Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MUHAMMAD RUM
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister dan
Penyelesaian Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu Anestesi dan
Terapi Intensif
Program Studi
Biomedik
MUHAMMAD RUM
Kepada
iii
TESIS
MUHAMMAD RUM
Nomor Pokok P1507209101
Menyetujui
Komisi Penasihat,
____________________________
_________________________________
__________________________
Prof. dr. Rosdiana Natsir, PhD
______________________
Prof. Dr. Ir. Mursalim, M.Sc
iv
PRAKATA
obat
propofol yang dianggap memiliki sifat obat anestesi intravena yang ideal.
Karya tulis ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Prof. dr. A. Husni
Tanra, PhD, SpAn-KIC-KMN yang selama ini bertindak seperti bapak
penulis sendiri, yang telah berjasa membimbing penulis, memberi
dorongan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di bagian ini,
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan,
Bahar,
MS.,
selaku
pembimbing
metodologi,
dr.
vi
Makassar,
Agustus 2011
Muhammad Rum
vii
viii
ix
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
I.
II.
III.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
10
A. Farmakokinetik
12
B. Farmakokinetik TCI
20
26
D. Propofol
30
37
KERANGKA KONSEP
41
IV.
V.
METODE PENELITIAN
42
A. Desain Penelitian
42
42
42
43
43
F. Aspek Etis
44
G. Metode Kerja
44
H. Alur penelitian
47
48
J. Definisi operasional
50
K. Kriteria Objektif
53
L. Analisis Data
56
M. Personalia penelitian
56
HASIL PENELITIAN
57
A. Karakteristik dasar
57
B. Variabel Hemodinamik
60
64
66
E.
69
VI.
PEMBAHASAN
70
VII.
77
A. Kesimpulan
77
B. Saran
78
DAFTAR PUSTAKA
79
LAMPIRAN
82
xi
DAFTAR TABEL
nomor
halaman
14
33
57
60
63
65
67
xii
DAFTAR GAMBAR
nomor
halaman
11
17
18
19
21
6. Model
23
27
8. Fase Induksi
27
28
28
29
30
13. Korelasi antara nilai dari indeks BIS dengan gambaran klinis
selama pemberian obat anestesi
38
61
xiii
nomor
halaman
63
66
67
69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor
halaman
82
84
85
87
5. Etikal Klirens
88
89
xv
Lambang/singkatan
BIS
BMI
dkk.
dan kawan-kawan
EC50
EC95
EEG
Electroensefalografi
GABA
g, mg, kg
IV
Intravena
LBM
LMA
MAP
MCI
Ml
Mnt
MRI
PCA
PK
Pharmacokinetik
PONV
TCI
TIVA
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Pemakaian
obat-obat
intravena
untuk
pemeliharaan
anestesi
merupakan suatu
Adapun
operasi
target
controlled
infusion
dalam
pengelolaan
anestesi
digunakan lebih banyak, kontrol hemodinamik yang lebih baik, waktu pulih
dari anestesi yang lebih singkat serta lebih mudah dan terukur dalam
mengontrol kedalaman anestesi dibandingkan dengan menggunakan infus
kontrol manual. Silvie P dkk (2002), membandingkan target controlled
infusion dan infus kontrol manual untuk tindakan laringoskopi dan
bronkoskopi memperlihatkan dengan target controlled infusion lebih sedikit
tindakan
laringoskopi
dan
intubasi
pada
operasi
nonkardiak,
mendapatkan kejadian hipotensi yang lebih sering timbul setelah induksi dan
sebelum laringoskopi bila menggunakan infus kontrol manual demikian pula
hipertensi
dan
takikardia
setelah
laringoskopi
dan
intubasi
trakea
Sedangkan sistematik
bahwa
target
controlled
infusion
lebih
efektif
dalam
sedikit berbeda dengan yang ditemukan oleh Zhong dkk (2005) yaitu 2,5 dan
3,4 g/mL.
konsentrasi plasma yang dianjurkan untuk propofol adalah 2-4 g/mL dan
konsentrasi effect-site adalah 1,6-3 g/mL. Pada awalnya penelitian dengan
target controlled infusion menggunakan konsentrasi plasma sebagai
konsentrasi target (Marsaban, 2009).
