergerakan pada leher normal menoleh kanan, kiri, atas,
bawah)
Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan normal dapat melihat tanpa bantuan kaca mata. Konjungtiva tidak anemis.
Telinga/Pendengaran
Dapat mendengar dengan baik, tidak memakai alat bantu pendengaran, struktur normal, kebersihan
cukup.
Hidung Penciuman
Struktur normal, tidak ada cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman baik (dapat membedakan
bau-bauan seperti bau minyak kayu putih)
Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi cukup mukosa mulut tidak kering, terdapat caries pada gigi, giginya tidak
lengkap keropos pada gigi seri atas dan bawah.
Abdomen
Kulit perut kebersihan \ cukup, tidak ada nyeri
Dada dan pernapasan
Bentuk dada normal, irama pernafasan teratur, frekuensi 24 kali/menit. Tidak ada nyeri
tekan pada dada, bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi atau whezing.
9.
ANALISA DATA
1. Tipologi Masalah Kesehatan
a. Ancaman Kesehatan
1). Resiko penularan penyakit TB Paru.
2). Sanitasi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
b. Tidak / kurang Sehat
1). Ny. W pernah mendapatkan pengobatan 6 bulan (menderita penyakit TB Paru).
c. Krisis
2. Mengidentifikasi Masalah
No
Data
1. - Keluarga kurang
mengetahui tentang cara
Masalah
Masalah
Kesehatan
Keperawatan
Resiko
1. KMK mengenal masalah
penularan
resiko terjadinya
penularan dan
pencegahan penyakit TB
Paru.
- Ny. W tidur satu kamar
dengan anggota keluarga
yang lain.
- Tidak ada pengkhususan
alat tenun dan alat makan
.
2. - Pernah menderita TB
paru 1 tahun lalu dan
menjalani pengobatan
selama 6 bulan.
- Keluarga mengatakan
tidak tahu akibat yang
ditimbulkan oleh
penyakit TB Paru bila
tidak diobati secara
teratur.
- Keluarga mengatakan
kurang mengetahui cara
perawatan yang benar
pada Ny.W.
penyakit TB
Paru.
Ny. W
menderita TB
Paru.
3.
Sanitasi
1.
lingkungan yang
tidak memenuhi
syarat
kesehatan.
- Keluarga kurang
mengetahui syarat-syarat
lingkungan yang sehat.
- Keluarga kurang
mengerti tentang
pentingnya lingkungan
yang sehat.
yang sehat.
2. KMK memodifikasi
lingkungan b/d
kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan
yang sehat.
3. Prioritas Masalah
a. Resiko penularan penyakit TB Paru.
No
1.
Kriteria
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan.
Perhitungan
2/3 X 1
Nilai
2/3
Pembenaran
Penularan belum
terjadi tapi resiko
terjadinya penularan
cukup besar.
2.
Kemungkinan
masalah dapat diatasi
dengan mudah.
2/2 X 1
3.
Potensial masalah
dapat dicegah cukup.
2/3 X 1
2/3
Ny.W mau
memeriksakan
kesehatnnya secara
teratur dan
mengikuti program
P2TB Paru sampai
tuntas.
Penularan dapat
dicegah dengan
tindakan sederhana
yang dapat dilakukan
tanpa biaya.
4.
Menonjolnya masalah
yang ada dan perlu
segera ditangani
Score
b.
1 X1
1
Keluarga kurang
mengetahui kalau
penyakit TB Paru
sangat menular.
4 1/3
No
1.
Kriteria
Sifat masalah :
Tidak / kurang sehat.
2.
Kemungkinan
Perhitungan
3/3 X 1
Nilai
3/3
1/2 X 2
Pembenaran
Masalah sudah
terjadi, harus segera
diatasi agar tidak
bertambah parah.
Keluarga mau
mengikuti saran
Potensial masalah
dapat dicegah.
Menonjolnya masalah
berat dan harus
ditangani.
Score
c.
1/3 X 1
2/2 X 1
1/3
2/2
Masalah telah
terjadi.
Keluarga
mengatakan bahwa
Tn. J harus segera
diobati.
3 1/3
No
1.
Kriteria
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan.
Perhitungan
2/3 X 1
Nilai
2/3
2.
Kemungkinan
masalah dapat diubah
hanya sebagian.
1/2 X 2
3.
Potensial masalah
dapat dicegah cukup.
2/3 X 1
2/3
4.
Masalah tidak
dirasakan keluarga.
0/2 X 1
Keluarga
beranggapan bahwa
lingkungannya sudah
bersih.
Score
4.
1).
2).
3).
untuk berobat
teratur.
Pembenaran
Keluarga tinggal
dalam sanitasi
lingkungan yang
tidak sehat.
Keluarga
beranggapan bahwa
lingkungannya sudah
bersih tapi ada
kemauan untuk
mengetahui
lingkungan yang
sehat.
