Anda di halaman 1dari 17

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan individu, yang
berhubungan erat dengan perilaku individu itu sendiri. Komunikasi merupakan
proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau
lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti.
Dalam penyampaian atau penerimaan informasi ada dua pihak yang terlibat yaitu :
Komunikator : Orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi atau
pesan dan Komunikan : orang atau kelompok orang yang menerima pesan
(http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/blog/2035974-pengertiankomunikasi)
Komunikasi

adalah

medium

penting

bagi

pembentukan

atau

pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Komunikasi adalah pertukaran


informasi,

ide,

sikap,

pikiran

dan/atau

pendapat

(http://kawanlaba.wordpress.com/2008/04/15/41/)

Banyak pendapat yang menyimpulkan pengertian komunikasi itu sendiri,


diantaranya menurut Hovland, Janis & Kelley:1953 komunikasi adalah suatu
proses seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan tujuan
mengubah

atau

membentuk

perilaku

orang

lain/khalayak

(http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi)
Theodorson 1969 (Liliweri 1991:11), mengungkapkan komunikasi adalah
pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada orang lain, terutama
dengan menggunakan simbol.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur melalui pikiran


seseorang yang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Sejalan dengan hal
tersebut Barnlund mngatakan, komunikasi timbul didorong oleh kebutuhankebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego (Fajar 2009:28).

Devito (Effendy 2006:5) menjabarkan definisi komunikasi sebagai :


kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dari gangguangangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk
arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen,
yaitu : Konteks, Sumber, Penerima, Pesan, Saluran , Gangguan, Proses
penyampaian atau proses ecoding, Penerima atau proses decoding, Arus balik dan
Efek.
Sejalan dengan itu, Dance dan Larson (Vardiansyah 2004:9)
mengumpulkan
126
definisi
komunikasi
yang
berlainan
dan
mengidentifikasikannya ke dalam tiga dimensi konseptual penting yang mendasari
perbedaaan dari 126 definisi temuannya itu yaitu :
1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya.
- Bersifat umum, Definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah
proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian yang lainnya
dalam kehidupan.
- Bersifat khusus, Definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat
untuk mengirimkan pesan militer, printah dan sebagainya melalui telepon,
telegraf, radio, kurir dan sebagainya.
2. Tingkat Kesengajaan.
- Mensyaratkan kesengajaan, Definisi yang menyatakan bahwa komunikasi
adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan
suatu pesan kepada seorang penerima dengan didasari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.
- Mengabaikan kesengajaan, Definisi Gode (1959) yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua
orang atau lebih.
3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan.
- Menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, Definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk
mendapatkan saling pengertian.
- Tidak menekankan keberhasilan, Definisi yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah proses transmisi informasi.
Kata atau istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal
dari bahasa Latin Comunicatus, yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama.
Dengan demikian kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu
upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Webster New Collogiate

Universitas Sumatera Utara

Dictionary menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran


informasi diantara individu melalui sistim lambang-lambang, tanda-tanda atau
tingkah laku (Fajar 2009:27).
Komunikasi merupakan sarana memberikan bimbingan kepada peserta
komunikasi untuk saling berbagi asumsi, perspektif dan pengertian mengenai
informasi

yang

dibicarakan

untuk

memudahkan

proses

empati

(http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaianpikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikaan).
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lainyang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati (Effendy 2006:11).
Halloran (1980) dalam Liliweri (1991), mengemukakan bahwa manusia
melakukan komunikasi dikarenakan beberapa faktor, yakni : perbedaan antar
pribadi , manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap
mempunyai kekurangan., adanya perbedaan motivasi antar manusia dan
kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain.
Adapun tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan
bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan dan fungsi dari komunikasi
adalah :
- Membangun konsep diri (establishing self concept)
- Eksitensi diri (self existence)
- Kelangsungan hidup (live continuity)
- Memperoleh kebahagiaan (obtaining happiness)
- Terhindar dari tekanan dan ketegangan (free from pressure and stress)
(Fajar 2009:30).
Bentuk-bentuk komunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang sering
dilakukan dan dijumpai adalah :
- Komunikasi persona (personal communication)
1. Komunikasi intrapersona (intrapersonal comunication)
2. Komunikasi antarpersona (interpersonal comunication)
- Komunikasi kelompok (group communication)
1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
2. Komunikasi kelompok besar (large group communication)
- Komunikasi massa(mass communication)
- Komunikasi medio (medio communication)
(Effendy 2006:7).

