Anda di halaman 1dari 5

III.

TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN


Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan perannya dalam perekonomian
nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin tumbuhnya koperasi mandiri dan semakin
tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai koperasi. Memasuki PJP II perlu lebih dikenali
adanya berbagai tantangan yang akan dihadapi. Dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi
kendala yang ada, diharapkan pembangunan koperasi pada PJP II akan

lebih berhasil.

1. Tantangan
Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama PJP I, masih
banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan
penanganannya dalam PJP II, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita perkoperasian
seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.
Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non ekonomi, koperasi pada umumnya
belum dapat melaksanakan
sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, sehinagga koperasi sebagai badan
usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan
kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Di samping itu berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih menghambat
koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi untuk meraih dan memanfaatkan
berbagai kesempatan ekonomi secara optimal. Sementara itu dengan terbukanya perekonomian
nasional terhadap perkembangan perekonomian dunia, akan menghadirkan perubahan-perubahan
besar dalam kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang berkualitas
yang mampu mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan
keberadaan koperasi akan makin mantap apabila koperasi makin terintegrasi dan berperan
menentukan ke dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan
koperasi adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, dan
mandiri serta memiliki daya saing sehingga mampu meningkatkan perannya dalam
perekonomian nasional sekaligus kesejahteraan anggotanya.

Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai sokoguru perekonomian nasional


maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting
dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi
sebenarnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas terutama dalam hal yang
menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dalam kenyataannya, koperasi masih
menghadapi berbagai hambatan struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperan
sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi
tantangan adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat.
Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipa-si aktif dalam organisasi koperasi,
dan kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi makin meningkat, tetapi belum cukup memadai antara lain
disebabkan oleh masih adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan manfaat koperasi bagi
anggotanya. Hal ini antara lain telah menyebabkan lambatnya koperasi meng-akar dalam
masyarakat.

Sebagai gerakan ekonomi

rakyat,

koperasi masih harus

meningkatkan

kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran serta masyarakat secara luas. Oleh
karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berakar kuat dalam
masyarakat juga merupakan tantangan pemba-ngunan koperasi dalam PJP II.
2. Kendala
Pengalaman pembangunan koperasi dalam PJP I telah mem-berikan petunjuk bahwa untuk
menjawab berbagai tantangan dalam PJP II, masih terdapat beberapa kendala yang
membutuhkan perha-tian dalam rangka menggariskan kebijaksanaan dan menyusun program
untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.
Kendala utama yang dihadapi, yang juga merupakan kendala bagi dunia usaha pada umumnya,
adalah tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang umumnya
belum memadai. Kendala ini menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan koperasi dalam
menjalankan fungsi dan peranannya dan berakibat antara lain pada kurang efektif dan efisiennya
orga-nisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin pada pengelolaan koperasi dan tingkat
partisipasi anggota yang belum optimal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan dan profesionalisme antara lain melalui berbagai pelatihan, hasilnya
masih jauh dari memadai.
Berkaitan dengan kendala utama tersebut, terdapat pula kenda-la lain yang lebih spesifik, yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan koperasi. Kendala tersebut adalah lemahnya
struktur permodalan koperasi, rendahnya usaha pemupukan permodalan dari anggota dan dari
dalam koperasi, serta terbatasnya akses koperasi ke sumber permodalan dari luar. Meskipun
permodalan bukan faktor utama yang menentukan keberhasilan koperasi, kelemahan permodalan
ditambah dengan kendala lainnya akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan koperasi.
Kendala penting lainnya adalah terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara
nasional bagi koperasi, yang berpengaruh antara lain pada rendahnya kemampuan koperasi untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahanya, sehingga menyebabkan pula terbatasnya
daya saing koperasi.
Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang seharusnya berpijak pada prinsip koperasi,
belum berjalan dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota
akan hak dan kewajibannya, serta belum berfungsinya secara penuh meka-nisme kerja
antarpengurus dan antara pengurus dengan pengelola koperasi.
Masih kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama, merupakan kendala pula bagi
terwujudnya kerja sama dan terben-tuknya jaringan usaha antara koperasi dengan pelaku
ekonomi lainnya.
Kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu, terutama
kelembagaan keuangan baik bank rnaupun bukan bank, produksi dan pemasaran, khususnya di
daerah tertinggal, turut pula menjadi kendala bagi pengembangan koperasi di daerah tersebut.
Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan koperasi
antarsektor dan antardaerah merupakan kendala pula bagi pembangunan koperasi.
Kendala lainnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi, serta
kurangnya kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin dari masih
rendahnya peran serta dan dukungan masyarakat dalam pembangunan koperasi.

3. Peluang
Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan ekonomi, dalam
Repelita VI terbuka berbagai pelu-ang usaha yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan
koperasi. Pembangunan nasional dalam PJP II khususnya Repelita VI yang mendahulukan aspek
pemerataan akan membuka peluang yang lebih besar bagi pembangunan koperasi.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai landasan hukum baru, juga
memberikan peluang yang diharapkan akan mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri. Koperasi primer yang berskala kecil agar
berhimpun dalam koperasi sekunder

secara lebih mantap sehingga lebih terkonsolidasi menjadi

kekuatan ekonomi yang besar dan tangguh serta mampu memanfaatkan peluang keterbukaan
perekonomian Indonesia terhadap perekonomian dunia.
Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam pembangunan koperasi dalam Repelita
VI, di antaranya adalah kemauan politik yang kuat dari Pemerintah dan berkembangnya tuntutan
masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai
hasil pembangunan yang berkelanjutan sejak PJP I juga akan menciptakan peluang bagi
berkembangnya usaha koperasi di masa depan.
Sementara itu, makin terbukanya perekonomian dunia turut pula menciptakan berbagai peluang
baru bagi koperasi, di antara-nya adalah makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi koperasi Indonesia, serta makin terbukanya kesempatan kerja sama internasional antargerakan
koperasi di berbagai bidang.
Perubahan struktur perekonomian nasional menciptakan peluang untuk lebih berkembangnya
koperasi di perdesaan/KUD yang berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri, dan industri
perdesaan lainnya. Sementara itu, Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman akan mendorong diversi-fikasi usaha koperasi sesuai dengan kepentingan masyarakat
se-tempat.
Dalam PJP II tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi
tenaga kerja, yang telah mulai dirasakan pada saat ini, diperkirakan akan semakin mening-kat. Di
samping itu, diperkirakan pula terjadi pertumbuhan yang pesat di sektor industri yang akan

meningkatkan jumlah dan jenis perusahaan. Keadaan ini menciptakan peluang bagi tumbuhnya
koperasi karyawan baru.
Berbagai tantangan, kendala, dan peluang tersebut akan mempengaruhi keberhasilan
pembangunan koperasi dalam PJP II. Untuk menjawab berbagai tantangan, dan mengatasi
kendala terse-but serta memanfaatkan peluang yang tersedia, disusun berbagai kebijaksanaan dan
program dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan koperasi dalam PJP II, khususnya
Repelita VI.

Anda mungkin juga menyukai