Kombinasi propofol dengan opoid dan benzodiasepine diketahui dapat
menurunkan
konsentrasi
propofol
pada
effect-site
sehingga
dapat
menggunakan
target
controlled
infusion
propofol-remifentanil
ada
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan efek anestesi intravena total dengan
menggunakan target controlled infusion memakai regimen propofol pada
konsentrasi effect-site 2,5 g/mL dengan 3 g/mL untuk pemeliharaan
anestesi pada operasi laparoskopi ginekologi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi perbandingan efek anestesi intravena total dengan
menggunakan target controlled infusion propofol pada konsentrasi effect-site
2,5 g/mL dengan 3 g/mL dalam pemeliharaan anestesi untuk operasi
laparoskopi ginekologi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur gambaran hemodinamik (MAP dan laju jantung) selama
anestesi yang menggunakan target controlled infusion propofol pada
konsentrasi effect-site 2,5 g/mL dengan 3 g/mL untuk operasi
laparoskopi ginekologi.
b. Membandingkan gambaran hemodinamik (MAP dan laju jantung)
selama anestesi yang menggunakan target controlled infusion
propofol pada konsentrasi effect-site 2,5 g/mL dengan 3 g/mL untuk
operasi laparoskopi ginekologi.
c. Mengukur efek hipnotik sedatif selama anestesi pada operasi
laparoskopi ginekologi yang menggunakan target controlled infusion
propofol pada konsentrasi effect-site 2,5 g/mL dengan 3 g/mL.
waktu
pemulihan
setelah
anestesi
yang
propofol pada
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
yaitu
farmakokinetik
dan
farmakodinamik.
Farmakokinetik
akan
menggambarkan apa yang dilakukan tubuh terhadap obat (what the body
does to the drug) mulai dari absorpsi sampai eliminasi dari obat tersebut dari
dalam tubuh khususnya dalam hubungan antara konsentrasi obat dan waktu.
Sedangkan hubungan antara konsentrasi dan respon yang timbul dikenal
sebagai proses farmakodinamik yang akan menggambarkan apa yang
dilakukan obat terhadap tubuh (what the drug does to the body) atau respon
dari reseptor terhadap obat dan mekanisme timbulnya efek dari obat
tersebut, sehingga efek yang ditimbulkan oleh obat merupakan kombinasi
dari karakteristik farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat terhadap
individu. Model-model farmakokinetik dan farmakodinamik secara matematis
dapat digunakan dengan mempertimbangkan karakteristik khusus pasien
sehingga menghasilkan suatu parameter-parameter yang spesifik untuk
memprediksi konsentrasi obat di plasma dan effect-site (Sivashsubramaniam,
2008). Untuk mengetahui bagaimana makanisme kerja dari target controlled
infusion maka pengetahuan tentang farmakokinetik obat-obat anestesi
intravena utamanya dalam hal hubungan antara dosis dan respon yang
ditimbulkan mutlak untuk dipahami sebelumnya.
12
A. Farmakokinetik
sebagai
apa
yang
dilakukan
tubuh
terhadap
obat.
Tempat kerja
(Reseptor)
Terikat bebas
Depot jaringan
Bebas terikat
Sirkulasi
Sistemik
Absorpsi
Obat bebas
Obat terikat
Ekskresi
Metabolit
Biotransformasi
13
14
1. Volume distribusi
(1)
Kompartemen
19
5
1
15
2. Klirens
(2)
bila klirens meningkat, maka waktu paruh akan menurun, sebaliknya bila
volume distribusi meningkat, maka waktu paruh juga meningkat (Sikka,
2009).
Klirens juga dapat digunakan untuk menggambarkan kecepatan suatu
obat berpindah dari kompartemen satu ke kompartemen lain. Obat pertamatama didistribusikan ke kompartemen sentral sebelum didistribusikan ke
kompartemen perifer. Bila volume distribusi awal (Vc) dan konsentrasi yang
16
diinginkan untuk memberikan efek terapi (Cp) sudah diketahui, maka dosis
awal (loading dose) dapat dihitung untuk mencapai konsentrasi ini
(Sivashsubramaniam, 2008).
Dosis Awal = Cp x Vc
(3)
(4)
Waktu
paruh
eliminasi
adalah
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
17
dihentikan.
Simulasi
model
farmakokinetik
multikompartemen
pengaturan obat yang digunakan untuk menghitung waktu paruh durasi infus
pada obat yang diberikan secara kontinu selama anestesi dapat kita lihat
pada gambar berikut (Stoelting dan Hiller, 2006).
18
5.
Waktu pemulihan
Waktu pemulihan dari obat anestesi intravena bergantung pada
sejauhmana konsentrasi obat dalam plasma dapat turun mencapai level yang
setara dengan konsentrasi dimana pasien bisa sadar (Sikka, 2009).
19
Infus dihentikan
Sedasi berlebihan
Batas terapeutik yang ideal
Sadar
20
B. Farmakokinetik TCI
21
pump
mempergunakan
algoritma
yang
berdasarkan
model
volume
dari
kompartemen-kompartemen
tersebut,
sebagian
besar
obat-obat
anestesi
biasanya
22
Pemberian obat IV
Kompartemen
keseimbangan
cepat
V2
Kompartemen
Sentral
V1
Kompartemen
keseimbangan
lambat
V3
23
pemanjangan
waktu
paruh
keseimbangan
antara
konsentrasi propofol pada arteri dan vena jugular selama induksi anestesi.
Untuk menerangkan hal tersebut maka Sheiner dkk, memperkenalkan
hipotesis ruangan tempat kerja obat (hypothetical effect compartement) yang
24
efek
target
controlled
infusion.
Model
farmakokinetik
Kompartemen
effect-site
Kompartemen
keseimbangan
cepat
Pemberian obat IV
K1e
Ke0
Kompartemen
Sentral
Kompartemen
keseimbangan
lambat
25
26
konsentrasi yang tepat pada daerah atau bahkan pada reseptor dimana obat
bekerja. Konsentrasi obat di effect-site diprediksi secara matematis
berdasarkan model farmakokinetik, yang akan menggambarkan profil
konsentrasi obat setelah bolus intravena atau infus secara kontinu. Modelmodel matematika menghasilkan beberapa parameter farmakokinetik seperti
volume distribusi dan klirens yang dipakai untuk menghitung dosis awal dan
kecepatan infus yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi obat
dalam keadaan stabil (Sikka, 2009).
27
b. Wanita
28
29
Gambar 9. Fase III :Fase keseimbangan atau steady state (Marsaban, 2009).
Gambar 10. Fase IV : Fase eliminasi dan redistribusi dengan target baru
yang ditentukan (Marsaban, 2009).
30
D.
Propofol
31
32
a. Farmakokinetik propofol
Propofol dimetabolisme melalui hepar dengan cepat dan luas yang
menghasilkan metabolit yang inaktif, larut dalam air dan diekskresikan melalui
ginjal. Klirens total dari plasma propofol ternyata lebih besar daripada aliran
darah hepar yang menunjukkan adanya eliminasi ekstrahepatik. Metabolisme
ekstrahepatik melalui paru dapat mengeliminasi sampai 30% dari dosis bolus
propofol yang diberikan. Tingginya klirens plasma propofol dapt menjelaskan
tentang pemulihan yang lebih komplit dan perasaan yang lebih baik setelah
bangun dibandingkan dengan pentotal (Setiawati dkk, 2009). Transfer
propofol dari kompartemen sentral dan pengakhiran efek kerjanya setelah
bolus dosis tunggal, utamanya melalui proses redistribusi dari kompartemen
organ yang perfusinya tinggi (otak) ke kompartemen jaringan organ yang
perfusinya rendah (otot skelet), sama dengan obat anestesi intravena lainnya
(Braun, 2003). Tingginya kelarutan lemak dari propofol meyebabkan onset
kerjanya hampir sama cepatnya dengan pentotal. Waktu yang dibutuhkan
untuk bangun setelah pemberian dosis induksi biasanya berkisar antar 8-10
menit yang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk turunnya konsentrasi
setelah pemberian dosisi induksi. Hal ini menyebabkan propofol menjadi obat
33
pilihan untuk prosedur ambulatori maupun untuk sedasi diluar kamar operasi
(Eilers, 2009).
Adapun data farmakokinetik dari propofol dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2. Data farmakokinetik dari propofol (Eilers, 2009)
Obat
Dosis
Induksi
(mg/kg IV)
Durasi
aksi
(mnt)
Propofol
1-2,5
3-8
T1/2
(mnt) (mnt)
Vdss
2-10
2-4
Protein
Binding
(%)
Klirens
(mL/kg/min)
T1/2
(jam)
97
20-30
4-23
Data diambil dari pasien dewasa. T1/2 waktu paruh distribusi, T1/2 waktu
paruh eliminasi, Vdssvolume distribusi pada keadaan stabil.
34
Pada
b. Farmakodinamik propofol
Mekanisme kerja dari propofol diperkirakan melalui potensiasi
terhadap aliran chlorida yang dimediasi melalui reseptor GABAA. Propofol
dianggap memiliki efek sedatif-hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor
GABAA. Ketika
reseptor
transmembran
akan
GABAA
meningkat
diaktifkan
yang
maka
konduktansi
mengakibatkan
klorida
hiperpolarisasi
(TIO)
seperti
pada
pentotal.
Penelitian
pada
binatang
35
36
pasien sehat dan pasien asma bila dibandingkan dengan pentotal. Efek
samping
yang
menarik
dan
diinginkan
dari
propofol
adalah
efek
37
38
gangguan dari signal listrik yang berlebihan. Interpretasi juga harus hati-hati
bila digunakan kombinasi beberapa obat anestesi seperti ketamin, N2O atau
opioid, pasien yang diketahui terdapat gangguan neurologis dan pasien yang
mendapatkan pengobatan dengan obat-obat psikoaktif (Kelley, 2007).
Adapun hubungan antara nilai dari indeks BIS dengan gambaran klinis
dari tingkat sedasi dan anestesi dari suatu obat anestesi dapat kita lihat pada
gambar berikut :
39
Gambar 13. Korelasi antara nilai dari indeks BIS dengan gambaran klinis
selama pemberian obat anestesi (Kelley, 2007).
40
Dosis obat
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
Konsentrasi
plasma
Konsentrasi
biofase
Keadaan fungsional
jaringan dan
Mekanisme homeostatik
Farmakokinetik
Kondisi fisiologik
Kondisi patologik
Faktor genetik
Interaksi obat
Toleransi
Interaksi
reseptor obat
Farmakodinamik
Effectuation
Efek klinik
Efek Hemodinamik
Efek Sedasi
41
BAB III
KERANGKA KONSEP
Umur
BMI
Jenis Pembedahan
Jenis Anestesi
ASA PS
Lama Pembedahan
Dosis Fentanil
Konsentrasi
effect-site
2,5g/mL
Hemo
dinamik
PD
Efek
hipnotik
sedatif
PK
Plasma
Obat
Target
Biofase
Transpor
Signal
Ikatan
Aktivasi
Efek
Atau
Respon
Waktu
pemulihan
Konsentrasi
effect-site
3g/mL
Dosis
total
Variabel kendali
Variabel antara
Variabel bebas
Variabel tergantung
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental yang
bersifat uji klinis acak tersamar tunggal.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di instalasi bedah pusat RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo dan rumah sakit jejaringnya, mulai dari bulan Januari 2011
hingga jumlah sampel terpenuhi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien wanita dewasa yang akan
menjalani operasi laparoskopi ginekologi dengan anestesi total intravena
memakai target controlled infusion propofol, berumur 20 sampai 50 tahun,
yang dilakukan di kamar bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
dan rumah sakit jejaringnya selama masa penelitian.
43
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian populasi yang memenuhi kriteria penelitian
dan telah menandatangani surat persetujuan terlibat dalam penelitian.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara single blind.
D. Perkiraan Besar Sampel
Dengan menggunakan bantuan tabel Isaac Michael dengan N=45
didapatkan jumlah sampel n=40 pasien yang terbagi menjadi 20 orang pada
tiap kelompok, dengan taraf kesalahan 5% ( = 0,05).
E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Setuju terlibat dalam penelitian.
b. Umur 20-50 tahun.
c. BMI < 30
d. PS ASA I-II.
e. Lama pembedahan 2 jam
f. Ada persetujuan dari dokter primer yang merawat
44
2. Kriteria eksklusi
a. Alergi terhadap obat penelitian
b. Terdapat
gangguan
respirasi,
kardiovaskular,
neurologis,
Kedoteran
yang
45
46
refleks bulu mata dan kontak verbal, intubasi dilakukan jika nilai BIS antara
40-60, untuk fasilitas intubasi menggunakan pelumpuh otot atracurium 0,5
mg/KgBB yang dilakukan setelah tercapai kondisi steady-state. Konsentrasi
effect-site dipertahankan selama anestesi pada kedua kelompok dan
analgetik intraoperasi diberikan fentanil 2 g/KgBB/jam secara kontinu lewat
syringe pompa. MAP dan laju jantung dicatat sebelum induksi, sebelum dan
setelah intubasi kemudian dalam interval 5 menit selama pemeliharan
anestesi. Semua kejadian penting yang timbul, termasuk semua episode
anestesi yang tidak adekuat dicatat selama operasi. Fentanil dihentikan pada
akhir operasi. Bila terdapat tanda-tanda fungsi neuromuskuler yang tidak
adekuat maka dilakukan reversal dengan menggunakan neostigmin 50
g/KgBB dan sulfas atropin 20 g/KgBB intravena dan diberikan oksigen
100% sampai respirasi spontannya adekuat. Jika end-tidal CO2 kurang dari
45, tidal volume lebih dari 7 mL/KgBB,
47
H. Alur Penelitian
Induksi Propofol
BIS 40-60
Intubasi endotrakeal
Konsentrasi effect-site
propofol 2,5 ug/mL
Pemeliharaan anestesi
Fentanil 2 g/KgBB/jam/sp
Atracurium 0,1 mg/KgBB
Konsentrasi effect-site
propofol 3 ug/mL
Waktu Pemulihan
Ekstubasi
Pasien di RR
hasil penelitian
48
Umur
j. BMI
k. Jenis pembedahan
l.
