Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Oleh :
Kartika Cintya Sulistyani

21030114120029

Naufa Helmi

21030114120016

Gebyar Adisukmo

21030114120023

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan resmi praktikum Proses sebagai berikut:


Nama materi

: Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Kelompok

: 2 / Senin

Anggota

: 1. Naufa Helmi N.J


2. Gebyar Adisukmo
3. Kartika Cintya Sulistyani

telah disahkan pada tanggal :

Semarang, Mei 2016


Dosen Pembimbing

Asisten Pengampu

Dr. Ir. Didi Dwi A., M.Eng

Yudy Wiraatmadja

NIP 196711141993031001

NIM 21030113120025

Laboratorium Proses Kimia 2016


ii

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

RINGKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam
industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya.
Untuk itu perlu dilakukan percobaan reaktor alir kontinyu dengan tujuan untuk menghitung
harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh
pengadukan terhadap konstanta reaksi penyabunan atil asetat dengan NaOH, mengetahui
hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH,
membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada
reaktor ideal aliran kontinyu.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi 3 tahap, yaitu pengisian reaktor
tinggi overflow, kondisi kontinyu belum steady state, dan kondisi kontinyu steady state. Faktorfaktor yang mempengaruhi harga k sesuai persamaan Archenius yaitu frekuensi tumbukan,
energi aktivasi, suhu, dan katalis.
Pada percobaan ini dilakukan dua proses yaitu percobaan batch dan kontinyu. Variabel
berubahnya adalah konsentrasi reaktan etil asetat dimana pada variabel I menggunakan etil
asetat 0,2 N; variabel II menggunakan etil asetat 0,4 N; dan variabel III menggunakan etil asetat
0,6 N. Tahapan percobaannya dimulai dengan proses batch dan dilanjutkan dengan proses
kontinyu. Mereaksikan etil asetat sesuai variabel dan NaOH 0,2 N sampai ketinggian 8 cm,
menyalakan pengadukan sedang, mengambil sampel pada t=0 dan tiap 1,5 menit, titrasi sampel
dengan HCl 0,05N sampai warna merah orange sehingga didapat volume titran 3 kali konstan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa konsentrasi reaktan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya waktu. Untuk mengetahui orde reaksi kita dapat mengetahuinya
dengan metode integral, sehingga orde reaksi dari variabel 1 adalah orde 2, orde reaksi dari
variabel 2 adalah orde 2, dan orde reaksi dari variabel 3 adalah orde 2. Konstanta reaksi dari
variabel 1 adalah 0,103, konstanta reaksi dari variabel 2 adalah 0,05, dan konstanta reaksi dari
variabel 3 adalah 0,0375. Seharusnya semakin tinggi konsentrasi menyebabkankonstanta
kecepatan reaksi semakin meningkat.Namun pada praktikum ini, konstanta kecepatan reaksi
cenderung menurun seiring dengan semakin besarnya konsentrasi Etil asetat. Hal ini disebabkan
konsentrasi awal Etil asetat (Cb0) pada variabel 2 dan variabel 3 lebih besar dari pada
konsentrasi awal NaOH (Ca0) yang selalu tetap pada setiap variabel. Pada semua variabel hasil
percobaan dan perhitungan matematis tidak jauh berbeda karena kontak antar partikel yang
terjadi berjalan secara sempurna sehingga konsentrasi sisa NaOH dapat berkurang dengan
perhitungan matematis.
Kesimpulan dari percobaan kami adalah harga orde reaksi penyabunan Etil asetat dengan
NaOH adalah 2. Dan semakin besar konsentrasi Etil asetat, maka konstanta reaksi (k) akan
semakin kecil. Saran dari kami adalah teliti dalam pengamatan TAT dan pembuatan reagen
harus tepat sesuai variabel

