Anda di halaman 1dari 5

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

Vol.01, No. 02, Juli 2013

Perbandingan Hasil Uji Fisis Komposit Polimer Berbasis Perlit


Dengan Batu Apung
Pulung Karo Karo
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung
Jl.Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
E-mail: pkkkacaribu@yahoo.co.id
Diterima (10 Februari 2013), direvisi(24 Februari 2013)
Abstract. Two kinds of polymer composites hava been made from the basic materials: (a) of an
epoxy resin with a river sand aggregate which was mixed with a pumice, and (b) of an apoxy resin
with a silica sand aggregate which was mixed with perlite. The preparation of samples used the
same percentage of weight, and the percentages of epoxy resin with a thinner were varied from 45
gr, 60 gr and 75 gr. Based on the physical comparative test, such as, density, porosity, presure
strength, and sound-proof capacity, it is obtained that sample (b) is better than sample (a) if it is
used as a construction material.
Keywords: pumice, perlite, polymer composites, resin epoxy.
Abstrak. Telah dilakukan pembuatan dua jenis komposit polimer dengan bahan baku: (a) material
resin epoxy dengan agregat pasir sungai yang dicampur batu apung dan (b) material resin epoxy
dengan agregat pasir silika yang dicampur perlit. Preparasi sampel menggunakan persentase berat
yang sama dan persentase berat resin epoxy dengan thinner divariasikan dari 45 gr, 60 gr dan 75 gr.
Perbandingan hasil uji fisis seperti: densitas, porositas, kuat tekan dan kuat redam bunyi diperoleh
bahwa sampel (b) lebih baik daripada sampel (a) jika digunakan sebagai bahan bangunan.
Kata

Kunci:

Batu

Apung,

Perlit,

PENDAHULUAN
Beton konvensional (Batako) yang
ada di pasaran memiliki densitas rata-rata
2,0 - 2,5 g/cm3 , kuat tekan bervariasi dari
3 - 50 MPa. Ditinjau dari nilai densitas ini
satu panel beton berukuran (200x40x10)
cm3 akan memiliki bobot sekitar 160 200 kg.

-----------------------------*Coresponding author:
E-mail: pkkkacaribu@yahoo.co.id

Komposit

polimer,

resin

epoxy.

Dengan demikian untuk mobilisasi


ataupun pemasangannya memerlukan
tenaga lebih banyak atau memerlukan alat
berat sebagai media pembantu(Yassar &
Erdogan, 2008). Selain itu beton
konvensional juga tidak tahan terhadap
lumut atau kelembaban tinggi yang
menyebabkan
beton
cepat
rapuh
(Cavaleri, Miraglia and Papia 2003).
Untuk mengatasi kendala di atas telah
dilakukan pembuatan (perekayasaan)
bahan
bangunan
alternatif
yakni:
Komposit Polimer berbasis Perlit dan
Komposit Polimer berbasis Batu Apung.
Perlit merupakan mineral vulkanik
yang berupa amorfus alumina silikat
memiliki komposisi kimia: min. 69%

131

Pulung Karo Karo: Perbandingan Hasil Uji Fisis Komposit Polimer Berbasis Perlit Dengan
Batu Apung

SiO2, maks. 18% Al2O3, 6% (CaO+MgO),


8% (Na2O + K2O), 3% Fe2O3 berasal dari
batuan yang terbentuk oleh lava riolit
(Pichor, 2005).
Batu apung merupakan salah satu
jenis material yang berasal dari muntahan
lahar panas gunung berapi. Kemudian
dilanjutkan proses pendinginan secara
alami dan terendapkan di dalam lapisan
tanah selama bertahun-tahun (Muljadi,
2008). Batu apung memiliki struktur multi
rongga sehingga memiliki densitas yang
sangat kecil (<1 g/cm3). Sifat-sifat yang
dimiliki oleh batu apung antara lain:
densitas 0,98 g/cm3, daya serap air 21 %,
dan kuat tekan 30 MPa (Cavaleri,
Miraglia, & Papia, 2003).
Komposisi dominan dari batu apung
berturut-turut adalah sebagai berikut:
SiO2, Al2O3, K2O, Na2O dan Fe2O3,
sedangkan senyawa lainnya relatif kecil(<
2%). Batu apung dan perlit dapat
digunakan sebagai bahan baku utama
untuk pembuatan beton ringan, karena
mempunyai sifat antara lain: porositas
tinggi, densitas rendah, isolasi termal
tinggi, dan tahan terhadap goncangan,
seperti gempa.
Usaha perbaikan yang dilakukan
antara lain dengan cara mengganti
material beton konvensional (semen)
dengan sebuah material komposit polimer.
Komposit polimer merupakan komposit
yang terdiri dari matriks yang terdiri dari
bahan dasar pembentuk komposit yang
mengikat pengisi (filler) dengan tidak
terjadi ikatan secara kimia. Bahan dasar
filler yang biasa dipakai untuk material
beton ringan seperti batu apung, perlit,
foam dan lain-lain yang dipadukan dengan
matriks polimer, dimana matriks polimer
memiliki keunggulan dibandingkan semen
yaitu lebih cepat pengerasannya, kekuatan
tariknya lebih tinggi dan memiliki daya
lentur yang lebih baik, sehingga densitas
material diharapkan dapat diperkecil
menjadi sekitar < 2 g/cm3.
132

