Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TETAP PENGENDALIAN PENCEMARAN

PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN MIKROFILTRASI

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Muhammad Ridho Putra

0614 4041 0802

2. Puspita Anggraini

0614 4041 0804

3. Rahmat Rendi Setiady

0614 4041 0805

4. Ridho Anugerah

0614 4041 0806

5. Septiani Wulandari

0614 4041 0810

6. Tri Lestari

0614 4041 0811

7. Yulinda

0614 4041 0812

Kelas
Dosen Pembimbing

: 4 EG B
: Dr. Eka Sri Yusmartini, M.,T.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (DIV) TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016

PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN MIKROFILTRASI


I.

TUJUAN
Menentukan efisiensi penyisihan air dengan proses filltrasi menggunakan
membran mikrofiltrasi.

II.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
Pengaduk
Gelas kimia
Pipet ukur
Bola karet
Pipet tetes
Erlenmeyer
Spatula
Corong
Neraca Analitik
Turbiditimeter
Membran mikrofiltrasi
Kertas saring
Bahan yang digunakan :

III.

Air + tanah
Aquadest

DASAR TEORI
Tersedianya persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas

sangat penting bagi manusia. Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari
segi jumlah. Peradaban berkembang disekitar badan air sehingga dapat
mendukung pertanian dan transportasi sebaik menyediakan air minum. Kesadaran
pentingnya kualitas air berkembang lebih perlahan. Sejak awal manusia menilai
kualitas air hanya melalui penampakan fisik, rasa dan bau. Tidak hingga ilmu
pengetahuan biologi, kimia, dan medis berkembang berbagai cara tersedia untuk
mengukur kualitas air dan menentukan pengaruhnya pada kesehatan manusia
(Arif Sumantri, 2010).

Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air


menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa penggolongan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga
air.
Untuk memperoleh air bersih yang banyak digunakan diperlukan suatu
cara yang baik. Salah satu metode alternatif lain yang digunakan adalah filltrasi
(penyaringan) dengan memanfaatkan teknologi membran, khususnya membrane
keramik dengan media filtrasi menggunakan zeolit. Hal ini dapat membantu
persediaan air bersih yang dapat dikonsumsi. Metode ini juga dapat digunakan di
daerah pedesaan yang berada di tepi sungai atau pun sumber air lainnya.
Membran didefinisikan sebagai suatu metode berpori yang berbentuk
seperti tabungatau film tipis, bersifat semipermiabel yang berfungsi untuk
memisahkan partikel dengan ukuran molecular (spesi) dalam suatu system larutan.
Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membrane akan tertahan
sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membrane akan lolos
melalui pori membran. Filtrasi membrane dapat menyaring polutan/kontaminan
yang tidak diinginkan berdasarkan ukuran partikelnya. Sederhana jika ukuran pori
pori membrane halus lebih kecil dari itu.
Membran terdiri dari 2 jenis yaitu porous membrane dan non-porous
membran. Aplikasi dari non-porous membrane sudah banyak digunakan di
Indonesia, salah satunya membran yang terbuat dari plastic polikarbonat untuk
memproduksi air bersih yang dibuat oleh seorang ahli membrane kelas dunia yang
bernama Dr. I Gede Wenten. Ia membuat sendiri membran filter yang telah
diaplikasikan di NTT untuk mengkonversi air limbah dan air hujan menjadi air
minum, lainnya yaitu mengubah air sungai menjadi air minum tanpa zat kimia.
Porous membrane jenis membrane inorganic seperti membrane keramik

menggunakan filter dalam pengolahannya. Media filter yang digunakan adalah


pasir, kerikil, ijuk, lempung, arang dan bentonit (alam atau sintetik).
Jenis Jenis Membran
Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membrane dapat dibagi
menjadi 3 kategori yaitu:
1. Porous membrane
Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan
dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati
membrane sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC,
pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50 nm), mesopores (2-50 nm),
dan micropores (<2 nm). Porous membrane digunakan pada microfiltration dan
ultrafiltration.
2.

