Anda di halaman 1dari 36

BEDAH ENDODONTIK

TOPIK 7
MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 8


(Clinical Surgery of Hard and Soft Tissue)

disusun oleh:

M. ARFIANTO NUR

160110130069

DHANI ARISTYAWAN

160110130070

AULIA BAYU FITRI

160110130073

VANIA IZMI SETYABUDI

160110130075

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
selesainya makalah kami yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 8.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah kami ini dan kepada
para dosen yang yang telah memberikan tugas ini dimana tugas ini dirasakan
dapat lebih mengembangkan pengetahuan kami mengenai anestesi.
Kami minta maaf atas kekurangan dan kelemahan dari makalah ini. Kami
memohon pendapat dan kritikan yang membangun untuk dapat lebih
menyempurnakan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3
2.1 Definisi Bedah Endodontik .......................................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Bedah Endodontik ............................................................................. 3
2.2.1 Apikoektomi ......................................................................................................... 3
2.2.2 Surgical Drainage ................................................................................................. 4
2.2.3 Periradicular Surgery ............................................................................................ 4
2.2.4 Replacement Surgery (Extraction/Replantation) .................................................. 5
2.2.5 Implant Surgery .................................................................................................... 6
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Bedah Endodontik .......................................................... 6
2.3.1 Indikasi Bedah Endodontik .................................................................................. 6
2.3.2 Kontraindikasi Bedah Endodontik........................................................................ 7
2.4 Pemeriksaan Sebelum Tindakan Endodontik .............................................................. 7
2.5 Pemeriksaan Radiologis ............................................................................................... 9
2.5.1 Teknik Radiografik untuk Endodonsia ............................................................... 11
2.5.2 Syarat-Syarat Teknik Radiografik ...................................................................... 12
2.6 Prosedur Tindakan Pengisian Saluran Akar Pada Bedah Endodontik ....................... 14
2.6.1 Tahap perawatan endodontik .............................................................................. 14
2.6.2 Tahap Pembedahan ............................................................................................. 15
2.7 Penatalaksanaan Jaringan Keras ................................................................................ 19
2.7.1 Osteotomi............................................................................................................ 19
2.7.2 Kuretase Periradikuler ........................................................................................ 20
2.7.3 Reseksi Ujung Akar ............................................................................................ 20
2.7.4 Preparasi Ujung Akar ......................................................................................... 21
2.7.5 Penutupan Kavitas Ujung Akar .......................................................................... 22
2.8 Instruksi postoperatif ................................................................................................. 25
BAB III HASIL DISKUSI .................................................................................................... 27
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................................... 29

ii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 31


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1: A, Angulasi vertical dan horizontal untuk menyinari (exposing) radiograf
periapikal dari gigi premolar pertama atas. Gambar B, Radiograf pada
perubahan sudut horizontal 200. .................................................................... 13
Gambar II.2: A sampai C, Teknik radiografik paralleling, Penempatan instrumen XCP
untuk menyinari radiograf gigi insisivus lateral rahang atas. Gambar D
sampai F, Penempatan instrumen XCP untuk menyinari radiograf gigi-gigi
premolar rahang bawah.................................................................................. 14
Gambar II.3: DesainFlap. (A) Flap Semilunar (B) Flap Trapezoidal (C) Flap triangular
(D) Flap horizontal ........................................................................................ 17
Gambar II.4: Berbagai Desain Flap untuk Apicoectomy. ................................................. 17
Gambar II.5: flap submarginal untuk akses osteotomi ...................................................... 19
Gambar II.6: Handpiece high speed konvensional dan slow speed untuk microsurgical . 21
Gambar II.7: Ultrasonic tips .............................................................................................. 22
Gambar II.8: Preparasi ujung akar dengan menggunakan instrumen ultrasonik .............. 22
Gambar II.9: MTA dan semen Super EBA ...................................................................... 23
Gambar II.10: Setelah penempatan root filling ................................................................. 25
Gambar II.11: Radiografi setelah pengisian ujung akar .................................................... 25
Gambar II.12: Penyembuhan 2 hari setelah pembedahan ................................................. 26

iv

BAB I
PENDAHULUAN

Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih


luas untuk menghindari pencabutan gigi. Perawatan endodontik adalah suatu
usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan
dalam socket. Karena itu sebaiknya seorang dokter gigi harus mengetahui prinsipprinsip ilmu endodontik secara benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara
merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa jaringan, sehingga
gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan menghindari
tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soketnya sehingga dapat
memperlambat resorbsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis
yang diperoleh adalah gigi dapat bertahan secara alamiah. Pasien tetap memiliki
gigi asli dalam kedaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi
dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan.
Jangkauan bedah endodotik telah meluas melebihi apikoektomi (reseksi
akar, amputasi akar) mencakup kuretase periapikal, radiosektomi, replantasi,
transplantasi, implantasi, trefinasi, insisi untuk drainase, dan pembenaman akar.
Reseksi akar masih merupakan bentuk bedah periapikal yang paling umum.
Namun demikian, hanya diindikasikan kurang dari 5% dari semua pasien
endodontik. Angka keberhasilan bedah endodonsia adalah tinggi dari 73-99%,
tergantung dari kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan itu sendiri.

