Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Selama hamil, terjadi perubahan pada system tubuh wanita, diantaranya terjadi
perubahan pada system reproduksi, system pencernaan, sitem perkemihan, system
musculoskeletal, system endoktrin, system kardiovaskuler, system hematologi, dan
perubahan pada tanda-tanda vital. Setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta,
ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya. (Ball
1994, Hytten 1995). Yang di harapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan
adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan
dan kembali pada keadaan sebelum hamil. (Beischer dan Mackay 1986, Cunningham
et al, 1993)
Secara fisiologis, seorang wanita yang telah melahirkan akan perlahan-lahan
kembali seperti semula. Alat reproduksi sendiri akan pulih setelah 6 minggu. Pada
kondisi ini, ibu dapat hamil kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya
menstruasi bukanlah pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang,
pada saat habis masa nifas, orang bisa saja hamil.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Sistem Endoktrin


Keadaan hormone plasenta menurun dengan cepat, hormone plasenta
lactogen tidak dapat terdekteksi dalam 24 jam postpartum, hormone HCG
menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10 %. Hormom pituary
menyebabkan prolaktin meningkat dengan cepat selama kehamilan, wanita yang
tidak laktasi prolaktin menurun samap keadaan sebelum hamil dapat dipengaruhi
seberapa banyak ibu menyusui.
Hipolamik-pituari-ovarium

memepengaruhi

untuk

seluruh

wanita,

menstruasi pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang


diasosiasikan dengan ketidakcukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita
laktasi, 15% memperoleh menstruasi stelah 6 minggu dan 45 % setelah 12
minggu.
Adanya

perubahan

dari

hormone

plasenta

yaitu

estrogen

dan

progesterone yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin


meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai hari ke-3 post
partum yang mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin, reflek let. Down dan
reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada system endoktrin. Hormon-homon yang berperan pada proses tersebut,
antar lain:
1. Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang di
produksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca
persalinan.

Penurunan

hormone

plasenta

(human

placental

lactogen)

menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. HCG (Human
Chrionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam

3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
2. Hormon pituitary
Hormone pituitary antara lain: hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyususi menurun
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsetrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyususi maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% stelah 12 minggu pasca melahirkan. sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40%
setelah 6 minggu pasca melahirkandan 90% setelah 24 minggu.
4. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin di sekresikan oleh kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga
persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.
5. Hormon estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen

yang

tinggi

memperbesar

hormon

anti

diuretic

yang

dapat

meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi


otot halus yang mengurangi perangsangan dan meningkatkan pembuluh darah.

Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina.
B. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian kadar
koagulasi miningkat. Pembekuan darah harus di cegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah
uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan
hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi
normal kembali. Meskipun kadar estrogen, namun kadarnya masih tetap tinggi
daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya
koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesterone
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali
lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi
akan naik pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relative akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekomposisi kordis

pada penderita viturm cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya,
hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
C. Perubahan Sistem Hematologi
Pada masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume
plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah
pada waktu kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan
haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan
umumnya berkisar antara 20.000-25.000/mm, factor pembekuan darah akan
terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma
atau sepsis bisa menyebabkan trombo Emboli. Keadaan produksi tertinggi dan
pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta.
Pada masa hamil di dapat hubungan pendek antara sikulasi ibu dan
plasenta kemudian setelah melahirkan akan hilang dengan tiba-tiba, volume
darah ibu relative bertambah sehingga beban jantung bertambah menyebabkan
dekompensasi kordis pada penderita-penderita vitium kordis. Diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi maka volume darah
kembali seperti sediakala ini terjadi pada hari ke-3 ke-15 postpartum.
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
fakor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak
15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapah
hari pertama masa postpartum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi
sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematocrit dan eritrosit sangat


bervariasi. Hal ini di sebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini di pengaruhi oleh status gizi dan
hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokritdan pada hari pertama atau kedua
lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki
persalinan awal, maka pasien di anggap telah kehilangan darah yang cukup
banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di
asosiasikan dengan peningkatan hemotrokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7
postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan
darah selama masa persalinan kerang lebih 200-500 ml, minggu pertama
postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

BAB III
PENUTUP

Daftar Pustaka

Rukiyah, Ai yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: TIM


Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai