DIPLOMA III
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi. Dapat dibedakan
antara cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak ikan,
emulsi parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar yang terakhir ini dinyatakan
sebagai linimental (latin linire = menggosok). Liniment adalah emulsi kental
(menurut aturanya berjenis M/A). Juga sediaan obat seperti salep dan
suppositoria dapat merupakan emulsi dalam pengertian fisika
Yang menarik dari daya tahan penyimpanan dan teknik pembuatannya
adalah emulsi kering dari jenis susu kering. Emulsi sero semacan itu dibuat
melalui pengering semprotan. Keunggulannya sebagai bentuk yang dapat
bertahan lama atau bentuk yang mudah dan ringan dibawa berpergian serta
dapat digunakan baik untuk preparat obat kutan atau per oral, menjadikannya
cukup penting. Susu kulit yang sangat penting artinya dalam dermatologi,
khususnya dalam kosmetika, merupakan emulsi M/A dengan sifat jenis susu.
Emulsi tersebut dapat menjadi pembawa bagai bahan obat larut air atau larut
minyak (asam salisilat, resorsinol, belerang, kamfer)
Oleh karena dari dua cairan yang dapat bercampur satu sama lain, yang
satu terdistribusi kedalam yang lain dipertahankan tetap melayang, maka garis
tengah tetesan cairan yang terdistribusi sangat penting artinya untuk
mengkarakterisasikan sebuah emulsi. Pada umumnya pada emulsi farmasi
ukuran partikael terdistribusinya terletak diantara 1 dan 20 m . Akibat dari
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI
DIPLOMA III
pembiasan cahaya komponen emulsi yang berlainan maka preparat yang sejis
susu ini menunjukkan sifat tidak tembus cahaya. Hanya dalam kasus khusus,
jika kedua cairan menunjukkan indeks bias yang sama maka sinar pada saat
melintas melalui emulsi dibiaskan sama kuat, sehingga tampak sinar mampu
menembusnya atau transparan.
Emulsi mikro juga transparan, yang belakangan ini cukup memberi arti
dalam farmasetika. Dalam preparat ini, ukuran tetesan terdistribusi berada
dalam daerah koloid (10-50 hm).
DIPLOMA III
B. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan
dan kestabilan dari suatu emulsi.
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui jumlah emulgator golongan sufraktan yang digunakan
dalam pembuatan emulsi.
2.
3.
4.
D. Prinsip Percobaan
Pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dengan variasi
HLB butuh dan penentuan kestabilan suatu emulsi dengan nilai HLB butuh
yang bervariasi yang didasarkan pada penampilan fisik dari emulsi tersebut,
misalnya perubahan volume, perubahan warna, dan pemisahan fase terdispersi
dan pendispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan.
DIPLOMA III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Sistem disperse adalah suatu sistem dimana suatu substansi (fase
dispersi) terbagi dalam unit yang berlainan (tersendiri) terdispersi dalam
substansi lain (fase kontinyu atau pembawa) (Anief, 2007).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
bahan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 1987).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Emulsi adalah system dua
fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk
tetesan kecil (Syamsuni, 2006).
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamika
tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak
bercampur satu sama lain, dimana cairan yang satu terdispersi didalam
cairan yang lain dan untuk memantapkannya diperlukan penambahan
emulgator. Identitas emulsi berasal dari bahasa latin (emulgere =
memerah, yang mengacu kepada susu sebagai jenis emulsi alam) (Voight,
1971).
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak
DIPLOMA III
DIPLOMA III
DIPLOMA III
DIPLOMA III
DIPLOMA III
B. URAIAN BAHAN
1. TWEEN 80 ( FI . Edisi IV, Hal. 687 )
Nama Resmi
: POLYSORBATUM-80
Sinonim
: Polisorbat-80
Pemerian
: Caiaran kental seperti
minyak,
khas.
: Mudah larut dalam air, etonal 95%
P, dalam etil asetat P, dan dalam
metanol
P,
sukar
larut
dalam
Penyimpanan
K/P
: Emulgator
: PARRAFINUM LIQUIDUM
: Paraffin cair
: Cairan kenal, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
Kelarutan
DIPLOMA III
mempunyai rasa.
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
tidak berbau
: Dalam wadah tertutup baik
: Pelarut / sebagai fase air
DIPLOMA III
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
2.
Jumlah
o
1
(ml/mg/g/ml/N/%)
Batang Pengaduk
Cawan Porselin
Cawan krus
Corong Kaca
Gelas Ukur 25 mL
Gegep kayu
10
Hot Plate
11
12
Timbangan Analitik
13
Termometer
o
1
(ml/mg/g/ml/N/%)
Aquadest
Jumlah
75 6=450 mL
DIPLOMA III
Aluminium Foil
Secukupnya
Kertas Perkamen
Secukupnya
Span 80
8,4114 gram
Tween 80
21,5886 gram
20 6=120
Paraffin cair
gram
DIPLOMA III
B. Prosedur Kerja
1. Siapakan alat dan bahan.
2. Timbang bahan sesuai perhitungan HLB butuh :
a. Paraffin cair masing-masing HLB 20 gram
b. HLB 10, untuk tween 80 sebanyak 2,6635 gram dan span 80 sebanyak
2,3365 gram
c. HLB 12, untuk tween 80 sebanyak 3,5981 gram dan span 80 sebanyak
1,4019 gram
d. HLB 14, untuk tween 80 sebanyak 4,5327 gram dan span 80 sebanyak
0,4673 gram
e. Aquadest masing-masing HLB 75 mL
3. Dimasukkan paraffin cair dan span 80 ke dalam gelas kimia, dan tween
80 dengan aqudest dimasukkan ke gelas kimia lainnya.
4. Kemudian kedua gelas kimia yang berisi campuran tersebut dipanaskan
di penangas air sampai suhu kedua campuran mencapai suhu 60C
5. Lalu kedua gelas kimia diangkat dari penangas air.
6. Kemudian kedua campuran tersebut dicampur dengan menuang Fase
minyak dan fase air kedalam lumpang secara bersamaan.
7. Digerus dengan cepat sampai diperoleh emulsi yang baik.
8. Dimasukkan ke dalam botol bening dan ditutup dengan aluminium foil.
9. Dilakukan pengamatan perubahanya selama 5 hari.
20
100
x 100 = 20 gram
Emulgator
5
100
x 100 = 5 gram
Aquadest
= 100 ( 20 + 5) = 75 mL
1. HLB 10
DIPLOMA III
b. Span 80
15 a 4,3 a + 21,5
15 a 4,3 a
10,7 a
a
= (5 a )
= 5 2,6635
= 2,3365 gram
=
=
=
=
b. Span 80
=
=
=
=
5
100
x 100
12 x 5
70 21,5
38,5
3,591 gram
3. HLB 14
a. Tween 80 = (15 . a) + (5 - a) x 4,3 = 14 x
5
100
15 a 4,3 a + 21,5 = 14 x 5
b. Span 80
x 100
10 x 5
50 21,5
28,5
2,6635 gram
2. HLB 12
15 a 4,3 a + 21,5
15 a 4,3 a
10,7 a
a
= (5 a )
= 5 3,591
= 1,4019 gram
5
100
15 a 4,3 a
= 70 21,5
10,7 a
= 48,5
= 4,5327 gram
= (5 a )
= 5 4,5327
= 0,4672 gram
x 100
DIPLOMA III
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
A. TABEL HASIL PENGAMATAN
N
HL
PENGAMATAN
HARI-1
HARI-2
10
Flokulasi
Flokulasi
10
12
HARI-3
HARI-4
HARI-5
Demulsifikas
Koalesen
Koalesen
i
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
12
Flokulasi
Flokulasi
Flokulasi
Flokulasi
Flokulasi
14
Flokulasi
Flokulasi
14
Demulsifikas
Koalesen
Koalesen
i
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Demulsifikas
Hari II
DIPLOMA III
HARI III
HARI IV
HARI V
DIPLOMA III
DIPLOMA III
BAB V
PEMBAHASAN
Pada dasarnya dalam pembuatan emulsi menggunakan senyawa
polar dan nonpolar yang tidak dapat bercampur secara homogen. Untuk
menyatukan antara fase air dan fase minyak dibutuhkan emulgator atau
surfaktan yang cocok.
Pada keadaan dasar termodinamika, emulsi secara fisik tidak
stabil. Pengaruh tegangan antar muka dan pengumpalan mengurangi energi
sistem dan proses ini secara termodinamika disukai. Dalam pembuatan
emulsi, sering terjadi ketidakseimbangan. Keseimbangan berikatan dengan
fase minyak dan fase air dengan perbandingan jumlah bisa dihitung dengan
perhitungan HLB butuh.
DIPLOMA III
DIPLOMA III
DIPLOMA III
yaitu 60C. Kesalahan selanjutnya yaitu pada saat pengadukan tidak konstan
dan terlalu lambat sehingga sediaan yang dibuat menjadi tidak stabil. Serta
pada saat menuang fase air dan minyak ke dalam lumpang tidak bersamaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kestabilan emulsi adalah cara pembuatan, pengadukan, pemanasan, dan
nilai HLB (Hydrophylic-Lipophylic Balance). Karena HLB merupakan
angka yang menunjukkan ukuran keseimbangan dan reganngan gugus
hidrofilik dan lipofilik yaitu span 80 dan tween 80 sebagai emulgator.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada hari kelima dapat disimpulkan :
1. Untuk semua emulsi dengan HLB 10, 12 dan 14 terjadi perubahan
warna dari warna emulsi stabil (putih susu) secara keselurhan menjadi
putih buram.
2. Kestabilan suatu emulsi dipengaruhi oleh proses pembuatannya.
3. HLB 10, 12, dan 14 mengalami demulsifikasi, dimana terjadi
pemisahan secara keseluruhan antara dua fase dan tidak saling
bercampur satu sama lain.
B. Saran
Para praktikan harus berhatihati dan teliti dalam proses praktikum
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DIPLOMA III
DAFTAR PUSTAKA
DIPLOMA III
LAMPIRAN
Tween 80
Span 80
1. Skema Kerja
Fase Air
Fase Minyak
+ aquadest
HLB 10 = 75 mL
HLB 12 = 75 mL
HLB 14 = 75 mL
Dipanaskan sampai
60C
+ paraffin 25 mL
Dipanaskan sampai
60C
Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume, pemisahan fas
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga
DIPLOMA III
Hari kelima
DIPLOMA III