Penelitian ini menggunakan a)


matriks resin epoxy dengan agregat pasir
silika yang dicampur perlit, dan b) matriks
resin epoxy dengan agregat pasir sungai
yang dicampur batu apung. Dengan
perlakuan dan perbandingan yang sama
dapat
diketahui
perbedaan
hasil
karakterisasi melalui uji fisik dan
mekanik.
METODE PENELITIAN
Preparasi sampel komposit polimer
masing-masing bahan baku (sebagai
variabel tetap) yaitu: a. pasir sungai (150
gr), batu apung (150 gr) dan b. pasir
silika (150 gr, perlit (150 gr). Resin epoxy
dan thinner (sebagai variabel bebas
bervariasi 45 gr, 60 gr dan 75 gr)
dicampur dan diaduk dengan sampel a dan
b. Thiner pengencer cat minyak yang
banyak dipasaran digunakan sebagai
pengencer resin epoxy. Sedangkan jenis
epoxy resin yang digunakan adalah GK
(dua component adhesive).
Masing-masing dari ketiga bahan
baku tersebut dicampur dan diaduk dalam
suatu wadah hingga tercampur merata
(homogen), Selanjutnya bahan adonan
(slurry) tersebut dituangkan ke dalam
cetakan yang terbuat dari pipa PVC
dengan bentuk sampel berupa silinder
(diameter 2.75 cm dan tinggi 10 cm).
Setelah adonan dicetak, dikeringkan
selama 14 hari untuk mengalami proses
pengerasan. Sampel yang telah mengalami
pengerasan
kemudian
dilakukan
pengujian, meliputi: densitas, porositas,
kuat tekan, koefisien redam bunyi dan uji
mikrostruktur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
UJI DENSITAS DAN POROSITAS
Hasil pengukuran densitas dan
porositas komposit polimer berbasis batu

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

Vol.01, No. 02, Juli 2013

apung dengan agregat pasir sungai


(sampel a) dan pasir silika berbasis perlit
(sampel b) dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1, terlihat bahwa densitas
komposit polimer berbasis perlit diperoleh
berkisar 2,08-2,11 g/cm3, sedangkan
komposit berbasis batu apung berkisar
1,75-1,87 g/cm3.
Penambahan resin epoxy berpengaruh
ternadap kenaikan densitas sampel a dan b
walaupun tidak terlalu signifikan. Dari
persamaan grafik, penambahan resin
epoxy sampel a (batu apung) lebih kecil
dari sampel b perlit). Perbedaan ini akibat
densitas batu apung lebih kecil jika
dibandingkan dengan perlit.
Tabel 1. Hasil uji densitas dan porositas dengan
variasi epoxy resin 45 gr, 60 gr dan 75
gr.
Kode
Sampe
a1
a2
a3
b1
b2
b3

Epoxy resin
(g)
45
60
75
45
60
75

Densitas
(gr/m3)
1,75
1,78
1,87
2,08
2,10
2,11

Porositas
0,155
0,145
0,143
0,091
0,082
0,072

Gambar 2. Grafik hasil pengukuran porositas


dengan variasi resin epoxy 45 gr, 60
gr dan 75 gr.

