Anda di halaman 1dari 3

Tugas Teknologi Pupuk dan Pemupukan

Sejarah Pupuk Dan Pemupukan

Nama : Habibulloh
NIM : 05071281419088

Setelah bertahun tahun manusia hidup secara berpindah - pindah , manusia mulailah
meninggalkan pola hidup tersebut dan mulai menetap pada suatu tempat. Keluarga-keluarga,
klan-klan, dan kampung-kampung berkembang dan bersamaan dengan perkembangan ini
mulailah mereka mencoba bercocok tanam, yang akhirnya kita sebut sebagai pertanian
(agriculture). Telah lama kita sepakati, bahwa salah satu daerah di permukaan bumi yang
memperlihatkan permukaan perkembangan civiliasi ialah Mesopotamia, terletak di antara
sungai-sungai Tigris dan Euphrat yang sekarang kita kenal dengan nama Irak. Dicatat kirakira 2500 tahun sebelum masehi daerah ini sangat makmur penduduknya, tanah cukup subur
dan dilaporkan setiap satu biji tanaman yang ditanamkan pada tanah ini memberikan hasil
panen antara 86 hingga 300 biji. Dua ribu tahun kemudian daerah ini pernah dikunjungi oleh
Herodotus, seorang ahli sejarah bangsa Yunani dan melaporkan kemakmuran petani di daerah
itu dengan produksi tanaman yang tertinggi. Tingginya produksi ini mungkin disebabkan
rakyat petani telah mengenal irigasi di samping tanahnya sendiri memang subur akibat
endapan berasal dari banjir tahunan sungai-sungai di sekitarnya. Tahun 300 sebelum Masehi
Theoprastus menulis tentang daerah ini dan melaporkan kesuburan tanah aluvial sungai
Tigris dibentuk dari endapan debu yang berasal dari genangan sungai yang kadang-kadang
cukup lama.
Pada suatu saat manusia itu mempelajari suatu kenyataan di lapangan, bahwa suatu
tanah tang ditanami terus-menerus suatu saat akan menghasilkan produksi yang tidak lagi
memuaskan. Usaha penambahan pupuk kandang ataupun pupuk hijau ke tanah ini untuk
perbaikan kesuburan tanahnya, sebenarnya berkembang sebagai akibat hal tersebut di atas
tadi, tetapi bagaimana dan kapan mulainya pemberian atau pemakaian bahan organik itu
hingga kini belum diketahui. Xenophon yang hidup antara tahun 434-355 SM melaporkan,
bahwa suatu usaha perkebunan akan mengalami kegagalan kalau dalam usaha pertaniannya
itu pupuk kandang sama sekali tidak dilibatkan. Xenophon menganggap tidak ada sesuatunya
sebaik pupuk kandang.
Theophrastus (372-287 SM) merekomendasikan pemakaian bahan kompos sebanyakbanyaknya untuk memupuk tanah yang tidak subur. Sebaliknya ia menganjurkan agar hatihati dalam penggunaan kompos terhadap tanah yang subur. Beliau juga menasihatkan
perlunya pembuatan lobang penampungan kotoran dan air seni binatang yang jika disimpan
lama, lambat laun bahan ini meningkat mutunya. Theophrastus pulalah yang mula-mula
berpendapat, bahwa tetumbuhan yang memerlukan makanan yang banyak membutuhkan
pula sejumlah air yang banyak. Kebun buahan maupun sayuran di sekitar kota Athena
dipersubur tanahnya dengan penggunaan sampah kota. Pada saat itu sistem kanal di tengah
kota telah dikenal dan ada bukti bahwa aliran air dan kotoran di kanal itu diberi sistem
pengatur untuk mendapatkan output yang berguna bagi pertanian sekitarnya. Pada saat itu

