Anda di halaman 1dari 27

Draft 2

PANDUAN PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
menyatakan
bahwa:
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tersebut di atas, Kementerian Pendidikan Nasional sejak
tahun 2010 mengembangkan pendidikan karakter pada semua jenjang
pendidikan, termasuk SMP.
Sebenarnya pendidikan karakter bukan sepenuhnya hal yang baru dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini setidak-tidaknya ada
tiga mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi
pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama, PKn, dan Bahasa
Indonesia. Namun demikian, pengembangan watak melalui ketiga mata
pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena
beberapa hal. Pertama, ketiga mata pelajaran tersebut cenderung
sekedar
membekali
pengetahuan
mengenai
nilai-nilai
melalui
materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada
ketiga mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai
mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa
sehingga siswa berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga,
menggantungkan pembentukan watak siswa melalui ketiga mata
pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu
melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata
pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan
sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk
mendukung pengembangan karakter peserta didik.
Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
dan budi pekerti tersebut, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter.
Inovasi tersebut adalah:

1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua


mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai
ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilainilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas
pada semua mata pelajaran.
2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan
kegiatan pembinaan kesiswaan.
3) Selain itu, pengembangan karakter dilaksanakan melalui kegiatan
pengelolaan semua bidang urusan di sekolah yang melibatkan semua
warga sekolah.
Pelaksanaan pendidikan karakter melalui tiga strategi tersebut di atas
merupakan hal yang baru bagi sebagain besar SMP di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter di
SMP, Direktorat Pembinaan SMP memandang perlu menyusun panduan
pelaksanaan pendidikan karakter di SMP.
Panduan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP ini secara singkat
memuat pengertian dan tujuan umum pendidikan karakter, pengertian
pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran, pengertian
pendidikan karakter terintegrasi dalam kegiatan pembinaan kesiswaan,
pengertian pendidikan karakter terintegrasi dalam pengelolaan sekolah,
nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan, langkah-langkah
pelaksanaan pendidikan karakter, dan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pendidikan karakter di SMP.
B. Pengertian Umum
Pendidikan karakter di sekolah adalah upaya yang terencana untuk
memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilainilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata
pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah pada
semua bidang urusan.
C. Tujuan Umum
Pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta
didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir
Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas 23/2006) sehingga mereka
menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif).
D. Sasaran

Sasaran utama pendidikan karakter di sekolah adalah seluruh peserta


didik. Namun demikian, warga sekolah lainnya, yaitu kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, pegawai tata usaha, laboran, pustakawan, teknisi, dan
penjaga keamanan harus menjadi model dalam mengembangkan
karakter masing-masing. Mereka adalah pendidik karakter yang harus
beperan sebagai model insane berkarakter.
E. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan
Untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan dirinya menjadi insan
yang berkarakter tangguh, ada banyak nilai yang perlu ditanamkan.
Namun demikian, menanamkan semua karakter pada peserta didik
merupakan hal yang sangat berat. Oleh karena itu perlu diidentifikasi
sejumlah nilai sebagai prioritas penanaman.
Tujuan utama pendidikan pada tingkat SMP adalah memfasilitasi peserta
didik menguasai butir-butir SKL SMP (Permen Diknas 23/2006) melalui
pembelajaran semua mata pelajaran dengan isi sebagaimana tertuang
dalam SI (Permen Diknas 22/2006). Berdasarkan analisis diketahui bahwa
SKL maupun SI mengisayaratkan sejumlah nilai yang perlu diinternalisasi
oleh peserta didik. Dengan demikian, nilai-nilai karakter sebagai prioritas
penanaman di SMP disarikan dari butir-butir SKL, dan SK/KD mata
pelajaran-mata pelajaran SMP. Dengan digalakkannya pengembangan
jiwa kewirausahaan, nilai-nilai kewirausahaan juga penting dijadikan
prioritas.
Berikut adalah 25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SMP
beserta deskripsi singkat dari masing-masing karakter:
1.Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2.Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
baik terhadap diri dan pihak lain.
3.Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat,
tepat, dan cepat.
4.Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan


kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara
dan Tuhan YME.

5.Kebersihan dan kesehatan


Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang bersih dan sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
6.Kedisiplinan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
7.Tolong-menolong
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menolong orang.
8.Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan dan/atau nalar
untuk menghasilkan cara dan/atau produk baru atau termutakhir.
9.Kesantunan
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
10.

