Anda di halaman 1dari 9

Melodi

Earphone menutup rapi jalur pendengaran


Menyalurkan harmoni nada yang menenangkan
Kadang membuat tetesan bening bergantian mengalir
Kadang membuat senyum lebar mengembang

Ikut terbawa dalam nyanyian


Tak perduli sumbang atau parau
Yang terpikir semua lepas
Lepas serta bebas

Di atas lirik yang mengandung arti dalam


Terkadang memang sesuai kenyataan
Sehingga sang penembang maupun pendengar
Akan terpikat sebuah keindahan

Di tiap melodi yang harmoni


Akan meninggalkan kesan mendalam
Sedih, senang, serta duka
Akan mulai terkikis dengan sendirinya

Mencari Kepastian
Di Keheningan dalam kegelapan
Berharap rasa ini terbalaskan
Bingung ~
Bimbang ~
Mencari tujuan
Agar tercapai mimpi dan Cinta yang sesungguhnya
Jika membelok ke jalur kasih
Takutnya mimpi akan terbengkalai
Dan jika membelok ke jalur mimpi
Takutnya kasih tak akan kunjung sampai
Membiarkan diri terjebak
Dalam dua pilihan yang semua orang inginkan
Bingung
Bimbang
Namun tak ingin pasrah
Seakan serakah ingin memiliki keduanya

Satu Hari Selanjutnya

Membuka mata lebar


Mempercepat langkah
Mencoba menjadi yang terdepan
Dan melangkahi garis akhir
Di waktu yang terus berputar ini
Dan entah bagaimanakah agar bisa kembali
Ke waktu awal
Saat masih bersih dan tak mengerti
Mencari titik terang sebuah masa depan
Di waktu sempit yang terus berjalan ini
Walau tertatih dan jatuh ke dasar jurang
Pasti masih ada harapan
Walau hanya satu hari lagi
Jangan menengok kebelakang
Jangan terlalu berpegang erat di tepian
Biarkan ini mengalir tenang
Sehingga tidak hanya angan yang dipetik
Pasti masih ada harapan
Walaupun hanya satu hari lagi
Namun di balik itu semua
Jangan pernah kubur kenangan Biarkan kenangan menjadi sebuah pelajaran
Pasti masih ada harapan
Di hari ini, hari esok, maupun hari-hari berikutnya
Dimana semua orang akan mengembang senyum lebar

Bagi semua yang selalu berusaha


Untuk merebut cahaya terang
Tempat dimana harapan itu tertanam

MENGERTI
Menjalani setiap hari
Dengan waktu yang panjang bercampur kelelahan
Merasa hening di tengah keramaian
Mencoba tertawa di tengah kesedihan
Meskipun tawa ini sudah mulai tandus
Tiada semangat hilang lenyap
Adakah yang bisa mengerti
Kesedihan rumput ilalang di padang kering
Mencari sumber air kehidupan
Tujuan untuk kembali menghijau
Beban hidup yang selalu dipikul
Terus menerus tumbuh semakin tumbuh
Menimbulkan luka menganga lebar
Perih namun harus ditahan
Mengikuti arus alur kehidupan
Gelap tanpa setitik cahaya
Haus tanpa setetes air
Lapar tanpa sebiji beras
Namun semangat hidup mengalahkan itu semua
Adakah yang mengerti mengapa kami menangis pilu
Adakah yang mengerti mengapa kami sampai hati menadah tangan
Hanya untuk segenggam energi
Demi melanjutkan hidup
Demi menyambung nyawa

Bisakah kalian mendengar tangisan kami


Yang biasa di tahan walau menyakitkan
Saling bergenggam tangan
Untuk mencari keadilan ~

AKHIR ~
Kulepaskan semua
Kulepaskan genggaman erat ini
Biarkan semuanya pecah berkeping-keping
Berbentur keras pada lantai kokoh takkan rapuh
Tidak bisa dipaksa ~
Walau dengan kuasa ~
Kenangan indah itu ~
Sekarang hanya bagai goresan halus di atas pasir
Yang akan perlahan terhapus diterjang ombak
Menghilang tanpa jejak
Melangkah tanpa suara
Semua hilang tanpa sisa
Apakah ada yang mengerti
Memikul kesedihan ini
Tak ada tempat untuk berbagi kesedihan ini
Mencoba menyiapkan ruang
Untuk kepingan - kepingan hati yang hancur
Menangis tak bersuara
Melangkah tanpa ada pijakan
Apa hanya yang ditinggalkan yang merasa kesakitan
Apa hanya yang ditinggalkan yang selalu meratap
Pernahkan yang meninggalkan merasa kesakitan
Hingga bulir bening tak sudi lagi untuk mengalir dan tumpah
Mencoba bertanya pada keheningan
Namun yang bersahutan hanyalah angin yang berlalu lalang

Yang selalu menemani dalam ruang lingkup dasar kesedihan ~

SIAPA PEDULI ?
Diatas secarik kertas putih usang
Goresan tinta kehidupan terlukis indah
Tak terlihat namun terasa
Melukiskan keindahan namun sengsara
Dikeheningan menyambut asa
Dikegelapan mencari setitik cahaya
Menyusuri jalan buntu
Sempit tak bersuara
Dikatakan layak namun buruk rupa
Dikatakan sempurna, NAmun itu hanya Tuhan
Menyususri jalan setapak berbatu tanpa alas kaki
Keringat berkucuran bercampur tetesan merah menyala
Itupun tidak akan ada yang peduli ~

Anda mungkin juga menyukai