B. Pengertian Kebebasan
Kaum Mutadilah, karena dalam sistem teologi mereka manusia
dipandang mempunyai daya yang besar lagi bebas sudah barang
tentu menganut paham qadariah atau freewill. Dan memegang
mereka juga disebut kaum qadariah.
adalah pula daya manusia sendiri. Dalam hubungan ini perlu kiranya
ditegaskan bahwa untuk terwujudnya perbuatan, harus ada kemauan
atau kehendak itu, dan kemudian barulah terwujud perbuatan. Di sini
timbullah pertanyaan, daya siapakah dalam paham mutazilah yang
mewujudkan perbuatan manusia, daya manusia atau daya Tuhan?
Dari keterangan-keterangan mutazilah di atas, mungkin dapat ditarik
kesimpulan bahwa manusia dan bukan perbuatan Tuhan, maka daya
yang mewujudkan perbuatan itu tak boleh tidak mesti daya manusia
sendiri dan bukan daya Tuhan. Sesungguhnya demikian masih timbul
pertanyaan lain. apakah daya manusia sendiri yang mewujudkan
perbuatannya ataukah daya Tuhan turut mempunyai bagian dalam
mewujudkan perbuatan itu?
Jawaban untuk pertanyaan itu dapat diperoleh dari keterangan ayatayat yang dimajukan Abd Al Jabbar, antara lain :
Ayat ini, kata Abd al Jabar, mengandung dua arti, pertama; ahsana
berarti berbuat baik dan dengan demikian semua perbuatan Tuhan
merupakan kebajikan kepada manusia, dan ini tidak mungkin, karena
di antara perbuatan-perbuatan Tuhan ada yang tidak merupakan
kebajikan, seperti siksaan yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ahsana di sini adalah arti
kedua yaitu baik. Semua perbuatan Tuhan adalah baik. Dengan
demikian perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan, karena di
antara perbuatan-perbuatan manusia terdapat perbuatan-perbuatan
jahat.
PREDIKSI TOGEL
TERPERCAYA DI
INDONESIA
Mutazilah
Dalam paham kaum mutazilah, kemauan atau kebebasan manusia
untuk mewujudkan perbuatannya adalah kemauan dan daya manusia
sendiri dan taka turut campur di dalamnya kemauan dan daya Tuhan.
Oleh karena itu perbuatan manusia adalah sebenarnya perbuatan
manusia dan bukan perbuatan Tuhan.
Al-Asyari
Berbeda dengan kaum mutazilah, paham al-Asyari berpendapat
bahwa bentuk kebebasan manusia tidak mutlak, bahwa manusia
adalah tempat belakunya pembuatan Tuhan, perbuatan-perbuatan
Tuhan mengambil tempat dalam diri manusia.
Al-Maturidi
Al-Maturidi menyebut bahwa kebebasan manusia dalam berbuat
adalah daya yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dan bahwa
perbuatan manusia adalah perbuatan manusia dalam arti