BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular paling mematikan
di dunia. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada tahun
2013 diperkirakan 9 juta orang terjangkit TB paru dan 1,5 juta orang meninggal
akibat penyakit tersebut. Di antara 9 juta orang yang diperkirakan tersebut, lebih dari
setengah (56%) terdapat di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat (WHO, 2014).
Penyebab utama meningkatnya penderita TB Paru yaitu kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang berkembang,
kegagalan program TB selama ini, perubahan demografik karena meningkatnya
penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan, dampak pandemi
infeksi HIV (Depkes, 2009). Tuberkulosis sering kali disebabkan oleh kemiskinan
sehingga jika tidak menjangkau masyarakat yang paling miskin di antara masyarakat
miskin, dan memfokuskan pada pendidikan dan pencegahan, maka tidak dapat
mengeliminasi penyakit (Plianbangchang, 2012) Penularan utama TB Paru adalah
bakteri yang terdapat dalam droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk,
bersin, bahkan berbicara, sehingga pada lingkungan populasi yang padat angka
kejadian TB Paru menjadi tinggi (Depkes, 2008). Setiap orang sehat berisiko tertular
menderita TB Paru sebesar 10%, namun bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang tidak baik seperti menderita HIV& AIDS, diabetes melitus dan perokok
memiliki risiko lebih besar untuk menderita penyakit TB Paru (WHO, 2012).
Seseorang yang menderita TB BTA positif dengan gejala yang masih
dirasakan ringan seperti batuk, demam, keringat malam, penurunan berat badan dll)
selama berbulan-bulan. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari
perawatan sehingga menimbulkan transmisi bakteri kepada orang lain. Orang yang
menderita TB Paru dapat menginfeksi hingga 10-15 orang lain di sekitarnya melalui
kontak dalam satu setahun (WHO, 2012).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, yang berukuran 0,5m x 3m.
Mycobacterium tuberculosis bersifat netral pada pewarnaan Gram. Namun, setelah
diwarnai, zat warna tidak dapat dihilangkan dari bakteri tersebut dengan
menggunakan alkohol asam; sifat inilah yang menyebabkan Mycobacterium
tuberculosis digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Ketahanan terhadap
asam terutama disebabkan tingginya kandungan asam mycolic, asam lemak cross-link
rantai panjang, dan dinding sel lipid lainnya. Mikroorganisme lain dalam kompleks
Mycobacterium tuberculosis adalah M. bovis, M. caprae, M. africanum, M. Microti,
M. Pinnipedii, M.canettii (Raviglione, 2012).
Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria
tahan asam dan merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari
oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk
menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat dalam
waktu 6 - 8 minggu (Putra, dalam Setiawan, 2014). Mycobacterium tuberculosis
tumbuh pada suhu optimal 37C dan pH 6,4 - 7,0. Jika bakteri ini dipanaskan pada
suhu 60C akan mati dalam waktu 15 - 20 menit. Bakteri ini sangat rentan terhadap
sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet (Setiawan, 2014).
2.3.
penyakit tuberkulosis pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status
sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya, untuk lebih
jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor sosial ekonomi
Keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan,
lingkungan
dan
sanitasi
tempat
kerja
yang
buruk
dapat
Keterangan
Konsentrasi
nuclei infeksius
Ruang
Ventilasi
Sirkulasi udara
Penanganan spesimen
Tekanan udara
TB
terpapar
Keterangan
dengan Semakin lama durasi paparan, semakin tinggi
risiko penularan
fisik
penularan
dengan Semakin dekat, semakin tinggi risiko penularan
BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
10
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut - turut atau
dengan cara:
i.
ii.
iii.
Bahan
pemeriksaan/spesimen
yang
berbentuk
cairan
11
Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa:
o Pewarnaan Ziehl-Nielsen
o Pewarnaan Kinyoun Gabbett
Mikroskopik fluoresens:
o Pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya
untuk
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali
pemeriksaan ialah bila :
Tabel
2.3.
Berdasarkan
Interprestasi
Skala
Hasil
IUATLD
Pemeriksaan
(International
Mikroskopik
Union Against
12
++
+++
ii.
Biakan
Pemeriksaan
biakan
M.
tuberculosis
dengan
metode
other
than
tuberculosis
(MOTT).
Untuk
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA
dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam - macam bentuk (Amin dan Bahar, 2009 ;
PDPI, 2006).
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen
apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai
lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus.
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang sarang
pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak bercak seperti awan dengan
batas batas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula mula berdinding
tipis. Lama lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi
13
14
Semua pasien baru di daerah dengan kasus TB resisten obat primer >3%.
WHO juga merekomendasi uji resistensi obat selama pengobatan berlangsung
pada situasi berikut ini:
o Pasien baru atau riwayat OAT dengan apusan dahak BTA tetap positif
pada akhir fase intensif maka sebaiknya melakukan apusan dahak BTA
pada bulan berikutnya. Jika hasil apusan BTA tersebut masih positif
maka biakan M. tuberculosis dan uji resistensi obat atau pemeriksaan
Xpert MTB/RIF harus dilakukan (KEMENKES, 2014).
2.10.
Tabel 2.4. Dosis Rekomendasi OAT Lini Pertama untuk Dewasa (KEMENKES,
2014)
OAT
Dosis
Dosis rekomendasi
Harian
3 kali per minggu
Maksimum
Dosis
Maksimum
(mg/kgBB)
(mg)
(mg/kgBB)
(mg)
Isoniazid
5 (4 - 6)
300
10 (8 - 12)
900
Rifampisin
10 (8 - 12)
600
10 (8 - 12)
600
Pirazinamid
25 (20 - 30)
3000
35 (30 - 40)
3000
Etambutol
15 (15 - 20)
2000
30 (25 - 35)
2500
Streptomisin*
15 (12 - 18)
500 - 750
15 (12 - 18)
1000
*Pasien berusia di atas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500 - 700 mg per
hari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien
kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak dapat
mentoleransi dosis lebih dari 500 - 750 mg per hari.
Berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang dibuat
oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia pada tahun 2006, pengobatan tuberkulosis
dibagi menjadi:
15
2 RHZE / 4 RH
Alternatif
2 RHZE / 4 RH
Alternatif
16
dengan
hasil
uji
resistensi
17
dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. Vaksin
BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang belum
pernah menerimanya pada waktu bayi. Keefektifan vaksin ini akan berkurang pada
orang dewasa.
Selain vaksinasi, pencegahan TB juga dapat dilakukan dengan mengenakan
masker saat berada di tempat umum yang ramai, jika berinteraksi dengan pengidap
TB, serta mencuci tangan secara teratur (khususnya pekerja medis).
Penderita TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan
sepenuhnya. Langkah-langkah berikut merupakan cara mencegah penyebaran TB:
Menutup
Meludah
sabun)
Rumah
Penderita
18
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
2. Seseorang dapat tertular apabila menghirup droplet nuclei yang mengandung
M. tuberculosis, dan droplet nuclei tersebut melintasi mulut atau hidung,
3.
3.2 Saran
1. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, sebelum terkena
penyakit tuberkulosis paru, sebaiknya dilakukan langkah langkah
2.