Dalam setiap melakukan perawatan endodontik, prinsip prinsip perawatan


endodontik harus selalu diperhatikan, yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran
akar, pembersihan dan pembentukan saluran akar, pengisian saluran akar, dan
pembuatan restorasi yang benar, sehingga didapatkan jaringan periodontal yang
sehat. Umumnya kualitas restorasi sangat bergantung pada tiga faktor, yaitu
dokter gigi, bahan restorasi, laboratorium gigi, dan pasien. Tetapi yang sangat
memegang peranan adalah faktor dokter gigi. Sedang bahan restorasi adalah factor
terakhir kegagalan restorasi. Tujuan prosudur restorasi adalah membentuk gigi
seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali, memberi kekuatan untuk
menahan daya kunyah atau daya lain seperti trauma, clenching, atau bruxism.
Selain itu juga perlindungan terhadap proses karies, sedapat mungkin
menampilkan restorasi estetis, dan mempersiapkan gigi sehingga kalau perlu
dapat digunakan sebagai penjangkaran gigi tiruan lepasan atau cekat.
Dalam makalah Bendah Endodontik ini sendiri, akan dibahas mengenai
segala yang berhubungan dengan bedah endodontik, yaitu definisi, macammacam, indikasi dan kontraindikasi, pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum
tindakan bedah termasuk pemeriksaan radiologis, prosedur tindakan pengisian
saluran akar, penatalaksanaan jaringan keras seperti osteotomi, kuretase
periradikuler, reseksi, preparasi akar dan penutupan kavitas akar, serta instruksi
pasca bedah dan komplikasi yang dapat terjadi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Bedah Endodontik


Bedah endodontik merupakan bagian dari ilmu konservasi gigi yang

meliputi cara melakukan perawatan endodontik dengan pendekatan bedah pada


penyakit atau kelainan pulpa dan jaringan periapikal yang tidak bisa diselesaikan
dengan perawatan endodontik konvensional.
Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih
luas untuk menghindari pencabutan gigi. Ruang lingkup perawatan bedah
endodontik diantaranya insisi untuk drainase, bedah apeks, hemiseksi, amputasi
akar dan replantasi. Sebagian besar tindakan bedah endodontik harus dilakukan
oleh dokter gigi yang berpengalaman atau spesialis.

2.2

Macam-Macam Bedah Endodontik


Bedah endodontik meliputi tata cara pembedahan yang dilakukan untuk

menghilangkan agen kausatif yang menyebabkan kelainan pada periradikular dan


memperbaiki periodontium agar sehat kembali secara biologis maupun
fungsional. Prosedurnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2.2.1

Apikoektomi
Apikoektomi merupakan bedah reseksi pada ujung akar gigi yang

kemudian diangkat bersama dengan jaringan periapikal patologis. Prosedur ini


akan berhasil jika saluran akar gigi diisi dengan baik dan benar.

2.2.2

Surgical Drainage
Surgical drainage adalah tindakan mengeluarkan jaringan eksudat purulen

dan atau hemoragik dari dalam pembengkakan jaringan lunak. Tujuannya adalah
untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa tidak nyaman pada
pasien. Surgical drainage meliputi:
1. Insisi dan drainase
2. Cortical trephination (fistulative surgery)
Merupakan prosedur yang dilakukan jika terjadi perforasi dari cortical
plate untuk menghilangkan tekanan yang timbul akibat akumulasi cairan eksudat
di dalam tulang alveolar.
2.2.3

Periradicular Surgery
Pembedahan ini biasa dilakukan untuk merawat saluran akar yang tidak

dapat dirawat dengan perawatan saluran akar (endodontik) konvensional.


Terkadang kuretase periradikular dibutuhkan tanpa root resection. Periradicular
surgery terdiri dari :
1. Kuretase
2. Biopsi
3. Root-end resection
Root-end resection meliputi pembuatan bevel di daerah apikal akar. Tahap
ini memiliki dua tujuan, yaitu yang pertama adalah untuk menghilangkan bagian
apikal yang tidak bisa terobati dan memudahan operator untuk menentukan
penyebab dari kegagalan pengobatan yang sebelumnya. Tujuan yang kedua adalah

untuk memberikan permukaan yang datar untuk mempreparasi kavitas pada ujung
akar dan mengisinya dengan bahan tambal atau root-end filling.
4. Root-end preparation and filling
Root-end preparation and filling dilakukan ketika penutupan pada saat
perawatan saluran akar di daerah ujung akar tidak memadai.
5. Corrective surgery
Prosedur yang dilakukan terutama didesain untuk memperbaiki keadaan
patologis

atau

terdapatnya

kesalahan

prosedur

iatrogenik

yang

dapat

mengakibatkan kerusakan pada akar dan tidak bisa diperbaiki melalui saluran
akar. Corrective surgery terbagi lagi menjadi tiga, yaitu :
1) Perforation repair berupa mekanikal (iatrogenik) dan resorptive
(internal dan external).
2) Root resection.
3) Hemisection
2.2.4

Replacement Surgery (Extraction/Replantation)


Menurut Grossman, pada tahun 1982, mendefinisikan replantasi

instesional sebagai suatu tindakan dari pengangkatan atau pencabutan gigi yang
kemudian dilakukan pemeriksaan, diagnosis, dan manipulasi endodontik, dan
perbaikan, kemudian mengembalikan gigi ke dalam soket asalnya.

2.2.5

Implant Surgery

1. Implan endodontik
Rigid implan yang ditempatkan meluas melewati apeks gigi kedalam
tulang alveolar, dan menstabilisasi gigi. Bertujuan untuk mencegah terlepasnya
gigi.
2. Root-form osseointegrated implants

2.3

Indikasi dan Kontraindikasi Bedah Endodontik

2.3.1

Indikasi Bedah Endodontik

1. Gigi dengan inflamasi aktif di periapikal, meskipun memiliki perawatan


endodontik yang memuaskan.
2. Gigi dengan inflamasi di periapikal dengan perawatan endodontik yang
kurang memuaskan, yang perawatannya tidak dapat diulang karena:
1) Saluran akar sudah terkalsifikasi sempurna
2) Saluran akar yang sangat membelok
3) Terdapat patahan instrumen atau bahan pengisi saluran akar yang
tidak dapat diambil pada saluran akar
3. Gigi dengan inflamasi di periapikal yang tidak dapat dilakukan perawatan
saluran akar karena:
1) Terdapat benda asing di jaringan periapikal
2) Perforasi pada dinding inferior kamar pulpa
3) Perforasi akar
4) Fraktur sepertiga apikal gigi
5) Dental anomali (dens in dente)

2.3.2

Kontraindikasi Bedah Endodontik

1. Semua keadaan yang menjadi kontraindikasi dalam prosedur bedah,


mencakup usia, kesehatan umum, dsb.
2. Gigi dengan resorpsi berat pada jaringan periodontal (poket periodontal
yang dalam, destruksi tulang berat).
3. Gigi dengan akar yang pendek.
4. Gigi yang apeksnya memiliki jarak dekat dengan struktuk anatomis
(seperti sinus maksilaris, kanal mandibularis, foramen mentale, foramen
insisivus, foramen palatina mayor) dan jika dapat menyebabkan cedera
pada struktur tersebut selama prosedur pembedahan.

2.4

Pemeriksaan Sebelum Tindakan Endodontik


Konsultasi pra-operasi yang benar merupakan bagian yang perlu dari

seluruh pengalaman bedah bagi pasien dan klinisi. Selain izin persetujuan yang
diperlukan, yang oleh pasien diberikan kepada klinisi setelah mendapat penjelasan
tentang prosedur yang dimaksudkan, pasien mendapat jaminan bahwa dia akan
dirawat dengan baik.
Pasien

dengan

faktor-faktor

sistemik

seperti

hipertensi,

angina,

endokarditis, asma, epilepsi, adrenal insufficiency, diabetes, dan sebagainya


biasanya membutuhkan konsultasi medis lebih lanjut.
Faktor lokal pada pasien difokuskan pada managemen dari jaringanlunak
dan keras.Faktor ini termasuk kemungkinan untuk menghilangkan restorasi dental
yang sebelumnya yang tidak baik dan membutuhkan rehabilitasi sebagai kesatuan

perawatan. Gigi juga harus diperiksa restorabilitasnya, dan tempatnya pada


perawatan secara keseluruhan.
Pemeriksaan radiografis merupakan suatu hal yang penting. Radiografi
dari sudut yang berbeda harus dilakukan, mengidentifikasi jumlah, kelengkungan
dan sudut dari akar yang dibutuhkan untuk tindakan bedah dan posisi dari apikal
yang relatif terhadap struktur di sekitarnya. Struktur anatomis yang dapat
mengganggu akses visual dari tempat yang akan dilakukan pembedahan harus
diidentifkasi. Hal ini termasuk foramen mental, prosesu zygomatic, spina nasal
anterior dan external oblique ridge. Faktor yang penting untuk pemeriksaan
radiografis :
1. Relasi apikal ke inferior dental canal, foramen mental, sinus maksilaris
atau akar yang bersebelahan
2. jumlah akar
3. panjang akar kira-kira
4. luasnya lesi yang terlihat
Komunikasi dengan pasien mengenai kepentingan pembedahan, prosedur,
masalah yang diantisipasi, kesulitan, prognosis, medikasi preoperatif atau mouth
rinse, pengobatan postoperative dan pemeriksaan jangka panjang sangat penting.
Pemeriksaan pretreatment yang direkomendasikan :
1. Pemeriksaan periodontal harus dilakukan untuk menilai adanya poket
periodontal atau sinus tract. Mungkin diperlukan scalling dan root
planning. Kebersihan mulut dari pasien harus dilihat dan ditingkatkan.

2. Pasien diberikan 0,12% obat kumur clorhexidine untuk mengurangi


mikroorganisme oral. Obat kumur ini diberikan sehari sebelum
pembedahan, sebelum pembedahan, dan dilanjutkan 2-3 hari setelahnya.
3. Pasien dapat memulai meminum medikasi NSAID satu hari sebelum
pembedahan, atau sedikitnya satu jam sebelum perawatan.
4. Pasien harus menghindari merokok
5. Jika sedasi digunakan, pasien harus datang bersama pendamping yang
dapat menemani pasien untuk pulang dan juga menerima instruksi
postoperative.
Premedikasi menjadi penting bila pasien tetap sangat gelisah dan tidak
terpengaruh oleh konsultasi bedah.Obat-obatan premedikasi yang dipilih harus
mengurangi kegelisahan, mempertinggi efek anastetik yang diberikan, dan
mengurangi aliran saliva (antisialalog), perdarahan (epinefrin) atau infeksi
sekunder (antibiotik).