petani telah pula menggunakan air yang mengandung pupuk kandang terlarut di dalamnya
untuk memupuk tanaman anggur. Pupuk kandang (manure) diklassifikasikan menurut
kesuburannya atau konsentrasinya. Theophrastus misalnya membuat suatu deretan pupuk
kandang yang berkurang nilainya sebagai berikut: manusia, babi, kambing, biri-biri, lembu
betina, lembu jantan dan kuda. Belakangan Varro, penulis pemula mengenai pertanian di
zaman Romawi, melaporkan hal yang sama, tetapi menempatkan kotoran ayam dan burung
lebih subur dibandingkan dengan tinja manusia. Columella menganjurkan agar lembu diberi
makan snail clover (sejenis tanaman kacangan dari genus Trifolium), oleh karena beliau
menganggap hal ini akan mempersubur ekskremen lembu.
Beberapa waktu sebelum ini, orang mulai mengobservasi pengaruh tubuh-tubuh mati
dan berpendapat, bahwa bahan-bahan ini dapat pula dipakai sebagai bahan untuk membantu
pertumbuhan tanaman. Bagaimana pentingnya nilai pupuk hijau tanaman, terutama
leguminosa telah mulai diketahui orang. Theophrastus mencatat, bahwa sisa-sisa tanaman
kacang (Vicia faba) telah dibenamkan orang ke dalam tanah ketika pengolahan tanah
berlangsung yang dilakukan oleh petani-petani di Macedonia dan Thessalia. Beliau
mengobservasi dan melaporkan, bahwa kendati tanaman berikutnya ditanam rapat dan
menghasilkan bijibijian cukup memuaskan, namun tanah tetap subur. Beliau belum lagi
mengetahui adanya peranan bakteri bintil akar.
Cato (234-149 SM) menganjurkan penanaman tanaman sela acinum pada lahan
tanaman anggur yang rendah kesuburan tanahnya. Hingga kini masih belum diketahui jenis
tanaman apa yang dimaksud. Cato dengan acinum, tetapi mungkin sejenis kacangan. Namun
yang jelas penanaman campuran (mix-cropping) telah dikenal orang sebagai suatu cara untuk
meningkatkan produktifitas tanah. Beliau juga mengemukakan, bahwa jenis leguminosa yang
terbaik adalah kacangkacangan, lupina dan vetch (Astragallus). Tanaman lupina merupakan
jenis leguminosa yang amat populer di zaman ini. Seterusnya Columella mendaftarkan
beragam leguminosa yang kesemuanya amat berpengaruh bagi peningkatan kesuburan tanah.
Banyak penulis ketika itu memuji tanaman lupina sebagai pupuk hijau yang bagus. Di
samping itu tanaman ini juga dapat tumbuh sempurna di bawah kondisi tanah yang
berbedabeda, dapat menghasilkan makanan untuk manusia serta binatang dan mudah
menyemaikannya cepat tumbuh dan berkembang.
Penggunaan apa yang kita kenal sekarang sebgaai pupuk mineral (buatan) atau soil
amendment (suatu masukan tanah) belum lagi dikenal di zaman ini. Theophrastus telah
menganjurkan mencampur tanah yang berbeda sifatnya dalam usaha memperbaiki
kekurangan sesuatu tanah. Cara ini memungkinkan perolehan keuntungan dari beberapa
sudut. Penambahan tanah subur kepada tanah yang tidak subur akan menambah kesuburan
tanah yang disebutkan terakhir, dan usaha pencampuran suatu jenis tanah lainnya dapat pula
memungkinkan inokulasi bakteri bintil akar ke tanah lainnya. Pencampuran tanah tertekstur
kasar dengan tanah bertekstur halus atau sebaliknya dapat pula meningkatkan hubungan
antara air dan udara dalam tanah yang diperlakukan.
Nilai napal (marl) yakni bahan yang mengandung kapur, telah pula dikenal orang di
Aegina dan di Yunani dan dianggap pertama sekali menggunakan bahan kapur untuk lahan
pertanian. Cara ini belakangan dipelajari oleh bangsa Romawi dan mengembangkannya.
Bahkan oleh ahli-ahli bangsa Romawi telah mengklassifikasikan berbagai bahan kapur itu
dan membuat rekomendasi yang berbeda-beda untuk tanaman bijibijian dan rumput makanan

ternak. Plinneus (62-113 SM) mengemukakan bahwa bahan kapur sebaiknya ditebar merata
di atas permukaan tanah dan perlakuan ini cukup untuk waktu yang agak lama. Sendawa atau
KNO3 telah diutarakan oleh Plinneus sebagai bahan yang berguna untuk memupuk tanaman.
Pada waktu itu juga diketahui tanaman palma membutuhkan garam asin dalam jumlah yang
banyak. Petani-petani ketika itu telah pula menggunakan air garam pekat (bruin) disekitar
batang pohon-pohonan. Kendati ahli tanah dimasa sekarang terus aktif mencari metoda untuk
memprediksi kesegaran tanah untuk produksi tanaman-tanaman, demikian pula hal itu telah
dilakukan oleh para ahli filosofi pertanian di zaman ini, dan penulis-penulis pun melakukan
hal yang sama.
Warna tanah juga mendapat perhatian dalam menentukan kesuburan suatu tanah.
Kebanyakan peneliti-peneliti pertanian di zaman dulu maupun di zaman sekarang
mengemukakan bahwa, warna tanah dapat dipakai sebagai kriteria kesuburan suatu tanah.
Pendapat umum peneliti ketika itu ialah tanah-tanah hitam adalah subur, sedangkan yang
berwarna pucat atau kelabu adalah tidak subur atau rendah kesuburannya. Namun Columella
tidak sependapat dengan hal ini. Ia menunjuk kepada ketidaksuburan tanah-tanah gambut dan
tingginya kesuburan tanah yang berwarna pucat di Lybia. Beliau menduga, bahwa faktorfaktor lainnya seperti struktur, tekstur dan keasaman tanah merupakan petunjuk yang berguna
untuk mengestimasi kesuburan tanah. Kebanyakan tulisantulisan yang berkenaan dengan
kesuburan tanah tempo dulu sebagian besar hanya menyangkut prihal latihan pertanian saja.
Hanya sedikit ditemukan bukti-bukti yang pendekatannya melalui percobaan-percobaan
mengenai problematik usaha tani. Walaupun begitu umumnya manuskrip-manuskrip itu telah
merefleksikan secara konprehensip berbagai faktor yang dewasa ini dikenal mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Beberapa diantara tulisan-tulisan di zaman dulu itu sampai sekarang
masih terus ditelusuri. Rencana penelitian masih amat sederhana dan belum mengenal
metoda-metoda statistik seperti masa kini.
Zaman bangsa Yunani antara 800-200 SM pada hakekatnya merupakan zaman emas.
Banyak ditemukan orang-orang genius di periode zaman ini, kendatipun suara-suara itu
acapkali ditekan oleh yang berkuasa. Tulisan-tulisan mereka, peradaban dan corak
pertaniannya telah banyak dikopi oleh bangsa Romawi dan pola pikiran orang-orang Yunani
ini telah pula mendominasi pikiran dunia selama lebih dari 2000 tahun.

Sumber :
1. http://usupress.usu.ac.id/files/Kesuburan%20Tanah%20dan%20Pemupukan%20%20Final_bab%201.pdf
2. http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2011/12/sejarah-perkembanganpupuk.html

Anda mungkin juga menyukai