Dari Tabel 1, hasil pengkuran


porositas komposit polimer berbasis perlit
diperoleh 0,072-0,091 g/cm3, sedangkan
komposit berbasis batu apung berkisar
0,143-0,155
g/cm3.
Sebaliknya
penambahan
resin
epoxy
akan
menurunkan porositas karena kerapatan
dari masing-masing sampel semakin
besar. Porositas sampel a lebih besar dari
sampel b karena agregat batu apung lebih
memenyerap air daripada agregat perlit.
Semakin kecil nilai porositasnya maka
akan semakin kedap dan lebih baik
kualitasnya
terhadap
ketahanan
penyerapan air.
UJI KUAT TEKAN
Tabel 2. Hasil uji Kuat Tekan dan Kuat Redam
Bunyi dengan variasi resin epoxy 45 gr,
60 gr dan 75 gr.

Gambar 1. Grafik hasil pengukuran densitas


dengan variasi resin epoxy 45 gr, 60
gr dan 75 gr.

Kode
Sampe

Epoxy resin
(g)

a1
a2
a3
b1
b2
b3

45
60
75
45
60
75

Kuat
Tekan
(gr/m3)
2,58
3,72
12,96
14,11
18,87
32,80

Kuat
Redam
(dB)
0,064
0,075
0,077
0,11
0,12
0,137

Hasil pengukuran Kuat Tekan dan


Kuat Redam Bunyi komposit polimer
berbasis batu apung yang berbasis pasir

133

Pulung Karo Karo: Perbandingan Hasil Uji Fisis Komposit Polimer Berbasis Perlit Dengan
Batu Apung

sungai (sampel a) dan pasir silika berbasis


perlit (sampel b) dapat dilihat pada Tabel
2, dimana kuat tekan komposit polimer
berbasis perlit diperoleh berkisar 14,1132,80 MPa, sedangkan komposit berbasis
batu apung berkisar 2,58-12,96 MPa.
Penambahan resin epoxy untuk sampel a
dan b akan menaikkan kuat tekan karena
kerapatan dari masing-masing sampel
semakin besar. Kuat tekan berbanding
lurus dengan kerapatan.
Hal ini jelas terlihat dari persamaan
grafik, kuat tekan sampel a lebih kecil dari
kuat tekan sampel b karena kerapatan
agregat batu apung lebih kecil daripada
kerapatan agregat perlit. Semakin besar
nilai kuat tekannya maka semakin baik
kualitasnya bila digunakan sebagai bahan
bangunan.

Gambar 4. Grafik hasil pengukuran Kuat Redam


Bunyi dengan variasi resin epoxy 45
gr, 60 gr dan 75 gr.

Dari Tabel 2, Kuat Redam Bunyi


komposit polimer berbasis perlit diperoleh
berkisar 0,11-0,137 dB, sedangkan
komposit berbasis batu apung berkisar
0,06-0,077 dB. Penambahan resin epoxy
untuk sampel a dan b akan menaikkan
kuat redam bunyi. Kuat redam bunyi
sampel b lebih besar dari sampel a karena
porositas agregat batu apung lebih besar
daripada porositas agregat perlit. Menurut
ISO
11654
suatu
bahan
dapat
dikatagorikan sebagai peredam suara jika
mempunyai koefisien absorpsi minimal
0,15.
KESIMPULAN

Gambar 3. Grafik hasil pengukuran Kuat Tekan


dengan variasi resin epoxy 45 gr, 60
gr dan 75 gr.

134

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
komposit polimer berbasis pasir silika
dengan agregat perlit lebih baik bila
dibandingkan dengan komposit polimer
berbasis pasir sungai dengan agregat batu
apung.

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika

DAFTAR PUSTAKA
Cavaleri, L., Miraglia, N., & Papia, M.
(2003). Pumice Concrete for
Structural wall Panels. Engineering
structures . Juwairiah. (2009). Efek
Komposisi Pumice . USU: tesis.
Muljadi. (2008). Pengaruh Komposisi
Batu Apung (pumice) pada
Pembuatan Panel Beton Ringan

Vol.01, No. 02, Juli 2013

terhadap Sifat Fisis Dan Mekanik.


Prosiding
seminar
Nasional
Perkembangan Riset dan teknologi
dibidang
industri
ke
14.
yogyakarta.
Yassar, E., & Erdogan, Y. (2008).
strength and thermal conductivity
in lightweight building materials.
bull.Eng.Geol.Envirom

135

Anda mungkin juga menyukai