2.5

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan sebelum

tindakan bedah dan penting untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat secara
klinis.Pemeriksaan radiologis dapat memberikan informasi yang menunjang
penilaian yang akurat terhadap kondisi gigi yang dicurigai.Rontgen foto yang
digunakan untuk gambaran yang lebih detail adalah foto periapikal, hal ini dapat
membantu untuk keperluan diagnostik.
Pada beberapa kondisi tertentu kadang diperlukan lebih dari satu radiograf
dengan sudut pandang yang berbeda, terutama pada gigi berakar jamak atau pada

10

gigi yang dicurigai mengalami perforasi karena pasak. Foto rontgen harus
melibatkan daerah minimal sekitar 3 mm sekeliling apeks.Jika dicurigai terdapat
lesi periradikular yang besar, maka diperlukan panoramic foto.
Pemeriksaan radiologis ini juga dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan
klinis dengan menyediakan informasi tentang keadaan jaringan periradikular serta
jaringan keras marginal disekeliling gigi, seperti ukuran lesi periradikular,
termasuk panjang, jumlah dan bentuk dari akar gigi yang dicurigai serta gigi-gigi
sebelahnya.
Jika ditemui adanya fistula/sinus tract, diperlukan rontgen foto dengan
guttapercha point yang dimasukkan kedalam fistula untuk mendapatkan gambaran
ukuran serta arah saluran fistulanya.
Faktor penting dalam pengambilan keputusan pada penentuan prosedur
bedah yang akan dilakukan adalah landmark anatomi seperti struktur dasar
hidung, sinus maksilaris, foramen mentale serta inferior dental canal. Pada
rontgen dapat dilihat :
1. Panjang akar gigi
Pada pemeriksaan dapat diketahui apakah panjang akar memenuhi syarat
untuk dilakukan apikoektomi. Pada akar pendek, tidak dapat dilakukan
apikoektomi karena akar akan menjadi lebih pendek sehingga kurang memberi
dukungan.
2. Saluran akar gigi
Saluran akar bisa dilihat apakah kecil, besar, lurus, bengkok, atau ada
penyumbatan pada saluran akarnya, misalnya batu pulpa pada sepertiga apical

11

maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan apikoektomi.Juga dapat dilihat


adanya saluran tambahan pada saluran akar tersebut.
3. Keadaan akar gigi
Pada pemeriksaan keadaan akar gigi kemungkinan-kemungkinan yang
dapat dilihat adalah akar bengkok, akar belum terbentuk sempurna, adanya
eksponasi waktu melakukan reaming dan resorbsi akar.
4. Keadaan membran periodontal
Harus dilihat apakah membran periodontal sudah terkena peradangan atau
belum. Apabila gambaran radiologis berbeda dengan normal, maka kemungkinan
sudah terjadi suatu proses patologis.
5. Kelainan-kelainan periapikal
Secara radiologis kelainan periapikal ini bisa dilihat sebagai adanya daerah
rarefaction di daerah periapikal.Untuk itu harus dibedakan apakah itu suatu
kista, granuloma, atau abses.
2.5.1

Teknik Radiografik untuk Endodonsia


Radiografi adalah satu-satunya cara visual untuk mendapatkan

pengetahuan klinis tentang gigi dan jaringan periapikal.Untuk itu, radiograf


diperlukan bagi praktek endodonsia.Radiograf sangat diperlukan dalam diagnosis
dan prognosis kasus endodontik dan merupakan cara yang paling dapat dipercaya
untuk memonitor perawatan endodontik.
Penempatan dan stabilisasi film radiografik yang tepat pada waktu
prosedur endodontik mengalami kesukaran karena gangguan penjepit isolator
karet yang menonjol atau instrument saluran akar atau bahan obturasi yang keluar

12

dari kavitas jalan masuk. Visualisasi gigi tersebut untuk penempatan film dan
angulasi (angulation) konus yang tepat terhalang oleh adanya isolator karet,
membuat proses ini menjadi suatu masalah.
2.5.2

Syarat-Syarat Teknik Radiografik

1. Gambaran gigi yang sedang dievaluasi atau menjalani terapi endodontik


harus di pusat radiografi.
2. Radiografi harus menunjukkan paling sedikit 5 mm tulang di sekitar apeks
gigi yang sedang dievaluasi atau menjalani terapi endodontik.
3. Bila lesi periapikal terlalu besar untuk dilihat dengan sebuah film
periapikal, harus dibuat radiografi diagnostik tambahan.
4. Sebuah radiografi tunggal yang diambil dari satu arah saja mungkin tidak
memberikan cukup informasi diagnostik bila gigi dengan akar banyak atau
dengan akar bengkok terlibat secara endodontik; dalam keadaan ini, harus
dipertimbangkan untuk membuat sekurang-kurangnya 2 radiografi
periapikal guna membantu mendapatkan suatu perspektif 3 dimensional.
Satu radiografi sebaiknya diambil pada angulasi vertical dan horizontal
normal, yang lain dengan perubahan 20o pada sudut horizontal dari arah
mesial atau distal.