Laboratorium Proses Kimia 2016


iii

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

SUMMARY

Stirred tank reactor is most often found in the chemical industry. This is because the
ability of its operations that can be regulated capacity. It is necessary for the experiment flow
reactor continuously for the purpose is calculating the constant reaction of saponification (k)
ethyl acetate with NaOH, determine the effect stirring the constant reaction of saponification
ethyl acetate with NaOH, determine the relationship of the reaction order with the price of
constant reaction of saponification (k) ethyl acetate with NaOH, compare the experimental results
with mathematical model calculations saponification reactions in continuous flow reactor is
ideal.
Operation flow stirred tank reactor includes three phases are charging high reactor
overflow, not continuous steady state conditions, and the continuous steady state conditions.
Factors affecting the price according to the equation k Archenius namely the frequency of impact,
activation energy, temperature, and catalyst.
In this experiment carried out two processes, there are batch and continuous
experiments. The variable is the change in reactant concentrations of ethyl acetate in which the
variable I using ethyl acetate 0.2 N; variables II using ethyl acetate to 0.4 N; and variables III
using ethyl acetate 0.6 N. Stages experiment started with a batch process, followed by a
continuous process. Reacting the corresponding variable ethyl acetate and 0.2 N NaOH to a
height of 8 cm, lit a mild agitation, taking samples at t = 0 and every 1.5 minutes, titrate the
sample with 0,05 N HCl until the solution change the color into red orange so obtained titrant
volume 3 times constant.
Based on the experimental results showed that the concentration of reactants decreases
with increasing time. To determine reaction order we can figure it out in an integrated method,
so that the reaction order of variable 1 is the order 2, the reaction order of variable 2 is the
second order, and the order of the reaction of the third variable is the order of 2. The constanta
reaction of variable 1 is 0.103, the constanta reaction of variable 2 is 0.05, and the price of
constanta reaction of the variables three is 0.0375. Supposedly the higher the concentration
cause constanta increasingly . But reaction speed in this lab, the reaction rate constants tend to
decrease in line with a growing concentration of ethyl acetate. This is due to the initial
concentration of Ethyl acetate (Cb0) in the variable 2 and variable 3 is greater than the initial
concentration of NaOH (Ca0) always remains on each variable. In all variable experimental
results and mathematical calculations are not much different because the contact between the
particles that happen running perfectly so that the residual concentration of NaOH can be
reduced by mathematical calculation.
The conclusion of our experiment is the reaction order price Ethyl acetate saponification
with NaOH is 2. And the greater the concentration of ethyl acetate, the reaction constants (k) will
be smaller. Our recommendations are must careful in observing TAT and manufacture reagents
must exactly match the variable.

Laboratorium Teknik Kimia 2016


iv

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Reaktor Ideal Aliran
Kontinyu. Laporan resmi ini disusun sebagai kelengkapan tugas mata kuliah Praktikum
Proses Kimia.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: Asisten Laboratorium
Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Tahun 2016
Penyusun memohon maaf jika dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekeliruan. Untuk itu, segenap kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan. Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang,

Mei 2016

Penyusun

Laboratorium Teknik Kimia 2016


v

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................................iii
SUMMARY ..................................................................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Percobaan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Reaktor Batch .......................................................................................................... 3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR)......... 4
2.3 Tinjauan Thermodinamika ...................................................................................... 7
2.4 Tinjauan Kinetika .................................................................................................... 7
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen .................................................................................. 8
2.6 Faktor Faktor yang mempengaruhi harga K ....................................................... 10
2.7 Menentukan Orde Reaksi ...................................................................................... 10
2.8 Menghitung Harga Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat
dengan NaOH .............................................................................................................. 11
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................................. 13
3.1 Rancangan Praktikum............................................................................................ 13
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan ......................................................................... 13
3.1.2 Variabel Operasi ............................................................................................. 14

Laboratorium Teknik Kimia 2016


vi

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan .......................................................................... 14


3.2.1 Bahan Yang Digunakan .................................................................................. 14
3.2.2 Alat Yang Digunakan ..................................................................................... 14
3.3 Gambar Rangkaian Alat ........................................................................................ 14
3.4 Prosedur Praktikum ............................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 17
4.1

Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ............ 17

4.2

Penentuan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ... 18

4.3

Mengetahui Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap Konstanta Reaksi

Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ....................................................................... 18


4.4

Membandingkan Ca Hasil Percobaan dengan Ca Perhitungan Model Matematis

Reaksi Penyabunan pada Reaktor Ideal Aliran Kontinyu ........................................... 19


BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 221
5.2 Saran .................................................................................................................... 221
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 22
LAMPIRAN .................................................................................................................. A-1

Laboratorium Teknik Kimia 2016


vii

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap varaibel ..................... 17
Tabel 4.2 Nilai konstanta reaksi orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel ........................ 18
Tabel 4.3 Nilai konstanta reaksi pada setiap variabel ..................................................... 18

Laboratorium Teknik Kimia 2016


viii

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Neraca Massa Suatu Sistem ............................................................... 3


