TOPIK 7
MAKALAH
disusun oleh:
M. ARFIANTO NUR
160110130069
DHANI ARISTYAWAN
160110130070
160110130073
160110130075
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
selesainya makalah kami yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 8.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah kami ini dan kepada
para dosen yang yang telah memberikan tugas ini dimana tugas ini dirasakan
dapat lebih mengembangkan pengetahuan kami mengenai anestesi.
Kami minta maaf atas kekurangan dan kelemahan dari makalah ini. Kami
memohon pendapat dan kritikan yang membangun untuk dapat lebih
menyempurnakan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1: A, Angulasi vertical dan horizontal untuk menyinari (exposing) radiograf
periapikal dari gigi premolar pertama atas. Gambar B, Radiograf pada
perubahan sudut horizontal 200. .................................................................... 13
Gambar II.2: A sampai C, Teknik radiografik paralleling, Penempatan instrumen XCP
untuk menyinari radiograf gigi insisivus lateral rahang atas. Gambar D
sampai F, Penempatan instrumen XCP untuk menyinari radiograf gigi-gigi
premolar rahang bawah.................................................................................. 14
Gambar II.3: DesainFlap. (A) Flap Semilunar (B) Flap Trapezoidal (C) Flap triangular
(D) Flap horizontal ........................................................................................ 17
Gambar II.4: Berbagai Desain Flap untuk Apicoectomy. ................................................. 17
Gambar II.5: flap submarginal untuk akses osteotomi ...................................................... 19
Gambar II.6: Handpiece high speed konvensional dan slow speed untuk microsurgical . 21
Gambar II.7: Ultrasonic tips .............................................................................................. 22
Gambar II.8: Preparasi ujung akar dengan menggunakan instrumen ultrasonik .............. 22
Gambar II.9: MTA dan semen Super EBA ...................................................................... 23
Gambar II.10: Setelah penempatan root filling ................................................................. 25
Gambar II.11: Radiografi setelah pengisian ujung akar .................................................... 25
Gambar II.12: Penyembuhan 2 hari setelah pembedahan ................................................. 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Apikoektomi
Apikoektomi merupakan bedah reseksi pada ujung akar gigi yang
2.2.2
Surgical Drainage
Surgical drainage adalah tindakan mengeluarkan jaringan eksudat purulen
dan atau hemoragik dari dalam pembengkakan jaringan lunak. Tujuannya adalah
untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa tidak nyaman pada
pasien. Surgical drainage meliputi:
1. Insisi dan drainase
2. Cortical trephination (fistulative surgery)
Merupakan prosedur yang dilakukan jika terjadi perforasi dari cortical
plate untuk menghilangkan tekanan yang timbul akibat akumulasi cairan eksudat
di dalam tulang alveolar.
2.2.3
Periradicular Surgery
Pembedahan ini biasa dilakukan untuk merawat saluran akar yang tidak
untuk memberikan permukaan yang datar untuk mempreparasi kavitas pada ujung
akar dan mengisinya dengan bahan tambal atau root-end filling.
4. Root-end preparation and filling
Root-end preparation and filling dilakukan ketika penutupan pada saat
perawatan saluran akar di daerah ujung akar tidak memadai.
5. Corrective surgery
Prosedur yang dilakukan terutama didesain untuk memperbaiki keadaan
patologis
atau
terdapatnya
kesalahan
prosedur
iatrogenik
yang
dapat
mengakibatkan kerusakan pada akar dan tidak bisa diperbaiki melalui saluran
akar. Corrective surgery terbagi lagi menjadi tiga, yaitu :
1) Perforation repair berupa mekanikal (iatrogenik) dan resorptive
(internal dan external).
2) Root resection.
3) Hemisection
2.2.4
instesional sebagai suatu tindakan dari pengangkatan atau pencabutan gigi yang
kemudian dilakukan pemeriksaan, diagnosis, dan manipulasi endodontik, dan
perbaikan, kemudian mengembalikan gigi ke dalam soket asalnya.
2.2.5
Implant Surgery
1. Implan endodontik
Rigid implan yang ditempatkan meluas melewati apeks gigi kedalam
tulang alveolar, dan menstabilisasi gigi. Bertujuan untuk mencegah terlepasnya
gigi.
2. Root-form osseointegrated implants
2.3
2.3.1
2.3.2
2.4
seluruh pengalaman bedah bagi pasien dan klinisi. Selain izin persetujuan yang
diperlukan, yang oleh pasien diberikan kepada klinisi setelah mendapat penjelasan
tentang prosedur yang dimaksudkan, pasien mendapat jaminan bahwa dia akan
dirawat dengan baik.
Pasien
dengan
faktor-faktor
sistemik
seperti
hipertensi,
angina,
2.5
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan sebelum
tindakan bedah dan penting untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat secara
klinis.Pemeriksaan radiologis dapat memberikan informasi yang menunjang
penilaian yang akurat terhadap kondisi gigi yang dicurigai.Rontgen foto yang
digunakan untuk gambaran yang lebih detail adalah foto periapikal, hal ini dapat
membantu untuk keperluan diagnostik.
Pada beberapa kondisi tertentu kadang diperlukan lebih dari satu radiograf
dengan sudut pandang yang berbeda, terutama pada gigi berakar jamak atau pada
10
gigi yang dicurigai mengalami perforasi karena pasak. Foto rontgen harus
melibatkan daerah minimal sekitar 3 mm sekeliling apeks.Jika dicurigai terdapat
lesi periradikular yang besar, maka diperlukan panoramic foto.
Pemeriksaan radiologis ini juga dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan
klinis dengan menyediakan informasi tentang keadaan jaringan periradikular serta
jaringan keras marginal disekeliling gigi, seperti ukuran lesi periradikular,
termasuk panjang, jumlah dan bentuk dari akar gigi yang dicurigai serta gigi-gigi
sebelahnya.
Jika ditemui adanya fistula/sinus tract, diperlukan rontgen foto dengan
guttapercha point yang dimasukkan kedalam fistula untuk mendapatkan gambaran
ukuran serta arah saluran fistulanya.
Faktor penting dalam pengambilan keputusan pada penentuan prosedur
bedah yang akan dilakukan adalah landmark anatomi seperti struktur dasar
hidung, sinus maksilaris, foramen mentale serta inferior dental canal. Pada
rontgen dapat dilihat :
1. Panjang akar gigi
Pada pemeriksaan dapat diketahui apakah panjang akar memenuhi syarat
untuk dilakukan apikoektomi. Pada akar pendek, tidak dapat dilakukan
apikoektomi karena akar akan menjadi lebih pendek sehingga kurang memberi
dukungan.
2. Saluran akar gigi
Saluran akar bisa dilihat apakah kecil, besar, lurus, bengkok, atau ada
penyumbatan pada saluran akarnya, misalnya batu pulpa pada sepertiga apical
11
12
dari kavitas jalan masuk. Visualisasi gigi tersebut untuk penempatan film dan
angulasi (angulation) konus yang tepat terhalang oleh adanya isolator karet,
membuat proses ini menjadi suatu masalah.
2.5.2
13
Gambar II.1: A, Angulasi vertical dan horizontal untuk menyinari (exposing) radiograf
periapikal dari gigi premolar pertama atas. Gambar B, Radiograf pada
perubahan sudut horizontal 200.
14
2.6
2.6.1
15
Tahap Pembedahan
1. Anastesi
Anestesi infiltrasi adekuat untuk pembedahan periapikal maksilla. Larutan
anestesi diinjeksikan pada daerah operatif pada subperiosteal. Anestesi palatal
juga diberikan pada daerah operasi. Jika rasa sakit menetap, larutan anestesi
16
diinjeksikan tepat pada ruang medulla di dalam luka yang terbuka tersebut. Untuk
pembedahan periapikal mandibula, digunakan anestesi blok.
