PRESENTASI KASUS
I. ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki laki
Umur
: 62 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Buruh
: Bangsal Flamboyan
Nomor CM
: 263686
Keluhan Utama
Batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu kemudian sejak tujuh hari yang lalu disertai
sesak napas dan semakin memberat bila melakukan aktivitas fisik berat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan batuk berdahak berwarna putih bening sejak 4
bulan yang lalu yang lalu. Kemudian sejak seminggu yang lalu disertai sesak napas yang
kumat-kumatan dan semakin lama memberat jika beraktivitas fisik berat, sesak berkurang
dengan posisi duduk. Selain itu, pasien juga sering mengeluhkan nyeri epigastrik (+), mual
(+), muntah (-), dan nafsu makan berkurang, BAK (+) N, BAB (+)N, riwayat merokok (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, dan alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti pasien.
Sepengetahuan pasien, di keluarganya tidak ada riwayat asma, diabetes mellitus, hipertensi,
ataupun alergi.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pasien pertama masuk RSUD Panembahan Senopati
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
Status Gizi
: Cukup
Vital Sign
- Tekanan darah
: 140/90 mmHg
- Nadi
: 87x/menit, teratur
- Pernafasan
: 30 x/menit
- Suhu
: 37.9 C
Status Interna
Kepala
Mata
Telinga
strabismus -/-.
Bentuk normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun perdarahan.
Hidung
Tenggorok
Gigi dan Mulut
Leher
Lidah kotor (-). Gigi geligi normal dan tidak ada karies.
Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya
Thorak
Batas kanan
Batas kiri
Nilai
16,0
14,5
5,02
484
46,4
0
0
1
83
12
4
28
Satuan
Gram %
Ribu/ul
Juta/ul
Ribu/ul
%
%
%
%
%
%
%
mg/dL
Range Normal
12-16
4-10
4,5-5,5
150-450
36-46
2-4
0-1
2-5
31-67
20-35
4-8
17-43
Kreatin
SGOT
SGPT
Asam urat
0,65
77
207
5,31
mg/dL
U/I
U/I
mg/dL
0,9-1,3
<37
<41
L:3,6-8,2
mg/dL
mg/dL
P:2,3-6,1
<220
<200
Cholesterol
Trigliserid
280
89
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
CKMB
Natrium
Kalium
Clorida
68
194
21
137,2
3,38
110,1
mg/dL
mg/dL
u/L
Mmol/l
Mmol/l
Mmol/l
>39
<115
7-25
135-148
3,5-5,3
98-107
Nilai
15,3
8,9
4,59
378
45,4
2
1
2
50
38
7
Satuan
Gram %
Ribu/ul
Juta/ul
Ribu/ul
%
%
%
%
%
%
%
Range Normal
12-16
4-10
4,5-5,5
150-450
36-46
2-4
0-1
2-5
31-67
20-35
4-8
144
221
Negative
+3600
Non reaktif
U/I
U/I
<37
<41
+1/160
(Negatif)
Typhus-H
Negatif
(Negatif)
P. Thypus-A
+1/320
(Negatif)
P. Thypus-O
Negatif
(Negatif)
Nilai
15,3
Satuan
Gram %
Range Normal
12-16
AL
AE
AT
Hematokrit
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Lymphosit
Monosit
6,7
4,84
379
43,9
0
0
0
52
36
8
Ribu/ul
Juta/ul
Ribu/ul
%
%
%
%
%
%
%
4-10
4,5-5,5
150-450
36-46
2-4
0-1
2-5
31-67
20-35
4-8
.
V. DIAGNOSIS
Bronkhitis kronis
Hepatitis akut
Dyspepsia
Follow up
2 Maret 2013
A: bronchitis kronis
S : 37,90C
Kepala: CA-/-, SI -/Mulut: Bibir tampak normal, tidak ada
sianosis dan tidak ada deviasi. Lidah kotor (-)
Thorax: p/ simetris, sonor +/+, vesikuler +/+,
ketinggalan gerak (-)
c/ S1, S2 reguler murni
Abdomen: supel, tympani(+), peristaltic (+).
NT(+)nyeri tekan di epigastrium dan
hipokondrium kanan dan kiri
Ektremitas: tidak ada edem pada kedua kaki,
akral hangat.
3 Maret 2013
A: bronchitis kronis
akral hangat.
4 Maret 2013
A: bronchitis kronis
A: bronchitis kronis
A: bronchitis kronis
merokok (+).
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembunggelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan
CO2 dikeluarkan dari darah.
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada
bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9
12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan
bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
Bronkhitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan akut pada saluran
napas di dalam paru-paru. Saluran napas yang terkena adalah trakhea dan bronkhus.