2 1/3
Urutan Masalah
Resiko penularan penyakit TB Paru. Dengan skore 4 1/3
Tn. J menderita penyakit TB Paru. Dengan skore 3 1/3
Sanitasi lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Dengan skore 2 1/3
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
: Ny.W
Alamat
: RT. 2 Desa Timbung Kecamatan Bungur
No
1.
2.
Masalah
Masalah
kesehatan
Keperawatan
Resiko
1. KMK mengenal
terjadinya
penularan
penyakit
TB Paru.
masalah resiko
terjadinya
penularan penyakit
TB Paru b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara penularan dari
penyakit TB Paru
dan cara
pencegahannya.
Ny. W
1. KMK mengenal
menderita
masalah TB Paru
TB Paru.
b/d kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
tanda dan gejala
yang ditimbulkan.
2. KMK mengambil
keputusan untuk
berobat secara
teratur b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
akibat yang
ditimbulkan oleh
penyakit TB Paru
bila tidak diobati
secara teratur.
3. KMK merawat
Tujuan Jangka
Panjang
Pendek
Evaluasi
Standar
Kriteria
Keluarga
mampu
mengenal
masalah resiko
terjadinya
penularan.
Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu :
Menjelaskan cara
penularan
penyakit TB
Paru dan
cara
pencegahannya.
Respon
verbal
keluarga.
Keluarga
mampu
mengenal
tanda dan
gejala
penyakit TB
Paru.
Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan tanda
dan gejala
penyakit TB
paru.
Respon
Tanda dan gejala penyakit TB Paru
verbal
a. Batuk tidak sembuh selama 4 ming
keluarga. b. Batuk berdahak dan campur darah
c. Demam.
d. Berkeringat pada malam hari.
e. Nyeri dada.
f. Sesak napas.
g. Nafsu makan menurun.
h. Sakit kepala.
i. Berat badan berkurang.
Keluarga yang
ber-masalah
mau berobat
secara teratur.
Keluarga
mengetahui akibat
yang
ditimbulkan bila
pengobat-an
tidak
teratur.
Respon
verbal
keluarga
Keluarga
Setelah
Respon
a.
b.
c.
d.
3.
Sanitasi 1.
lingkungan yang
kurang
memenuhi
syarat
kesehatan.
anggota keluarga
yang sakit b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara perawatan
yang benar pada
penderita TB paru.
mampu
merawat
anggota
keluarga yang
sakit secara
benar.
kunjungan1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaska
n cara
perawatan
yang benar
pada Tn.
MM
verbal
a. Makanan yang bergizi.
keluarga. b. Lingkungan rumah yang bersih.
c. Sinar matahari masuk ke dalam rum
d. Menjemur kasur minimal 1 X semi
e. Alat-alat makan dipisahkan.
f. Bila sesak posisi semifowler.
KMK mengenal
masalah sanitasi
lingkungan rumah
yang baik b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
syarat-syarat
sanitasi lingkungan
yang baik / sehat.
Keluarga
mampu
mengenal
masalah
sanitasi
lingkung-an
yang baik /
sehat.
Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan ciri-ciri
lingkung-an
yang baik /
sehat.
Respon
Sanitasi lingkungan yang sehat :
verbal
a. Pencahayaan 15 20 % luas lantai
keluarga. b. Ventilasi 10 15 % luas lantai.
c. Jarak jamban dan sumur tidak kura
10 meter.
d. Mempunyai tempat pembuangan s
e. Kandang binatang ternak harus ter
dari rumah.
Keluarga
mampu
memodifi-kasi
lingkung-an
yang dapat
mempengaruh
i kesehatan.
Setelah
kunjungan 1
X 45 menit
keluarga
mampu
menjelaskan cara
menciptakan
lingkung-an
yang sehat.
Respon
Lingkungan rumah yang sehat :
verbal
a. Cukup udara yang masuk dan kelu
keluarga. b. Cukup sinar matahari yang masuk
c. Bersih dan teratur.
d. Kasur dijemur minimal 1 X seming
e. Mempunyai tempat pembuangan s
f. Mempunyai jamban keluarga.
2. KMK
memodifikasi
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan b/d
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara menciptakan
lingkungan yang
sehat .
CATATAN KEPERAWATAN
Nama
: Ny.W
Alamat
: RT. 2 Desa Timbung Kecamatan Bungur
N
o
1.
Tanggal
Senin 22
April
2013
Jam
11.00
Dx
Implementasi
Kep
I
1. Mengkaji pengetahuan keluarga
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
Senin 22
April
2013
Jam
11.00
II
Senin 22
April
2013
Jam
11.00
II
Senin 22
April
2013
Jam
II
Evaluasi
Keluarga paham dan
mampu menjelaskan
kembali tentang cara
penularan dan
pencegahan penyakit
TB Paru.
11.00
benar.
Senin 22
April
2013
Jam
11.00
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL
MASALAH
KESEHATAN
PERKEMBANGAN
Ny. W
menderita TB Paru