Ketangguhan

Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa
ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam
mencapai tujuan.
11.
Kedemokratisan
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
12.

Kemandirian

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

13.

Keberanian mengambil risiko

Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan


nyata.
14.

Berorientasi pada tindakan

Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.


15.

Berjiwa kepemimpinan

Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok


untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas
kepemimpinan berbasis budaya bangsa.
16.

Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi


berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan)
dengan sebaik-baiknya.
17.

Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan


tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
18.

Keingintahuan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih


mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
19.

Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,


kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
20.

Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi


milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri
serta orang lain.

21.

Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan


masyarakat dan kepentingan umum.
22.

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan


sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
23.

Kepedulian terhadap lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki


penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar
dirinya.
24.

Nasionalisme

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,


kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
25.

Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik


yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, delapan butir dipilih sebagai
nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter, yaitu:
1.Kereligiusan
2.Kejujuran
3.Kecerdasan
4.Tanggung jawab
5.Kebersihan dan kesehatan
6.Kedisiplinan
7.Tolong-menolong
8.Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Kedelapan butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran
dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai
lainnya.

F. Pendidikan Karakter secara Terintegrasi di SMP


Di depan telah dinyatakan bahwa pendidikan karakter di SMP
dilaksanakan secara terintegrasi melalui proses pembelajaran pada
semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan
sekolah. Berikut adalah pengertian dari masing-masing integrasi
pendidikan karakter tersebut.
1. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di
dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi
diperolehnya
kesadaran
akan
pentingnya
nilai-nilai,
dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan
demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan dilakukan
untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
Dalam struktur kurikulum kita, ada dua mata pelajaran yang terkait
langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu
pendidikan Agama dan PKn. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan
mata pelajaran yang secara eksplisit mengenalkan nilai-nilai, dan
sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata
pelajaran selain pendidikan Agama dan PKn yang dikembangkan saat
ini lebih pada fasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku
sehari-hari melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar
dan penilaian). Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan melalui
bahan ajar dapat dilakukan, tetapi bukan merupakan penekanan. Yang
ditekankan adalah pelaksanaan dan/atau penginternalisasian nilai-nilai
melalui kegiatan-kegiatan di dalam proses pembelajaran.
Berikut adalah mata pelajaran yang dimaksud di SMP:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pendidikan Agama
PKn
Bahasa Indonesia
Matematika
IPS
IPA
Bahasa Inggris

h.
i.
j.
k.

Seni Budaya
Penjasorkes
TIK/ Keterampilan
Muatan Lokal

2. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam kegiatan pembinaan


kesiswaan
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam kegiatan pembinaan
kesiswaan adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilainilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui pelaksanaan kegiatan
pembinaan kesiswaan, yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan di
luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di
dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilainilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal,
nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya.
Berikut adalah contoh-contoh kegiatan pembinaan kesiswaan di SMP:
a. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
b. Masa Orientasi Siswa (MOS)
c. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
d. Penegakan tatakrama dan tata tertib kehidupan akademik dan
sosial sekolah
e. Kepramukaan
f. Upacara bendera
g. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
h. Palang Merah Remaja (PMR)
i. Pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba
j. Pembinaan bakat dan minat, yang antara lain meliputi:
1) Sains
2) Olahraga
3) Seni
4) Bahasa
3. Pendidikan karakter melalui pengelolaan sekolah yang berkarakter
Pendidikan karakter melalui pengelolaan sekolah adalah pengenalan
nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai,
dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui pelaksanaan manajemen sekolah yang berkarakter

baik. Seluruh bidang urusan sekolah dikelola secara efektif dan efisien
berdasarkan nilai-nilai luhur, baik nilai-nilai yang mendasari hubungan
kita terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa,
maupun lingkungan.
Berikut
adalah
bidang-bidang
urusan
di
SMP
berdasarkan
Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Penyusunan Rencana Kerja Sekolah


Penyusunan dan Pelaksanaan Pedoman dan Struktur Sekolah
Kesiswaan
Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang Keuangan dan Pembiayaan
Budaya dan Lingkungan Sekolah
Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah
Kepemimpinan Sekolah
Sistem Informasi Manajemen