Universitas Sumatera Utara

II.2 Komunikasi Antarpribadi


Dalam kehidupanya, manusia selalu melakukan kegiatan komunikasi.
Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir
setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melaui komunikasi. Sebagian
besar kegiatan komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai manfaat. Melalui komunikasi
antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat
mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa
memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya (Fajar 2009:77).
Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal
(http://kawanlaba.wordpress.com/2008/04/15/41/)
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam kontek satu komunikator
dengan satu komunikan (komunikasi diadik : dua orang) atau satu komunikator
dengan dua komunikan (komunikasi triadik : tiga orang). Lebih tiga orang
biasanya dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat
berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media antarpribadi (non media
massa), seperti telepon. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung
secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya
dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Efek dari
komunikasi antarpribadi paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam
komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah
laku (efek konatif) dari komunikannya, karena dapat memanfaatkan pesan verbal
dan non verbal serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat
umpan balik negatif (Vardiansyah 2004: 30-31)
Barnlund 1968 mengemukakan, komunikasi antarpribadi biasanya
dihubungkan dengan pertemuan antar dua orang, atau tiga orang atau mungkin
empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Rogers
dalam Depari (1988) komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut
ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar beberapa pribadi. Menurut
Tan (1981), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antar dua
orang atau lebih (dalam Liliweri 1991:12)
Bochner, 1978; Cappella, 1987: Miler, 1990 (Devito 1997:231)
mendefinisikan komunikasi antarpribadi dalam tiga ancangan utama yaitu :
-

Berdasarkan komponen (Componential)


Maksudnya kita mengidentifikasi komponen-komponen atau elemenelemen dalam tindak komunikasi antarpribadi
Berdasarkan hubungan atau diadik (Relational)

Universitas Sumatera Utara

Maksudnya komunikasi berlangsung diantara dua orang yang


mempunyai hubungan yang matap dan jelas.
Berdasarkan pengembangan (Developmental)
Maksudnya suatu perkembangan atau kemajuan dari komunikasi tak
pribadi pada satu ekstrim ke komunikasi pribadi di ekstrim yang lain.

Secara umum Devito menyimpulkan komunikasi antarpribadi tersebut


merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan
efek dan umpan balik yang langsung dan dapat dilihat bahwa yang menjadi
komunikator dalam penyampaian pesan hanya satu orang. Sedangkan yang
bertindak sebagai komunikan, tidak terbatas. Karena definisi orang lain disini
bisa diartikan lebih dari satu orang
(http://communicareinstitute.blogspot.com/2009/01/apakah-komunikasiantarpribadi-itu.html)
Tujuan tujuan komunikasi antarpribadi yang dapat dilihat dari dua
perspektif (Fajar 2009:80), yaitu :
-

Tujuan tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau


sebagai alasan alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian komunikasi antarpribadi bias
mengubah sikap dan prilaku seseorang.
Tujuan tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari
komunikasi antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari
komunikasi antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri,
membuat hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh
pengetahuan tentang dunia luar.

Efektivitas komunikasi antarpribadi menurut Devito (Devito 1997:259 264)


mengandung lima ciri yaitu :

1. Keterbukaan (Opennes)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dalam komunikasi


antarpribadi, yakni :

Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada


orang yang diajak berinteraksi. Hal ini bukan berarti orang yang diajak
berinteraksi harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya, harus

Universitas Sumatera Utara

ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang


biasanya disembunyikan.

Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara


jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan
tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang
kita ucapkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain.

Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner dan


Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan
anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung
jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti
orang pertama tunggal).

2. Sikap Positif (Positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan


sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif
mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi.

Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika seseorang memiliki sikap


positif terhadap diri mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat


penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi
atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi

3. Kesamaan (Equality)

Dalam setiap situasi, sering adanya ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin


lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, dan lebih atletis dari pada
yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala
hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih
efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, serta masing-masing
pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu
hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan
dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang
pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja
semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta
kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

Universitas Sumatera Utara

4. Empati (Empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang


untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
melalui sudut pandang dan kacamata orang tersebut. Bersimpati, di pihak lain
adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada
posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional
maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang
lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang
lain baik perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang.

5. Dukungan (Supportiveness)

Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku
supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan
terhadap pesan yang disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar 2009:84), menyebutkan
tiga perilaku menimbulkan sikap suportif, yakni :

Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif


dibanding dengan suasana yang evaluatif.

Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang


terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya.

Universitas Sumatera Utara

Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang


memiliki sikap berfikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan
yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain bila memang
pendapatnya keliru.

II.3 Konsep Diri


Setiap orang mempunyai gambaran dan pengertian tentang dirinya sendiri.
Gambaran ini didapat dari pendapat diri sendiri dan orang-orang yang
berpengaruh dalam hidup seseorang, yaitu orang tua, anggota keluarga dan
lingkungan sekelilingnya.

Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciriciri/ sifat) yang dimilikinya (Dayakisni, 2003:65).

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,


yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungannya. Konsep diri adalah faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya (Rakhmat 2005:104).
Fitts mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of
reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya. Fitts (1971) juga
mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai suatu keseluruhan kesadaran
atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang
individu. Dengan demikian, sudah tentu setiap individu akan memiliki perincian

Universitas Sumatera Utara

yang sangat banyak dan bervariasi mengenai dirinya. Fitts membagi konsep diri
ke dalam 2 (dua) dimensi pokok, yaitu :
1. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal
frame of reference) adalah bila seorang individu melakukan penilaian terhadap
dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri atau dunia dalam dirinya
sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya, dan penerimaan dirinya.
Dimensi internal terdiri dari :
a. Diri sebagai obyek/identitas (identity self)
Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling mendasar.
Konsep ini mengacu pada pertanyaan "siapakah saya ?", dimana di
dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri
oleh individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya. Identitas diri akan mempengaruhi cara individu
mempersepsikan dunia fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai
dirinya

sendiri

sebagaimana

ia

berfungsi.

Identitas

diri

sangat

mempengaruhi tingkah laku seorang individu, dan sebaliknya identitas diri


juga dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku.
b. Diri sebagai pelaku (behavior self)
Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu tentang tingkah lakunya.
Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai "apa yang dilakukan oleh
diri". Selain itu, bagian ini sangat erat kaitannya dengan diri sebagai
identitas. Diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri

Universitas Sumatera Utara

identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima


baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya
dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
c. Diri sebagai pengamat dan penilai (judging self)
Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu standart serta
pengevaluasi. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara
diri, identitas dengan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan
seseorang individu akan dirinya atau seberapa jauh ia dapat menerima
dirinya sendiri. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri
(self esteem) yang miskin dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang
mendasar kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh kewaspadaan.
Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi,
kesadaran dirinya akan lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan
individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan lebih
memfokukan energi serta perhatiannya ke luar diri, yang pada akhirnya
dapat berfungsi secara lebih konstruktif. Diri sebagai penilai erat kaitannya
dengan harga diri (self esteem), karena sesungguhnya

kecenderungan

evaluasi diri ini tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi
diri, melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga diri.
Penjelasan

mengenai

ketiga

bagian

dari

dimensi

internal,

memperlihatkan bahwa masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda


namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk suatu diri (self)
serta konsep diri (self concept) secara utuh dan menyeluruh.

Universitas Sumatera Utara

2. Dimensi Eksternal, yang terdiri dari :


Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang berasal
dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal merupakan
suatu bagian yang sangat luas, namun yang dikemukakan oleh Fitts adalah
bagian dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang. Bagianbagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas 5 (lima) bentuk, yaitu :
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap keadaan dirinya
secara fisik. Dalam hal ini, terlihat persepsi seorang individu mengenai
kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik) dan keadaan
tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).
b. Diri moral-etik (moral-ethical self)
Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap dirinya sendiri,
yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seorang individu mengenai hubungannya dengan
Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan agamanya, dan nilai-nilai
moral yang dipegang seorang individu yang meliputi batasan baik dan
buruk.
c. Diri pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seorang individu terhadap
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana

Universitas Sumatera Utara

seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauhmana seorang


individu merasakan dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan pada perasaan dan harga diri seorang individu
dalam

kedudukannya

sebagai

anggota

keluarga.

Bagian

diri

ini

menunjukkan seberapa jauh seorang individu merasa kuat terhadap dirinya


sendiri sebagai anggota keluarga dan terhadap peran maupun fungsi yang
dijalankannya selaku anggota dari suatu keluarga.
e. Diri sosial (social self)
Diri sosial merupakan penilaian seorang individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam
dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan
orang lain. Seorang individu tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki
diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari individu lain yang menunjukkan
bahwa secara fisik ia memang baik dan menarik. Demikian pula halnya, seorang
individu tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang baik, tanpa
adanya tanggapan atau reaksi dari individu lain di sekitarnya yang menunjukkan
bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik.

