Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Muhammad Ridho Putra
2. Puspita Anggraini
4. Ridho Anugerah
5. Septiani Wulandari
6. Tri Lestari
7. Yulinda
Kelas
Dosen Pembimbing
: 4 EG B
: Dr. Eka Sri Yusmartini, M.,T.
TUJUAN
Menentukan efisiensi penyisihan air dengan proses filltrasi menggunakan
membran mikrofiltrasi.
II.
III.
Air + tanah
Aquadest
DASAR TEORI
Tersedianya persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas
sangat penting bagi manusia. Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari
segi jumlah. Peradaban berkembang disekitar badan air sehingga dapat
mendukung pertanian dan transportasi sebaik menyediakan air minum. Kesadaran
pentingnya kualitas air berkembang lebih perlahan. Sejak awal manusia menilai
kualitas air hanya melalui penampakan fisik, rasa dan bau. Tidak hingga ilmu
pengetahuan biologi, kimia, dan medis berkembang berbagai cara tersedia untuk
mengukur kualitas air dan menentukan pengaruhnya pada kesehatan manusia
(Arif Sumantri, 2010).
Non-porous membrane
Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama,
baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti
halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi.
Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati
membrane tersebut.
3. Carrier membrane
Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier
molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati
membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu
komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Berdasarkan ukuran pori pada membran, membrane dapat dibagi menjadi 4
yaitu:
a. Reverse asmosis
Merupakan proses filtrasi paling baik, yang dapat menyisihkan partikel
berukuran 1Ao sampai 10Ao. Keuntungan metode ini adalah untuk umpan
dengan terlarut dibawah 400 ppm, merupakan perlakuan yang murah.
b. Nanofiltrasi
membrane
untuk
Kinerja Membran
Kinerja membrane atau efisiensi membrane ditentukan oleh dua parameter
yaitu fluks dan rejeksi (penolakan).
membrane per satuan waktu. Fluks demikian dapat dinyatakan sebagai fluks
volum (Jv) yang dinyatakan sebagai berikut:
Jv =
v
At
Dimana :
Jv = fluks Volum
A = Luas permukaan
V = Volume permeat
T = Waktu tumpuhan
Fluks volum dihitung berdasarkan grafik volume permeat vs waktu dari
tiap-tiap tumpuhan.
Rejeksi
Rejeksi menunjukan besarnya kandungan garam yang tertahan pada
R= 1
Cp
x 100
Cf
Dimana :
R = Rejeksi (%)
Cp = konsentrasi solute dalam permeat (ppm)
Cf = konsentrasi solute dalam umpan (ppm)
Jika koefisien rejeksi yang diperoleh cukup besar (100%) air bersih yang
diperoleh cukup murni (hampir tidak mengandung kadar garam).
Membran Keramik
Material berpori dapat dipahami sebagai komposit dengan komponen
pertama adalah padat dan komponen kedua adalah bagian padat dan komponen
kedua adalah fasa udara di dalam pori. Keramik yang digunakan sebagai
membrane memiliki pori dengan rentang ukuran antara 1 m hingga mendekati 1
mm. Rentang ukuran tersebut termasuk dalam kategori liquid phase pore atau
spatial pore (atau disebut juga macropore).
TSS (Total Suspended Solid)
Uji TSS merupakan suatu cara untuk menguji kadar total padatan terlarut
dalam suatu larutan. Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan disebut zat
terlarut atau solute sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat zatzat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Zat padat tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganic. Zat padat
tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat
terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang selale berrsifat
organisdan inorganic. Jumlah padatan tersuspensi dapaat dihitung menggunakan
gravimetric., padatan tersuspensi dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis.
(Misnani,2010).
Turbidity atau Kekeruhan
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji
fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan
besaran NTU (nephelometr turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi
menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi
syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU,
secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar
pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan air akan nampak
secara visual.
Turbiditas atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh baha-bahan yang melayang. Kekeruhan
biasanya terdiri dari partikel organic maupun anorganik yang berasal dari DAS
(Daerah Aliran Sungai) dan tersuspensi sediment di dasar danau.
TDS (Total Dissolved Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
Table 1. Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan.