Gambar 2.2 Grafik Trial Reaksi Orde 1 .......................................................................... 11
Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi Orde 2 (Ca = Cb) ......................................................... 11
Gambar 2.4 Grafik Trial Orde 2 (Ca = Cb) ..................................................................... 11
Gambar 2.5 Grafik Trial Orde n ...................................................................................... 11
Gambar 3.1 Skema Proses Batch .................................................................................... 13
Gambar 3.2 Skema Proses Kontinyu .............................................................................. 13
Gambar 3.3 Gambar Alat Utama Proses Batch ............................................................... 15
Gambar 3.4 Gambar Alat Utama Proses Kontinyu ......................................................... 15
Gambar 4.1 Perbandingan Ca Percobaan dengan Ca Model pada Berbagai Variabel .... 20

Laboratorium Teknik Kimia 2016


ix

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA .......................................................................................... A-1


LEMBAR PEHITUNGAN ........................................................................................... A-2
REFERENSI ................................................................................................................ A-3

Laboratorium Teknik Kimia 2016


x

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai
dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki berpengaduk
lebih sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang dapat diatur
kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir berpengaduk perlu dipelajari untuk
mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi yang terjadi secara optimasi
pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu dan kontinyu steady state.
Evaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi steady state.
Pemodelan

matematik

diperlukan

untuk

mempermudah

analisa

permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk.


Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan membandingkan
dengan data-data percobaan. Model matematika yang diusulkan diselesaikan dengan
cara analisis jika persamaan itu mudah diselesaikan. Namun untuk reaksi yang
kompleks akan diperoleh model matematika yang kompleks juga. Penyelesaian
numerik sangat dianjurkan untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan
orde reaksi yang merupakan adjustable parameter.
1.2 Rumusan Masalah
Hidrolisa Etil asetat merupakan salah satu reaksi yang paling popular dalam
bidang kimia, dan reaksi tersebut biasanya digambarkan sebagai suatu contoh model
persamaan reaksi orde dua dalam kebanyakan literature. Reaksi penyabunan Etil
asetat ini telah banyak dipelajari oleh beberapa peneliti pada temperature yang
berbeda menggunakan teknik pengukuran yang berbeda pula. Daniels et al. dan
Smith dan Levenson mengadopsi metode titrasi volumetric, dimana komposisi
campuran yang bereaksi diikuti dengan pengambilan sampel dari reactor pada
interval waktu tertentu. Ketepatan metode ini dibatasi oleh pengambilan volume
yang sesuai pada durasi yang telah ditentukan, selain kesalahan terkait titrasi
menggunakan indicator warna. Teknik kedua dilaporkan oleh Walker, tergantung
pada pengukuran konduktometri untuk menentukan komposisi pada waktu tertentu.
Teknik lainnya dilaporkan oleh Stead et al. menggunakan system aliran kontinyu,
diaman reaktan diumpankan terus menerus pada suhu konstan kedalam tangki

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


2

berpengaduk. Jensen et al. menggunakan metode titrimetri frekuensi tinggi.


Shui-yuan et al. dan Geli et al. menggunakan teknik acidometry dan microcalometry
untuk menentukan konstanta penyabunan ester. Berbeda dengan Zhanjun et al. dan
Yong-Tao et al. yang lebih memusatkan pada teknik conductometric data secara
online (Das et al., 2011).
Pada praktikum ini, penentuan konstanta kecepatan reaksi penyabunan asetat
dengan NaOH dilakukan melalui metode titrasi volumetric, menggunakan
konsentrasi ion hidroksida sisa yang tidak bereaksi saat reaksi berlangsung, data
tersebut dan konsentrasi awal etil asetat serta konsentrasi ion hodroksida dapat
digunakan untuk menentukan konstanta laju reaksi.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat sebagai reaktan terhadap konstanta
reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi
penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
2. Mahasiswa dapat menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetatdengan NaOH.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat sebagai reaktan
terhadap konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan
modelmatematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Batch


Neraca bahan pada reaktor secara simultan

Gambar 2.1: Bagan Neraca Massa Suatu Sistem

input = 0 output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi

Pada volume konstan


CA = CAo (1-XA)
dCA = -CAo.dXA
Pers. (6) masuk ke pers. (5)
diperoleh

Laboratorium Proses Kimia 2016

(6)

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


4

2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses, yaitu :
A. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input-output

karena densiti laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan fungsi
dari waktu.
V = Fo. T

(9)

Sedangkan dari neraca komponen :


Akumulasi = input output laju konsumsi karena reaksi

Dalam hal ini :


