Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI

Sulistyo-Basuki (1999:298) mendefinisikan klasifikasi yang diterapkan di pusat informasi dan


perpustakaan adalah penyusunan sistematik terhadap buku atau bahan pustaka lain atau katalog atau
entri indeks berdasarkan subjek, dalam cara yang paling berguna bagi mereka yang membaca atau
mencari informasi. Klasifikasi diperlukan karena pentingnya efisiensi waktu untuk temu kembali, serta
mengingat jumlah dokumen yg semakin banyak. Eryono (1999:127) menjelaskan bahwa klasifikasi
bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Klasifikasi artifisial (artificial classification) yaitu mengklasifikasikan bahan pustaka berdasarkan
sifat-sifat yang ada pada bahan pustaka tersebut. misalnya mengelompokkan bahan pustaka
berdasarkan kesamaan warna sampul, tinggi buku, nama pengarang, dan data fisik lainnya.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification) yaitu mengklasifikasikan bahan pustaka
berdasarkan ciri-ciri yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari bahan pustaka tersebut.
misalnya klasifikasi berdasarkan subyek atau isi bahan pustaka tersebut.
Eryono(1999:127) berpendapat bahwa dari kedua cara di atas, sistem klasifikasi yang sesuai untuk
diterapkan di perpustakaan adalah klasifikasi fundamental karena memiliki beberapa keuntungan yaitu
(1) Buku yang sama atau mirip isinya akan terletak pada tempat yang berdekatan; (2) Memudahkan
dalam mengadakan perimbangan koleksi yg dimiliki, (3) memudahkan penelusuran terhadap bahan
pustaka menurut subyek; (4) Memudahkan dalam membuatkan bibliografi menurut pokok masalah.
Kegiatan klasifikasi bahan pustaka menghasilkan simbol notasi yang disebut dengan nomor klasifikasi
guna memberikan urutan dalam penjajaran bahan pustaka di rak, serta petunjuk yang mempermudah
temu kembali ketika buku tersebut diperlukan.
Analisis subyek merupakan kegiatan yang mengawali klasifikasi untuk mengidentifikasi isi dari
dokumen dan selanjutnya diterjemahkan dalam simbol notasi berupa angka yang disebut dengan
nomor klasifikasi. Beberapa bagian dari buku yang dapat membantu analisis subjek yaitu judul buku,
daftar isi, kata pengantar, daftar pustaka, membaca sebagian atau keseluruhan buku tersebut, serta
menanyakan kepada ahli apabila dialami kesulitan dalam mengidentifikasi subjeknya. Dari kegiatan
analisis subjek ini akan diperoleh istilah-istilah yang merepresentasikan pokok bahasan dari sebuah
bahan pustaka. Hasil identifikasi ini juga akan memberikan sebuah kesimpulan tentang disiplin ilmu
yang dibahas secara garis besar dalam bahan pustaka tersebut, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
klasifikasi untuk mengkonversi disiplin ilmu tersebut menjadi notasi angka yang merepresentasikannya.
Penentuan nomor klasifikasi harus didasarkan pada sistem klasifikasi tertentu.
Dewey Dewey Decimal Classification (DDC), disebut juga dengan sistem klasifikasi persepuluhan dewey
merupakan salah satu sistem klasifikasi yang digunakan oleh banyak perpustakaan secara
internasional. DDC dibuat oleh Mevil Dewey tahun 1876. Sistem klasifikasi ini menggunakan notasi
murni berupa angka arab. Keberadaan DDC yang dianggap sebagai standar pengelolaan koleksi pada
tingkat dunia juga memberikan kemudahan pada pengguna perpustakaan untuk temu kembali
(retrieval) koleksi dimanapun lokasi perpustakaan yang dikunjunginya karena memiliki standar
pencatatan bibliografi yang sama.
DDC telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam dua puluh dua kali revisi yang telah terjadi
hingga tahun 2004. Klasifikasi dilakukan berdasarkan subjek, kecuali untuk karya umum dan fiksi. Jika
angka arab sebagai hasil kegiatan klasifikasi lebih dari tiga digit angka, maka setelah pada digit ketiga
harus diberi sebuah tanda titik sebelum diteruskan angka berikutnya.
Leksmono (2009) menyebutkan apa yang menjadi keunggulan DDC?

Paling banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di dunia.

Pembagian bagannya sistematis.