Non-porous membrane
Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama,

baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti
halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi.
Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati
membrane tersebut.
3. Carrier membrane
Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier
molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati
membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu
komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Berdasarkan ukuran pori pada membran, membrane dapat dibagi menjadi 4
yaitu:
a. Reverse asmosis
Merupakan proses filtrasi paling baik, yang dapat menyisihkan partikel
berukuran 1Ao sampai 10Ao. Keuntungan metode ini adalah untuk umpan
dengan terlarut dibawah 400 ppm, merupakan perlakuan yang murah.
b. Nanofiltrasi

Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,


menghilangkan zat warna karena adanya bahan organic tanpa menghasilkan
zat kimia berbahaya seperti hidrokarbon terklorinasi.
c. Ultrafiltrasi
Merupakan teknologi pemisah menggunakan

membrane

untuk

memisahkan berbagai zat terlarut dengan berat molekul tinggi, bermacam


koloid, mikroba sampai padatan tersuspensi dalam suatu larutan. Metode ini
menggunakan membran semi permeable untuk memisahkan makro molekul
dari larutannya.
d. Mikrofiltrasi
Merupakan pemisah partikel berukuran micro.
Pemisahan dengan Membran
Proses pemisahan dengan membrane dapat tercapai karena membrane
mempunyai kemampuan untuk memindahkan atau memisahkan suatu komponen
dari suatu campuran umpan dengan lebih mudah dari komponen lain. Hal ini
disebabkan perbedaan sifat fisika dan kimia antara membrane dengan komponen
yang dapat dilewatkan.
Upstream merupakan sisi umpan yang terdiri dari bermacam-macam
molekul (komponen) yang akan dipisahkan, sedangkan downstream adalah sisi
permeat yang merupakan hasil pemisahan. Pemisahan ini terjadi karena adanya
gaya pendorong (driving force) yang berupa perbedaan gaya gerak listrik,
perbedaan temperatur, perbedaan konsentrasi, dan perbedaan tekanan.

Kinerja Membran
Kinerja membrane atau efisiensi membrane ditentukan oleh dua parameter
yaitu fluks dan rejeksi (penolakan).

Fluks Volum (Jv)


Fluks didefinisikan sebagai zat yang dapat menembus tiap satuan luas

membrane per satuan waktu. Fluks demikian dapat dinyatakan sebagai fluks
volum (Jv) yang dinyatakan sebagai berikut:

Jv =

v
At
Dimana :
Jv = fluks Volum
A = Luas permukaan
V = Volume permeat
T = Waktu tumpuhan
Fluks volum dihitung berdasarkan grafik volume permeat vs waktu dari

tiap-tiap tumpuhan.

Rejeksi
Rejeksi menunjukan besarnya kandungan garam yang tertahan pada

permukaan membrane yang tidak menembus membrane dinyatakan sebagai


berikut :

R= 1

Cp
x 100
Cf

Dimana :
R = Rejeksi (%)
Cp = konsentrasi solute dalam permeat (ppm)
Cf = konsentrasi solute dalam umpan (ppm)
Jika koefisien rejeksi yang diperoleh cukup besar (100%) air bersih yang
diperoleh cukup murni (hampir tidak mengandung kadar garam).