13

Gambar II.1: A, Angulasi vertical dan horizontal untuk menyinari (exposing) radiograf
periapikal dari gigi premolar pertama atas. Gambar B, Radiograf pada
perubahan sudut horizontal 200.

5. Bila terdapat fistula, harus dibuat suatu radiograf pelacakan (tracing


radiograph). Prosedur ini dikerjakan dengan menyusupkan secara hati-hati
kerucut gutta-perca no.40 ke dalam fistula dan membuat radiograf untuk
mengidentifikasi asal fistula. Teknik ini juga berguna untuk menentukan
lokasi dan menilai kedalaman kerusakan periodontal tertentu.
6. Pengolahan film radiograf secara tepat adalah penting untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan kasus pada kunjungan berikut.
Untuk radiografi endodontik pra- dan pasca- operatif, teknik paralleling
konus panjang (long-cone paralleling) lebih disukai daripada teknik sudut bagi
konus pendek (short-cone bisecting-angle) karena distorsi dimensional lebih
sedikit, gambar lebih tajam, dan angulasi yang sama mudah ditiru. Teknik
paraleling dapat dikerjakan dengan bantuan instrument Rinn XCP.

14

Gambar II.2: A sampai C, Teknik radiografik paralleling, Penempatan instrumen XCP


untuk menyinari radiograf gigi insisivus lateral rahang atas. Gambar D sampai
F, Penempatan instrumen XCP untuk menyinari radiograf gigi-gigi premolar
rahang bawah.

Untuk mengatasi kendala pembuatan radiograf pada waktu prosedur


endodontik, dimodifikasi suatu instrument penahan film Rinn Eezee Grip.
Instrument yang dimodifikasi ini memudahkan masalah penempatan dan
stabilisasi film radiografik, dan juga penempatan dan angulasi kepala tabung
sinar-x dan kerucut dengan teknik paralleling konus panjang untuk radiograf kerja
endodontik.

2.6

Prosedur Tindakan Pengisian Saluran Akar Pada Bedah Endodontik


Ada dua tahap prosedur tindakan perawatan apikoektomi yaitu:

2.6.1

Tahap perawatan endodontik


Prosedur tahap perawatan endodontik adalah:

1. Anestesi, pada umumnya diberikan anestesi lokal. Untuk apikoektomi 1


tahap anestesi diberikan pada waktu perawatan endodontik;
2. Pemasangan rubber dam;

15

3. Pengulasan antiseptik pada bahan tersebut dan rubber dam;


4. Pembukaan ruang pulpa, pembuangan atap kamar pulpa dan perluasan
ruang pulpa. Isi kamar pulpa diambil dan ruang pulpa dibersihkan;
5. Akses lurus ke saluran akar penting untuk tahap pembersihan dan
pembentukan yang baik;
6. Dapat menggunakan teknik step back maupun teknik crown down;
7. Saluran akar dilebarkan dan diirigasi dengan menggunakan hidrogen
peroksida dan natrium hipoklorit secara bergantian. Kemudian saluran
akar dikeringkan dengan menggunakan absorben point;
8. Masukkan gutta percha cone ke dalam saluran akar dan buat radiografi
untuk melihat ke pas an nya dalam saluran akar;
9. Melapisi dinding saluran akar dengan semen sealer;
10. Kondensasi lateral dengan menggunakan spreader atau plugger agar
pengisian hermetis;
11. Kelebihan gutta percha bagian koronal dipotong kemudian ditutup dengan
semen base;
12. Rubber dam diangkat.
2.6.2

Tahap Pembedahan

1. Anastesi
Anestesi infiltrasi adekuat untuk pembedahan periapikal maksilla. Larutan
anestesi diinjeksikan pada daerah operatif pada subperiosteal. Anestesi palatal
juga diberikan pada daerah operasi. Jika rasa sakit menetap, larutan anestesi

16

diinjeksikan tepat pada ruang medulla di dalam luka yang terbuka tersebut. Untuk
pembedahan periapikal mandibula, digunakan anestesi blok.
2. Preparasi Flap
Desain flap harus membuka akses maksimal pada daerah operasi selama
prosedur operasi berlangsung. Desain flap yang paling sering digunakan adalah
flap semilunar, flap trapezoid, flap triangular, dan flap horizontal. Untuk desain
flap yang akan digunakan, prinsip utamanya adalah:
1) Dasar flap harus lebih lebar daripada ujung bebas flap
2) Insisi berkesinambungan dan tegas, harus sejajar dengan korteks
tulang
3) Pada desain flap tidak boleh ada sudut yang tajam
4) Jika terdapat traktus sinus harus di masukkan ke dalam flap
5) Insisi yang melepaskan harus ada di antara eminensia tulang
6) Flap melebar sepanjang 2 atau 3 gigi kearah lateral supaya retraksi
lebih mudah dan memperkecil resiko robeknya jaringan
7) Setelah penjahitan, tepi flap harus berada pada korteks tulang yang
kuat desain flap

17

3. Macam-macam flap:

Gambar II.3: DesainFlap. (A) Flap Semilunar (B) Flap Trapezoidal (C) Flap triangular (D)
Flap horizontal

Gambar II.4: Berbagai Desain Flap untuk Apicoectomy.

4. Retrograde Filling
Setelah prosedur apicoectomy dilakukan, secara umum tidak mungkin
untuk menutup/menyegel saluran akar dari jaringan sekitarnya secara sempurna.
Pada kasus seperti ini, digunakan Retrograde filling pada akar yang telah di
reseksi. Akar diberi bevel sebesar 45 derajat, bevel menghadap kearah bukal atau
labial untuk memperoleh akses untuk mengekspos, mempreparasi, dan mengisi
seluruh foramina yang terdapat pada permukaan akar. Kavitas kecil dibuat pada

18

daerah yang telah di bevel untuk retrograde filling. Bur yang digunakan adalah
bur inverted cone dengan coolan spray. Idealnya preparasi dibuat sedalam 2mm di
dalam saluran akar dengan eksposure paling kecil pada apex dan daerah paling
luas dekat dengan akar.
Setelah di preparasi, kavitas dikeringkan dan diisolasi untuk mencegah
masuknya cairan dari jaringan. Varnish diaplikasikan pada kavitas yang telah di
preparasi. Amalgam yang bebas dari zinc dikondensasikan dan di burnish pada
kavitas. Ujung akar, pengisian, dan jaringan sekitar kemudian diperiksa kembali
secara visual maupun secara radiografi untuk mengevaluasi apakah penutupan
saluran akar sudah benar dan sudah tidak ada debris maupun benda asing pada
daerah luka.
Sebenarnya sekarang amalgam sudah jarang digunakan sebagai material
untuk retrofilling. Retrofilling sangat tergantung pada akses pada ujung akar.
Persyaratan material untuk retrofilling adalah:
Biocompatibilitas memungkinkan untuk diferensiasi sel dan penyembuhan
sementum atau ujung akar dan jaringan periodontal
1) Nonresorbable
2) Sealing jangka panjang
3) Mudah dipreparasi dan dimanipulasi
4) Dapat dibedakan secara radiografi
5) Tidak terpengaruh oleh kelembaban
Saat ini lebih sering digunakan IRM serta EBA sebagai sealer untuk retrograde
filling.

19

2.7

Penatalaksanaan Jaringan Keras

2.7.1

Osteotomi
Sebelum melakukan reseksi ujung akar, operator harus memiliki akses

yang adekuat, yaitu dengan pembuatan

flap. Setelah flap inisial terbentuk,

operator harus meinginspeksi perforasi karena lesi pada tulang kortikal.


Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan probing menggunakan sonde pada
tulang. Jika telah terjadi kehilangan tulang kortikal dapat digunakan kuret untuk
membuka akses ke apeks akar gigi. Jika tidak ada perforasi pada tulang, operator
dapat memperkirakan letak apeks dari pemeriksaan radiografi preoperative.
Perkiraan yang akurat meyakinkan bahwa operator akan menemukan letak dari
ujung apeks dan tidak berlebihan membuang tulang. Pembuangan struktur tulang
dilakukan dengan menggunakan bur bundar dengan semprotan air pendingin steril
atau irigasi salin steril. Karena tulang dan jaringan akar terlihat sama, identifikasi
dapat dilihat dari warna kuning dari dentin dan adanya perdarahan pada ligamen
periodontal antara tulang dan dentin.

Gambar II.5: flap submarginal untuk akses osteotomi

20

2.7.2

Kuretase Periradikuler
Setelah akses yang mencukupi, operator mengkuret jaringan lunak

patologis di sekitar apeks untuk :


1. Menyediakan akses dan akses visual apeks
2. Menghilangkan jaringan inflamasi
3. Menyediakan specimen biopsy untuk pemeriksaan histologist
4. Mengurangi perdarahan.
Jaringan harus ditarik perlahan, idealnya satu lembar, dengan ukuran kuret
yang sesuai dan kuret yang tajam. Proses ini harus meninggalkan kavitas tulang
yang bersih. Ketika lesinya sangat besar, sejumlah jaringan dapat ditinggalkan
tanpa mengurangi suplai darah pada gigi sebelahnya. Hal ini tidak akan
menyebabkan penyembuhan periradikuler.
2.7.3

Reseksi Ujung Akar


Reseksi ujung akar meliputi bevel pada bagian apical akar. Digunakan bur

fisur tapper high-speed denagn semprotan salin steril. Bevel harus dibuat
mendekati 0 derajat pada arah fasio-lingual untuk tetap mempertahankan akses
visibilitas pada ujung akar. Jumlah akar yang dibuang bergantung pada penyebab
reseksi ujung akar.
1. Bagaimanapun, reseksi yang cukup harus dilakukan untuk :
2. Menyediakan akses ke permukaan akar pinstrumenal-lingual
3. Menempatkan kanal pada pusat dari akar yang direseksi
4. Mengekspos kanal tambahan, delta apical, atau fraktur.

21

Pemotongan ujung akar harus meminimalisir tubulus dentin yang terbuka.


Permukaan potongan akar harus diperiksa untuk menjamin telah didapatkannya
permukaan halus.
2.7.4

Preparasi Ujung Akar


Preparasi ujung akar menggunkan instrumen ultrasonic. Ketika digunakan,

instrumen ultrasonic ditempatkan pada sumbu panjang akar. Preparasi kelas I


dibuat dengan instrumen ultrasonic dengan kedalaman minimal 3mm terhadap
kanal. Untuk ujung akar dengan anatomi yang lebih rumit diperlukan tipe
preparasi lain. Instrumen ultrasonic memberi keuntungan dari kontrolnya dan
penggunaannya mudah memungkinkan bevel ujung akar yang sedikit dan
kedalaman yang seragam dari preparasi. Instrumen ultrasonic juga menghasilnkan
preparasi apical yang lebih kecil, mempermudah preparasi dari istmus, mengikuti
arah kanal, membersihkan permukaan kanal lebih baik dibandingkan bur, dan
mengurangi tenaga yang perlu digunakan operator.


Gambar II.6: Handpiece high speed konvensional dan slow speed untuk microsurgical

22

Gambar II.7: Ultrasonic tips

Bila menggunakan bur, sebaiknya digunakan pada handpiece dengan


kepala miniature. Keduanya digunakan dengan pendinginan menggunakan air
salin steril atau air. Penggunaan instrumen pada preparasi ujung akar diset pada
low power dengan gearakan sentuhan ringan untuk mengurangi resiko terjadinya
retakan pada struktur akar. Kavitas ujung akar harus bersih dari debris, sisa guttapercha, serat sealer.

Gambar II.8: Preparasi ujung akar dengan menggunakan instrumen ultrasonik

2.7.5

Penutupan Kavitas Ujung Akar


Setelah preparasi apical dibuat dan diperiksa, harus dilakukan pengisian

dengan material root-end filling. Material ini harus:

23

1. Menutup dengan baik


2. Memiliki toleransi baik pada jaringan periradikuler
3. Tidak mudah terserap
4. Mudah dimasukkan
5. Tidak berubah oleh kelembaban
6. Dapat terlihat secara radiografis
7. Dapat meregenerasi jaringan periradikuler
Banyak material yang digunakan untuk pengisian kavitas ujung akar.
Konsistensinya berupa semen, seperti SuperEBA (Boswoth, Skokie, III) dan
ProRoot MTA. Pada beberapa penelitian, bagian histologist menunjukkan
regenerasi dari sementum baru yaitu mineral trioxide aggregate (MTA), dimana
fenomena regenerasi tidak terlihat pada material bahan pengisi lainnya.


Gambar II.9: MTA dan semen Super EBA

Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengisian ujung akar yaitu:


1. Mengontrol perdarahan dan manajemen dari osseus crypt. Hemostasis
dapat

dilakukan

dengan

penggunaan

vasokonstriktor;

epinephrine

impregnated, diaplikasikan dengan tekanan beberapa menit. Selain itu


dapat digunakan ferric sulfat dan bone wax.

24

2. Kavitas ujung akar diisolasi untuk mendapatkan bidang kerja yang bersih
dan kering.
3. Material yang dipilih untuk filling dimasukkan pada kavitas dan
dikondensasi. Karena preparasinya menggunakan instrumen ultrasonic,
maka plugger yang digunakan lebih kecil untuk mendapatkan filling yang
padat.
4. Kelebihan pengisian dapat dibuang. Untuk bahan Super EBA kelebihan
dibuang setelah setting time.
5. Setelah finishing dilakukan debridement untuk menghindari tertinggalnya
debris atau sisa bahan penutup dan bahan hemostatik.
6. Setelah pengisian, dilakukan radiografi interim untuk memeriksa
pengisian, lalu flap direposisi kembali dan ditahan 5 menit menggunakan
gauze basah. Hal ini untuk hemoragi pada flap, adaptasi awal,
memudahkan penjahitan dan mengurangi pembengkakan dan perdarahan
postoperatif. Penjahitan dapat dilakukan dengan macam-macam teknik
penjahitan, yaitu interrupted, contonous mattress, dan sling suture, yang
biasa digunakan teknik interrupted. Jahitan tidak boleh ditempatkan
sepanjang garis insisi flap, karena akan menyebabkan terkumpunya debris
dan bakteri yang menyebabkan inflamasi, infeksi, dan penyembuhan luka
yang tertunda. Jahitan diangkat 3-7 hari setelah perlekatan kembali margin
gingival.

25

Gambar II.10: Setelah penempatan root filling

Gambar II.11: Radiografi setelah pengisian ujung akar

2.8

Instruksi postoperatif
1. Untuk mencegah pembengkakan dapat digunakan es batu ditempatkan di
daerah wajah yang mengalami operasi jangan lebih dari 20 menit.
2. Perdarahan ringan normal. Jika meningkat, aplikasikan gauze basah
disepanjang daerah yang mengalami perdarahan, ditekan dengan jari 15
menit.
3. Jangan mengangkat bibir atau pipi untuk melihat daerah yang dioperasi,
karena ada kemungkinan melepaskan jahitan.
4. Keesokan harinya setelah operasi, larutkan satu sendok the garam pada
air, gunakan untuk berkumur, tetapi perlahan. Juga menyikat gigi
perlahan.

26

5. Lakukan soft diet dan jika mengunyah pada sisi yang berlawanan denagn
area operasi.
6. Jika diresepkan obat, ikuti instruksi dokter.
7. Jangan merokok untuk 3 hari setelah prosedur pembedahan.
8. Jika terjadi perdarahan dan pembengkakan berlebih, segera hubungi
dokter.
9. Tepati appointment dengan dokter untuk melepas jahitan.