BAB II
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP
Pendidikan karakter di SMP secara terpadu dalam proses pembelajaran,
manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan harus segera
dilaksanakan oleh setiap sekolah. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam
melaksanakan pendidikan karakter yang meliputi sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan tindak lanjut.
A. Sosialisasi/pelatihan
Pelaksanaan pendidikan karakter memerlukan dukungan dari semua
warga sekolah, termasuk Komite Sekolah, bahkan orangtua siswa dan
masyarakat di sekitar sekolah. Dukungan tersebut akan diperoleh ketika
semua warga tersebut memiliki pemahaman yang baik terhadap
pentingnya pendidikan karakter dan bagaimana melaksanakannya. Oleh
karena itu sebagai langkah awal dari pelaksanaan pendidikan karakter,
mutlak dilakukan sosialisasi/pelatihan pendidikan karakter agar semua
pihak yang terlibat memperoleh pemahaman yang memadai dalam
semua aspek implementasi pendidikan karakter.
Sosialisasi/pelatihan yang dimaksud idealnya menjangkau semua warga
sekolah. Sosialisasi/pelatihan ini dapat dilaksanakan oleh sekolah sendiri
dengan mengundang narasumber yang telah dilatih oleh Kementerian
Pendidikan Nasional atau dengan cara mengirimkan warganya mengikuti
sosialisasi/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lain.
Sosialisasi/pelatihan setidak-tidaknya menjadikan peserta:
1. Memahami pengertian pendidikan karakter secara terpadu dalam
pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan
kesiswaan;
2. Memahami nilai-nilai karakter utama dan nilai-nilai karakter pokok
prioritas penanaman;
3. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan belajar (aktif) dan/atau teknik
penilian yang tidak saja mengembangkan dan/atau mengukur
pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik, tetapi juga
perkembangan karakter;
4. Mampu mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam pembelajaran
dari tahapan perencanaan (silabus, RPP, bahan ajar), pelaksanaan
(proses kegiatan belajar mengajar di kelas), dan evaluasi;
5. Mampu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan
pembinaan kesiswaan;

6. Memahami proses pengelolaan semua bidang urusan sekolah yang


efektif dan efisien yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, baik nilainilai yang mendasari hubungan kita terhadap Tuhan YME, diri sendiri,
sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan;
7. Mampu membuat rancangan/action plan pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah; dan
8. Mampu merancang dan melaksanakan monitoring dan evaluasi
pendidikan karakter di sekolah.
Sosialisasi/pelatihan dianjurkan dilaksanakan dalam format loka karya
sehingga peserta tidak hanya terlibat dalam proses memperoleh
pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis dan menghasilkan
karya/dokumen yang dapat digunakan di sekolah (dengan atau tanpa
penyempurnaan lebih lanjut).
B. Perencanaan
Setelah warga sekolah memiliki pemahaman yang baik mengenai
pendidikan karakter, langkah selanjutnya adalah membuat rencana
jangka menengah dan rencana tahunan pelaksanaan pendidikan karakter
di sekolah.
1. Rencana jangka menengah
Rencana jangka menengah yang dimaksud setidak-tidaknya memuat:
a. Nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada masing-masing mata
pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan
pengelolaan sekolah
b. Tahapan pelaksanaan pendidikan karakter (termasuk tanggal dan
jangka waktunya)
c. Kegiatan-kegiatan pendukung implementasi pendidikan karakter
beserta sumber dana dan besarnya dana yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendukung tersebut
d. Koordinator pelaksanaan pendidikan karakter untuk masing-masing
jalur (pembelajaran: urusan kurikulum, kegiatan pembinaan
kesiswaan: urusan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah: wakasek).
Implementasi pendidikan karakter idealnya dimulai secara serentak
pada pembelajaran semua mata pelajaran, semua kegiatan
pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan semua bidang urusan
sekolah. Namun demikian disadari bahwa memulai implementasi
secara serentak tersebut bukan sesuai yang ringan. Kondisi
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya sangat mempengaruhi
kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter. Oleh
karenanya implementasi pendidikan karakter secara terintegrasi

DAPAT dimulai dari beberapa mata pelajaran, sejumlah kegiatan


kesiswaan, dan pengelolaan beberapa bidang urusan sekolah. Mata
pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah
yang diberi integrasi pendidikan karakter pada awal implementasi
(tahun pertama) dipilih dari yang mudah atau yang siap dan
melibatkan paling banyak peserta didik. Implementasi pada tahaptahap (tahun-tahun) selanjutnya diperluas ke pelajaran, kegiatan
pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah lainnya sehingga
selambat-lambatnya pada tahun ke empat semua telah diberi
integrasi pendidikan karakter. Tabel berikut menyajikan CONTOH
tahapan implementasi pendidikan karakter di sekolah.
No.
Jalur
1. Pembelajaran
(mapel)
2. Keg.
Pemb.
Kesiswaan
3. Manajemen sekolah

2011/1012
Sem Sem
1
2
2
4
4

Tahun Pelajaran
2012/2013 2013/2014 2014/2015
Sem Sem Sem Sem Sem Sem
1
2
1
2
1
2
6
8
10
10 semu semu
a
a
6
6
8
8
semu semu
a
a
6
8
10
10 semu semu
a
a

Catatan:
a. Jumlah mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang
urusan sekolah yang diberi integrasi pendidikan karakter
meningkat dari tahun ke tahun. Angka pada setiap kolom
menunjukkan jumlah mata pelajaran, kegiatan pembinaan
kesiswaan, dan bidang urusan sekolah secara akumulatif pada
tahun/semester tersebut.
b. Integrasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran, kegiatan
pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan semua bidang urusan
sekolah pada contoh tabel di atas memerlukan waktu empat tahun.
Salah satu prinsip yang diterapkan dalam merancang pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah adalah prinsip partisipatif. Semua
warga sekolah perlu dilibatkan dalam membuat rancangan. Mereka
dilibatkan dalam memutuskan apakah pendidikan karakter serentak
dimulai pada semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan,
dan bidang urusan sekolah ataukah dimulai pada sebagian saja. Bila
dimulai pada beberapa saja, mereka dilibatkan dalam mengidentifikasi
dan menetapkan mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan
bidang urusan sekolah yang implementasinya awal. Selanjutnya
mereka
didengar
gagasannya
mengenai
tahapan-tahapan
implementasi yang layak dan kegiatan-kegiatan dan/atau sumberdaya

pendukung apa saja yang perlu ada agar implementasi berjalan


dengan baik. Berikut adalah CONTOH FORMAT rancangan pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah yang DAPAT dikembangkan lebih lanjut
sesuai kebutuhan.

RENCANA JANGKA MENENGAH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER


SMP TAHUN 2011 2014
A. Rasional
Uraikan dengan singkat pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter secara
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan
pengelolaan sekolah.
B. Analisis Kondisi Sekolah
Uraikan dengan singkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan
karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf
tata usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi
warga sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan
pendidikan karakter hingga saat ini.
C. Nilai-nilai yang Diintegrasikan
Berdasarkan ketentuan-ketentuan formal yang mengatur pendidikan, aspirasi
warga sekolah, dan harapan masyarakat serta pengalaman sekolah melaksanakan
pendidikan karakter hingga saat ini, tetapkan nilai-nilai pokok dan nilai-nilai utama
yang diintegrasikan.
1. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
a. Pendidikan Agama
b. PKn
c. Dst.
2. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam kegiatan kesiswaan
a. Kepramukaan
b. OSIS
c. Dst.
3. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam pengelolaan sekolah
a. Sarana/Prasarana
b. Kesiswaan
c. Dst.
D. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Berdasarkan tingkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter
dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata
usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga
sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan
karakter, tetapkan tahapan pelaksanaan pendidikan karakter (serentak atau
bertahap, dan bila bertahap mulai dari mana).
E. Kegiatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Berdasarkan tingkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter
dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata
usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga
sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan
karakter, tetapkan kegiatan-kegiatan beserta sumber dan besarnya dana serta
waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. (Catatan: butir D dan E
sebaiknya dituangkan dalam matriks).
F. Koordinator
Penanggungjawab pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah kepala
sekolah yang dibantu oleh beberapa koordinator, yaitu koordinator pendidikan
karakter melalui pembelajaran (wakasek urusan kurikulum), koordinator pendidikan
karakter melalui kegiatan pembinaan kesiswaan (wakasek urusan kesiswaan), dan
koordinator pendidikan karakter melalui manajemen sekolah (wakasek).
G. Monitoring dan Evaluasi (teknik, aspek yang evaluasi, pelaksana, waktu
pelaksanaan)

H. Penutup
Uraikan dengan singkat hal-hal yang mungkin menjadi hambatan dan pendukung,
solusi terhadap hambatan, dan partisipasi serta koordinasi yang diperlukan.

