reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis. Validasi dilakukan mterhadap reagen
yang dipakai untuk mendapatkan hasil yang akurat. Validasi adalah suatu tindakan yang
membuktikan bahwa suatu proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, dan dilakukan bila ada perubahan
mempengaruhi produk seacra langsung, produk baru atau produk lama.
Dalam kegiatan praktikum transfusi darah pada khususnya terhadap beberapa reagen
yang umumnya pereaksi atau sering disebut juga reagensia adalah suatu yang berperan
dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisitik. Validasi dilakukan terhadap
reaggen yang dipakai untuk mendapatkan hasil yang akurat. Validasi adalah suatu tindakan
yang membuktikan bahwa suatu proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, dan dilakukan bila ada perubahan yang
mempengaruhi produk secara langsung, produk baru atau produk lama.
Dalam kegiatan praktikum tranfusi darah pada khususnya terdapat beberapa reagen yang
umumnya digunakan dan harus dilakukan validasi dalam jangka waktu berkala, dimana
reagen tersebut meliputi: Anti A, Anti B, Anti D, Tes Sel A standar, Tes Sel B standar, Tes
Sel D standar, Bovine AlBumin 22%, Coombs Serum (AHE), dan Coombs Control Cells
(CCC). Pada prinsipnya validasi reagen dalam kegiatan praktikum ini didasarkan pada reaksi
alutinasi antara reagen yang diuji validasinya, reaksi aglutinasi yang terjadi dikarenakan
adanya reaksi spesifik antara reagen yang diuji dengan anti-reagennya.
Uji validasi reagen yang termasuk golongan anti-bodi sel darah (Anti A, Anti B, dan Anti
D) yang terdapat dalam serum atau plasma dilakukan dengan cara mereaksikan reagen
dengan tes sel standar A, standar B, dan tes sel 0. Pada praktikum ini menggunakan tabung
reaksi (tube test) dimana konsentrasi yang digunakan yaitu 5%, dimana hal ini terkait
dengan luas bidang reaksi.
Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
dengan metode
diamati aglutinasinya. Hasil validasi pada reagen Anti A adalah pada sumur 1 yang
berisi suspensi sel A 10% terjadi aglutinasi (Positif), pada sumur 2 yang berisi sel darah B
10% tidak terjadi aglutinasi (Negatif), dan sumur 3 yang berisi suspensi sel O 10% tidak
tejadi aglutinasi (Negatif).
Hasil validasi pada reagen Anti B adalah pada sumur 1 yang berisi suspensi sel A
10% tidak terjadi aglutinasi (Negatif), pada sumur 2 yang berisi sel darah B 10% terjadi
aglutinasi (Positif), dan sumur 3 yang berisi suspensi sel O 10% tidak tejadi aglutinasi
(Negatif).
Hasil uji kedua reagen ini (Anti-A dan Anti-B), dapat dikatakan valid, karena baik
Anti-A maupun Anti-B beraglutinasi dengan antigen yang sesuai, yaitu Anti-A dengan
aglutinogen A dan Anti-B dengan aglutinogen B. Prinsip yang digunakan dalam hal ini
adalah hemaglutinasi dimana Anti-A (ABO1) maupun Anti-B (ABO2) mengikat antigen
yang sesuai pada sel darah merah yang diuji dan menyebabkan reaksi antigen-antibodi
terlihat sebagai sel darah merah aglutinasi. Dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa
reagen Anti-A dan Anti-B layak untuk digunakan pemeriksaan.
Seperti halnya dengan uji validasi Anti-A dan Anti-B, untuk mengkonfirmasi
reaktivitas atau spesifisitas, reagen Anti-D harus diuji dengan antigen-positif
dan
antigen-negatif sel darah merah masing-masing. Reagen yang baik untuk digunakan
adalah reagen yang hanya bereaksi dengan sel darah merah antigen-positif.
Validasi reagen Anti-D dilakukan dengan metode bloodgrouping plate pula, dengan
formula sebagai berikut :
Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
Sumur 4
Suspensi sel yang digunakan merupakan sel darah dengan rhesus positif. Hal ini
dilakukan karena sangat jarang terdapat sel darah dengan rhesus negatif. Bovine Albumin
22 % digunakan sebagai autocontrol untuk Anti-D yang menunjukkan apakah uji validasi
reagensia antiD yang dilakukan telah dikerjakan dengan benar atau tidak dimana
hasilnya
harus
selalu
negatif.
Masing-masing
plate
lalu
digoyangkan
untuk
kemudian diputar 3000 rpm selama 15 detik. CCC adalah sel yang dilapisi dengan
antibodi IgG dimana CCC ini akan bereaksi dengan antibodi dalam Anti Human Globulin
yang masih mengambang dalam tabung. Anti Human Globulin mengambang dalam
tabung karena tidak ada antibodi atau komplemen sel darah merah yang berikatan dengan
Anti Human Globulin. Sehingga Anti Human Globulin akan berikatan dengan CCC
(antibodi IgG) dan membentuk aglutinasi. Jadi, hasil yang diperoleh pada tabung 1, 2,
dan 3 adalah terjadi aglutinasi (positif). Karena semua hasilnya adalah positif, dapat
dikatakan bahwa pengujian reagen Anti Human Globulin yang memberikan hasil negatif
tadi adalah benar (reagen Anti Human Globulin valid). Hal ini sekaligus juga menguji
validitas reagen Coombs Controll Cell (CCC), sehingga reagen Coombs Controll Cell
(CCC) juga valid dan baik untuk digunakan dalam pemeriksaan.
Suantari,febi.2013.LAPORAN
PRAKTIKUM
IX
Validasi
https://www.scribd.com/doc/146884719/Laporan-Praktikum-Ix
2016.21:25 WITA)
Siskayani, savitri.2013.Uji
Validasi
Reagensia.[online].tersedia:
(diakses
Juni
Reagen.[online].tersedia:https://www.scribd.com/doc/
16