Gambar II.12: Penyembuhan 2 hari setelah pembedahan

BAB III
HASIL DISKUSI

Bedah endodontik dapat dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut
maupun konservasi gigi. Pada dasarnya yang melakukan penanganan terhadap
bedah endodontik dapat mempertimbangkan kasus apa yang sedang dihadapi serta
kemampuan dokter gigi itu sendiri. Jika dokter gigi merasa tidak yakin atau kasus
yang dialami terlalu rumit, dokter gigi tersebut bisa melakukan rujukan terhadap
spesialis bedah mulut ataupun konservasi gigi.
Inti dari tindakan bedah endodontik terdiri atas beberapa macam tindakan
bedah yang terdiri dari pembedahan drainase, periradikular, penggantian dan
implan. Masing-masing tindakan bedah tersebut bisa dilakukan sesuai dengan
indikasi.
Gutta percha merupakan bahan pengisi yang direkomendasikan karena
tidak mengerut setelah insersi. Untuk teknik mengisi saluran akar dapat
menggunakan gutta percha yang dipanasi bersamaan dengan pasta saluran akar
(sealer). Inti dari pemakaian pasta saluran akar bersama-sama bahan utama dalam
hal ini adalah gutta percha adalah untuk mendapatkan pengisian yang hermetis
yang berarti kedap atau lembab dan apeksifikasiannya dapat setipis mungkin.
Teknik pengisian akar terdiri atas beberapa macam. Teknik yang lebih
efektif bisa menggunakan teknik kondensasi vertikal. Metode ini digunakan pada
teknik preparasi step-back, dengan penekanan pada gutta percha panas yang telah
dilunakkan ke arah vertikal sehingga gutta percha mengalir dan mengisi seluruh

27

28

lumen saluran akar. Dalam pengisian saluran akar dengan teknik


kondensasi lateral, gutta percha yang digunakan yaitu yang berdiameter kecil dan
jumlah yang diperlukan disesuaikan dengan ukuran saluran akar. Dari berbagai
teknik pengisian saluran akar, teknik kondensasi vertikal dianggap paling efektif
untuk dilakukan. Teknik-teknik ini dipilih tergantung pada hasil preparasi. Teknik
single cone biasanya digunakan untuk akar melengkung, teknik kondensasi untuk
saluran akar yang vertikal, dan teknik kondensasi lateral untuk akar lurus.

BAB IV
KESIMPULAN

Bedah endodontik merupakan bagian dari ilmu konservasi gigi yang


meliputi cara melakukan perawatan endodontik dengan pendekatan bedah pada
penyakit / kelainan pulpa dan jaringan periapikal yang tidak bisa diselesaikan
dengan perawatan endodontik konvensional. Perawatan bedah endodontik adalah
pengembangan perawatan yang lebih luas untuk menghindari pencabutan gigi.
Ruang lingkup perawatan bedah endodontik diantaranya insisi untuk drainase,
bedah apeks, hemiseksi, amputasi akar dan replantasi. Sebagian besar tindakan
bedah endodontik harus dilakukan oleh dokter gigi yang berpengalaman /
spesialis.
Jangkauan atau cakupan bedah endodontik diantaranya:
1. Apikoektomi (reseksi akar dan amputasi akar)
2. Kuretase periapikal
3. Radiosektomi
4. Replantasi
5. Transplantasi
6. Implantasi
7. Trefinasi/trepanasi
8. Insisi untuk drainase
9. Pembenaman akar

29

30

Indikasi dan kontraindikasi bedah endodontik dapat mempertimbangkan


keadaan lokal maupun sistemik pada pasien. Pemeriksaan sebelum tindakan bedah
endodontik juga perlu dilakukan termasuk pemeriksaan radiologi sebelum dan
sesudah perawatan. Pemeriksaan radiologis penting untuk melihat hal-hal yang
tidak dapat dilihat secara klinis.
Pengisian saluran akar merupakan tindakan kunci prinsip perawatan triad
endodontik (preparasi, sterilisasi, pengisian saluran akar). Bahan pengisi saluran
akar terdiri dari berbagai macam, salah satunya yang sering digunakan adalah
gutta percha. Teknik pengisian saluran akar juga terdiri dari berbagai macam
tergantung dengan keadaan anatomi gigi yang akan dilakukan pengisian ssaluran
akar tersebut. Sedangkan pada perawatan untuk jaringan keras dapat dilakukan
osteotomi, kuretase periradikuler, reseksi ujung akar, preparasi dan penutupan
ujung akar
Komplikasi yang dapat terjadi pada bedah endodontik ini diantaranya:
1. Perdarahan
2. Pembengkakan
3. Rasa sakit yang berlebihan
4. Infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Ford, T. R. Pitt. 2004. Hartys Endodontics in Clinical Practice. 5


Philadelphia: Elsevier Science Limited.

th

Ed

Fragiskos FD, Stefanou E, Angelopoulou E, Alexandridis C, Giamarellou H,


Pefanis A, et al. 2007. Oral surgery. Vol. 250, The New England journal of
medicine.
Grossman, Louis l . 2000. Ilmu endodontic dalam praktek. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC.
th

Torabinejad, Mahmoud. 2009. Endodontics Principles and Practice, 4


Saunders, Elsevier.
Tronstad, Leif.2003. Clinical Endodontics. Oslo, Thieme.


31

edition.

Anda mungkin juga menyukai