Jenis anestesi
49
2. Klasifikasi variabel
a. Berdasarkan jenis data dan skala pengukuran. Yaitu:
1. Data kategorikal : jenis pembedahan, jenis anestesi dan status fisik
ASA
2. Data numerik : konsentrasi propofol pada efek site, konsentrasi obat
di plasma, tekanan arteri rerata (MAP), laju jantung, efek hipnotik
sedatif, waktu pemulihan, dosis total propofol yang digunakan,
umur, berat badan, tinggi badan, BMI, dosis fentanil dan lama
pembedahan.
b. Berdasarkan peran atau fungsi dan kedudukannya. Yaitu :
1. Variabel bebas adalah
a. Konsentrasi propofol pada effect-site 2,5 g/mL
b. Konsentrasi propofol pada effect-site 3 g/mL
2. Variabel tergantung adalah
a. Tekanan arteri rerata (MAP)
b. Laju jantung
c. Efek hipnotik sedatif
d. Waktu pemulihan
e. Dosis total propofol yang digunakan
50
51
propofol
g/mL
di
effect-site
yang
dihitung
dengan
menggunakan
tensimeter
elektrik
Dragger.
52
oleh
mesin
target
controlled
infusion
dengan
menggunakan data berat badan dan tinggi badan pasien. Berat badan diukur
dengan timbangan injak merek camry dan tinggi badan diukur dengan alat
pengukur tinggi badan standar.
11. Dosis fentanil
Besarnya dosis fentanil yang digunakan mulai dari saat premedikasi
sampai operasi selesai
12. Jenis pembedahan
Jenis
pembedahan
adalah
semua
jenis
operasi
laparoskopi
53
54
4. Waktu pemulihan
Dinyatakan dalam satuan menit.
5. Dosis total propofol yang digunakan
Dinyatakan dalam satuan mg.
6. Umur
Dinyatakan dalam tahun.
7. BMI
Berat badan dinyatakan dalam satuan kg, tinggi badan dalam satuan
cm dan BMI dinyatakan dalam satuan Kg/cm2.
8. Status fisik ASA
Skor yang digunakan yaitu :
a. PS 1 : Pasien Sehat
b. PS 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan
c. PS 3 : Pasien dengan kelainan sistemik sedang sampai berat
namun tidak menyebabkan berkurangnya kapasitas hidup
d. PS 4 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam
nyawa
e. PS 5 : Pasien kritis yang tidak ada harapan untuk hidup
f.
PS 6 : Cangkok organ
9. Lama pembedahan
Menggunakan satuan menit.
55
f.
dengan
independent
T-test.
Bila
simpangan
baku
sangat
56
M. Jadwal penelitian
Penelitian dilakukan pada periode Januari 2011- Mei 2011
1. Persiapan
: 2 minggu
2. Pelaksanaan penelitian
: 16 minggu
: 2 minggu
4. Pelaporan
: 1 minggu
N. Personalia Penelitian
Pelaksana
Pembimbing materi
Pembimbing Metodologi
Pembantu pelaksana
RSUP
dr.
Wahidin
Sudirohosodo
57
BAB V
Hasil Penelitian
A. Karakteristik Dasar
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan mengikutsertakan 40
pasien sebagai sampel penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan 20
sampel pada tiap kelompok. Kelompok I mendapatkan target controlled
infusion propofol pada konsentrasi effect-site 2,5 g/mL dan kelompok II
dengan target controlled infusion propofol pada konsentrasi effect-site 3
g/mL mulai dari induksi sampai pemeliharaan anestesi.
Tabel 3. Data karakteristik dasar sampel penelitian
Karakteristik
Nilai p*
Rerata
Min Max
Rerata
Min - Max
Umur
34,5 (5,88)
21 45
34,4 (6,3)
25 47
P=0,818
BMI
23,87 (2,1)
19.8 30
23,38 (2,2)
19,5 27,5
P=0,449
Lama pembedahan
85,5 (17,5)
50 120
88,5 (19,4)
45 120
P=0,438
273 (59,5)
150 450
278,5 (62,3)
175 450
P=0,925
58
59
