LAPORAN KASUS
1.1. Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Usia
Suku
Agama
Alamat
Status
Pekerjaan
Tgl masuk
: ny. tukiyem
: perempuan
: 53 Tahun
: Jawa
: Islam
: Sagan
: Menikah
: Pedagang
: 13 juni 2016
1.2 ANAMNESIS
Secara alloanamnesis oleh anaknya.
Keluhan utama :
Tidak bisa bicara sejak 3 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien datang dibawa oleh keluarganya ke UGD RS. Bethesda dengan
keluhan sulit bicara sejak 3 hari yang lalu SMRS. Sulit bicara terjadi tiba-tiba, terjadi
pertama kali pada 3 hari yang lalu (hari Sabtu) sewaktu pasien pulang dari layat pasien
nampak bingung kemudian sulit untuk bicara.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya, riwayat demam tifoid
(+), riwayat tuberkulosis (-), hipertensi (+), DM (+), trauma kepala (-), stroke (-).
Riwayat penyakit keluarga :
Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengeluhkan seperti ini, riwayat
tuberkulosis, darah tinggi, kencing manis disangkal.
Riwayat pengobatan :
Pasien mengkonsumsi rutin obat hipertensi dan DM.
Riwayat alergi:
Alergi obat-obatan, makanan, debu disangkal.
Life Style :
: baik
: cm, GCS = 15 ( E=4 V=5 M=6)
:
: 140/80 mmHg
: 88 x/m
: 28 x/m
: 38,5c
Status generalis
Kepala
: normocephali
Leher
Mata
Hidung
Telinga: otore -/-, serumen -/Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak:
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas atas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
1.4 Status Neurologis
Keadaaan umum
: baik
Kesadaran
: cm
Rangsang meniengal
Kaku Kuduk
: (-)
Tanda Kerniq
: (+)
Tanda Laseque
: (-)
Tanda brudzinski I
: (+)
Tanda brudzinski II
: (-)
Peningkatan tekanan intrakranial
Muntah
: (-)
Sakit kepala
: (-)
Kejang
: (-)
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Olfactorius (I)
Meatus Nasi Dextra
Normosmia
: Tidak dilakukan
Anosmia
: Tidak dilakukan
Parosmia
: Tidak dilakukan
Hiposmia
:Tidak dilakukan
N. Opticus (II)
Visus
Lapangan Pandang
Normal
Menyempit
Hemianopsia
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nistagmus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pupil
Lebar
Bentuk
:
:
3 mm
Bulat
3 mm
Bulat
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N. Trigeminus (V)
Kanan
Kiri
Motorik
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensorik
Kulit
Reflex Kornea
Langsung
Tidak langsung
N. Fasialis (VII)
: (+)
: (+)
Kanan
(+)
(+)
Kiri
Motorik
Mimik
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Kerut kening
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Menutup mata
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Meniup sekuatnya
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Memperlihatkan gigi
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Tertawa
: Tidak dilakukan
Tidak
dilakukan
Sensorik
: Tidak dilakukan
: (+)
N.Vestibulocochlearis (VIII)
Auditorius
Kanan
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Kiri
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Vestibularis
Nistagmus
Vertigo
Tinnitus
: Tidak dilakukan
Uvula
: Tidak dilakukan
Disfagia
: Tidak dilakukan
Disartria
: Tidak dilakukan
Disfonia
: Tidak dilakukan
Reflex muntah
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
N. Asesorius (XI)
Kanan
Mengangkat bahu
Kiri
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N. Hypoglossus (XII)
Lidah
Tremor
Atropi
Fasikulasi
: (-)
: (-)
: (-)
SISTEM MOTORIK
Tropi
: Eutrofi
Tonus Otot
: Normotonus
Sikap
: Berbaring
TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif
: Tidak dilakukan
Propioseptif
: Tidak dilakukan
REFLEKS
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Kanan
Kiri
:
:
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
:
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Reflex Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-Tromner
KOORDINASI
Tes Telunjuk-telunjuk
: Tidak dilakukan
Tes Telunjuk-Hidung
: Tidak dilakukan
Tes Tumit-lutut
: Tidak dilakukan
Tes Romberg
: Tidak dilakukan
Pemeriksaan fisik
Status Neurologis
kesadaran : sopor
TD
: 140/80 mmHg
Pe TIK
: 88x/m
RR
: 28x/m
: 38,5C
: (+)
Kerniq (+)
N.Cranialis
N.I
: Tidak dilakukan
N.II.III
: Tidak dilakukan
N.III.IV.VI
: Tidak dilakukan
N.V
N.VII
: Tidak dilakukan
N.VIII
: Tidak dilakukan
N.IX.X
: Tidak dilakukan
N.XI
: Tidak dilakukan
N.XII
: Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
Refleks Patologis
Ka
Ki
Biseps/Triseps
+/+
+/+
Hofman/Tromner
-/-
-/-
Patella/Achilles
+/+
+/+
Babinski
-/-
-/-
I.VI DIAGNOSA
Diagnosa Klinis
: Stupor
Diagnosa Topis
: Meningens
Diagnosa Etiologik
: Meningitis Tuberculosa
1.6 PENATALAKSANAAN :
- rencana diagnostik :
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Elektrolit
Profil lipid
Asam urat
Foto thoraks
CT- Scan kepala
Terapi nonformakologi:
Diit tinggi KH, Protein, rendah lemak
Terapi farmakologi:
O2 2-3L/m
Infus Asering
Citicholin 2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone 1x2gr
Dexametasone 3x1amp
NGT
Cateter
- lumbal pungsi
- tes mantoux
DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24
jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke pada prinsipnya
terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila
karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh
darah otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
ETIOLOGI
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi
yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya
disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan
lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun
stroke hemorragik.
a. stroke iskemik
yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena obstruksi
atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan gambaran infark pada
CT-Scan kepala. Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat
suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83%
mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis
interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung
aorta jantung.
Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh
:
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri
karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat
serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal
memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang
lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa
juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain,
misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli
serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering
terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita
kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya
b. stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya contoh perdarahan
intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM.
Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke
sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark dan perdarah-an
otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat arterioskleosis
sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah besar.
2. Penyakit Jantung
- Penyakit katup jantung
- Atrial fibrilasi
- Aritmia
- Hipertrofi jantung kiri (LVH)
- Kelainan EKG
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak, sedangkan
peranannya pada perdarahan belum jelas. Diduga DM mempercepat terjadinya proses
arteriosklerosis, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih
dini.
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk
semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe stroke terutama
perdarahan
subarachnoid
dan
stroke
infark,
merokok
mendorong
terjadinya
Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat
pecah.
Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,
PATOFISIOLOGI
Trombosis (penyakit trombo oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan
yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tibatiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan
atau tempat tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat tempat
khusus tersebut. Pembuluh pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang
makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel
pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme
koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna
1. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian bagian yang sempit.. tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh
dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar
perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi.
Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan
mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan
dapat membengkak dan mengalami nekrosis.
GEJALA KLINIS
Pada a. vertebralis/vertebrobasilaris
DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri kepala berat atau nyeri kepala yg tidak seperti biasa dirasakan
Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul
dengan sangat mendadak, sedang bekerja atau sewaktu istirahat. Selain itu perlu ditanyakan
faktor-faktor resiko yang menyertai stroke. Ditanyakan pula riwayat keluarga dan adanya
penyakit lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Langkah pertama lakukan pemeriksaan fungsi vital, seperti tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu. Juga tentukan kesadaran yang ditentukan menurut skor dengan Skala
Glasgow Coma Scale. Manifestasi klinik stroke sangat tergantung pada daerah otak yang
terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak tang menderita iskemia. Pemeriksaan
neurologis, pada stroke hemisferik saraf otak yang sering terkena adalah N. VII dan N.XII,
pasien akan bicara pelo dan adanya deviasi lidah. Pada stroke vetebrobasiler akan ditemukan
kombinasi berbagai sara otak yang terganggu diserati vertigo, diplopia,dan gangguan
bulbar.Pemeriksaan motorik, hampir selalu terjadi hemiperesis. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan sensorik, refleks fisiologis dan patologis, dan kelainan fungsi luhur.