Parameter
Satuan
Temperratur
Zat padat larut (TDS)
Zat padat suspense
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom Heksavalen (Cr6+)
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Golongan
I
38
2.000
200
6,0 9,0
5
2
2
2
5
0,1
II
40
4.000
400
6,0 9,0
10
5
3
3
10
0,5
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.
pada
erlenmeyer
10. Melakukan analisa pada sampel setelah hasil pengolahan dengan
mengukur TSS, kekeruhan, dan TDS.
V.
DATA PENGAMATAN
Penentuan TSS (Total Suspended Solid)
Berat (gr)
Sebelum
Sesudah
No
Komponen
masuk unit
masuk unit
1
2
pengolahan
0,9015
0,9140
pengolahan
0,8765
0,8879
Parameter
Turbidity
Kondisi Sampel
Sebelum masuk
Sesudah masuk
unit pengolahan
unit pengolahan
68,4 NTU
93,5 NTU
Sebelum masuk
Sesudah masuk
Parameter
unit pengolahan
unit pengolahan
TDS
293,5 mg/L
266,8 mg/L
Kondisi Sampel
Sebelum masuk unit
Sesudah masuk unit
Parameter
pengolahan
500 mg/L
93,5 NTU
293,5 mg/L
TSS
Turbidity
TDS
VII.
pengolahan
456 mg/L
68,4 NTU
266,8 mg/L
PERHITUNGAN
Penentuan TSS
Volume sampel (c) = 25 mL
ab
TSS awal =
c
(0,9140 0,9015) g
=
25 ml
1000 mg
g
1L
1000ml
= 500 mg/L
TSS akhir =
ab
c
(0, 8879 0,8765) g
25 ml
1000 mg
g
1L
1000 ml
= 456 mg/L
Efisiensi Unit Pengolahan Air Membran Mikrofiltrasi
Turbidity
100 %
Turbidity awal
( 93,5 68,4 ) ml
100 %
93,5 ml
= 26,8 %
TSS
TSS awalTSS ak h ir
=
100 %
TSS awal
( 500456 ) ml
100 %
500 ml
= 8,8 %
TDS
TDS awalTDS ak h ir
=
100 %
TDS awal
( 293,5266,8 ) ml
100 %
293,5 ml
= 9,10 %
VIII. TUGAS
Pertanyaan
Uraikan perkembangan dan pemanfaatan membran hingga saat ini!
Jawaban :
Perkembangan Membran Terkini
Dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan membran dan
penerapannya telah mengalami kemajuan yang pesat dan memberikan
pengaruh yang berarti terhadap segi ekonomi suatu proses membran.
Berbagai bahan dan struktur membran baru telah berhasil
dikembangkan. Membran - membran yang digunakan saat ini meliputi
polimer padat berpori/tidak berpori, logam atau keramik dengan
Aplikasi
Pemisahan warna
Pengambilan kembali
pewarna
Pengambilan
Pengambilan kembali
kembali air dari air
Industri petrokimia
limbah pencucian
Pengambilan kembali logam dari
larutan galvani
Pemanfaatan
kembali
limbah
Penggunaan
kembali
blowdown
Proses membrane
RO, UF, MF, NF
UF, RO
menara pendingin
Pemanfaatan kembali kondensat
Industri pulp dan kertas
Pemisahan warna
Pengambilan kembali air
Pengambilan kembali lignin alkali
UF, RO
Pengeboran minyak
RO
UF
UF
UF
IX.
RO
UF
UF, RO
ANALISIS DATA
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diketahui nilai
dari beberapa parameter kualitas air yaitu TSS (Total Suspended
Solid), TDS (Total Dissolve Solid) dan Turbidity (Kekeruhan) pada
sampel, baik sebelum ataupun sesudah dilakukan pengolahan dengan
menggunakan metode membrane filtrasi.