Bersifat universal, mencakup semua bidang ilmu pengetahuan.
Bersifat fleksibel, dapat menampung subyek-subyek baru.
Pembagian kelas logis dan konsisten.
Bagan merupakan notasi atau kode yang mudah diingat karena menggunakan angka murni.
Notasi klas dapat digunakan secara sederhana / secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan
Memiliki indeks agar memudahkan penggunanya.
Ada badan / lembaga khusus yang mengawasi perkembangan skema klasifikasi.
Pembagian kelas berlaku dari subjek yang umum ke khusus secara hirarki
DDC membagi ilmu pengetahuan dari subyek umum ke subyek khusus. DDC membagi subyek ilmu
pengetahuan ke dalam 10 kelas besar atau disebut juga dengan 10 kelas utama (dijelaskan pada bagan
di bawah ini). Selanjutnya dari masing-masing kelas utama dibagi lagi kedalam 10 bagian yang disebut
divisi, dari masing-masing divisi diperinci lagi ke dalam 10 bagian yang disebut subdivisi,dan lebih
diperinci lagi menjadi bagan lengkap.
Kelas Utama :
000 karya umum
100 filsafat
200 agama
300 ilmu sosial
400 bahasa
500 ilmu pengetahuan murni
600 ilmu pengetahuan terapan / teknologi
700 seni, olahraga
800 kesusastraan
900 sejarah, geografi
Divisi : Misalnya kelas utama 300 untuk Ilmu Sosial, kemudian dirinci lagi dalam 10 divisi yaitu :
300 ilmu sosial
310 statistik umum
320 ilmu politik
330 ekonomi
340 undang-undang
350 administrasi umum
360 pelayanan sosial; asosiasi
370 pendidikan
380 perdagangan, komunikasi, transportasi
390 bea cukai, etiket, cerita rakyat
Subdivisi : Misalnya divisi 300 untuk ilmu sosial, kemudian dirinci lagi dalam 10 subivisi yaitu :

370 pendidikan
371 hal-hal umum tentang pendidikan
372 pendidikan dasar
373 pendidikan lanjutan
374 pendidikan orang dewasa
375 kurikulum
376 pendidikan wanita
377 sekolah dan agama
378 pendidikan tinggi
379 pendidikan dan negara
Bagan Lengkap : Misalnya subdivisi 372 untuk pendidikan dasar diperinci lagi menjadi bagan lengkap
yaitu :
372.1 soal-soal umum
372.2 sekolah dasar
372.3 sains dan teknologi
372.4 membaca
372.5 kesenian dan pekerjaan tangan
372.6 baha dan kesusatraan
372.7 matematika
372.8 lain-lain mata pelajaran
372.9 pengolahan historis, geografis, perorangan.
Sistem klasifikasi Towa Hamakonda merupakan terjemahan dari DDC dan banyak dipergunakan di
perpustakaan-perpustakaan kecil di Indonesia.
Langkah-langah melakukan klasifikasi :
1. Menentukan subjek buku (diperlukan alat bantu)
2. Menentukan nomor kelas (mempelajari bagan klasifikasi, periksa bagan lengkap dan tabel)
3. Menganalisa bahan pustaka (pendekatan subjek, taat asas, subjek spesifik, jika subjek lebih dari
satu maka pilih yang paling sesuai)
4. Menggunakan indeks
Saat ini juga telah tersedia DDC online yang dapat membantu meringankan kegiatan klasifikasi bahan
pustaka.
KATALOGISASI

