Anda di halaman 1dari 8

Di antara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak

dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau


kemerdekaan menyalurkan kehendak dan kemauan. Dalam kaitannya
dengan keperluan kajian akhlak, tampaknya pendapat yang
mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan yang akan
dilakukannya sendiri. Sementara golongan yang menyatakan bahwa
manusia tidak memiliki kebebesan juga akan di bahas di sini dengan
menentukannya secara proporsianal. Kebebasan Prediksi Togel
terpercaya di Indonesia sebagaimana dikemukukun oleh Achmad
Charis Zubair adalah terjadinya apabila kemungkinan-kemungkinan
untuk bertindak tidak di batasi oleh suatu paksaan dari atau
keterikatan kepada orang lain.

Paham di sebut bebas negative, karena hanya dinyatakan bebas dari


apa, tetapi tidak di tentukan bebas untuk apa. Seseorang di sebut
bebas apabila :
- dapat menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang di lakukannya.
- dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang ada baginya.
- tidak di paksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang akan di
pilihnya sendiri ataupun di cegah dari berbuat apa yang di pilih sendiri,
oleh kehendak orang lain, negara atau kekuasaan apapun.

Selain itu kebebasan meliputi segala macam perbuatan manusia,


yaitu kegiatan yang di sadari, disengaja dan dilakukun demi suatu
tujuan yang selanjutnya di sebut tindakan.

Dilihat dari segi sifatnya kebebasan dapat di bagi tiga yaitu :


a. kebebesan jasmani
Yaitu kebebasan untuk mrnggerakkan dan mempergunakan anggota
badan yang kita miliki.
b. kebebesan rohaniah.
Yaitu kebebasan menghendaki sesuatu.Jangkauan kebebasan
kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk
berpikir,karena manusia dapat memikirkan apa saja.
c. kebebasan moral
Dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam ancaman,
tekanan,larangan dan desakan lain yang tidak sampai berupa
paksaan fisik.sedangkan dalam arti sempit dikatakan bahwa
kebebasan yaitu bebas berbuat apabila terdapat kemungkinankemungkinan untuk berbuat.

B. Pengertian Kebebasan
Kaum Mutadilah, karena dalam sistem teologi mereka manusia
dipandang mempunyai daya yang besar lagi bebas sudah barang
tentu menganut paham qadariah atau freewill. Dan memegang
mereka juga disebut kaum qadariah.

Keterangan-keterangan di atas dengan jelas mengatakan bahwa


kehendak untuk berbuat adalah kehendak manusia. Tetapi selanjutnya
tidak jelas apakah daya yang dipakai untuk mewujudkan perbuatan itu

adalah pula daya manusia sendiri. Dalam hubungan ini perlu kiranya
ditegaskan bahwa untuk terwujudnya perbuatan, harus ada kemauan
atau kehendak itu, dan kemudian barulah terwujud perbuatan. Di sini
timbullah pertanyaan, daya siapakah dalam paham mutazilah yang
mewujudkan perbuatan manusia, daya manusia atau daya Tuhan?
Dari keterangan-keterangan mutazilah di atas, mungkin dapat ditarik
kesimpulan bahwa manusia dan bukan perbuatan Tuhan, maka daya
yang mewujudkan perbuatan itu tak boleh tidak mesti daya manusia
sendiri dan bukan daya Tuhan. Sesungguhnya demikian masih timbul
pertanyaan lain. apakah daya manusia sendiri yang mewujudkan
perbuatannya ataukah daya Tuhan turut mempunyai bagian dalam
mewujudkan perbuatan itu?

Jawaban untuk pertanyaan itu dapat diperoleh dari keterangan ayatayat yang dimajukan Abd Al Jabbar, antara lain :
Ayat ini, kata Abd al Jabar, mengandung dua arti, pertama; ahsana
berarti berbuat baik dan dengan demikian semua perbuatan Tuhan
merupakan kebajikan kepada manusia, dan ini tidak mungkin, karena
di antara perbuatan-perbuatan Tuhan ada yang tidak merupakan
kebajikan, seperti siksaan yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ahsana di sini adalah arti
kedua yaitu baik. Semua perbuatan Tuhan adalah baik. Dengan
demikian perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan, karena di
antara perbuatan-perbuatan manusia terdapat perbuatan-perbuatan
jahat.

Sementara aliran Asyariah memandang bahwa kebebasan manusia


itu lemah, kelemahan tersebut dikarenakan kehendak manusia itu
banyak bergantung kepada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Untuk
menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan kemauan
dan kekuasaan mutlak Tuhan, al Asyari memakai kata al-Kasb
(alquisition, perolehan). Al-Kasb atau iktisab ini menurut al-Asyari
ialah bahwa sesuatu itu terjadi dengan perantaraan daya yang
diciptakan dan dengan demikian menjadi perolehan atau kasb bagi
orang yang dengan adanya perbuatan itu timbul. Term-term
diciptakan dan memperoleh ini mengandung kompromi atau
kelemahan manusia diperbandingkan kekuasaan mutlak Tuhan, dan
pertanggung jawaban manusia atas perbuatan-perbuatannya.

Dari uraian al-Asyari ini jelaslah bahwa Tuhanlah yang menciptakan


perbuatan-perbuatan manusia, Tuhanlah yang menjadi pembuat
sebenarnya dari perbuatan-perbuatan manusia. Oleh karena itu dalam
teori kasb sebenarnya tidaklah ada perbedaan antara al Kasb dengan
perbuatan involunter dari manusia. Pembuat dalam hal ini seperti
ditegaskan oleh al-Asyari sendiri adalah Tuhan; dan selanjutnya
dalam kedua hal itu, manusia hanya merupakan tempat berlakunya
perbuatan-perbuatan Tuhan. Keterangan al-Asyari ini juga
mengandung arti bahwa daya untuk berbuat sebenarnya bukanlah
daya manusia, tetapi daya Tuhan.

2. Pembentukan Kebebasan Manusia

PREDIKSI TOGEL
TERPERCAYA DI
INDONESIA
Mutazilah
Dalam paham kaum mutazilah, kemauan atau kebebasan manusia
untuk mewujudkan perbuatannya adalah kemauan dan daya manusia
sendiri dan taka turut campur di dalamnya kemauan dan daya Tuhan.
Oleh karena itu perbuatan manusia adalah sebenarnya perbuatan
manusia dan bukan perbuatan Tuhan.

Untuk memperkuat paham tersebut, Prediksi Togel terpercaya di


Indonesia kaum mutazilah membawa argumen-argumen rasional dan ayat-ayat
Al-Quran. Ringkasan argumen-argumen rasional yang dimajukan oleh Abd alJabbar umpamanya, adalah sebagai berikut: manusia dalam berterima kasih
atas kebaikan-kebaikan yang diterimanya, menyatakan terima kasihnya kepada
manusia yang berbuat kebaikan itu. Demikian pula dalam melahirkan perasaan
tidak senang atas perbuatan-perbuatan tidak baik yang diterimanya manusia
menyatakan rasa tidak senangnya kepada orang yang menimbulkan perbuatanperbuatan tidak baik itu. Sekiranya perbuatan-perbuatan baik atau buruk adalah
perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia, tentunya rasa terima kasih dan
rasa tidak senang itu akan ditujukan manusia kepada Tuhan dan bukan kepada
manusia.

Seterusnya perbuatan-perbuatan manusia terjadi sesuai dengan


kehendak manusia itu sendiri. Jika seseorang ingin berbuat sesuatu,
perbuatan itu terjadi. Tetapi sebaliknya, jika seseorang ingin tidak
akan terjadi. Jika sekiranya perbuatan manusia bukanlah perbuatan
manusia, tetapi perbuatan Tuhan, maka perbuatannya tidak akan
terjadi, sungguhpun ia mengingini dan menghendaki perbuatan itu,
atau perbuatannya akan terjadi sungguhpun ia tidak mengingini dan
tidak menghendaki perbuatan itu.

Lebih lanjut lagi sekiranya manusia berbuat jahat terhadap sesama


manusia. Jika sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan
dan bukan perbuatan manusia, perbuatan jahat itu mestilah perbuatan
Tuhan dan Tuhan dengan demikian bersifat zalim.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa bentuk kebebasan manusia


dalam berbuat sangat mutlak, ini disebabkan karena manusia
mempunyai daya untuk mewujudkan keinginan-keinginannya dan
bukan daya Tuhan, sebab daya Tuhan tidak mempunyai bagian dalam
perbuatan-perbuatan manusia.

Al-Asyari
Berbeda dengan kaum mutazilah, paham al-Asyari berpendapat
bahwa bentuk kebebasan manusia tidak mutlak, bahwa manusia
adalah tempat belakunya pembuatan Tuhan, perbuatan-perbuatan
Tuhan mengambil tempat dalam diri manusia.

Pembuat sebenarnya dari berbagai macam perbuatan itu, adalah


Tuhan dan manusia hanyalah merupakan alat untuk berlakunya
perbuatan Tuhan. Dalam hal perbuatan itu manusia terpaksa
melakukan apa yang dikehendaki Tuhan.

Dalam persoalan kehendak Tuhan, al-Asyari menegaskan bahwa


Tuhan menghendaki segala apa yang mungkin dikehendaki. Ayat yang
dipakai untuk memperkuat pendapat tersebut adalah :
Oleh al-Asyari diartikan bahwa manusia tak bisa menghendaki
sesuatu, kecuali jika Allah menghendaki manusia supaya
menghendaki manusia supaya menghendaki sesuatu itu.

Jadi daya atau kebebasan manusia sangatlah terbatas, sebab untuk


mewujudkan perbuatan-perbuatannya manusia sangat tergantung
pada kehendak Tuhan. Ini jelas mengandung arti kehendak manusia
atau kebebasan manusia adalah satu dengan kehendak Tuhan. Dan
bahwa kehendak yang ada dalam diri manusia sebenarnya tidak lain
dari kehendak Tuhan, kemauan dan kebebasan untuk berbuat adalah
perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia.

Al-Maturidi
Al-Maturidi menyebut bahwa kebebasan manusia dalam berbuat
adalah daya yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dan bahwa
perbuatan manusia adalah perbuatan manusia dalam arti

sebenarnya, daya untuk berbuat tidak boleh tidak metilah daya


manusia, karena orang tidak dapat memandang sesuatu perbuatan
sebagai perbuatannya sendiri.

Mengenai soal kehendak, al Maturidi manusialah yang menentukan


pemakaiannya, baik untuk kebaikan maupun untuk kejahatan.
Karena Prediksi Togel terpercaya di Indonesia salah atau benarnya
seseorang dalam memakai daya dan kebebasannya maka manusia diberi
hukuman atau upah. Manusia tentu tidak dapat mengadakan pilihan, kalau ia
tidak bebas, tetapi berada di bawah paksaan daya yang lebih kuat dari
dirinya. Sungguhpun demikian, di dalam pendapat aliran maturidilah, baik
golongan Samarkand maupun golongan Buhhara kemauan manusia adalah
sebenarnya kemauan Tuhan. Ini berarti bahwa perbuatan manusia mempunyai
wujud atas kehendak Tuhan dan bukan atas kehendak manusia.

Anda mungkin juga menyukai