Pada pengujian nilai TSS, dilakukan dengan menyaring air
sampel menggunakan kertas saring yang kemudian ditimbang
beratnya. Dari hasil perhitungan selisih berat kertas saring kosong dan
kertas saring + endapan didapat nilai TSS yaitu pada air sampel
sebelum masuk unit pengolahan sebesar 500 mg/l dan nilai TSS
sesudah masuk unit pengolahan sebesar 456 mg/l. Nilai TSS sesudah
pengolahan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan partikel padat
tersuspensi yang terkandung dalam sampel air dipisahkan oleh
membran dengan memanfaatkan ukuran pori - pori membrane yang
lebih kecil. Sehingga partikel - partikel yang memiliki ukuran lebih
besar dibandingkan pori - pori membrane akan tertahan dan terpisah
dengan permeat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 1995
Mengenai Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, konsentrasi
TSS pada sampel termasuk limbah diluar golongan 1 dan 2, sehingga
sampel air ini perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut agar sesuai
dengan baku mutu.
Hal yang sama juga terjadi pada penentuan parameter TDS.
Setelah dilakukan pengolahan nilai TDS, air sampel mengalami
penurunan yaitu dari 293,5 mg/l menjadi 266,8 mg/l. Nilai TDS yang
merupakan bentuk dari jumlah molekul terionkan atau dalam bentuk
mikrogranula (sel koloida) yang terperangkap, dapat dipisahkan
dengan menggunakan membrane mikrofiltrasi yang memiliki pori-pori
sangat kecil (antara 0,02 10 m). Namun tidak semua nilai TDS
dapat terpisah dikarenakan nilai TDS dapat berupa ion-ion yang tak
dapat dipisahkan dengan menggunakan membrane.
Pada pengujian nilai turbidity, sampel sebelum pengolahan dan
sesudah pengolahan mengalami penurunan yaitu dari 93,5 NTU
menjadi 68,4 NTU. Hal itu disebabkan karena nilai turbidity
bergantung pada total padatan tersuspensi (TSS) yang terkandung
dalam air. Semakin besar TSS maka semakin besar turbidity, begitupun
sebaliknya. Sedangkan pada praktikum ini, nilai TSS sesudah masuk
unit pengolahan mengalami penurunan yang menyebabkan turbidity
sampel pun ikut mengalami penurunan. Berdasarkan persyaratan yang
ditetapkan
oleh
Menteri
Kesehatan
RI
No:
416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih ,batas maksimum yang dianjurkan untuk kekeruhan air baku
adalah 25 NTU. Dapat dilihat pada percobaan ini bahwa air sampel
setelah proses pengolahan dengan menggunakan membran
mikrofiltrasi lebih jernih daripada sebelum diolah akan tetapi sampel
air yang telah dioalah ini masih tergolong air yang kurang bersih.
Dari nilai-nilai TSS, TDS dan turbidity dapat diketahui efisiensi
unit pengolahan membrane mikrofiltrasi terhadap masing masing
parameter tersebut. Pada nilai TSS didapat efisiensi alat sebesar 8,8%,
pada nilai TDS sebesar 9,1% dan turbididty sebesar 26,8%.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Nilai TSS setelah masuk unit pengolahan membrane mikrofiltrasi
mengalami penurunan yaitu dari 500 mg/l menjadi 456 mg/ l,
sehingga menghasilkan efisiensi alat sebesar 8,8%.
2) Berdasarkan nilai TSS, sampel air termasuk kedalam golongan
diluar golongan 1 dan 2 baku mutu limbah cair.
3) Pada penentuan kadar nilai TDS cenderung menurun saat sesudah
proses pengolahan air dengan menggunakan membran mikrofiltrasi
yaitu dari 293,5 mg/L menjadi 266,8 mg/L dan menghasilkan
efisisensi alat sebesar 9,1%.
4) Nilai Turbidity air sampel setelah masuk unit pengolahan
membrane mikrofiltrasi mengalami penurunan yaitu dari 93,5 NTU
menjadi 68,4 NTU dan menghasilkan efisiensi alat sebesar 26,8%.
5) Berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
RI No: 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas
air bersih berdasarkan tingkat kekeruhannnya, sampel air yang
digunakan termasuk air dengan tingkat kekekeruhan cukup tinggi.
6) Semakin besar kadar nilai TSS maka semakin tinggi pula tingkat
kekeruhan dari sampel air tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anzar,
Dissolved
Solid
(online),
http://hijrah-
GAMBAR ALAT
Pengaduk
Spatula
Neraca Analitik
Pipet Ukur
Erlenmeyer
Turbiditimeter
Pipet Tetes
Bola Karet
Gelas Kimia
Kertas Saring
Corong
Lampiran