Universitas Sumatera Utara

II.4 Teori Self Disclosure


Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat
yang sama berkomunikasi dengan orang lain dapat meningkatkan pengetahuaan
tentang diri kita. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan
dengan Teori self disclosure (Rakhmat 2005:107).
Teori self disclosure diperkenalkan oleh Joseph luft (1969) yang
menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang
dirinya, maupun orang lain. Teori ini dapat dikelompokkan ke dalam empat
macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya
Johari Window atau Jendela Johari. Berikut ini gambar Jendela Johari tentang
bidang pengenalan diri dan orang lain :
Terbuka

Buta

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Tidak diketahui diri sendiri tetapi


orang lain mengetahui

Tersembunyi

Tidak Dikenal

Diketahui diri sendiri tetapi tidak Tidak diketahui diri sendir dan orang
diketahui orang lain

lain

Gambar tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan


antar seseorang dengan lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana
terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu. Apabila rumus tersebut
diterapkan dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Bidang I (Daerah Terbuka)


Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, prilaku, sikap,
perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleah
diri sendiri dan orang lain. Informasi yang dimaksud beragam mulai dari
warna kulit, jenis kelamin, usia dan keyakinan. Daerah terbuka masingmasing individu akan berbeda-beda besarnya tergantung pada dengan siapa
orang ini berkomunikasi. Ada orang yang membuat merasa nyaman dan
mendukung. Komunikasi bergantung pada sejauhmana orang membuka diri
kepada orang lain dan kepada diri sendiri. Jika tidak mengenal orang lain,
maka komunikasi akan sangat sukar, demikian juga sebaliknya. Komunikasi
akan bermakna jika saling mengenal. Untuk meningkatkan komunikasi,
terlebih dahulu memperbesar daerah terbuka ini. Melukiskan suatu kondisi
dimana antar pengurus atau pengasuh panti asuhan dengan anak-anak panti
asuhan dalam mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga
kedua belah pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.
2. Bidang II (Daerah Buta)
Daerah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri yang dapat
diketahui orang lain akan tetapi tidak diketahui oleh diri sendiri. Hal ini
berupa kebiasaan-kebiasaan

kecil seperti : kebiasaan mengatakan tahu

kan atau memegang hidung bila sedang marah serta hal-hal lainnya.
Komunikasi menuntut keterbukaan dari pihak-pihak yang saling terkait.
Pada daerah buta, komunikasi akan menjadi sulit. Melukiskan hubungan

Universitas Sumatera Utara

antara kedua belah pihak baik pengurus dan anak-anak panti asuhan hanya
diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.
3. Bidang III (Daerah Tersembunyi)
Daerah tersembunyi (hidden self) mengandung semua hal yang kita ketahui
tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi disimpannya hanya untuk
diri sendiri. Ini adalah suatu daerah untuk merahasiakan segala sesuatu
tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Dimana masalah hubungan antara
kedua belah pihak baik pengurus maupun anak-anak panti asuhan yang
diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.
4. Bidang IV (Daerah Tidak Dikenal)
Daerah tidak dikenal (unknown self) adalah bagian dari diri kita yang tidak
diketahui baik oleh kita sendiri maupun orang lain. Ini adalah informasi
yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian.
Dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan
diantara pengurus dan siswa.
Keadaan yang sebenarnya dikehendaki dalam komunikasi antarpribadi
khususnya didalam sebuah panti asuhan adalah bidang I (daerah terbuka),
dimana antar komunikastor (pengurus) dengan komunikan (anak-anak panti
asuhan) saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian
kenyataan hubungan antarpribadi tidak seideal yang diharapkan, ini disebabkan
karena dalam hubungan dengan orang lain baik pengurus dan anak-anak panti
asuhan

sering

mempunyai

peluang

untuk

menyembunyikan

atau

mengungkapkan masalah yang dihadapi.

Universitas Sumatera Utara

Luft (dalam Dedy Mulyana, 1996:19) menggambarkan beberapa ciri


penyingkapan diri (self disclousure) yang tepat. Lima ciri penting tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung
2. Dilakukan oleh kedua belah pihak
3. Disesuaikan oleh keadaan yang berlangsung
4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antara orangorang yang terlibat.
5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai