FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Disusun Oleh :
Norman Delvano Weky, S.Ked (1108012032)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
I.
PTERIGIUM
Definisi
Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga
dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya
dibagian perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah
pupil.
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang
paling umum adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
2. Bekerja di luar rumah
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas,
angin, kekeringan dan asap.
4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent
Epidemiologi
Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis
Klasifikasi Pterygium
Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan
Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium.
Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang
(intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul
lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala
pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi.
Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu
tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan
astigmatisme.
Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis).
Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis
subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan
keterbatasan pergerakan mata.
Gambar 2. Pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum
akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan
karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan
dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
4. Keluar air mata (berair)
II.
PSEUDOPTERIGIUM
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.
Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea,
sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah
konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.
1. Lokasi
2.Progresifitas
PTERIGIUM
Selalu di fisura palpebra
Bisa progresif atau
PSEUDOPTERIGIUM
Sembarang lokasi
Selalu stasioner
3.Riwayat
stasioner
Ulkus kornea (-)
peny.
4.Tes sondase
Negatif
Positif
III.
PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan
degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.
Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai
kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan
dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat
lapisan
berwarna
kuning-putih
(yellow-white
deposits),
tak
berbentuk
(amorphous).
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar
mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara
lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering6.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut
pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
Gambar 3. Pinguekula
IV.
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah
rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian
antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat
trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan
bola mata yang terjadi.
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam
waktu 1-3 minggu.
V.
EPISKLERITIS SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva
dan permukaan sklera.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia
pertengahan dengan bawaan penyakit rematik.
Gambar 4. Episkleritis
Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis
dibedakan menjadi :
1. Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya
mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna
merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.
Gambar 5. Skleritis
Gejala
-
Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu
yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering
kambuh.
Fotofobia
Mata berair
Penglihatan menurun
Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit
yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
VI.
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari
hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.
Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan
molluscum contagiosum.
VIRUS
BAKTERI
ALERGI
GATAL
Minimal
Minimal
Berat
HIPEREMI
Menyeluruh
Menyeluruh
Menyeluruh
LAKRIMASI
++
EKSUDAT
Minimal (serous,
Banyak
Minimal
(SEKRET)
mukous)
(muko-
(benang)
purulen/purul
en)
ADENOPATI
Jarang
SEL-SEL
Monosit
PMN
Eosinofil
Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,
Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan
kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan
tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai
konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone,
tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung
penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr
selama 5 hr + irigasi
AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
Konjungtivitis Membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan
infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang
hiperakut, serta infeksi pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua
jenis, yaitu membran dan pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang
sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai
umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada
orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk
mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria
20.000 unit 2 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral,
konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular
yang tidak diketahui penyebabnya.
Jenis Konjungtivitis Follikular
1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.
Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu.
Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata
membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat
pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru
timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial,
subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala
radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap
berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya
penyakit.
Pengobatan
Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal
sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.
Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan
faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua
mata, kelopak mata membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu
terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah
timbulnya konjungtivitis follikular akut.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini
terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi
gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut
Inclusion blenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin
6. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di
daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.
Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes
flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur
berwarna abu-abu.
3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu
dapat diberikan juga sulfonamid oral.
Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila
berada dilapangan terbuka yang panas terik.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobblestone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi
bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi
mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata.
Konjungtivitis Flikten
Etiologi
Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat
juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat
mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan
penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus
menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan
silau.
Pengobatan
Konjungtivitis Sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air
mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut
kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid
dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.
Manifestasi Klinis
Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat
gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata
tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema
konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus
kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata
dipejamkan.
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi
kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya.
Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik
bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi
bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug
silicon atau plug kolagen.