2. Rencana tahunan
Rencana tahunan pelaksanaan pendidikan karakter disusun
berdasarkan rencana jangka menengah. Rencana tahunan merupakan
rencana operasional pelaksanaan pendidikan karakter pada tahun
yang bersangkutan sesuai dengan tahapan yang direncanakan dalam
rencana jangka menengah. Seperti disebutkan di depan, rencana
jangka menengah disusun untuk jangka waktu empat tahun dengan
setiap tahun memiliki kegiatan/program yang berbeda-beda. Berikut
adalah CONTOH FORMAT rencana opereasiona (tahunan) yang sekolah
DAPAT adopsi atau kembangkan lebih lanjut.
RENCANA OPERASIONAL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER
SMP TAHUN
A. Rasional
Uraikan dengan singkat bahwa berdasarkan analisis kesiapan sekolah dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya
manusia (terutama guru dan staf tata usaha), sumberdaya lainnya
(sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga sekolah, harapan masyarakat,
dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter, sekolah pada tahun
ini () menetapkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter mencakup mata
pelajaran apa saja, kegiatan pembinaan kesiswaan apa saja, dan pengelolaan
bidang apa saja. Selanjutnya sebutkan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang
dalam rencana jangka menengah.
B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun
Rencana operasional pelaksanaan pendidikan karakter dapat dituangkan dalam
CONTOH format berikut:
No. Jalur Pend. Karakter dan Tujuan Sasaran Waktu Tempat Besar Sumber KoorKegiatan
Dana Dana dinator
1. Pembelajaran
a. Penyusunan silabus
b. Penyusunan RPP

c. Penyiapan bahan ajar


dan media
d. Implementasi di kelas
e. Penilaian
f. Monitoring dan
evaluasi
g. Tindak lanjut
2. Keg. Pembinaan
kesiswaan
a. Penyusunan panduan
b. Rekrutmen peserta
c. Dst.
3. Pengelolaan sekolah
a. Pengembangan sistem
b. Sosialisasi sistem
c. Dst.

C. Monitoring dan Evaluasi (teknik, aspek yang evaluasi, pelaksana, waktu


pelaksanaan)
D. Penutup
Uraikan dengan singkat hal-hal yang mungkin menjadi hambatan dan pendukung,
solusi terhadap hambatan, dan partisipasi serta koordinasi yang diperlukan.

Catatan:
1. Rencana jangka menengah dan rencana tahunan (operasional)
pelaksanaan pendidikan karakter sesungguhnya tidak perlu dibuat
tersendiri, tetapi sebaiknya merupakan kesatuan dari RKS dan RKAS.
Namun demikian, karena RKS dan RKAS mungkin telah disusun oleh
sekolah sebelum pendidikan karakter dikenalkan kepada sekolah,
untuk sementara sekolah dapat menyusun rencana jangka menengah
dan rencana operasional terpisah dari RKS dan RKAS.
2. Pengintegrasian pendidikan karakter berimplikasi pada perlunya revisi
KTSP, baik dokumen I maupun dokumen II. Apabila kedua dokumen
tersebut belum mengakomodasi atau mencerminkan integrasi
pendidikan karakter, maka dokumen tersebut perlu direvisi.
C. Implementasi
Pada tahap perencanaan telah disusun rencana jangka menengah dan
rencana operasional (tahunan) pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah. Tahap berikutnya adalah mengimplementasikan rencana
operasional dengan mengikuti jadwal sebagaimana tertuang dalam
rencana tahunan. Perubahan-perubahan terhadap rencana operasional
selama implementasi dapat dilakukan apabila keadaan menghendakinya.
Berikut adalah CONTOH pelaksanaan integrasi pendidikan karakter
melalui proses pembelajaran.
Sebagaimana CONTOH pada rencana operasional di depan (lihat bagian
B), pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi dalam proses
pembelajaran meliputi proses penyusunan silabus, penyusunan RPP,
penyiapan bahan ajar dan media, implementasi di kelas, penilaian,
monitoring dan evaluasi, dan tindak lanjut. Oleh karena itu yang
pertama-tama
dilakukan
oleh
sekolah/guru
adalah
menyusun/mengadaptasi
silabus
yang
dilanjutkan
menyusun/mengadaptasi RPP, menyusun/mengadaptasi bahan ajar, dan
mengembangkan media pembelajaran yang sesuai.
1. Penyusunan silabus, penyusunan RPP, penyiapan bahan ajar dan
media
a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen


Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya
ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar
juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta
didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan
perubahan pada tiga komponen silabus berikut:
1) Penambahan kolom (komponen) dalam silabus, yaitu kolom
(komponen) karakter di antara kolom KD dan materi pembelajaran.
2) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga
ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
3) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga
ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam
hal karakter
4) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada
teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur
perkembangan karakter
Penambahan kolom (komponen) karakter dimaksudkan agar nilai-nilai
karakter
terencana
dengan
baik
pengintegrasiannya
dalam
pembelajaran. Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan
kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta
didik
dan
karakter
yang
hendak
dikembangkan.
Kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang
ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih
memperkuat pencapaian SK dan KD dan sekaligus mengembangkan
karakter. Contoh model silabus yang dimaksud dapat dilihat pada
Lampiran 1.
b. RPP
RPP disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh
sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran,
materi
pembelajaran,
metode
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan
pada silabus, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih
untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD.
Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam
menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan

karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi


terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:
1) Penambahan dan/atau modifikasi tujuan pembelajaran sehingga
pembelajaran tidak hanya membenatu peserta didik mencapai KD,
tetapi juga mengembangkan karakternya
2) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga
ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
3) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga
ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam
hal karakter
4) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada
teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur
perkembangan karakter
Contoh model RPP dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Bahan ajar
Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses
pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)
yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi
yang berarti.
Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, dewasa ini
pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir
semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian
berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib
menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Untuk
membantu sekolah mengadakan buku-buku tersebut, pemerintah telah
memberikan dana buku teks kepada sekolah melalui dana BOS.
Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria
kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika
bahan-bahan
ajar
tersebut
masih
belum
secara
memadai
mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru
sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan
berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku
tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh
karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan
RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu
diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru
adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang
sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah

dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku


ajar yang dipakai.
Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit
terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud
adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Tujuan
Input
Aktivitas
Pengaturan (setting)
Peran guru
Peran peserta didik

Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud


menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.
Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan
karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut.
1) Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah
apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada
pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap/karakter. Oleh
karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau
sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai
tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling
menghargai, dan sebagainya.
2) Input
Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut
dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar,
model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input
yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya
menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan
nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.
3) Aktivitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik
(bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu
peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah AKTIVITAS-

AKTIVITAS BELAJAR AKTIF yang antara lain mendorong terjadinya


autonomous learning dan berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan
berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa
memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang
memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen,
pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan
mengerjakan proyek. Salah satu pendekatan yang dianjurkan
adalah Contextual Teaching and Learning.
4) Pengaturan (setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di
mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting
berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu
penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan
menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga
menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok
dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama,
saling menghargai, dan lain-lain.
5) Peran guru
Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak
dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada
umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung
dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap
peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku
guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh
siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan
pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru
yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa
adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru
berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun
karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa
dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang
guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik).
6) Peran peserta didik
Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada
buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit
juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis pada

buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit,


guru perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada
kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan
menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif
dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai
partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan
eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
Contoh bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter dapat
dilihat pada Lampiran 3.
d. Media pembelajaran
Untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dan mengembangkan karakternya, perlu dikembangkan
dan digunakan media pembelajaran yang sesuai. Media yang
dimaksud dapat berupa alat yang sederhana dengan memanfaatkan
benda-benda yang tersedia di sekitar sekolah, lingkungan alam sekitar
sekolah, hingga multimedia interaktif dengan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
Media yang dipilih guru hendaknya yang sekaligus mengembangkan
karakter. Sebagai contoh, ketika guru mengembangkan media dari
barang-barang bekas, peserta didik akan mengembangkan kreativitas
dan cinta lingkungan. Saat guru memtuskan menggunakan multimedia
interaktif, peserta didik mungkin akan mengembangkan kemandirian.
2. Implementasi di kelas
Setelah silabus, RPP, bahan ajar, dan media pembelajaran
dikembangkan, tahap selanjutnya adalah mengimplementasikannya di
dalam kelas. Pada tahap ini aktivitas-aktivitas belajar yang telah
dirancang dalam silabus dan RPP yang telah secara rinci dituangkan
dalam bahan/buku ajar dilaksanakan. Walaupun tidak dimaksudkan
untuk secara kaku mengikuti rencana yang telah disusun, guru
hendaknya secara bertanggungjawab melaksanakan rencana
pembelajarannya. Selama ini banyak guru yang seolah-olah
memandang bahwa silabus dan RPP adalah sekedar memenuhi
ketentuan administrasi, dan proses pembelajaran di dalam kelas tidak
perlu sesuai dengan silabus dan RPP. Apabila hal yang demikian ini
terus berlanjut, pendidikan karakter melalui pembelajaran akan kurang
berhasil. Silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah disiapkan untuk
pendidikan
karakter
yang
terintegrasi
harus
benar-benar
diimplementasikan di dalam kelas dengan guru sebagai model insan

