Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan
ilmu penyediaan dan pengolahan bahan sumber alam serta bahan sintesis
yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan serta digunakan dalam
pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Farmasi adalah ilmu yang
mempelajari
cara
membuat,
mencampur,
meracik,
memformulasi,
pengobatan
juga
sifat-sifat
obat
beserta
pendistribusian
dan
dalam
jumlah
yang
mencukupi
serta
mampu
mengikuti
dilaksanakan
kegiatan
Praktek
Kerja
Lapangan
(PKL).
Pola
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
c. Instansi PKL
1) Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran untuk merencanakan serta
melaksanakan kegiatan atau program Farmasi.
2) Meningkatkan cara berpikir, bersikap dan bertindak yang bersifat
partisipatif sejalan dengan pembangunan bidang farmasi.
3) Membantu memecahkan permasalahan terutama masalah teknis
yang dihadapi oleh unit-unit kerja tempat PKL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Pasal 1 ayat 13 tentang pekerjaan kefarmasian, Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Apotek merupakan salah satu tempat penyaluran sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (pasien).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
: 1332/ MENKES / SK / X / 2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 992 / MENKES / PER / X / 1993 yang
dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi, Perbekalan
Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
2. Perlengkapan Apotek
1. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan
Terdiri dari mortir, timbangan, termometer, gelas ukur,
erlenmayer, corong, cawan, dll.
2. Perlengkapan dan alat pembekalan farmasi
Terdiri dari lemari pendingin, rak obat, botol, pot salep,dll.
3. Wadah pengemas dan pembungkus
Terdiri dari etiket, wadah pengemas dan pembungkus untuk
penyerahan obat.
4. Perlengkapan administrasi
Blanko pesanan obat, blanko kartu stock, blanko salinan resep,
blanko faktur, blanko nota penjualan, buku pembelian, buku
penerimaan, buku pengiriman, buku khas, buku penerimaan dan
pengeluaran narkotika dan psikotropika, form laporan - laporan
obat serta alat tulis kantor lainnya.
5. Buku standar yang diwajibkan
Misalnya : farmakope indonesia, ISO, FN, Ilmu Meracik Obat
( IMO ), IONI dan kumpulan perundangan lainnya.
6. Tempat penyimpanan narkotika
3. Tenaga Apotek
Tenaga
apotek
terdiri
atas
Apotreker,
Asisten
pembantu umum /
C. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam rangka
tugas dan fungsi apotek yang meliputi perencaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian.
Sesuai
PERMENKES
RI
No.
26/Per.
Menkes/Per/I/1981,
D. Pelayanan Apotek
1. Apotek wajib melayani resep dr., drg., dan drh.
2. Pelayan resep sepenuhnya tanggung jawab APA serta seseuai dengan
tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi kepentingan
masyarakat.
3. Apoteker tidak boleh mengganti obat generik yang tertulis dalam
resep dengan obat paten.
4. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk memilihkan obat
yang lebih tepat dan terjangkau. Apoteker wajib memberikan
informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara aman, tepat,
rasional, atau atas permintaan masyarakat. Jika dalam resep itu tertulis
Resep p.p = pro paupere maksudnya resep untuk orang miskin.
5. Apotek dilarang menyalurkan barang dan atau menjual jasa yang tidak
ada hubungannya dengan fungsi pelayanan kesehatan.
6. Yang berhak meracik resep adalah apoteker dan asisten apoteker di
bawah pengawasan apotekernya.
7. Apotek dibuka setiap hari dari pukul 08.00-22.00.
8. Apotek dapat ditutup pada hari-hari libur resmi atau hari libur
keagamaan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah
(Kakanwil)
Depkes
setempat, atau
Kepala
Dinas
Kesehatan
Dokter .
Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
Dokter hewan, terbatas pengobatan untuk hewan.
Resep harus ditulis jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat dibaca
dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter
penulis resep. Dalam resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomer izin praktek Dokter, Dokter gigi dan Dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat.
4. Aturan pemakaian obat yang tertulis.
5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundangundangan yang berlaku.
Copy resep merupakan salinan tertulis dari suatu resep (istilah lainnya
apograph, exemplum atau afschrift). Selain itu salinan resep harus memuat
1. Nama dan alamat apotek.
2. Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek.
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek.
4. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det = ne
detur untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomer resep dan tanggal pembuatan.
Pengelolaan resep yang telah dikerjakan :
1. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomer
penerimaan/ pembuatan resep.
2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya,
tandai garis merah di bawah nama obatnya.
3. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai.
24
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker pengelola bersama dengan
petugas apotek. Pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan
sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan
ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Berita acara pemusnahan ini
harus disebutkan ( Syamsuni, 2006).
a. Hari dan tanggal pemusnahan.
b. Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep.
c. Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.
25
H. Manajemen
Suatu proses yang dilakukan oleh mendapatkan pelayanan optimal, meliputi
(Anonim, 1990).
1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
menentukan jumlah obat dalam rangka pengadaan. Seleksi dan perencanaan
meliputi kegiatan pemilihan jenis dan penetapan atau perhitungan jumlah
obat dalam rangka pengadaan dengan metode perhitungan yang telah
ditetapkan.
Tujuan dari perencanaan adalah untuk mendapatkan :
a. Mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Kegiatan seleksi dan perencanaan meliputi :
a. Menentukan atau merencanakan jenis obat yang diperlukan untuk
periode pengadaan yang akan datang.
b. Menentukan obat yang harus dibeli.
Bila TOR rendah maka berarti masih banyak stok yang belum
terjual yang akan
tetap.
Economic Order Quantity, pengadaan dilakukan dengan jumlah
pemesanan, harga barang per unit dan jumlah yang dibutuhkan serta
biaya penyimpanan.
Economic Order Interval, dimana pengadaan barang dilakukan pada
interval - interval waktu tertentu yang dianggap paling ekonomis.
28
Distribusi
Expired First Out) yaitu barang yang berkadaluwarsa cepat harus keluar
terlebih dahulu.
Tujuan penyimpanan obat antara lain (Anonim, 1990) :
a. Memelihara mutu obat.
b. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungan persediaan.
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Tata cara penyimpanan obat-obatan secara umum:
a. Obat disimpan di dalam rak yang telah disediakan.
b. Obat disimpan sesuai dengan urutan abjad, terpisah untuk obat generik
dan paten.
c. Obat disimpan sesuai dengan bentuk sediaan.
d. Obat disimpan sesuai dengan tanggal kadaluarsa
e. Obat narkotika dan obat keras tertentu, disimpan di lemari khusus sesuai
peraturan
MenKes
No:28/MenKes/per/1/1978
untuk
menghindari
penyalahgunaan narkotika
f. Obat yang memerlukan perlakuan khusus, suppositoria, injeksi, vaksin,
disimpan di lemari pendingin untuk memepertahankan kualitas obat.