Katalog berasal dari bahasa yunani yang berarti daftar, dalam pengertian umum adalah daftar
nama-nama, judul dan barang-barang. Sedangkan dalam perpustakaan, katalog adalah daftar buku
yang dibuat menurut sistem atau cara tertentu, secara alfabetis maupun secara sistematis untuk
memudahkan penemuan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan pengguna perpustakaan (disebut
juga dengan istilah user) maupun oleh petugas perpustakaan. Hasil pokok dari kegiatan katalogisasi
adalah penyusunan dari bahan pustaka dan pemeliharaan katalog yang memberikan akses utama
kepada koleksi. Fungsi katalog :
1. Memudahkan user dalam retrieval bahan pustaka yang dibutuhkan berdasarkan informasi yang
mereka ketahui, bisa berupa judul, pengarang, maupun berdasarkan bidang ilmu yang
diperlukan.
2. Untuk menunjukkan apakah perpustakaan memiliki buku yang dikarang oleh pengarang
tertentu, mengenai subjek tertentu dan dalam bentuk tertentu.
3. Sebagai wakil ringkas dari bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.
Lebih lengkap, Qalyubi (2007:138) menyebutkan fungsi katalog adalah sebagai berikut :
- Mencatat karya seseorang pada tajuk yang sama.
- Menyusun entri pengarang secara tepat sehingga semua karya seseorang berada pada tajuk yang
sama.
- Mencatat semua judul bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan.
- Menunjukkan rujukan silang (cross reference) dari beberapa istilah atau nama-nama yang sama yang
digunakan sebagai tajuk.
- Memberikan petunjuk letak / lokasi bahan pustaka yang disusun pada perpustakaan. memberikan
uraian tentang setiap karya yang dimiliki suatu perpustakaan sehingga pengguna perpustakaan
(user)dapat memperoleh informasi yang lengkap tentag karya itu.
Ada dua macam kegiatan katalogisasi yaitu katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek. Katalogisasi
subjek adalah penandaan tajuk subjek suatu bahan pustaka secara verbal dan penentuan nomor
klasifikasi bahan pustaka secara non verbal (call number). Sedangkan katalogisasi deskriptif adalah
membuat deskripsi bahan pustaka secara fisik (deskripsi bibliografi) dan menentukan access
point (berupa penentuan TEU dan TET dari suatu bahan pustaka) kemudian hasilnya dituliskan dalam
entri katalog.
Deskripsi bibliografis dibagi ke dalam 8 daerah (area), dimana tiap-tiap daerah juga terdiri atas
beberapa unsur. Antara daerah-daerah dan unsur-unsur dipisahkan dengan tanda baca titik (.). Setiap
daerah diawali dengan tanda titik, spasi, garis, garis (. --), kecuali pada daerah pertama tidak berlaku
aturan ini.
Kedelapan deskripsi bibliografis tersebut adalah :
1. Daerah judul dan pernyataan penanggungjawab judul buku, nama pengarang (letaknya sejajar
dengan nomor panggil buku atau call number)
2. Daerah Edisi
3. Daerah Data Khusus

4. Daerah Impresium (tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit)


5. Daerah Kolasi atau data fisik buku (jumlah halaman dalam angka romawi, jumlah halaman
dalam angka arab, informasi mengenai ada tidaknya ilustrasi atau gambar, indeks, tinggi buku
dalam cm)
6. Daerah Monografi (keterangan seri, ISSN).
7. Daerah Catatan mencatat segala sesuatu yang dianggap penting yang belum dimasukkan
pada daerah sebelumnya.
8. Daerah ISBN dan harga (optionall atau tidak selalu harus dituliskan)
Terdapat beberapa jenis katalog yaitu :
1. Katalog kartu (card catalogue)
Berbentuk persegi panjang yang berukuran panjang 12,5 cm dan lebar 7,5 cm. Katalog kartu terdiri dari
bermacam-macam jenis yaitu katalog kartu, katalog pengarang, katalog subjek, dan katalog shelflist.
Perbedaannya hanya pada pengetikan dan penyusunannya. Kartu katalog yang telah dibuat kemudian
dijajarkan dalam laci-laci almari katalog. Kartu tersebut diberi lubang di bagian tengah untuk dimasuki
pengait agar kartu katalog tersebut tidak lepas. Satu buah kartu katalog memuat keterangan atau
identitas dari satu judul bahan pustaka. Penempatan katalog dalam laci-laci almari katalog dibedakan
penjajarannya antara jajaran katalog pengarang, jajaran katalog judul, dan jajaran katalog subyek.
Penjajarannya diurutkan secara alfabetis. Katalog kartu banyak digunakan di perpustakaan yang masih
menganut sistem manual. Untuk memudahkan pengetikan kartu katalog, maka perlu
dibuatkan temporary slip. Keterangan yang dituliskan pada temporary slip sama dengan keterangan
apa yang akan dituliskan pada kartu katalog. Apabila telah dibuatkan temporary slip untuk setiap judul
bahan pustaka maka dapat dilanjutkan dengan menjadikannya acuan dalam penyalinan data pada
kartu katalog. Berikut adalah contoh T-Slip :
Keterangan : Tajuk Entri Utama (biasa disingkat TEU) dalam katalog dapat berupa nama pengarang,
nama instansi yang bertanggungjawab pada isi dari sebuah bahan pustaka, maupun judul karya.
Penentuan TEU dari sebuah bahan pustaka tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi bergantung pada
jenis karya dari bahan pustaka tersebut. Pedoman tentang penentuan TEU dapat dilihat pada
pembahasan selanjutnya (bagian E) dalam modul ini. TEU yang sudah ditentukan kemudian dibuatkan
katalog kartu yang disebut dengan katalog utama.
1. Katalog berkas (sheaf catalogue)
Katalog berkas adalah yang terdiri dari lembaran-lembaran yang lepas kemudian disatukan dan
disampul. Bentuk katalog ini dibuat dari kertas manila berwarna putih berukuran 10x20 cm. Satu jilid
berisi sekitar 50 buah berkas. Contoh : katalog perpustakaan museum nasional.
1. Katalog cetak atau katalog buku (printed catalogue)
Katalog buku adalah katalog tercetak yang berbentuk buku, tiap halaman tercantum beberapa uraian
katalog. Contohnya adalah katalog penerbit yang biasanya dibuat oleh sebuah perusahaan penerbitan,
katalog ini biasa digunakan untuk membantu seleksi bahan pustaka bagi petugas perpustakaan.Qalyubi
(2007) menyebutkan bahwa katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustakan yang ditulis atau

dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku. Qalyubi (2007) menyebutkan keuntungan dari
katalog buku adalah :
-Biaya pembuatannya murah, mudah dicetak, mudah dikirimkan ke berbagai perpustakaan atau
instansi lain, mudah dibawa kemana-mana.
- Dapat dibuat dalam jumlah eksemplar yang cukup banyak.
- Tidak memerlukan filling seperti katalog kartu.
1. Katalog online (online catalogue)
Katalog online adalah katalog yang data bibliografinya disimpan dalam database komputer. Untuk
membuat katalog online dibutuhkan perangkat komputer dan program aplikasi tertentu karena
pemanggilan data dilakukan dengan menggunakan bahasa komputer. Contoh : Online Public Access
Catalogue (OPAC). Penelusuran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan sekaligus, misalnya
melalui judul, subjek, dan sebagainya yaitu dengan menggunakan penelusuran boolean logic.
Katalog online yang semakin mempermudah kegiatan temu kembali (retrieval) bahan pustaka di
perpustakaan. Contohnya adalah Online Public Access Catalogue (OPAC). OPAC merupakan sistem
pengkatalogan berbasis komputer yang memiliki pengaruh besar sejak tahun 1980-an. OPAC
menyediakan sarana penelusuran yang mandiri bagi pengguna perpustakaan karena dapat diakses
dimana saja dan kapan saja, tanpa harus mengunjungi perpustakaan terlebih dahulu dengan
menggunakan jaringan LAN, atau WAN .
Keuntungan lain dari adanya katalog online adalah penelusuran informasi dapat dilakukan dengan
cepat-tepat- dan kapasitas besar yang memungkinkan input banyak muatan data bibliografis,
penelusuran dapat dilakukan oleh banyak pengguna perpustakaan dalam waktu yang bersamaan tanpa
saling mengganggu dan tidak sampai terjadi kerumunan atau antrian sebagaimana mungkin terjadi
pada katalog manual, tidak perlu penjajaran tertentu sebagaimana katalog manual, data bibliografis
yang dapat dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas. Apabila OPAC terhubung dengan sistem
sirkulasi maka dapat diketahui apakah koleksi tersebut berada di rak ataukah sedang dipinjam oleh
seorang pengguna perpustakaan. Adanya katalog online memungkinkan terselenggaranya kerjasama
dengan perpustakaan lain sehingga dapat perpustakaan dapat menyediakan koleksi yang lebih
beragam dalam memenuhi kebutuhan informasi dari penggunanya.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan OPAC adalag user interface disesuaikan dengan karakteristik
pengguna, meliputi penempatan menu yang user friendly, pemilihan kata kunci dalam penelusuran
juga akan mempengaruhi ketepatan hasil penelusuran dengan kebutuhan informasi pengguna
perpustakaan.
CARA MENULISKAN UNSUR-UNSUR DALAM KATALOG KARTU
Menuliskan Call Number
Contoh : sebuah buku berjudul Psikologi Remaja, nama pengarang (sebagai TEU) adalah Ryca Cristiana,
sedangkan nomor klasifikasi untuk subjek ini adalah . . ., dan satu huruf pertama dari judul adalah p
maka call number dituliskan sebagai berikut:
652.3 . . . . . . . . . . nomor kelas untuk subyek adolescent psychology
CRI
p

. . . . . . . . . . 3 huruf pertama dari TEU (diambil dari Ryca Cristiana. )


. . . . . . . . . . 1 huruf pertama dari judul (diambil dari Psikologi Remaja)

Keterangan :

jika judul buku dalam bahasa asing diawali dengan kata sandang (a, an, the, untuk buku
berbahasa inggris dan al untuk buku islami maka yang menjadi huruf awal dari judul adalah huruf
setelah kata sandang tersebut.
jika judul buku diawali dengan angka, maka angka tersebut dinyatakan sebagai huruf. Contoh : 10
Tahun Kerjasama Puslit Arkenas dan EFEO, maka huruf pertamanya adalah s (diambil dari kata Sepuluh
Tahun Kerjasama Puslit Arkenas dan EFEO).

Anda mungkin juga menyukai