Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) = Transient Respiratory Distress of the
Newborn (TRDN) 1 = Wet lung adalah suatu penyakit ringan pada neonatus atau bayi baru lahir
yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir
akibat gangguan penyerapan cairan di alveoli paru dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 35 hari. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) pertama kali di diskripsikan oleh Avery pada
tahun 1966.1.2.3
2.2. Epidemiologi
Angka kejadian sekitar 1-2 % kelahiran hidup. Kejadiannya lebih banyak pada bayi yang
lahir dengan operasi Caesar dibandingkan dengan lahir spontan atau pervaginam. 1.2 Bayi baru
lahir dengan Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) umumnya gangguannya terbatas tanpa
morbiditas yang signifikan. Bayi dengan Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) baru lahir
yang mebaik selama periode 24-72-jam. Tidak ada predileksi ras yang telah dilaporkan.
Berdasarkan jenis kelamin risiko pria lebih banyak dibandingkan wanita. 4.5
2.2 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) baik pada
bayi, orang tua maupun proses persalinan antara lain : Bayi dilahirkan secara operasi Caesar,
makrosomia, bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita penyakit asma , diabetes mellitus dan
pengaruh sedasi , asfiksia perinatal, tidak adanya Phosphatidylglycerol pada cairan amnion, dan
bayi berjenis kelamin laki-laki. 2.5
2.4. Patofisiologi
Segera setelah janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi paru yang
mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolik yang menyebabkan cairan berpindah ke interstitial.
Volume darah paru juga meningkat pada saat bayi menarik napas, tetapi cairan dalam paru belum
mulai berkurang sampai 30-60 menit post natal dan lengkap diabsorbsi dalam 24 jam. Cairan
dalam lumen paru mengandung protein kurang dari 0,3 mg/ml, cairan dalam interstitial paru
3

mengandung protein kurang lebih 30 mg/ml. Perbedaan kandungan protein ini menyebabkan
perbedaan tekanan osmotik lebih dari 10 cm H2O, yang mengakibatkan cairan berpindah dari
lumen ke interstitial. Peningkatan aktivitas Na-K, ATP ase epitel paru selama proses persalinan
menyebabkan peningkatan absorbsi cairan ke interstitial. Masuknya udara ke paru saat menarik
napas tidak hanya mendorong cairan ke interstitial tetapi juga mengakibatkan tekanan
hidrostatistik dalam sirkulasi paru menurun dan meningkatkan aliran darah paru sehingga secara
keseluruhan akan meningkatkan luas permukaan vascular yang efektif untuk mendrainase cairan.
Pernapasan spontan juga akan menurunkan tekanan intra thorakal sehingga menurungkan
tekanan vena sistemik yang akhirnya meningkatkan drainase melalui sistem limfe.
Inhaled Air

Fluid

Alveoli

Gambar. 2.1 Babies with TTN have fluid in their lungs that makes it hard to breathe.
Penyebab Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) belum diketahui secara pasti
namun dicurigai melalui 3 proses yaitu 1. Penyerapan cairan paru janin terganggu disebabkan
oleh gangguan penyerapan cairan paru janin dari sistem limfatik paru dan gangguan mekanik,
pada bayi yang lahir secara Caesar karena kurangnya pemerasan toraks yang normal vagina,
yang memaksa cairan paru keluar. Volume cairan yang meningkat menyebabkan penurunan
fungsi paru-paru dan meningkatkan resistensi saluran napas menyebabkan takipnea dan retraksi
dinding dada. 2. Pulmonary immaturity . beberapa penelitian mencatat bahwa derajat ringan
imaturitas paru merupakan faktor utama dalam penyebab Transient Tachypnea of the Newborn
(TTN). Para penulis menemukan rasio L-S matang tanpa fosfatidilgliserol (Adanya
fosfatidilgliserol mengindikasikan selesai pematangan paru). Bayi yang lahir dengan usia
4

kehamilan 36 minggu resiko lebih tinggi kena Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
dibandingkan dengan usia 38 minggu. Kekurangan surfaktan ringan. Salah satu penelitian
kekurangan surfaktan ringan merupakan penyebab terjadinya Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN).
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinis pada pasien Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) biasanya mirip
dengan gejala distress respiratory antara lain: Takipnea (>60 kali/menit), retraksi pada dada,
sianosis, merintih, terlihat nafas cuping hidung. Takipnu ini bersifat sementara dimana
penyembuhan biasa terjadi dalam 48-72 jam setelah kelahiran. 4.5
Tabel 2.1 Evaluasi Gawat Napas dengan Skor Downes
Pemeriksaan

Skor
1
60-80 /menit
Retraksi ringan
Sianosis hilang
dengan 02
Penurunan ringan
udara masuk
Dapat didengar
dengan stetoskop

0
Frekuensi napas
Retraksi
Sianosis

< 60 /menit
Tidak ada retraksi
Tidak ada sianosis

Air entry

Udara masuk

Merintih

Tidak merintih

2
> 80/menit
Retraksi berat
Sianosis menetap
walaupun diberi O2
Tidak ada udara
masuk
Dapat didengar tanpa
alat bantu

Skor > 6 : Ancaman


gagal nafas

Selain menilai beratnya distress nafas yang terjadi, diperlukan juga penilaian untuk
memperkirakan penyebab dasar gangguan nafas untuk penatalaksanaan selanjutnya. Pada bayi
yang baru lahir dan mengalami distress nafas, penilaian keadaan antepartum dan peripartum
penting untuk dilakukan. Beberapa pertanyaan yang dapat membantu memperkirakan penyebab
distress nafas antara lain: apakah terdapat faktor resiko antepartum atau tanda-tanda distress pada
janin sebelum kelahiran, adanya riwayat ketuban pecah dini, adanya mekoneum dalam cairan
ketuban, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik, beberapa hasil pemeriksaan yang ditemukan juga dapat
membantu memperkirakan etiologi distress nafas. Bayi prematur dengan berat badan lahir <
1500 gram dan mengalami retraksi kemungkinan menderita HMD, bayi aterm yang lahir dengan
5

mekoneum dalam caian ketuban dan diameter antero-posterior rongga dada yang membesar
beresiko mengalami MAS, bayi yang letargis dan keadaan sirkulasinya buruk kemungkinan
menderita sepsis dengan atau tanpa pneumonia, bayi yang hampir aterm tanpa faktor resiko
tetapi mengalami distress nafas ringan kemungkinan mengalami transient tachypnea of the
newborn (TTN), dan hasil pemeriksaan fisik lainnya yang dapat membantu memperikirakan
etiologi distress nafas. 6
2.6 Diagnosis
2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) dapat
dilakukan pemeriksaan lecithinsphingomyelin ratio ( Rasio L-S mature ) , tidak adanya
fosfatidilgliserol dalam cairan ketuban dapat membantu untuk menentukan kematangan paru,
Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya
didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia
sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. Differensial
Count adalah normal pada Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), tapi sebaiknya dilakukan
untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan
polisitemia. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.7
2.6.2 Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada pasien yang mengalami disters pernapasan pada bayi lahir ;
foto thorax dan pemeriksaan ultrasonografi. Pada pasien Transient Tachypnea of the Newborn
(TTN) biasanya dengan foto thorax ditemukan berupa hiperinflasi kedua paru, garis prominen di
perihiler, Pembesaran jantung ringan hingga sedang, Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral,
Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. Prominent pulmonary
vascular markings. Kelainan tersebut bersifat sementara dan pada pemeriksaan foto thorax
evaluasi sudah membaik dalam 3-5 hari. Apabila dicurigai adanya kelainan congenital di jantung
dilakukan pemeriksan echocardiografi.8
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) antara lain ;
Pneumonia/sepsis. Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat pada riwayat
6

kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan demam.
Hialin Membran Disease biasanya terjadi pada neonates yang premature atau dengan alasan lain
akan tertundanya maturasi paru. Aspirasi Mekonium biasanya dapat diketahui dari riwayat
kehamilan dan persalinan berupa cairan ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan
ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), frekuensi denyut
jantung janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , auskultasi : suara nafas
abnormal.
2.8 Penatalaksanaan
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) ini bersifat self limiting disease, sehingga
pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif. Prinsip pengobatannya
adalah: Oksigenasi, Antibiotik. Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotic berspektrum luas
hingga diagnosis sepsis atau pneumonia disingkirkan. Pemberian makanan. Jika pernafasan di
atas 60 kali per menit, neonatus sebaiknya tidak diperi makan per oral untuk menghindari risiko
aspirasi. Jika frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali per menit, pemberian makanan per oral
dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian makanan harus melalui NGT. Jika lebih dari
80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena diindikasikan. Cairan dan elektrolit. Status cairan
tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan dipertahankan normal. 5.7
Penatalaksanaan neonatus dengan gagal nafas sebaiknya ditujukan pada penyakit yang
mendasarinya. Saat ini terapi gagal nafas pada neonatus ditujukan untuk mencegah komplikasi
dan memburuknya keadaan yang terjadi akibat penyakit paru-paru pada neonatus, seperti
hipoksemia dan asidemia, sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung. Bayi baru lahir
yang mengalami gangguan nafas berat harus dirawat di ruang rawat intensif untuk neonates
(NICU), bila tidak tersedia bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
NICU. Sebelum dirujuk atau dipindahkan ke NICU, penatalaksanaan yang tepat sejak awal
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan perawatan.
Monitoring temperatur merupakan hal yang penting dalam perawatan neonatus yang
mengalami distress pernafasan. Keadaan hipotermi maupun hipertermi harus dihindari.
Temperatur bayi harus dijaga dalam rentang 36,537,5 C. Enteral feeding harus dihindari pada
neonatus yang mengalami distress nafas yang berat, dan cairan intravena dapat segera diberikan,
untuk mencegah keadaan hipoglikemia. Keseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa harus
7

