Anda di halaman 1dari 8

3 Obat untuk Penyakit Hati

Kultum ramadhan kali ini kita akan membahas masalah tasyfiatun


nufus (penyucian jiwa), dimana menjadi sangat penting untuk pribadipribadi muslim saat ini. Sehingga kewajiban untuk para dai
menyampaikannya kepada kaum muslimin, apalagi di momen yang tepat di
bulan Ramadhan yang Mulia ini. Berikut ini sajiannya:
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,











Kaum muslimin yang berbahagia
Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi
petunjuk, Yang menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji
syukur kita haturkan pula kepada Allah, karena dengan rahmat dan
hidayahnya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepadaNya.
Hadhirin yang kami hormati,
Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk
melakukan ibadah kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk
diajak melakukan ketaatan kepada Sang Pencipta. Mengapa?

Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali
dengan hawa nafsu. Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa
nafsunya lebih menguasi dirinya, sehingga dia bergelimang dengan maksiat,
namun dia tidak merasa bersalah. Ada yang hati nuraninya lebih
mendominasi, sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah
sebuah kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah
bisa dirasakan kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika
menceritakan salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada para
sahabat,





Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauan kalian dalam beberapa urusan benar-benarlah kalian
mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan
dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian (QS. Al-Hujurat:
7).
Atas petunjuk Allah taala, Allah jadikan para sahabat manusia yang
bisa menikmati lezatnya iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang
indah pada hati para sahabat. Sehingga kecintaan mereka kepada kebaikan,
mengalahkan segalanya.

Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu


anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai
Rabnya, islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam, sebagai rasulnya. (HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut
tiga kriteria:

Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya,

sebagai bukti dia ridha Allah sebagai Rabnya,

kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan

hidupnya, sebagai bukti dia ridha bahwa islam sebagai agamanya

dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi

wa sallam dalam hidupnya


orang yang memiliki 3 kriteria ini akan merasakan lezatnya.
Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,


:


Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya
iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai

seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada
kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka. (HR. Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala
turunannya, merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Hadhirin, jamaah yang kami hormati,
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa
berat atau bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi,
bahkan termasuk kita, seringkali masih menganggap ketaatan itu sesuatu
yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?
Jamaah yang berbahagia,
Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti
yang kita pahami, hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah
makan, dan semua terasa pahit. Selezat apapun jenis makanan yang
diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto
pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang
sakit.
Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat
apapun nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha
menolaknya. Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa banyak
orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati
dan jiwanya sedang sakit.

Jamaah yang berbahagia,


Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus
berusaha mengobati penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya
kita tidak bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang
dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.
Lalu bagaimana cara mengobati hati?
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 17)
menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit.
Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien,
dia akan memberlakukan 3 hal:
Pertama, [ ] menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter
akan menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat,
tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin.
Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang
harus dia lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang
bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk
mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah,
serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu
dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana

hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh
nutrisi berupa ilmu.
Kedua, [ ] [melindungi pasien dari munculnya penyakit
yang baru atau sesuatu yang bisa memparah sakitnya.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah
menyarankan pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis
penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang
dijelaskan Ibnul Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa
memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua
perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk
penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya
dosa bagi hati manusia,

{ } }
Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat
maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan
maksiat itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn.
Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut
hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan ar-raan yang Allah
sebutkan dalam firman-Nya, (yang artinya), Sekali-kali tidak demikian,
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.

(HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib AlArnauth).
Ketiga, [ ] menghilangkan penyakit yang ada dalam
dirinya
Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang
diderita pasien, dokter akan memberikan obat untuk menyerang penyakit itu.
Dokter akan memberinkan antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat
lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.
Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim
menjelaskan bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak
hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar, memohon ampunan
kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah
maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap
dengan meminta maaf kepadanya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan,

Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak
melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa
dosa dalam dirinya.
Jamaah yang kami hormati,

Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan


jenis dan tingkat penyakit yang diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita
pasien cukup parah, bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan
CCU. Dengan rentang waktu berbeda-beda, atau bahkan pemberian obat
tanpa batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang
diderita sangat parah, karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar,
syariat memberikan treatment sampai pada taraf hukuman had, seperti
cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam
karena melakukan bedah operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak
dibenarkan mengatakan islam kejam karena memberikan hukuman
kematian.
Allahu alam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang
berbahaya, dan menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan
lezatnya iman, islam, dan amal soleh.
Amiin..

Anda mungkin juga menyukai