Membran Keramik
Material berpori dapat dipahami sebagai komposit dengan komponen
pertama adalah padat dan komponen kedua adalah bagian padat dan komponen
kedua adalah fasa udara di dalam pori. Keramik yang digunakan sebagai
membrane memiliki pori dengan rentang ukuran antara 1 m hingga mendekati 1

mm. Rentang ukuran tersebut termasuk dalam kategori liquid phase pore atau
spatial pore (atau disebut juga macropore).
TSS (Total Suspended Solid)
Uji TSS merupakan suatu cara untuk menguji kadar total padatan terlarut
dalam suatu larutan. Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan disebut zat
terlarut atau solute sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat zatzat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Zat padat tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganic. Zat padat
tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat
terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang selale berrsifat
organisdan inorganic. Jumlah padatan tersuspensi dapaat dihitung menggunakan
gravimetric., padatan tersuspensi dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis.
(Misnani,2010).
Turbidity atau Kekeruhan
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji
fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan
besaran NTU (nephelometr turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi
menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi
syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU,
secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar
pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan air akan nampak
secara visual.
Turbiditas atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh baha-bahan yang melayang. Kekeruhan
biasanya terdiri dari partikel organic maupun anorganik yang berasal dari DAS
(Daerah Aliran Sungai) dan tersuspensi sediment di dasar danau.
TDS (Total Dissolved Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat

melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (210 -6 meter). Aplikasi yang


umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan
air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik
dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak
tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 m. Padatan ini
terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air,
mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan
anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air
buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air,
misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.

Table 1. Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan.
Parameter

Satuan

Temperratur
Zat padat larut (TDS)
Zat padat suspense
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom Heksavalen (Cr6+)

C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Golongan
I
38
2.000
200
6,0 9,0
5
2
2
2
5
0,1

II
40
4.000
400
6,0 9,0
10
5
3
3
10
0,5

Krom total (Cr)


mg/L
0,5
1
Cadmium (Cd)
mg/L
0,05
0,1
Air raksa (Hg)
mg/L
0,002
0,005
Timbal (Pb)
mg/L
0,1
1
Stanum (Sn)
mg/L
2
3
Arsen (As)
mg/L
0,1
0,5
Selenium (Se)
mg/L
0,05
0,5
Nikel (Ni)
mg/L
0,2
0,5
Kobalt (Co)
mg/L
0,4
0,6
Sianida (CN)
mg/L
0,05
0,5
Sulfida (H2S)
mg/L
0,5
1
Flourida (F)
mg/L
2
3
Klorin bebas (Cl2)
mg/L
1
2
Amonia-Nitrogen (NH3-N)
mg/L
5
10
Nitrat (NO3-N)
mg/L
20
30
Nitrit (NO2-N)
mg/L
1
3
Total Nitrogen
mg/L
30
60
BOD5
mg/L
50
150
COD
mg/L
100
300
Senyawa aktif biru metilen
mg/L
5
10
Fenol
mg/L
0,5
1
Minyak & Lemak
mg/L
10
20
Total bakteri Koliform
MPN/100 ml
10.000
(Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 th 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah)

IV.

PROSEDUR PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.

Menyiapkan sampel tanah yang akan dianalisa


Melarutkan sampel tanah dengan aquadest lalu menyaringnya
Menyiapkan sampel tersebut pada erlenmeyer
Melakukan analisa pada sampel sebelum pengolahan dengan mengukur

TSS, kekeruhan dan TDS.


5. Memasang membran pada modul membran
6. Mengalirkan umpan yang berupa limbah cair dari tangki umpan modul
membran dan kembali ke tangki umpan
7. Mengatur tekanan yang diinginkan yaitu 0,2 kgf/cm2 selama waktu yang
telah ditentukan
8. Menampung permeat yang dihasilkan dalam wadah produk
9. Menyiapkan sampel setelah pengolahan dengan membran

pada

erlenmeyer
10. Melakukan analisa pada sampel setelah hasil pengolahan dengan
mengukur TSS, kekeruhan, dan TDS.

Menentukan TSS (Total Suspended Solid)


1. Menyiapkan sampel yang akan di ukur TSS nya
2. Menimbang kertas saring kosong
3. Menempatkan kertas saring di gelas kimia
4. Mengambil 25 ml sampel kemudian saring sampel pada kertas saring
yang telah di ketahui beratnya tadi.
5. Biarkan air sampel (TDS) benar-benar turun ke dalam gelas kimia,
sehingga TSS yang didapat murni tanpa cairan.
6. Mengeringkan padatan yang disaring pada kertas saring dengan oven pada
suhu 100-105C sampai kering.
7. Setelah kertas saring kering kemudian dinginkan dalam desikator selama
3 menit lalu menimbang kertas saring tersebut.

V.

DATA PENGAMATAN
Penentuan TSS (Total Suspended Solid)
Berat (gr)
Sebelum

Sesudah

No

Komponen

masuk unit

masuk unit

1
2

Kertas saring kosong (b)

pengolahan
0,9015
0,9140

pengolahan
0,8765
0,8879

Kertas saring + endapan (a)

Penentuan Tingkat Kekeruhan (Turbidity)

Parameter
Turbidity

Kondisi Sampel
Sebelum masuk
Sesudah masuk
unit pengolahan

unit pengolahan

68,4 NTU

93,5 NTU

Penentuan TDS (Total Dissolved Solid)


Kondisi Sampel

Sebelum masuk

Sesudah masuk

Parameter

unit pengolahan

unit pengolahan

TDS

293,5 mg/L

266,8 mg/L

Kondisi Sampel
Sebelum masuk unit
Sesudah masuk unit

Parameter

pengolahan
500 mg/L
93,5 NTU
293,5 mg/L

TSS
Turbidity
TDS
VII.

pengolahan
456 mg/L
68,4 NTU
266,8 mg/L

PERHITUNGAN
Penentuan TSS
Volume sampel (c) = 25 mL
ab
TSS awal =
c
(0,9140 0,9015) g
=

25 ml

1000 mg
g

1L
1000ml

= 500 mg/L
TSS akhir =

ab
c
(0, 8879 0,8765) g

25 ml

1000 mg
g

1L
1000 ml

= 456 mg/L
Efisiensi Unit Pengolahan Air Membran Mikrofiltrasi

Turbidity

Turbidity awalTurbidity ak hir

100 %
Turbidity awal

( 93,5 68,4 ) ml

100 %
93,5 ml

= 26,8 %
TSS

TSS awalTSS ak h ir

=
100 %
TSS awal

( 500456 ) ml

100 %
500 ml

= 8,8 %

TDS

TDS awalTDS ak h ir

=
100 %
TDS awal

( 293,5266,8 ) ml

100 %
293,5 ml

= 9,10 %

VIII. TUGAS
Pertanyaan
Uraikan perkembangan dan pemanfaatan membran hingga saat ini!
Jawaban :
Perkembangan Membran Terkini
Dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan membran dan
penerapannya telah mengalami kemajuan yang pesat dan memberikan
pengaruh yang berarti terhadap segi ekonomi suatu proses membran.
Berbagai bahan dan struktur membran baru telah berhasil
dikembangkan. Membran - membran yang digunakan saat ini meliputi
polimer padat berpori/tidak berpori, logam atau keramik dengan

struktur simetris atau asimetris. Suatu perkembangan terkini yang


cukup menarik adalah membran zeolit. Membran zeolit sangat
berpotensi untuk diterapkan pada proses pemisahan gas dan uap dalam
reaktor membran serta sensor kimia. Selain membran padat telah
dicapai pula kemajuan dalam pengembangan membran cair.
Sebelumnya penggunaan membran cair dibatasi oleh umur membran
yang singkat. Kini kestabilan membran cair dapat ditingkatkan secara
drastis dengan menempatkan lapisan polimer tipis di atas membran
cair. Dengan penemuan membran-membran baru yang memiliki sifat
perpindahan yang lebih baik serta stabilitas panas dan kimia yang lebih
baik sejumlah besar potensi penerapan baru telah terbuka.
Selain perkembangan bahan dan struktur membran, terjadi pula
perkembangan pada modul-modul membran. Selama ini modul-modul
membran seperti plate and frame, spiral wound, hollow fiber, dan
kapiler telah banyak diterapkan dan diperbaharui tetapi hanya sedikit
saja modul membran yang benar-benar baru yang telah dikembangkan.
Dua di antara modul membran baru tersebut adalah modul membran
transversal flow capillary dan spiral-type tubular.
Tabel 2. Aplikasi membran dalam minimasi dan pemanfaatan kembali
limbah industri
Sektor Industri & Jenis
Industri tekstil

Industri pelapisan logam

Aplikasi
Pemisahan warna
Pengambilan kembali
pewarna
Pengambilan
Pengambilan kembali
kembali air dari air

Industri petrokimia

limbah pencucian
Pengambilan kembali logam dari
larutan galvani
Pemanfaatan
kembali
limbah
Penggunaan
kembali
blowdown

Proses membrane
RO, UF, MF, NF

UF, NF, RO, ED

UF, RO

menara pendingin
Pemanfaatan kembali kondensat
Industri pulp dan kertas

Pemisahan warna
Pengambilan kembali air
Pengambilan kembali lignin alkali

UF, RO

Pengeboran minyak

Penggunaan kembali air limbah


pengeboran minyak untuk umpan
boiler atau injeksi

RO

Pembangkit tenaga listrik Penggunaan kembali blowdown


menara pendingin
Laundry
Limbah berminyak
Industri cat

Pengambilan kembali air, deterjen,


dan panas

UF

Penggunaan kembali air

UF

Pengambilan kembali electropaint

UF

Industri susu (cheese whey) Pengambilan kembali air


Pengambilan kembali produk
bernilai
Industri tapioka

IX.

RO

Pengambilan kembali air dan


soluble starch

UF

UF, RO

ANALISIS DATA
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diketahui nilai
dari beberapa parameter kualitas air yaitu TSS (Total Suspended
Solid), TDS (Total Dissolve Solid) dan Turbidity (Kekeruhan) pada
sampel, baik sebelum ataupun sesudah dilakukan pengolahan dengan
menggunakan metode membrane filtrasi.
Pada pengujian nilai TSS, dilakukan dengan menyaring air
sampel menggunakan kertas saring yang kemudian ditimbang
beratnya. Dari hasil perhitungan selisih berat kertas saring kosong dan
kertas saring + endapan didapat nilai TSS yaitu pada air sampel
sebelum masuk unit pengolahan sebesar 500 mg/l dan nilai TSS
sesudah masuk unit pengolahan sebesar 456 mg/l. Nilai TSS sesudah
pengolahan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan partikel padat
tersuspensi yang terkandung dalam sampel air dipisahkan oleh
membran dengan memanfaatkan ukuran pori - pori membrane yang
lebih kecil. Sehingga partikel - partikel yang memiliki ukuran lebih
besar dibandingkan pori - pori membrane akan tertahan dan terpisah
dengan permeat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 1995
Mengenai Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, konsentrasi
TSS pada sampel termasuk limbah diluar golongan 1 dan 2, sehingga
sampel air ini perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut agar sesuai
dengan baku mutu.
Hal yang sama juga terjadi pada penentuan parameter TDS.
Setelah dilakukan pengolahan nilai TDS, air sampel mengalami