diperhatikan. Pemberian cairan biasanya dimulai dengan jumlah yang minimum, mulai dari 60
ml/kgBB/hari dengan Dekstrose 10% atau dari kebutuhan cairan harian. Kalsium glukonas
dengan dosis 6-8 ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan yang diberikan. Pemberian
nutrisi parenteral dapat dimulai sejak hari pertama. Pemberian protein dapat dimulai dari 3,5
g/kgBB/hari dan lipid mulai dari 3 g/kgBB/hari.9
Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah minimal handling.
Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk menilai keadaan
kardiorespiratorik, temperatur, dan saturasi oksigen pada bayi dengan Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN). Gejala dan hasil pemeriksaan radiologis pada bayi yang mengalami Transient
Tachypnea of the Newborn (TTN) sering tidak spesifik sehingga penyebab lain terjadinya
distress nafas seperti sepsis perlu dipertimbangkan, dan pemberian antibiotik spectrum luas
sedini mungkin harus dimulai sampai hasil kultur terbukti negatif. Pemilihan antibiotic inisial
yang dianjurkan adalah ampicillin dan gentamicin.
Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas dibersihkan dari
lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan, serta memastikan
pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring saturasi oksigen dapat dilakukan dengan
menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan kapan memulai intubasi dan
ventilasi. Semua bayi yang mengalami distress nafas dengan atau tanpa sianosis harus
mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen lembab dan telah
dihangatkan.10.11
Tabel 2.2 Panduan untuk monitoring saturasi oksigen dengan pulse oxymetri
> 95%
88-94%
85-92%

Bayi aterm
Bayi pre term (28-34 minggu)
< 28 minggu

Tujuan utama dalam penatalaksanaan Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah
menjamin kecukupan pertukaran gas dan sirkulasi darah dengan komplikasi yang seminimal
mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menangani dan mengatasi etiologi Transient Tachypnea
of the Newborn (TTN) . Indikasi untuk memulai ventilasi mekanis pada pasien yang mengalami
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) biasanya didasari atas menetap atau memburuknya
keadan klinis akibat proses pertukaran gas di paru-paru yang terganggu.12.13
8

2.8.1 Penatalaksanaan di ruang NICU


Penatalaksanaan gagal nafas pada neonatus di ruang perawatan intensif neonates (NICU)
saat ini telah mengalami perkembangan. Penggunaan surfaktan, high frequency ventilator,
inhaled nitric oxide (iNO), telah banyak dilakukan dan berakibat pada berkurangnya penggunaan
extracorporeal membrane oxygenation yang memiliki banyak efek samping.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi gagal nafas pada neonatus (misalnya
dengan pemberian nitrat oksida, extracorporeal membrane oxygenation), 25-30% penderita yang
berhasil bertahan hidup mengalami gangguan kognitif, 6-13% mengalami cerebral palsy, 6-30%
mengalami gangguan pendengaran, dan pada usia sekolah banyak yang mengalami gangguan
perhatian, pendengaran, disfungsi neuromotorik dan perilaku. 13.14
2.8.2 Ventilasi Mekanis
Ventilasi mekanis merupakan prosedur bantuan hidup yang invasif dengan berbagai efek
pada sistem kardiopulmonal. Tujuan ventilasi mekanis adalah membaiknya kondisi klinis pasien
dan optimalisasi pertukaran gas dan pada FiO2 (fractional concentration of inspired oxygen)
yang minimal, serta tekanan ventilator/volume tidal yang minimal. Derajat distress pernafasan,
derajat abnormalitas gas darah, riwayat penyakit paru-paru, dan derajat instabilitas
kardiopulmonal serta keadaan fisiologis penderita harus ikut dipertimbangkan dalam
memutuskan untuk memulai penggunaan ventilator mekanik. Berbagai mode ventilasi mekanik
dapat ditentukan oleh parameter yang diatur oleh klinisi untuk menentukan karakteristik
pernafasan mekanis yang diinginkan. Indikasi absolut penggunaan ventilasi mekanis antara
PaO2 kurang dari 50 mmHg atau FiO2 diatas 0,8 yang bukan disebabkan oleh penyakit jantung
bawaan tipe sianotik, (3) PaCO2 lebih dari 60 mmHg dengan asidemia persisten, dan (4) bayi
yang menggunakan anestesi umum. Sedangkan indikasi relatif untuk penggunaan ventilasi
mekanis antara lain: (1) frequent intermittent apnea, (2) bayi yang menunjukkan tanda-tanda
kesulitan nafas, (3) dan pada pemberian surfaktan.15.16
2.9 Prognosis

Penyakit Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) ini bersifat sembuh sendiri dan
tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan
dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan dengan diuresis.

10

Anda mungkin juga menyukai