Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CARSINOMA RECTI

OLEH:
MARHAMAH
1401100052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
2016

A. DEFINISI
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan ini
banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah
adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di
usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).
Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel
yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti:
polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden
keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor
lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi
protein hewani dan lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya
masyarakat yang diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti
rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.

Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal.
Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
C. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung,
feses yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi yang
terjadi. Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan untuk
mencapai dua kali lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat asimlomatik.
Kanker yang terletak pada rektum dapat menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi yang
terus menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar. Metastase kehati
menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan dan juga bisa terjadi
ikterus. Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan tetapi hal ini jarang terjadi.

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian
( Sthrock 1991 a ) :
26 % pada caecum dan ascending colon
10 % pada transfersum colon
15 % pada desending colon
20 % pada sigmoid colon
30 % pada rectum

Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon
kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock).
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.
Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas
kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat
metastase yang lain termasuk :
Kelenjar Adrenalin
Ginjal
Kulit
Tulang
Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan
tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari
tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

E. PATHWAY

F. JENIS KLASIFIKASI

Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:


1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situadalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paruparu.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah
periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi
menjadi :
Kelas A
: Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B
: Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C
: Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D
: Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor
atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus
besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
JENIS PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan laboratorium:

TUJUAN/INTERPRETASI HASIL
Untuk mengetahui adanya darah dalam

Tinja

tinja (makroskopis/mikroskopis)

CEA (carcino-embryonic anti-

Kurang bermakna untuk diagnosis awal

gen)

karena hasilnya yang tidak spesifik serta


dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau

2. Pemeriksaan radiologis

metastase.
Perlu dikerjakan dengan cara kontras
ganda (double contrast) untuk melihat

3. Endoskopi dan biopsy

gambaran lesi secara radiologis.


Endoskopi dengan fiberscope untuk
melihat kelainan struktur dari rektum
sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk
menentukan jenis tumor secara patologi-

4. Ultrasonografi

anatomis.
Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan medis
Penghisapan nasogastrik
Jika didapati pasien dengan obstruksi usus dan terjadi perdarahan yang cukup berarti.
Terapi komponen darah (Endoskopi, Ultrasonografi, Laparoskopi)
Dilakukan pada periode pre operatif.
Terapi ajufan
1. Kemoterapi
2. Terapi radiasi

3. Imunotropi
Dilakukan/dapat digunakan pada periode pre operatif,intraoperatif dan post operatif.
Alat radiasi intrakovitas
Digunakan pasca operasi untuk mengurangi resiko kekambuhan tumor dengan cara
diimplantasikan.
Metode pentahapan yang sering digunakan secara luas adalah klasifikasi duke:
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
2. Penatalaksanaan bedah
Kolonoskopi
Untuk kanker yang terbatas pada satu sisi.
Polipektomi
Metode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan area pembedahan
pada beberapa usus.
Laser Nd:YAG
Efektif untuk lesi A,B dan C
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan prosedur
pembedahan tumor sebagai berikut (menurut Duoghty & Jackson,1993):
1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengngkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan,pembuluh darah dan nodus limfatik.
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan persi sigmoid dan semua rektum dan sfingter anal).
3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi).
4. Kolostmi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi).
(Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal. 1127).
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN\
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan

3. RKD
- Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
- Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)
4. RKS
- Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
- Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
- Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
- Klien mengeluh mual, muntah
- Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
- Klien mengeluh BAB kecil
- Klien mengeluh Bbnya turun
5. RKK
- Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
6. Pemeriksaan Fisik
- Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri),
kemerahan, ekimosis, hipotesis
Respirasi
-

Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas


GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen,

perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah


Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil
seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola

BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria


Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake in adekuat
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi abdomen, insisi bedaH
3. Kerusakan integritas jaringan kulit b.d insisi bedah (kolostrum)
4. Resti infeksi b.d kontraminasi lubang/rongga abdomen (usus) kolostomi
5. Konstipasi pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Gangguan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan in
adekuat
Tujuan
Gangguan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria Hasil

Mual, muntah berkurang/tidak ada


Nafsu makan meningkat
Diet dihabiskan
Turgor kulit elastis
Intervensi Rasional

Mandiri
Lakukan pengkajian nutrisi klien
Auskultasi bising usus
Mulai dengan makan cairan perlahaN
Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang kaya serat, protein dan lemak
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli diet /gizi
Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila

masukan oral dimulai


Berikan makanan enteral/parental
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih

intervensi
Kembalinya fungsi fungsi menunjukkan kesiapan untuk memulai

makan lagi
Menurunkan insiden kram abdomen, mual
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi klien dalam perubahan

pencernaan dan fungsi usus


Diet rendah serat dapat dipertahankan selama 6-8 minggu pertama

untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus


Pada kelemahan/tidak toleren terhadap masukan oral. Hiperalimnetasi
digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada penyembuhan

dan mencegah katabolisme


Dx. 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi abdomen ; insisi bedah
Tujuan
Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
Kriteria Hasil
Melaporkan nyeri berkurang/hilang
Dapat beristirahat /tidur
Intervensi Rasional
-

Mandiri
Selidiki keluhan nyeri, derajat nyeri, karakteristik nyeri dan lokasi nyeri
Pantau TTV
Kaji insisi bedah, perhatikan edma, perubahan kontur luka, inflamasi
Berikan tindakan kenyamanan misalnya pijatan punggung, ubah posisi
yakinkan klien perubahan posisi tidak akan mencederai stoma

Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulansi dini, hindari

posisi duduk lama


Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot abdominal, nyeri tekan
Kolaborasi :
Berikan analgesic
Nyeri insisi bermakna pada fase pasca operatif awal dan idperberat

oleh gerakan, batuk, dsitensi abdomen, mual


Respon automatik, meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan

yang b.d keluhannya


Menandakan terjadinya infeksi pada area insisi
Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidak nyaman. Menurunnya

tegangan otot, meningkatkan relaksasi


Menurunnya kekakuan otot/sendiri ambulasi mengembalikan organ keposisi

(N) dan meningkatkan kembali funsgi ke tingkat (N)


- Diduga inflamasi peritoneal yang memerlukan intervensi medik segera
- Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan
Dx. 3 Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah kolostom
Tujuan
Kerusakan integritas kulit dapat diatasi
Kriteria Hasil

Luka inisis cepat sembuh

Luka insisi bebas dari tanda infeksi


Intervensi Rasional
-

Mandiri
Observasi luka, catat karakteristik drainase
Ganti balutan, gunakan teknik aseptic
Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Kolaboras
Iritasi luka., gunakan cairan fisiologis, H2O2 3% antibiotic
Perdaharan pasca operasi dapat terjadi selama 48 jam dan infeksi

dapat terjadi kapan saja


Sejumlah besar drainase serosa/menuntut penggantian balutan dengan

sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi


Meningkatkan drainase dari luka perineal/drain menurunkan resiko
penggumpalan. Duduk lama meningkatkan tekanan perineal,
menurunkan sirkulasi luka dan dapat memperlambat penyembuhan
luka

Diperlukan untuk mengobati inflamasi /infeksi praoperasi


/kontaminasi intra operatif

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :

EGC.
Potter, Patricia A Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan keterangan Istilah. Jakarta : EGC.
http://www.google.com//kanker rectum/PCC (Parkway Cancer Centre).

Anda mungkin juga menyukai