V = volume bahan dalam reaktor (l)
C = kondentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = laju alir reaktan masuk (l/ menit)
Co = konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t = waktu reaksi (menit)
-rA = kecepatan reaksi (mol/menit)
Reaksi yang terjadi:
A+BC+D
- r A = k C A CB

, karena CA = CB maka

- rA = k CA2=kC2
Pers. (11) pers.(10)

Pers. (9) pers. (12)

Laboratorium Proses Kimia 2016

(11)

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


5

Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi U =


maka pers.14 menjadi :

Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5 , menjadi :

Pers. (16) merupakan modifikasi pers.Bessel yang mempunyai bentuk umum


sebagai berikut:

Dari pers.(5) didapatkan :


a=1
r=0

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


6

Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan

Dari substitusi semula, diperoleh :

Maka pers. (14) dan (15) diperoleh :

B. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi steady state.
Dapat dinyatakan dengan :

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


7

Pada keadaan steady state C = Co


Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C Cs, dimana Cs adalah konsentrasi pada
keadaan steady.

Pers. (25) berubah menjadi pers.differential orde 1 yang mana dapat diselesaikan
dengan metode faktor integrasi

C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = yang diperoleh
dengan pengukuran konsentrasi contoh.

C. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi = 0
Dari neraca komponen , diperoleh :
F Co = F.C + Vr

(27)

F Co = F.C + V.k.Cs2

(28)

Co = Cs + F k. Cs 2

(29)

k. . Cs 2 + Cs Co = 0

(30)

Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs diukur maka


nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar biasa dan dapat
diselesaikan dengan mudah.

2.3 Tinjauan Thermodinamika


Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Untuk menetukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis maka
perlu membuktikan dengan menggunakan panas permbentukan standart (Hf) pada
1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk
H298 = Hreaktan - Hproduk
Diketahui data sebagai berikut :
H CH3COOC2H5

= -444.500 J/mol

H NaOH

= -425.609 J/mol

H CH3COONa

= -726.100 J/mol

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


8

H C2H5OH

= -235 J/mol

Sehingga
H reaksi = (H CH3COONa + H C2H5OH) (H CH3COOC2H5+ H NaOH)
= (-726.100 + -235.609) (-444.500 - 425.609)
= -91600 J/mol
Karena H bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak balik dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar diperoleh data
:
G CH3COOC2H5

= -328 000 J/mol

G NaOH

= -379 494 J/mol

G CH3COONa

= -631 200 J/mol

G C2H5OH

= -168 490 J/mol

Sehingga,
G reaksi = G produk - G reaktan
= [G CH3COONa + G C2H5OH] [G CH3COOC2H5 + G
NaOH]
= [-631 200 - 168 490] J/mol [-328 000 -379 494] J/mol
= -92196 J/mol

G = RT ln K
K pada standar 298 K =
Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada temperature
298 K adalah 4,179 x 1067. Karena harga konstanta keseimbangan besar, maka
reaksi berlangsung searah (irreversible).

2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen


1. NaOH
Sifat fisis :
Berat Molekul = 40 gr/mol
Titik didih = 134 C

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


9

Titik lebur = 318, 4 C


Berat jenis = 2, 130 gr/mol
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 C = 42
Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100C =
Sifat kimia :
- Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam reagen
excess, merupakan basa kuat, mudah larut dalam air.
2. Etil Asetat
Sifat fisis : Berat jenis= 1, 356 gr/mol
Titik didih= 85 C
Berat molekul= 88 gr/mol
Titik lebur= -111 C
Sifat kimia:
- Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak larut dalam
air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan KCN tiosulfat,
beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah menguap apabila dipanaskan.
3. HCl (Asam Klorida)
Sifat Fisis :
Berat molekul = 36,46
Titik Didih = 110o C
Titik Lebur = 27,32oC
Berat jenis = 1,18 gr/cm3
Sifat Kimia :
asam klorida adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan klorin. Atom
Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang berarti bahwa
hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. Ini ikatan kovalen hadir
sampai air ditambahkan ke HCl. Setelah ditambahkan ke dalam air, HCl akan
terpisah menjadi ion hidrogen (yang positif dan akan melakat pada molekul air)
dan ion klorida (yang negatif).
HCl bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan ke air. Namun, asam
klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang khas dari
kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air pada semua konsentrasi,
dan memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius.
Asam klorida bersifat korosif, yang berarti akan merusak dan mengikis
jaringan biologis bila tersentuh. Selanjutnya, HCl dapat menyebabkan kerusakan

