TINJAUAN PUSTAKA
Sebutan protein pertama-tama dipakai pada tahun 1883, berasal dari kata
Yunani, proteios, yang berarti pertama. Dalam kehidupan protein mempunyai
fungsi yang sangat penting. Semua enzim tumbuhan dan hewan adalah
protein. Protein bersama-sama dengan lipida dan tulang membentuk kerangka
tubuh hewan. Ia juga membentuk otot, antibodi, dan berbagai hormon
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
Pada akhir tahun 1800, telah diidentifikasi bahwa unit protein yang terkecil
adalah asam -amino. Sekarang telah diketahui bahwa ada 20 macam asam
amino terdapat dalam protein sebagai hasil langsung dari kode genetik
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
Karbon
O
H2N
Asam amino berbeda
dalam gugusan R nya
CH
COH
Gambar 2.1 Suatu asam amino senyawa dasar dari protein (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Ada 21 macam asam amino yang secara teratur membentuk protein. Terbagi
atas 4 golongan (Kusnawidjaja, 1993):
1. Asam amino dengan sisa-R yang tidak polar, begitu juga cabang karbohidrogen,
misal glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin, dan fenilalanin.
2. Asam amino yang tidak dapat diionisasikan, tetapi bergugus polar (-OH, -SH,
-CONH2 dan beberapa heterosiklis), pada cabangnya, misal tirosin, triptofan, serin,
treonin, sistein, dan sistin serta metionin.
Tergolong pula asparagin dan glutamin dan amida-asam dari asam amino. Karena
terbentuknya amida, maka sifat asam dari gugus karboksil hilang.
3. Asam amino yang bersifat asam, yaitu asam amino-dikarboksilat mempunyai
gugus karboksil yang kedua dalam sisa-R, misal pada asam glutaminat dan asam
asparaginat.
4. Asam amino yang bersifat basa, yaitu asam diamino-monokarboksilat mempunyai
gugus basa, misal pada lisin, arginin, dan histidin.
Organisme hewan dan manusia tidak dapat membentuk semua asam amino
sendiri. Beberapa antaranya harus diambil dari makanan. Tergolong asam-asam
amino yang sangat diperlukan dikenal sebagai asam-asam esensial. Untuk
manusia
terbagi
atas:
valin-lisin-fenilalanin-leusin-metionin-triptofan-isoleusin-
Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar,
yaitu golongan protein sederhana dan proten gabungan. Yang dimaksud dengan
protein sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino,
sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan
protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau
asam nukleat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
Bedasarkan klasifikasi asli protein dibagi menjadi tiga golongan yaitu
(Fessenden dan Fessenden, 1997):
1. Protein serat
Protein serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam
kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi menjadi
kolagen yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon; dan
keratin, protein pokok dari kulit, kuku, sayap, dan rambut.
2. Protein bujur
Protein bujur telur bentuknya bujur telur atau bulat lonjong. Umumnya (tetapi
tidak selalu) larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi yang
modern lebih mudah diklasifikasikasi menurut fungsinya seperti enzim dan
hormon. Cara klasifikasi lama protein bujur telur ini dibagi menjadi beberapa sub
bagian, diantaranya adalah:
a. Albumin dapat diidentifikasi karena larut dalam air dan larutan garam. Albumin
yang khas terdapat dalam darah (protein serum) dan putih telur (albumin telur).
b. Globulin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan garam encer.
Globulin, suatu globulin yang khas adalah campuran protein yang dapat diisolasi
dari serum darah dan mengandung antibodi.
c. Histon dan protamin adalah protein basa yang larut dalam air. Dibandingkan
dengan protein yang lain, histon dan protamin menghasilkan konsentrasi asam
amino basa yang besar. Protamin mengandung jumlah arginin yang tinggi,
kira-kira 70-80 % dari kadar seluruh asam aminonya. Histon dibedakan dari
protamin berdasarkan sumbernya dan banyaknya macam asam amino yang
dikandung. Histon dan protamin biasanya ditemukan bergabung dengan asam
nukleat.
3. Protein gabungan
Protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa bukan
protein. Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi yang
mengandung heme bukan protein. Bagian nonprotein dalam protein gabungan
seperti heme dalam hemoglobin disebut gugus prostetik. Protein gabungan yang
khas lainnya adalah nukleoprotein (protein yang bergabung dengan asam nukleat),
mukoprotein (protein yang bergabung dengan polisakarida dalam mukus) dan
lipoprotein (protein yang bergabung dengan lipid, seperti kolestrol).
Analisis protein dapat dilakukan dengan dengan dua metode, yaitu; Secara
kualitatif, terdiri dari: reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi
Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif, terdiri dari: metode Kjeldahl,
metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan
metode spektrofotometri UV (Achmad, 2011).
Analisa kuantitatif analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode,
yaitu (Achmad, 2011):
1. Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi,
titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut.
Metode ini
merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam
amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
merekam
suatu
spektrum
dengan
instrumen
berkas
tunggal
indra
subyektif
mengenai
warna,
dan
memang
warna
memang
(Day
Warna
Warna komplementer
400-435
Lembayung (violet)
Kunig-hijau
435-480
Biru
Kuning
480-490
Hijau-biru
Jingga
490-500
Biru-hijau
Merah
500-560
Hijau
Ungu (purple)
560-580
Kunig-hijau
Lembayung (violet)
580-595
Kuning
Biru
595-610
Jingga
Hijau-biru
610-750
Merah
Biru-hijau
(Sumber: Day dan Underwood, 1996)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
N.,
2011,
Reaksi
Analisa
Protein,
(Online),
(http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ReaksiAnalisaProte_Nurdin
Achmad_57.pdf, diakses 15 Maret 2015).
Cantarow, A., dan Schepartz, B., 1961, Biochemistry Second Edition, Charles E.
Tuttle Co, Tokyo.
Day, R.A., dan Underwood, A.L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,
diterjemahkan oleh: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik,
diterjemahkan oleh: Sukmariah Maun, Kamianti Anas, Tilda S. Sally,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Katili, A.S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen, Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5):
19-29.
Kerksick, C.M., Rasmussen, C.J., Lancaster, A.L., Magu, B., Smith, P., Melton, C.,
Greenwood, M., Almada, A.L., Earnest, C.P., Kreider, R.B., 2006, The Effects
of Protein and Amino Acid Supplementation on Performance and Training
Adaptations During Ten Weeks of Resistance Training, Jurnal of Strength
and Conditioning Research, 20(3): 643-653.
Kusnawidjaja, K., 1993, Biokimia, Penerbit Alumni, Bandung.
Linder, M.C., 1989, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, diterjemahkan oleh:
Aminuddin Parakkasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Martoharsono, S., 1982, Biokimia Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Poedjiadi A., dan Supriyanti, F.M.T., 2007, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.