yang berkarakter (dengan falsafah ing ngarso sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani).
3. Penilaian
Pada dasarnya authentic assessment dianjurkan untuk diterapkan.
Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak
hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga
mengukur perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu diupayakan
bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan
kepribadian siswa sekaligus.
Pedoman penilaian untuk lima kelompok mata pelajaran yang
diterbitkan oleh BSNP (2007) menyebutkan bahwa sejumlah teknik
penilaian dianjurkan untuk dipakai oleh guru menurut kebutuhan. Tabel
berikut menyajikan teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan
bentuk-bentuk instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru.
Tabel: Teknik dan bentuk instrumen penilaian
Teknik Penilaian
Tes Tertulis

Penugasan individual atau


kelompok
Observasi

Penilaian portofolio
Jurnal
Penilaian diri
Penilaian antarteman

Tes Lisan
Tes Kinerja

Bentuk Instrumen
Pilihan ganda
Benar-salah
Menjodohkan
Pilihan singkat
Uraian
Daftar pertanyaan
Tes tulis keterampilan
Tes identifikasi
Tes simulasi
Tes uji petik kerja
Pekerjaan rumah
Proyek
Lembar observasi/lembar
pengamatan
Lembar penilaian portofolio
Buku catatan jurnal
Lembar penilaian diri/kuesioner
Lembar penilaian antarteman

Di antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan


untuk menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian
akademik maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama

observasi (dengan lembar observasi/lembar pengamatan), penilaian


diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antarteman
(lembar penilaian antarteman).
Nilai karakter peserta didik dinyatakan secara kualitatif. Nilai peserta
didik menggambarkan perkembangan karakter yang bersangkutan
pada saat penilaian dilakukan. Nilai tersebut merupakan dasar bagi
guru untuk memberikan pembinaan lebih lanjut agar peserta didik
yang bersangkutan mengembangkan karakternya hingga optimal.
Berikut adalah contoh sebutan-sebutan nilai yang merupakan
representasi perkembangan karakter peserta didik:
MK/A

= Membudaya (apabila peserta didik terus menerus


memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator
secara konsisten)
MB/B = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan
dalam indikator dan mulai konsisten)
MT/C = Mulai
Terlihat
(apabila
peserta
didik
sudah
mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
BT/D = Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
D. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan pendidikan karakter baik melalui proses pembelajaran,
kegiatan pembinaan kesiswaan, maupun pengelolaan sekolah perlu
dimonitor dan dievaluasi setidak-tidaknya setahun sekali. Tujuan umum
dari kegiatan ini antara lain adalah untuk mengetahui:
1. kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan jadwal,
2. hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan
pendidikan karakter dan solusi yang perlu diupayakan,
3. hal-hal yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter,
4. perubahan-perubahan yang dilakukan selama pelaksanaan pendidikan
karakter,
5. tingkat ketercapaian dari target-target pendidikan karakter yang telah
dirumuskan, dan
6. praktik-praktik yang baik dalam tingkat ketercapaian dari target-target
pendidikan karakter yang telah dirumuskan.
Untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu dibuat panduan singkat
yang setidak-tidaknya memuat tujuan, sasaran, komponen/aspek yang

domonitor dan dievaluasi, waktu pelaksanaan, pelaksana, instrumen


pengumpul data, dan teknis analisis data.
Komponen/aspek yang domonitor dan dievaluasi dan instrumen
pengumpul data biasanya berbeda-beda antara monitoring dan evaluasi
untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam
pembelajaran, kegiatan kesiswaan, dan manajemen sekolah.
Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan dan selanjutnya digunakan
untuk merancang pelaksanaan pendidikan karakter pada tahun
berikutnya.

Lampiran
Lampiran 1: Contoh model silabus
Lampiran 2: Contoh model RPP
Lampiran 3: Contoh bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan
karakter

Anda mungkin juga menyukai