Mengenal manifestasi stroke yang sangat ringan adalah lebih penting daripada
mengenal hemiparesis yang sudah jelas. Manifestasi stroke yang paling ringan sering berupa
gangguan ketangkasan gerak maka dari itu urutan pemeriksaan susunan motorik sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan ketangkasan gerak
2. Penilaian tenaga otot-otot
3
Refleks babinski
Refleks opppenheim
Refleks gordon
Refleks schaefer
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, lekosit, hitung jenis, trombosit, masa perdarahan
dan pembekuan, laju endap darah ,Ureum, kreatinin, fungsi hati, urin lengkapGula darah
sewaktu, puasa, 2 jam setelah makan, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid, asam urat.Bila
perlu, elektrolit (natrium, kalium) dan gas darah
Elektrokardiografi
Pemeriksaan radiologi.
1. CT-Scan otak.
2
MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke secara lebih tajam.
Rontgen toraks.
Stroke non hemoragik
Stroke hemoragik
1. Onset mendadak
1. Onset mendadak
6. Lumbal punksi :
- Warna
6. Lumbal punksi :
: Jernih
- Warna
: Merah
- Tekanan : Normal
- Tekanan : Meningkat
- Eritrosit : >1000/mm3
7. CT
7. CT Scan : hiperdens
Scan : hipodens
Delirium, stupor
Aterom/riwayat diabetes :
tidak
ada
tidak ada
1 atau lebih
Perdarahan serebral
< -1
Infark serebral
- 1 sampai 1
Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke nonhemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke
hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik
seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut
dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien
memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan
darah apapun dapat digunakan.
2. Pemeriksaan Penunjang
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler
MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang magnetik
untuk membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih detail jika
dibandingkan dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan untuk stroke. jika
CT scan dapat selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih dari satu jam.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang
disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat memberikan
informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti abnormalitas aliran
darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi canggih, CT angiography
menggeser angiogram konvensional.
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada
pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan gelombang
suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada atau turun
melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor
Holter sama dengan electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada
dada selama 24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang dilakukan
untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri yang mengalami
peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang terjadinya stroke karena
pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke
yang dapat diterapi atau untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah
screening mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit
mungkin juga perlu dipertimbangkan.
Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.
PENATALAKSANAAN
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.
1
Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati,
dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu/mengancam fungsi otak.
Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak
justru berkurang. Sehingga perlu dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan
darah darah dipertahankan pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah
yang tinggi tidak diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit, dan asam
basa harus terus dipantau.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan mengurangi
kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat
mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik. Pengelolaan pasien
stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
1.
Pengelolaan umum, pedoman 5 B
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif
Perdarahan intra serebral
Perdarahan Sub Arachnoid
Pengelolaan operatif
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya.
ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi pada pasien
dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang paru) merupakan
merupakan penyebab kematian utama pada minggu ke 2 4 setelah serangan
otak.Penderita sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2
jam. Dan bila ada radang atau asma cepat diatasi.
1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena
dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik
> 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 6 mcg/kg/menit infus
kontinyu), Diltiazem (5 40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 10 g/Kg/menit
infus kontinyu), nitrogliserin (5 10 g/menit infus kontinyu), labetolol 20 80 mg
IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 25 mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien
stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150 200
mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan
kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.
1.c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri kepala,
muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa dipakai
adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB),
dalam 15 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 320 mOsm,
keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal bebas.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan
neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan
metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap protein kinase.Hipotermia
ringan 30C atau 33C mempunyai efek neuroprotektif.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk
perfusi darah kejaringan otak
1.d. Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya
dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
1.e. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga
supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema otak
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
2.a. Stroke iskemik
- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya yang
paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA
(recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB
maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60
menit).
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena
diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat
mencegah kerusakan lebih lanjut neuron. Obat-obatan tersebut antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan cara
menambah sintesa phospatidylcholine, menghambat terbentuknya
radikal bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin suatu
neurotransmiter untuk fungsi kognitif. Meta analisis Cohcrane Stroke
Riview Group Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963 pasien stroke
iskemik dan perdarahan, dosis 500 2.000 mg sehari selama 14 hari
menunjukkan penurunan angka kematian dan kecacatan yang
bermakna. Therapeutic Windows 2 14 hari.
Anti edema
Anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan
b.
Antifibrinolitik
Pengobatan terhadap perdarahan di otak bertujuan menjaga hemostasis.
Pengelolaan operatif