Peradangan yang timbul dapat disebabkan oleh infeksi atau sebab lain.
The American Academy of Family Physicians menyebutkan bahwa bronkitis akut
biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus, dan sering kali pula sulit disembuhkan.
Mereka merekomendasikan untuk lebih banyak istirahat, minum banyak air putih dan
tidak mengkonsumsi minuman berkafein, jaga lingkungan di dalam ruangan dan sabarlah
untuk beberapa hari atau minggu hingga penyakit ini akan hilang dengan sendirinya.
Batuk merupakan gejala utama bronkhitis. Batuk dapat berupa batuk kering atau
batuk berdahak. Batuk dengan dahak yang banyak menandakan telah terjadi infeksi pada
saluran napas bawa dan paru-paru, dan mungkin penyakit yang timbul adalah
pneumonia .Batuk biasanya berhenti setelah lebih dari dua minggu. Batuk yang
berkepanjangan dapat menyebabkan nyeri dan bengkak pada otot-otot dada dan perut.
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru-paru serta saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari
sinusitis kronis, bronkiektasis, alergi, dan pembesaran amandel pada anak-anak.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi
bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,
tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan
dengan
penyakit
saluran
pernapasan
atas
lain
seperti
Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis
dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium
size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke
paru-paru dan dapat merusaknya.
Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan
nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa
hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan.
Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam 1
tahun selama 2 tahun berturut turut. Diagnosa kronik bronkitis biasanya dibuat berdasar
adanya batuk menetap yang biasanya terkait dengan penyalahgunaan tobacco.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada
14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada
tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika Serikat. Di dunia bronkitis merupakan
masalah dunia. Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi
rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibanding wanita. Data epidemiologis di Indonesia sangat minim (Samer Qarah, 2007)
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara
populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab
kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata
mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
- Bronkitis Kronik : Bronchitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih
tinggi daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji
padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus
menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret
yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan
menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan
- Bronkitis Akut : Resiko terkena bronkitis akut meningkat seiring dengan :
o Merokok
o Dingin, musim dingin
o Area yang banyak polusi
o COPD
Umur tertentu: bronkitis akut lebih sering terjadi pada anak umur 0-4 tahun dan
orang tua lebih dari 65 tahun.
Mekanisme klirens saluran napas.
Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,yang akan
membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-bahan kimia
yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-menerus disintesis dan
disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.Kecepatan normal silia 12 sampai 15x/detik,
menghasilkan kecepatan 1mm/menit untuk membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan
mucociliary clearance meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan silia
meningkat oleh aktivitas purinergik, adrenergik, kolinergik dan reseptor agonis
adenosin,serta bahan iritan kimia. Mekanisme kedua, adalah dengan mengeluarkan mukus
dengan refleks batuk. Ini mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa penyakit paru
yang disebabkan oleh kerusakan fungsi silia tidak terlalu berat dibandingkan dengan yang
disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua mekanisme klirens saluran napas. Meskipun
batuk berkontribusi dalam membersikan mukus pada penyakit dengan peningkatan produksi
mukus atau gangguan fungsi silia, ini dapat menyulitkan gejala.
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan
Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis
dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri
lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi
yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan
infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
2.
Patogenesis
Dua faktor
utama yang
menyebabkan bronkitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di dalam saluran napas
dan infeksi mikrobiologi. Bronkitis kronik ditandai dengan hipersekresi mukus pada
saluran napas besar, hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan bronki. Ditandai
juga dengan peningkatan sekresi sel goblet di saluran napas kecil, bronki dan
bronkiole, menyebabkan produksi mukus berlebihan, sehingga akan memproduksi
sputum yang berlebihan.
3.
Patofisiologi
Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik,
disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang diameternya
kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang-kadang terjadi
obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran
pernapasan besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.
Pada penderita bronkitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian
bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan
mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara
pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak
napas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka lama dapat
menimbulkan kor pulmonal.
Virus
dan bakteri biasa
masuk
melalui
port
dentre mulut dan hidung dropplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan
viremia/bakterimia dan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.
Bersihan jalan
nafas tdk
efektif
Alergen
Aktivasi IG.E
Peningkatan
pelepasan histamin
Batuk produktif
nyeri
Gang. Rasa
nyaman :
nyeri
Tidak nafsu
makan
Gang.
Kebutuhan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
Penyempitan jalan
nafas
Shortness of
breath
Penggunaan
otot nafas
tambahan
Gang.pola
nafas
Penyebaran bakteri/virus ke
seluruh tubuh.
Bakterimia/viremia
Hipertemi
Demam
Gangg.keseimb
angan cairan
Nyeri pada
retrosternal
Peningkatan
laju
metabolisme
tubuh umum.
Malaise
Intoleran
aktivitas
E. Manifestasi Klinis
1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum,
sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Bila ada keluhan sesak, biasanya akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat).
c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di
pinggir sternum.
f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan
peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan radiologi.
Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan
garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru
yang bertambah.
b. Pemeriksaan fungsi paru.
Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang
normal. Sedang KRF sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan
dengan spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1
detik < 80% dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%
(Rubenstein, et al., 2007).
c. Pemeriksaan gas darah.
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik
sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul
Asma bronkiale
Pneumonia
TB paru
Emfisema
Symptoms of acute bronchitis and pneumonia
Acute bronchitis
Pneumonia
Symptoms
Cough
Fever
Other
Shaking, "teeth-chattering"
chills
Sumber http://www.webmd.com/lung/differences-between-acute-bronchitis-and-pneumonia
H. Penatalaksanaan
1. Penyuluhan.
Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan harus
dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
2. Pencegahan.
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi, dan
dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi.
3. Terapi eksaserbasi akut.
a. Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi.
1. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. influenzae dan S. pneumoniae, maka
digunakan ampisilin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
2. Agmentin (amoksisilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman infeksinya
adalah H. influenzae dan B. catarhalis yang memproduksi b-laktamase.
Pemberian antibiotik seperti kortrimoksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien
yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat pertumbuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi.
Pemberian moxifloxacin 400 mg sekali sehari aman dan dapat ditoleransi dengan baik,
sangat efektif untuk pengobatan enfeksi saluran napas oleh bakteri, terutama bronkitis,
pneumonia komunitas dan sinusitis dengan perbaikan gejala yang cepat (Setiawati, et al.,
2005).
b. Terapi oksigen.
Diberikan jika terjadi kegagalan jalan napas karena hiperkapnia dan berkurangnya
sensitivitas terhadap CO2. Pemberian oksigen jangka panjang (> 15 jam/hari)
meningkatkan angka bertahan hidup pada pasien dengan gagal napas kronis (Rubenstein,
et al., 2007).
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum.
d. Bronkodilator.
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya adrenergik b dan
antikoligernik, dan gejala agonis B, pasien dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan atau
ipratropium bromida 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau
aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.
4. Terapi jangka panjang.
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25-0,5/hari dapat
menurunkan eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator.
Tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien, maka sebelum
pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi.
Komplikasi
infeksi saluran napas berulang
cor pulmonal disebabkan peningkatan tekanan diastolic ventrikel kanan
hipertensi pulmonary
Bronchitis akut:
pneumonia dengan factor risiko: orang tua, bayi, perokok, orang dengan gangguan
respirasi kronik atau penyakit jantung
emfisema
gagal jantung kanan
hipertensi pulmonary
Bronchitis kronik:
I. Prognosis
Penderita yang sebelumnya sehat mempunyai prognosis yang sangat baik, tetapi
mereka yang sudah menderita bronchitis kronik sebelumnya, prognosis ditentukan oleh
kondisi sebelum terkena infeksi akut ini. Makin jelek kondisi sebelumnya, makin
mundurlah prognosisnya.
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan
gejala klinisnya. Pada eksaserbasi akut, prognosis baik dengan terapi. Pada pasien
bronkitis kronik dan emfisema lanjut dan VEP1 < 1 liter survival rate selama 5-10 tahun
mencapai 40%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2004. Bronkitis. http://ww.medicastore.com/med. 2007
2. Anonim. 2004. Penyakit Paru Obstruktif Menahun. http://www.medicastore.com/med.
2007
3. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2010.hal.330-332
4. Ed. Nelson, waldo E. dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15. Jakarta: EGC.
Hal. 1483
5. Dysfunction. New England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2, 2010.
6. Gonza133: 981991
7. McPhee, S.J., et al. 2003. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine. 4th ed. United State of America : Lange Medical Book McGraw-Hill
Companies.
8. Miravitlless, Marc. 2007. Determining Factors in the Prescription of Moxifloxacin in
Exacerbations of Chronic Bronchitis in the Primary-Care Setting.
http://web.ebscohost.com/ehost. 2007
9. Melbwith respiratory infection. Eur Respir J 2009 7:12391245
10.
Setiawati, A., Darmansjah, I., and Mangunnegoro, H. 2005. Safety and tolerability of
12.
Rubenstein, D., et al. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis, edisi keenam. Penerbit
Erlangga. Jakarta
13.
2006;129;95S
14.
www.webmd.com/lung/differences-between-acute-bronchitis-and-pneumonia