penurunan yaitu dari 293,5 mg/l menjadi 266,8 mg/l. Nilai TDS yang
merupakan bentuk dari jumlah molekul terionkan atau dalam bentuk
mikrogranula (sel koloida) yang terperangkap, dapat dipisahkan
dengan menggunakan membrane mikrofiltrasi yang memiliki pori-pori
sangat kecil (antara 0,02 10 m). Namun tidak semua nilai TDS
dapat terpisah dikarenakan nilai TDS dapat berupa ion-ion yang tak
dapat dipisahkan dengan menggunakan membrane.
Pada pengujian nilai turbidity, sampel sebelum pengolahan dan
sesudah pengolahan mengalami penurunan yaitu dari 93,5 NTU
menjadi 68,4 NTU. Hal itu disebabkan karena nilai turbidity
bergantung pada total padatan tersuspensi (TSS) yang terkandung
dalam air. Semakin besar TSS maka semakin besar turbidity, begitupun
sebaliknya. Sedangkan pada praktikum ini, nilai TSS sesudah masuk
unit pengolahan mengalami penurunan yang menyebabkan turbidity
sampel pun ikut mengalami penurunan. Berdasarkan persyaratan yang
ditetapkan
oleh
Menteri
Kesehatan
RI
No:
416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih ,batas maksimum yang dianjurkan untuk kekeruhan air baku
adalah 25 NTU. Dapat dilihat pada percobaan ini bahwa air sampel
setelah proses pengolahan dengan menggunakan membran
mikrofiltrasi lebih jernih daripada sebelum diolah akan tetapi sampel
air yang telah dioalah ini masih tergolong air yang kurang bersih.
Dari nilai-nilai TSS, TDS dan turbidity dapat diketahui efisiensi
unit pengolahan membrane mikrofiltrasi terhadap masing masing
parameter tersebut. Pada nilai TSS didapat efisiensi alat sebesar 8,8%,
pada nilai TDS sebesar 9,1% dan turbididty sebesar 26,8%.

X.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Nilai TSS setelah masuk unit pengolahan membrane mikrofiltrasi
mengalami penurunan yaitu dari 500 mg/l menjadi 456 mg/ l,
sehingga menghasilkan efisiensi alat sebesar 8,8%.
2) Berdasarkan nilai TSS, sampel air termasuk kedalam golongan
diluar golongan 1 dan 2 baku mutu limbah cair.
3) Pada penentuan kadar nilai TDS cenderung menurun saat sesudah
proses pengolahan air dengan menggunakan membran mikrofiltrasi
yaitu dari 293,5 mg/L menjadi 266,8 mg/L dan menghasilkan
efisisensi alat sebesar 9,1%.
4) Nilai Turbidity air sampel setelah masuk unit pengolahan
membrane mikrofiltrasi mengalami penurunan yaitu dari 93,5 NTU
menjadi 68,4 NTU dan menghasilkan efisiensi alat sebesar 26,8%.
5) Berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
RI No: 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas
air bersih berdasarkan tingkat kekeruhannnya, sampel air yang
digunakan termasuk air dengan tingkat kekekeruhan cukup tinggi.
6) Semakin besar kadar nilai TSS maka semakin tinggi pula tingkat
kekeruhan dari sampel air tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anzar,

Erniati.Jobsheet Penuntun Praktikum Pengendalian Pencemaran.

2016.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang.


Sitompul, Vina.2016.Pengolahan Air Dengan Membran Keramik (online),
http://vsitompul.blogspot.co.id/2013/04/pengolahan-air-denganmembran-keramik.html. Diakses tanggal 25 Mei 2016
Yusuf, Iyus.2012.Parameter Kualitas Air Kekeruhan Air (Turbidity) (online),
http://thewaterofqualitycontrol.blogspot.co.id/2012/09/kekeruhan-airturbidity.html. Diakses tanggal 25 Mei 2016
Darwis, Hijrah.2012.Penentuan Uji TSS (Total Suspended Solid) dan TDS
(Total

Dissolved

Solid

(online),

http://hijrah-

darwis.blogspot.co.id/2012/02/laporan-tss-tds.html. Diakses tanggal 25


Mei 2016

GAMBAR ALAT

Pengaduk

Spatula
Neraca Analitik

Pipet Ukur
Erlenmeyer
Turbiditimeter

Pipet Tetes

Bola Karet
Gelas Kimia

Kertas Saring

Corong

Lampiran

Kertas Saring pada Penentuan TSS (Total Suspended Solid)

Anda mungkin juga menyukai