2. Preparasi Flap
Desain flap harus membuka akses maksimal pada daerah operasi selama
prosedur operasi berlangsung. Desain flap yang paling sering digunakan adalah
flap semilunar, flap trapezoid, flap triangular, dan flap horizontal. Untuk desain
flap yang akan digunakan, prinsip utamanya adalah:
1) Dasar flap harus lebih lebar daripada ujung bebas flap
2) Insisi berkesinambungan dan tegas, harus sejajar dengan korteks
tulang
3) Pada desain flap tidak boleh ada sudut yang tajam
4) Jika terdapat traktus sinus harus di masukkan ke dalam flap
5) Insisi yang melepaskan harus ada di antara eminensia tulang
6) Flap melebar sepanjang 2 atau 3 gigi kearah lateral supaya retraksi
lebih mudah dan memperkecil resiko robeknya jaringan
7) Setelah penjahitan, tepi flap harus berada pada korteks tulang yang
kuat desain flap
17
3. Macam-macam flap:
Gambar II.3: DesainFlap. (A) Flap Semilunar (B) Flap Trapezoidal (C) Flap triangular (D)
Flap horizontal
4. Retrograde Filling
Setelah prosedur apicoectomy dilakukan, secara umum tidak mungkin
untuk menutup/menyegel saluran akar dari jaringan sekitarnya secara sempurna.
Pada kasus seperti ini, digunakan Retrograde filling pada akar yang telah di
reseksi. Akar diberi bevel sebesar 45 derajat, bevel menghadap kearah bukal atau
labial untuk memperoleh akses untuk mengekspos, mempreparasi, dan mengisi
seluruh foramina yang terdapat pada permukaan akar. Kavitas kecil dibuat pada
18
daerah yang telah di bevel untuk retrograde filling. Bur yang digunakan adalah
bur inverted cone dengan coolan spray. Idealnya preparasi dibuat sedalam 2mm di
dalam saluran akar dengan eksposure paling kecil pada apex dan daerah paling
luas dekat dengan akar.
Setelah di preparasi, kavitas dikeringkan dan diisolasi untuk mencegah
masuknya cairan dari jaringan. Varnish diaplikasikan pada kavitas yang telah di
preparasi. Amalgam yang bebas dari zinc dikondensasikan dan di burnish pada
kavitas. Ujung akar, pengisian, dan jaringan sekitar kemudian diperiksa kembali
secara visual maupun secara radiografi untuk mengevaluasi apakah penutupan
saluran akar sudah benar dan sudah tidak ada debris maupun benda asing pada
daerah luka.
Sebenarnya sekarang amalgam sudah jarang digunakan sebagai material
untuk retrofilling. Retrofilling sangat tergantung pada akses pada ujung akar.
Persyaratan material untuk retrofilling adalah:
Biocompatibilitas memungkinkan untuk diferensiasi sel dan penyembuhan
sementum atau ujung akar dan jaringan periodontal
1) Nonresorbable
2) Sealing jangka panjang
3) Mudah dipreparasi dan dimanipulasi
4) Dapat dibedakan secara radiografi
5) Tidak terpengaruh oleh kelembaban
Saat ini lebih sering digunakan IRM serta EBA sebagai sealer untuk retrograde
filling.
19
2.7
2.7.1
Osteotomi
Sebelum melakukan reseksi ujung akar, operator harus memiliki akses
20
2.7.2
Kuretase Periradikuler
Setelah akses yang mencukupi, operator mengkuret jaringan lunak
fisur tapper high-speed denagn semprotan salin steril. Bevel harus dibuat
mendekati 0 derajat pada arah fasio-lingual untuk tetap mempertahankan akses
visibilitas pada ujung akar. Jumlah akar yang dibuang bergantung pada penyebab
reseksi ujung akar.
1. Bagaimanapun, reseksi yang cukup harus dilakukan untuk :
2. Menyediakan akses ke permukaan akar pinstrumenal-lingual
3. Menempatkan kanal pada pusat dari akar yang direseksi
4. Mengekspos kanal tambahan, delta apical, atau fraktur.
21
Gambar II.6: Handpiece high speed konvensional dan slow speed untuk microsurgical
22
2.7.5
23
Gambar II.9: MTA dan semen Super EBA
dilakukan
dengan
penggunaan
vasokonstriktor;
epinephrine
24
2. Kavitas ujung akar diisolasi untuk mendapatkan bidang kerja yang bersih
dan kering.
3. Material yang dipilih untuk filling dimasukkan pada kavitas dan
dikondensasi. Karena preparasinya menggunakan instrumen ultrasonic,
maka plugger yang digunakan lebih kecil untuk mendapatkan filling yang
padat.
4. Kelebihan pengisian dapat dibuang. Untuk bahan Super EBA kelebihan
dibuang setelah setting time.
5. Setelah finishing dilakukan debridement untuk menghindari tertinggalnya
debris atau sisa bahan penutup dan bahan hemostatik.
6. Setelah pengisian, dilakukan radiografi interim untuk memeriksa
pengisian, lalu flap direposisi kembali dan ditahan 5 menit menggunakan
gauze basah. Hal ini untuk hemoragi pada flap, adaptasi awal,
memudahkan penjahitan dan mengurangi pembengkakan dan perdarahan
postoperatif. Penjahitan dapat dilakukan dengan macam-macam teknik
penjahitan, yaitu interrupted, contonous mattress, dan sling suture, yang
biasa digunakan teknik interrupted. Jahitan tidak boleh ditempatkan
sepanjang garis insisi flap, karena akan menyebabkan terkumpunya debris
dan bakteri yang menyebabkan inflamasi, infeksi, dan penyembuhan luka
yang tertunda. Jahitan diangkat 3-7 hari setelah perlekatan kembali margin
gingival.
25
2.8
Instruksi postoperatif
1. Untuk mencegah pembengkakan dapat digunakan es batu ditempatkan di
daerah wajah yang mengalami operasi jangan lebih dari 20 menit.
2. Perdarahan ringan normal. Jika meningkat, aplikasikan gauze basah
disepanjang daerah yang mengalami perdarahan, ditekan dengan jari 15
menit.
3. Jangan mengangkat bibir atau pipi untuk melihat daerah yang dioperasi,
karena ada kemungkinan melepaskan jahitan.
4. Keesokan harinya setelah operasi, larutkan satu sendok the garam pada
air, gunakan untuk berkumur, tetapi perlahan. Juga menyikat gigi
perlahan.
26
5. Lakukan soft diet dan jika mengunyah pada sisi yang berlawanan denagn
area operasi.
6. Jika diresepkan obat, ikuti instruksi dokter.
7. Jangan merokok untuk 3 hari setelah prosedur pembedahan.
8. Jika terjadi perdarahan dan pembengkakan berlebih, segera hubungi
dokter.
9. Tepati appointment dengan dokter untuk melepas jahitan.
BAB III
HASIL DISKUSI
Bedah endodontik dapat dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut
maupun konservasi gigi. Pada dasarnya yang melakukan penanganan terhadap
bedah endodontik dapat mempertimbangkan kasus apa yang sedang dihadapi serta
kemampuan dokter gigi itu sendiri. Jika dokter gigi merasa tidak yakin atau kasus
yang dialami terlalu rumit, dokter gigi tersebut bisa melakukan rujukan terhadap
spesialis bedah mulut ataupun konservasi gigi.
Inti dari tindakan bedah endodontik terdiri atas beberapa macam tindakan
bedah yang terdiri dari pembedahan drainase, periradikular, penggantian dan
implan. Masing-masing tindakan bedah tersebut bisa dilakukan sesuai dengan
indikasi.
Gutta percha merupakan bahan pengisi yang direkomendasikan karena
tidak mengerut setelah insersi. Untuk teknik mengisi saluran akar dapat
menggunakan gutta percha yang dipanasi bersamaan dengan pasta saluran akar
(sealer). Inti dari pemakaian pasta saluran akar bersama-sama bahan utama dalam
hal ini adalah gutta percha adalah untuk mendapatkan pengisian yang hermetis
yang berarti kedap atau lembab dan apeksifikasiannya dapat setipis mungkin.
Teknik pengisian akar terdiri atas beberapa macam. Teknik yang lebih
efektif bisa menggunakan teknik kondensasi vertikal. Metode ini digunakan pada
teknik preparasi step-back, dengan penekanan pada gutta percha panas yang telah
dilunakkan ke arah vertikal sehingga gutta percha mengalir dan mengisi seluruh
27
28
BAB IV
KESIMPULAN
29
30
DAFTAR PUSTAKA
th
Ed
31
edition.