Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

RUANG TERBUKA HIJAU

NAMA : OLYNA AYUNING


NIM : 21040113120032
JUMLAH KATA : 2085

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Ruang Terbuka Hijau

Olyna Ayuning
21040113120032

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Tanjungan
Kudus yang hampir tidak ada karena adanya pemukiman penduduk yang sangat padat,
serta kelurahan ini juga merupakan kawasan industri. Ruang terbuka hijau ini sangat
dibutuhkan karena banyak manfaatnya, terutama untuk kesehatan. Karena dengan
adanya ruang terbuka hijau dapat mendapat memproduksi lebih banyak oksigen. Ruang
terbuka hijau pada zaman sekarang sedang banyak banyaknya dibuat di setiap kota
karena pemerintah dan masyarakat yang tau begitu banyaknya manfaat dari Ruang
Terbuka Hijau. Maka dari itu pemerintah menyediakan RTH sebagai tempat refreshing
bagi masyarakat sekaligus menyeimbangkan suatu kawasan dari padatnya aktivitas
industri. Tetapi RTH yang sudah tertata juga harus diperhatikan kebersihan nya agar
tidak ada tangan tangan jahil yang merusak fasilitas yang telah di sediakan.
Kata kunci : Ruang Terbuka Hijau (RTH), pemukiman, industri

Pengantar
Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijauan tanaman atau tumbuh- tumbuhan secara alamiah atau budidaya tanaman. Ruang
Terbuka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas,
baik dalam bentuk taman kota, taman kampus, taman rumah, jalur hijau, hutan kota dan
bantaran sungai ( Depdagri No. 14 Tahun 1988). Lahan makam juga bisa berfungsi

sebagai ruang terbuka hijau. Sejauh ini penambahan lahan makam telah dilakukan di
antaranya di kawasan Cilangkap, Pondok Rangon, Pondok Kelapa, dan Tegal Alur
(Jonathan Pasodung, 2013). Kabupaten Kudus adalah kabupaten yang menyadari arti
pentingnya Ruang Terbuka Hijau sebagai bagian dari mitigasi pemanasan global.
Perwujudan kota hijau dalam kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2025 dibagi
menjadi tiga tahapan dimana masing masing tahapan memiliki komponen atribut kota
hujau yang berbeda green open space menjadi salah satu atribut kota hijau yang menjadi
target focus pada setiap tahapan yang ada. Target yang diharapkan dari atribut ini adalah
meningkat nya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau (RTH). Target tersebut
merupakan salah satu permasalahan apabila di implementasikan dikawasan perkotaan.
Karna kawasan perkotaan tidak dapat dilepaskan dari peningkatan lahan yang terbangun
seiring dengan perkembangan aktifitas warganya. Dengan meningkatnya kawasan
terbangun maka akan terjadi penyusutan RTH. Adanya fenomena ini disebabkan oleh
karna RTH tidak dianggap ekonomis, jumlah RTH yang ada di wilayah perkotaan
semakin berkurang dengan kualitas yang rendah sehingga menyebabkan tidak terjadinya
keseimbangan daya dukung ekologis lingkungan kota. Penyediaan RTH privat
nerupakan suatu alternative mengurangi ketimpangan ketersediaan RTH public. Dengan
adanya keterlibatan masyarakat bersama pemerintah baik dalam proses perencanaan
maupun pada pelaksanaan kebijakan terkait RTH adalah merupakan sebuah cara yang
efektif untuk mengelola kawasan hijau di perkotaan dan RTH privat merupakan langkah
yang sesuai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dibidang lingkungan tempat
tinggal masing masing. RTH privat juga mendapatkan manfaat langsung bagi
pemiliknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji impelementasi serta strategi peningkatan


penyediaan RTH privat rumah tinggal di kelurahan tanjungan Kudus. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan kuesioner.
Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi umum
di wilayah penelitian. Narasumber dari wawancaranya adalah pihak pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, kantor lingkungan hidup, bappeda
kabupaten kudus, dan lurah panjungan. Wawancara juga dilakukan pada masyarakat
kelurahan panjungan yang terdiri dari ketua RT, RW dan perwakilan msyarakat. Untuk
menentukan aspek dan strategi prioritas yang diambil dalam rangka meningkatka
penyediaan ruang terbuka hijau privat rumah tinggal digunakan kuesioner AHP.
Responden yang di gunakan untuk analisis ini merupakan key person yang memepunyai
peranan dalam penyediaan RTH privat. Key person nya berjumlah delapan terdiri dari
bappeda kabupaten kudus dinas cipta karya dan tata ruang kantor lingkungan hidup
lurah panjungan kelompok PKK kelurahan, PR. Djarum Kudus dan universitas muria
kudus. Panjungan berada pada ketinggian 3 MDPL.

Keadaan RTH Kelurahan Tanjungan Kudus


Topografi kelurahan ini merupakan dataran rendah tidak berbukit bukit serta tidak
terdapat bantaran dan aliran sungai, mayoritas warganya bermata pencarian sebagai
buruh industri. Di kelurahan panjungan penggunaan lahan sangan intensif dan bersifat
campuran, tidak ada ruang public seperti taman kota, taman bermain, hutan kota dan
taman kelurahan. Berdasarkan pengamatan lokasi pada di pusat kota dan pemukiman
yang padat penduduk. Komposisi yang tidak seimbang antara kawasan terbangun rumah

tinggal dengan sempitnya pekarangan rumah penduduk menjadi pemandangan yang


lumrah djumpai di kelurahan ini. Letak kelurahan yang berada di pusat kota
menyebabkan kelurahan ini dilewati jalur utama lalu lintas di kabupaten kudus yang
dimana kepadatan kendaraan dan lalu lintas meningkatkan resiko udara tercemar.
Implemenasi RTH privat rumah tinggal di kabupaten kudus menurut undang undang
nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang ditindak lanjuti dengan terbitnya
peraturan mentri pekerjaan umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan mengatur ketentuan luas
minimal penyedan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas wilayah kota yaitu 20%
untuk RTH public dan 10% RTH privat. Selain peraturan tesebut pemerintah kabupaten
kudus juga telah memiliki peraturan daerah nomor 4 tahun 2000 tentang bangunan.
Pelaksanaan peraturan peraturan ini merupakan tantangan bagi pemerintah kabupaten
kudus untuk mengawal RTH nya ditengah tekanan terhadap lingkungan yang
disebabkan kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya. Sanksi maupun reward pada
penyedia ruang terbuka hijau tidak pernah di berikan, sehingga yang ingin menyediakan
RTH hanya berdasarkan inisiatif dari masing masing pemilik rumah tanpa ada
kepatuhan untuk mentaati peraturan. Sehingga menyebabkan penyediaan RTH pada
rumah tinggal mejadi tidak terpola.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada instasi terkait ketentuan penyediaan
RTH bukan merupakan prioritas dalam pengambilan keputusan terutama dalam
kaitannya dengan IMB dan semakin di perlemah dengan tidak adanya landasan hukum
yang kuat seperti rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) dan rencana ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP). Dari hasil wawancara terungkap bahwa
yang menjadi perhatian utama dalam pemberian IMB adalah ketaatan terhadap

pemenuhan ketentuan terhadap garis sempadan jalan. Penyediaan RTH hanya sebatas
saran dalam monitoring kegiatan yang dilakukan tidak ada sanksi ataupun reward yang
diberikan dalam penyediaan RTH privat menyebabkan masyarakat cenderung
mengabaikannya. Terkait penyediaan RTH, pemerintah daerah masih memprioritaskan
kegiatan untuk RTH public karna terlihat selama ini belom ada kegiatan untuk
menganggarkan dengan target peningkatan RTH privat rumah tinggal. Sosialisi terkait
dengan IMB telah dilakukan oleh pemerintah daerah namun masih banyak kekurangan,
sosialisasi hanya menjadi kegiatan tahunan di samping itu aturan yang terkait dengan
bangunan diberikan dalam satu paket dengan perizinan lain sehungga tidak menjadi
focus, pemberian informasi mengenai bagaimana cara mengisi seoptimal mungkin lahan
pekarangan yang kosong dengan berbagai jenis tanaman hijau padahal informasi
tersebut sangat penting untuk menngkatkan RTH privat rumah tinggal. Berdsarkan hasil
survey dan wawancara maka dirumuskan masalah yang terkait dengan pelaksanaan
kebijakan RTH privat rumah tinggal, sebagai berikut:
1. Belum ada payung hukum yang kuat terhadap penyediaan RTH khususnya RTH
rumah tinggal.
2. Kurangnya pemanfaatan lahan yang optimal agar fungsi lahan secara ekonomi,
estetika, dan ekologi dapat terpenuhi
3. Belom teroptimalnya informasi kepada masyarakat tentang keberadaa aturan
penyediaan RTH di rumah tinggal
4. Pemikiran bahwa penyediaan tanaman dirumah tinggal lebih kepada fungsi
sebagai penghias rumah, bukan terletak pada fungsi ekologis
5. Masih rendah pengetahuan masyarakat dalam menikapi lahan yang terbatas
untuk tetap menyediakan RTH
Aspek ekologis merupakan aspek yang paling penting dilakukandalam
peningkatan RTH privat rumah tinggal dikelurahan panjunan. Hal yang menjadi

impilikasi yaitu dalam peningkatan RTH privat harus mampu dilaksanakan secara
berkelanjutan agar kawasan perkoataan tetap terjaga kelestariannya sehingga secara
bersama sama dengan keberadaan RTH public mampu menciptakan suasana yang
nyaman.

China, Negara yang Memiliki RTH Terbaik dan Perkembangan RTH di Pontianak
Sebagai salah satu contoh penggunaan lahan RTH yang sudah sesuai yaitu di China
tepatnya di provinsi Fuyang dimana pemerintah local setempat sudah memikirkan
tentang RTH. Berdasarkan hasil penelitian di jurnal warga dari Fuyang dikategorikan
memiliki 4 kegiatan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Jogging dengan atau tanpa latihan aerobic


Latihan aerobic tanpa jogging
Jalan santai tanpa kegiatan olahraga
Hanya sekedar berkumpul sambil bersantai
Kebanyakan dari Ruang Terbuka Hijau mereka dilengkapi dengan ruangan yang

fungsinya untuk acara tertentu atau pertemuan. Dan ketika cuacanya sedang bagus,
masyarakat memanfaatkan nya untuk bermain music tradisional dan aktifitas kesenian
lainnya. Di Fuyang sendiri RTH merupakan salah satu pusat kegiatan dari masyarakat.
Di daerah Fuyang merupakan salah satu tempat rekreasi.
Pontianak merupakan salah satu kota besar di daerah Kalimantan dimana dengan
julukan tersebut di dukung oleh aktifitas di perkotaan meningkat. Hal ini tentu
mengurangi areal hijau yang ada di kota dan di kota Pontianak sendiri jumlah luas lahan
RTH belom mencukupi untuk menyerap gas gas yang berbahaya, di Pontianak luas RTH
sendiri adalah 3.351,21 HA. Dan jumlah luas lahan RTH yang seharusnya ada adalah

5.962,92 HA. Salah satu cara untuk menambah RTH adalah dengan meningkatkan mutu
dan memperbaiki tata hijau pada wilayah wilayah yang sudah merupakan daerah tata
hijau, cara ini di lakukan pada daerah yang sudah tak dimukimkan untuk menambah
luas RTH karena keterbatasan lahan.
Langkah nyata dari cara tersebut adalah dengan menambah vegetasi tanaman
dari jenis yang berbeda dan mengatur komposisi tanman yang ada di suatu lahan RTH.
Pembangunan atau perbaikan serta pemeliharaan taman taman kota yang telah ada
sehingga dapat di fungsikan sebagaimana mestinya. Cara yang lain yaitu dengan
ekstensfikasi yaitu pengembangan RTH dengan menambah luas RTH tersebut pada
wilayah perkotaan yang meningkat, pembangunan RTH dibangun dengan bentuk dan
tipe yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Tapi upaya ini merupakan cara
yang sulit untuk dilakuka karena keterbatasan lahan yang ada dan membutuhkan lahan
yang mahal. Ada juga cara lain seperti membangun green roof. Adanya sosialisasi
bentuk dan fungsi ekologis RTH privat rumah tinggal masyarakat akan memberikan
tambahan pengetahuan tentang apa saja yang dapat digolongkan sebagai RTH sehingga
memanfaatkan potensi yang dimiliki di sekitar rumah tinggalnya untuk dapat dijadikan
sebagai ruang terbuka hijau.
Sosialisasi tentang fungsi-fungsi ekologis keberadaan ruang terbuka hijau perlu
disampaikan sehingga masyarakat ketika menyediakan ruang terbuka hijau di tempat
tinggalnya tidak hanya didasari atas fungsi non ekologis, namun juga fungsi ekologis.
Kesadaran akan pentingnya keberadaan terhadap RTH perlu ditanamkan sehingga
ketersediaannya tidak hanya didasari sebagai wahana rekreasi semata namun juga untuk
ikut memenuhi kebu- tuhan manusia dalam upaya mewujudkan lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang terbuka hijau

privat dapat menumbuhkan kecintaan terhadap tanaman karena keberadaannya sebagai


bagian dari kebutuhan hidup manusia.
Pengenalan terhadap tanaman yang memiliki fungsi ekologis tinggi perlu
diberikan karena keberadaan tanaman di tempat tinggal di harapkan dapat menciptakan
kualitas lingkungan yang lebih baik bagi tempat tinggal sehingga terasa nyaman. Salah
satunya adalah menciptakan iklim yang lebih sejuk. Pada saat siang hari, udara panas
yang dipicu banyaknya perkerasan jalan dan bangunan dapat dicegah oleh keberadaan
pepohonan. Sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon da pat
menahan radiasi pantulan dari bumi. Diperlukan suatu perubahan cara berpikir dari
seluruh komponen masyarakat agar terbangun suatu kesadaran untuk bergerak
membangun Kota Hijau melalui RTH privat, terutama RTH privat di tempat tinggal
masing-masing. Harapan dari semua itu adalah tumbuhnya suatu kesadaran pada setiap
elemen dalam masyarakat dalam menerapkan prinsip-prinsip kehidupan yang ramah
lingkungan untuk skala yang lebih luas.

Tingkah Laku Masyarakat yang Menunjang Pembangunan RTH


Suatu komunitas yang ideal adalah komunitas yang aman, nyaman, sehat dan baik yaitu
kota yang mampu memberikan kebutuhan ekologis dan social bagi warganya dan
memenuhi kaidah planologis dan stetis. Masalah lingkungan tidak hanya sekedar
persoalan sains atau ilmu pengetahuan tapi juga moral dan etika, partisipasi masyarakat
dalam keseluruhan proses sangat dibutuhkan dan akan terwujud apabila masyarakat
memiliki pemahaman dan kesadaran yang kuat artinya penting menjaga lingkungan
hidup. Indikator keberhasilan masyarakat bahwa mereka paham akan haknya atas

lingkungan yang baik dan sehat serta sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung
jawabnya untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup. Semakin rendahnya jumlah
masyarakat yang mau terlibat dalam pengelolaan lingkungan maka untuk menjadikan
suatu komunitas menjadi tantangan yang berat, menumbuhkan kesadaran dan motivasi
masyarakat dalam berpartisipasi menjadi persoalan tersendiri karna setiap masyarakat
memiliki motiv yang berbeda. Lingkungan hidup merupakan bagian yang sangat
penting bagi RTH.
Kesadaran lingkungan merupakan dasar yang bisa dipakai untuk berinteraksi
dengan lingkungan. Adanya perbedaan kesadaran lingkungan setiap individu
menjadikan sikap terhadap lingkungan juga berbeda-beda. Meskipun demikian
kesadaran lingkungan bisa ditingkatkan. Persoalan yang kemudian muncul adalah
bagaimana meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat?