B. Variabel Hemodinamik
1. Variabel tekanan arteri rerata (MAP)
Tabel 4. Perbandingan Tekanan Arteri Rerata (MAP) antara kedua kelompok
Waktu
observasi
sblm induksi
Sblm intubasi
Stlh intubasi
menit Ke-5
menit Ke-10
menit Ke-15
menit Ke-20
menit Ke-25
menit Ke-30
menit Ke-35
menit Ke-40
menit Ke-45
menit Ke-50
menit Ke-55
menit Ke-60
menit Ke-65
menit Ke-70
menit Ke-75
menit Ke-80
menit Ke-85
menit Ke-90
menit Ke-95
menit Ke-100
menit Ke-105
menit Ke-110
menit Ke-115
menit Ke-120
89
79
85
78
80
82
84
80
79
82
84
79
85
82
84
78
86
81
80
82
88
86
88
96
86
109
102
102
92
108
90
105
110
110
112
110
109
108
110
110
104
105
105
106
105
105
110
110
108
106
107
108
109
102
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
0,01
0,29
0,15
0,80
0,04
0,04
0,06
0,15
0,08
0,08
0,10
0,58
0,53
0,04
0,41
0,42
0,65
0,65
Nilai
p*
97,1
85,2
91,1
88,7
90,6
97,45
98,25
99,85
100,5
100,65
100,45
100,9
102
100,73
101,42
99,6
100,25
99,7
100,2
99,3
98,4
95,9
96,4
95,6
92,5
90
92
0,946
0,693
0,892
0,119
0,170
0,795
0,693
0,514
0,849
0,266
0,523
0,188
0,038
0,061
0,047
0,053
0,035
0,015
0,119
0,273
0,384
0,288
0,705
0,329
1.000
1,000
1,000
90
75
73
78
82
85
84
84
85
84
83
84
94
93
90
90
87
89
92
90
88
87
86
91
90
90
92
105
113
105
110
112
108
110
112
115
116
115
119
118
116
119
119
120
111
111
113
110
103
105
100
95
90
92
0,00
0,03
0,09
0,23
0,00
0,17
0,05
0,12
0,30
0,62
0,90
0,74
0,14
0,84
0,11
0,93
0,45
0,30
0,17
0,13
0,86
0,10
0,10
0,18
60
Gambar 14. Grafik perbandingan tekanan arteri rerata (MAP) antara kedua
kelompok
61
Waktu
observasi
sblm induksi
Sblm intubasi
Stlh intubasi
menit Ke-5
menit Ke-10
menit Ke-15
menit Ke-20
menit Ke-25
menit Ke-30
menit Ke-35
menit Ke-40
menit Ke-45
menit Ke-50
menit Ke-55
menit Ke-60
menit Ke-65
menit Ke-70
menit Ke-75
menit Ke-80
menit Ke-85
menit Ke-90
menit Ke-95
menit Ke-100
menit Ke-105
menit Ke-110
menit Ke-115
menit Ke-120
66
50
51
62
65
67
63
60
61
60
62
64
63
60
62
66
60
60
62
62
63
60
60
61
64
76
66
105
86
87
77
84
86
81
86
88
87
87
89
82
75
75
76
80
77
77
76
73
72
73
75
73
76
66
0,00
0,00
0,03
0,35
0,11
0,86
0,93
0,62
0,56
0,98
0,98
0,59
0,41
0,17
0,85
0,87
0,56
0,65
0,77
0,11
0,16
0,56
0,18
0,65
83.35
73.40
76.50
71.65
74.35
75.40
75.55
74.70
75.85
74.35
74.05
73.35
73.68
72.63
73.32
71.00
70.19
71.20
70.23
69.85
70.62
71.00
71.71
69.00
68.00
69.00
67.00
72
60
55
62
63
64
60
60
60
60
60
60
62
62
60
60
60
61
60
61
64
62
63
68
67
69
67
- 110
- 99
- 99
- 88
- 100
- 88
- 86
- 88
- 90
- 85
- 86
- 87
- 87
- 86
- 89
- 83
- 87
- 82
- 81
- 79
- 81
- 78
- 77
- 70
- 69
- 69
67
0,00
0,04
0,00
0,12
0,09
0,83
0,29
0,17
0,04
0,45
0,20
0,84
0,04
0,01
0,60
0,13
0,12
0,72
0,72
0,26
0,07
0,52
0,49
0,15
Nilai
p*
0,66
0,247
0,384
0,806
0,078
0,041
0,09
0,013
0,104
0,140
0,336
0,162
0,162
0.266
0,046
0,529
0,563
0,632
0,869
0,848
0,503
0,110
0,181
1,000
1,000
1,000
1,000
62
63
pada masing-masing
kelompok 3 g/mL namun perubahan itu secara klinis masih berada dalam
kisaran laju jantung yang normal. Perbandingan laju jantung antara kedua
kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik
setelah induksi, intubasi dan pemeliharaan anestesi kecuali pada menit ke15, 25 dan 60 yang timbul pada masa pemeliharaan anestesi.
64
sblm induksi
Sblm intubasi
Stlh intubasi
menit Ke-5
menit Ke-10
menit Ke-15
menit Ke-20
menit Ke-25
menit Ke-30
menit Ke-35
menit Ke-40
menit Ke-45
menit Ke-50
menit Ke-55
menit Ke-60
menit Ke-65
menit Ke-70
menit Ke-75
menit Ke-80
menit Ke-85
menit Ke-90
menit Ke-95
menit Ke-100
menit Ke-105
menit Ke-110
menit Ke-115
menit Ke-120
*
#
86
40
43
40
40
42
42
40
40
42
41
40
40
43
41
40
42
41
40
43
41
40
42
40
45
49
46
98
47
59
49
49
50
51
52
51
52
51
52
52
51
52
53
52
51
51
50
52
56
52
42
46
49
46
0,00
0,00
0,03
0,43
0,09
0,86
0,26
0,79
0,22
0,77
0,36
0,80
0,73
0,39
0,97
0,21
0,46
0,64
0,55
0,38
0,38
0,06
0,18
0,18
81
40
39
38
40
37
38
36
37
37
39
40
39
37
39
39
40
40
38
40
40
39
40
41
40
45
42
98
50
56
50
49
46
50
48
52
49
51
50
50
46
52
50
48
47
48
51
49
46
48
52
43
45
42
0,00
0,00
0,00
0,44
0,02
0,75
0,40
0,07
0,33
0,43
0,95
0,63
0,14
0,28
0,94
0,52
0,33
0,26
0,42
0,65
0,26
0,16
0,78
0,65
Nilai
p*
0,88
0,001
0,00
0,00
0,002
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,001
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,002
0,011
0,001
0,002
0,042
0,381
0,333
1,000
1,000
65
Gambar 16. Grafik perbandingan Nilai BIS pada kedua kelompok selama
prosedur anestesi
66
Tingkat sedasi
Variabel
Dosis total (mg)
*
Rerata
Min Max
Rerata
Min - Max
570,5
400-750
637,45
420-1000
Nilai
p*
0,213
67
Dosis (mg)
640
620
p = 0.213
600
580
570.5
560
540
520
Propofol
2,5 g/ml
Propofol
2,5 mcg/ml
Propofol
3,0 g/ml
Propofol
3,0 mcg/ml
Gambar 17. Grafik perbandingan dosis total propofol antara kedua kelompok
(p>0,05 diuji dengan Mann-Whtney U Test)
68
Variabel
Waktu pemulihan
(mnt)
*
Rerata
Min Max
Rerata
Min - Max
8,45
7-10
10,25
8-13
Nilai
p*
0,000
p = 0,00
Propofol
Propofol2,5
2,5mcg/ml
g/ml
10
12
Waktu (menit)
69
70
BAB VI
PEMBAHASAN
menggunakan
propofol.
Adapun
model
farmakokinetik
yang
keseimbangan
effect-site
yang
lebih
cepat
di
dalam
darah
dibandingkan dengan model Marsh pada saat induksi anestesi, lebih baik
dalam mengontrol kedalaman anestesi dan dapat mengurangi konsumsi
propofol selama prosedur anestesi (Barakat dkk., 2007). Kami menggunakan
konsentrasi effect-site 2,5 g/mL yang dibandingkan dengan konsentrasi
effect-site 3 g/mL dengan melihat bagaimana pengaruh hemodinamik yang
ditimbulkan
sesuai
dengan
level
sedasi
yang
diinginkan
dengan
71
belum melebihi 20% dari pengukuran awal, penurunan tekanan arteri rerata
dan laju jantung setelah induksi merupakan pengaruh langsung propofol
terhadap otot polos pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga akan menurunkan preload dan afterload jantung
disamping itu penurunan laju jantung disebabkan oleh penghambatan
barorefleks yang normal oleh propofol yang sinergis dengan penggunaan
opioid fentanil. Penurunan tekanan arteri rerata yang tidak melebihi 20% dari
pengukuran awal pada penggunaaan target controlled infusion ini karena
dosis bolus yang diberikan tidak sebesar pemberian dengan teknik manual
kemudian setelah tercapai keseimbangan antara konsentrasi plasma dan
effect-site maka alat TCI akan mempertahankan konsentrasi tersebut dengan
memberikan dosis pemeliharaan sehingga kedalaman anestesi terjaga,
disamping itu pemberian dosis fentanil 2 g/Kgbb sebelum induksi pada
penelitian ini cukup memberikan analgesia yang kuat dan menunggu waktu
yang tepat sampai obat pelumpuh otot bekerja secara optimal sebelum
melakukan laringoskopi intubasi menyebabkan perubahan hemodinamik
yang timbul saat dilakukan laringoskopi dan intubasi tidak melebihi 20% dari
pengukuran hemodinamik awal dengan respon somatik (pergerakan, keluar
airmata, bucking) yang minimal. Terjadinya peningkatan tekanan arteri rerata
pada pemeliharaan anestesi selama prosedur berlangsung timbul setelah
insuflasi gas CO2 ke kavum abdomen dan pasien diposisikan trendelenburg
untuk laparoskopi ginekologi ini.
72
Akan tetapi, tingkat sedasi yang diukur dari nilai BIS selama prosedur
induksi, laringoskopi dan intubasi, menunjukkan nilai yang lebih rendah pada
konsentrasi effect-site 3 g/mL dibandingkan pada konsentrasi effect-site 2,5
g/mL yang menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi effect-site yang
digunakan
semakin
kemungkinan
dalam
efek
sedasi
yang
dihasilkan
sehingga
anestesi
yang
semakin
baik
dengan
semakin
tingginya
konsentrasi effect-site yang digunakan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Yeganeh dkk. (2006), dengan perubahan tekanan arteri
rerata kurang dari 10% dan laju jantung kurang dari 5% dibandingkan
sebelum induksi, laringoskopi dan intubasi dilaksanakan. Penelitian lain oleh
Olmos dkk. (2000), dengan menggunakan TCI propofol untuk induksi dan
intubasi
sistolik dan diastolik serta laju jantung sekitar 13% 6%. Sementara itu
73
masih dalam batas yang sesuai untuk prosedur anestesi umum. Informasi
mengenai
tingkat
sedasi
yang
diperoleh
dari
monitor
BIS
yang
insidensi
kekurangan
atau
kelebihan
dosis
obat,
yang
74
dan obat vasoaktif yang lebih rasional. Dengan pemakaian monitor BIS telah
disebutkan dapat mengurangi penggunaan obat anestesi, bangun lebih cepat
dan masa pemulihan yang lebih singkat setelah prosedur anestesi selesai.
Sebuah metaanalisis dengan subyek sebanyak 1580 pasien dari 11
penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan monitor BIS dapat
mengurangi kebutuhan obat anestesi sampai 19%, mengurangi insidensi
mual dan muntah, dan mengurangi lama tinggal di ruang pemulihan pada
pasien rawat jalan akan tetapi terdapat peningkatan biaya karena pemakaian
elektroda BIS (Pavlin dkk., 2005). Disamping itu monitor BIS hanya dapat
mengukur tingkat hipnotik sedatif dari pasien dan tidak dapat memprediksi
secara pasti kapan pasien bergerak atau
konsentrasi
effect-site
sebagai
target
konsentrasi
serta
75
kombinasi
76
77
BAB VII
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat perubahan hemodinamik yang bermakna selama prosedur
anestesi pada penggunaan target controlled infusion konsentrasi effectsite 2,5 g/mL dengan 3 g/mL
2. Terdapat perbedaan tingkat sedasi selama prosedur anestesi dengan
nilai BIS rata-rata 42,75 dan 44,25 sebelum dan setelah intubasi serta 4145 selama pemeliharaan anestesi pada konsentrasi effect-site 3 g/mL
yang lebih rendah dibandingkan nilai BIS rata-rata 45,35 dan 48,35
sebelum dan setelah intubasi serta 45-49 pada konsentrasi effect-site 2,5
g/mL.
3. Jumlah dosis propofol yang digunakan pada target controlled infusion
propofol konsentrasi effect-site 2,5 g/mL lebih sedikit dibandingkan
konsentrasi effect-site propofol 3 g/mL
4. Waktu pemulihan setelah anestesi lebih singkat pada target controlled
infusion
propofol
konsentrasi
effect-site
2,5
g/mL
dibandingkan
78
B. Saran
79
DAFTAR PUSTAKA
80
oktober 2010).
81
Sikka, P.K. 2009. Basic Pharmacologic Principles. dalam : Stoelting RK, Miller RD
eds. Basic of Anesthesia. 5th ed. Churchill Livingstone Elsevier :
Philadelphia.
Sneyd, J.R. 2004. Recent Advance in Intravenous Anesthesia. Br J Anaesth. 93 :
726-730.
Sneyd,
82
LAMPIRAN 1
83
dalam penelitian ini atau mungkin mengundurkan diri dari penelitian ini, kami
tidak
akan
memaksakannya
dan
tetap
akan
diberikan
pelayanan
Terima kasih,
84
Lampiran 2
LEMBAR PENGUMPUL DATA
Data Pribadi Pasien
Nama pasien
BB
Kg
Umur
TB
cm
Pendidikan
BMI
Kg/m2
Alamat
No.Sampel
Pekerjaan
No Rekam Medis
thn
Data Klinis
1. Diagnosis MRS
2. ASA PS
3. Mulai Anestesi
4. Mulai Operasi
5. Selesai Operasi
85
LEMBAR PENGAMATAN
Konsentrasi effect site =
g/ml
Waktu
MAP
Nadi
BIS
Sebelum induksi
Setelah induksi
Setelah intubasi
Pemeliharaan Anestesi(menit)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Waktu Pemulihan
Dosis propofol
menit
:
mg
86
Lampiran 3
87
Lampiran 4
Paramater yang telah dikembangkan pada TCI untuk propofol dan
remifentanil