Secara konseptual,

kesadaran lingkungan bisa diperoleh melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan


lingkungan sendiri tidak selalu harus diberikan di sekolah formal. Tapi bisa juga melalui
media massa, media interaktif, media sosial dan kehidupan yang riil. Dengan demikian,
kita perlu menegaskan pada pemerintah bahwa banyak cara yang bisa dipilih untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat. Pemahaman nilai, sikap dan
keterampilan dapat dijadikan modal untuk lebih memahami hubungan manusia dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial dan dari peningkatan peran serta dan kemampuan
yang telah dimiliki dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan khususnya
pengelolaan RTH. Peran serta masyarakat merupakan unsur utama perencanaan dalam
pengelolaan ruang terbuka hijau serta menjaga kualitasnya.
Aspek pengelolaan ruang terbuka hijau kota berdasarkan persepsi masyarakat
menyangkut hal yang berbau birokrasi artinya selama ini aspek perencanaan ruang

terbuka hijau kurang di sosialisasikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.


Ketidak jelasan peran serta masyarakat terlihat masih belum jelas sehingga terjadi
perbedaan yang mencolok antara yang pernah dan tidak pernah terhadap faktor
eksternal dalam hal ini masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota. Untuk
menarik supaya masyarakat bersikap konsisten antara apa yang dia pikirkan dengan
yang dilakukan perlu ditingkatkan melalui pembelajaran tentang lingkungan sejak dini,
sehingga dia tidak hanya tahu tetapi mempunyai sikap yang baik, bahkan terampil
dalam mengelola RTH.
Dalam kurikulum Geografi/IPS Geografi sejak SD sampai Perguruan Tinggi
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikatornya banyak memuat hal-hal yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan termasuk RTH, Sehingga peran sertanya
terhadap pengelolaan RTH meningkat. Selain itu untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam mengelola RTH dengan memberikan dorongan yang bisa dilakukan
oleh tokoh masyarakat/pemerintah untuk mengelola RTH tersebut. juga membuat
RTRW yang jelas termasuk RTH, serta menerapkan aturan hukum yang tegas berkaitan
dengan pengelolaan RTH.

DAFTAR PUSTAKA

Edward Pakpahan. (Tanpa Tahun). UPAYA PENINGKATAN PERAN SERTA


MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI
KABUPATEN BENGKULUSELATAN. Jurnal Governance Opinion , 1-114.
Ferlina Nurdiansyah, Azis Nur Bambang, dan Hartuti Purnaweni. (2012).
STRATEGI PENINGKATAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU
PRIVAT RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PERKOTAAN (STUDI KASUS DI
KELURAHAN PANJUNAN, KUDUS) . Jurnal EKOSAINS , 39-47.
Hua Zang, Bo Chen, Zhi Sun, Zhiyi Bao. (2013). Landscape perception and
recreation needs in urban green space in Fuyang, Hangzou, China.
Urban Foresty & Urban Greening , 44-52.
Keteng, A. M. (2013, December 29). Ruang Terbuka Hijau. Jakarta, DKI
Jakarta, Indonesia.
Lubena Hajar Velayati, Agus Ruliyansyah, Yulisa Fitrianingsih. (tanpa tahun).
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BERDASARKAN
SERAPAN GAS CO2 DI KOTA PONTIANAK . Jurnal Untan , 1-10.

Anda mungkin juga menyukai