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


10

besar internal jika terhirup atau tertelan. Untuk alasan ini, disarankan bahwa
seseorang yang menangani HCl harus menggunakan sarung tangan, kacamata,
dan masker saat bekerja dengan asam ini.
2.6 Faktor Faktor yang mempengaruhi harga k
Persamaan Arhenius

k = A
1. Frekuensi tumbukan

Faktor frekuensi tumbukan (A) dipengaruhi oleh frekuensi tumbukan antar


molekul dan orientasi molekul. Sehingga semakin besar frekuensi tumbukan, maka
konstanta reaksi akan semakin besar (Silberberg, M.S., 2006). Untuk memperbesar
frekuensi tumbukan dapat dilakukan pengadukan pada reaktor dengan menggunakan
stirrer (Arief R.H., et. al., 2010)
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi untuk
berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan berjaan semakin
cepat (Silberberg, M.S., 2006). Untuk menurukan energi aktivasi dapat digunakan
katalisator (Arief R.H., et. al., 2010).
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat (Silberberg, M.S.,
2006).

2.7 Menentukan Orde Reaksi


Trial orde reaksi pada reaktor batch
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca pada t=0
2. Membuat data -ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak orde reaksi pertama dengan membuat grafik -ln(Ca/Cao)
vs t, hasil grafik harus lurus
4. A. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde reaksi kedua dari
grafik antara 1/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo)
B. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde reaksi kedua dari
grafik antara ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao
Cbo)
5. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept dan b = slope dari grafik log t

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


11

vs ln Cao

Gambar 2.2. Grafik Trial Reaksi Orde 1

Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi Orde 2


(Ca = Cb )

Gambar 2.4 Grafik Trial Orde 2 (Ca Cb)

Gambar 2.5 Grafik Trial Orde n


(Levenspiel. O., 1999 )

2.8 Menghitung Harga Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
A

+ B

Orde 1 :
=

= .

= .

= .

Laboratorium Proses Kimia 2016

+ D

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


12


= .

0
0

0 =
=
Orde 2
Persamaan kecepatan reaksi:

Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.

(Levenspiel. O., 1999)

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


13

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
Siapkan reaktan setiap variabel
Rangkai alat sesuai gambar
Masukkan kedua reaktan dengan perbandingan 1:1
hingga tinggi reaktor mencapai yang diinginkan
Ambil sampel sebanyak saat t0 lalu ditirasi dengan
HCl
Jalankan Stirer
Ambil sampel sebanyak 5ml setiap 1,5 menit untuk
dititrasi dengan HCl

Hentikan sistem setelah volume titran konstan


Gambar 3.1Skema Proses Batch
Siapkan reaktan setiap variabel
Rangkai alat sesuai gambar
Pompa kedua reaktan ke dalam reaktor dengan
perbandingan 1:1 hingga overflow
Buka kran output reaktor, atur hingga tinggi reaktor
tetap sesuai yang diinginkan
Ambil sampel sebanyak saat t0 lalu ditirasi dengan
HCl
Jalankan Stirer
Ambil sampel sebanyak 5ml setiap 1,5 menit untuk
dititrasi dengan HCl
Hentikan sistem setelah volume titran konstan
Gambar 3.2 Skema Proses Kontinyu

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


14

3.1.2 Variabel Operasi


a. Variabel Berubah
1. Konsentrasi Etil Asetat 0,2 N
2. Konsentrasi Etil Asetat 0,4 N
3. Konsentrasi Etil Asetat 0,6 N

b. Variabel Tetap
- Pengadukan Cepat
- Tinggi Fluida 8 cm
- Konsentrasi HCl 0,05 M
- Konsentrasi NaOH 0,2 M
- Pengambilan Sampel 5ml / 1,5 menit
3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan
3.2.1 Bahan Yang Digunakan
1.

NaOH

2.

Etil asetat

3.

HCl

4.

Indikator MO

5.

Aquadest

3.2.2 Alat Yang Digunakan


1.

Pipet

2.

Thermometer

3.

Magnetic stirer

4.

Reaktor Batch

5.

Gelas Ukur

6.

Buret

7.

Statif dan Klem

8.

Erlenmeyer

9.

Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

3.3 Gambar Rangkaian Alat


a. Proses Batch

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


15

Gambar 3.3 Gambar Alat Utama Proses Batch


Keterangan :
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif

b. Proses kontinyu

Gambar 3.4 Gambar Alat Utama Proses Kontinyu

Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
5. Tangki umpan etil asetat

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


16

6. Pompa

3.4 Prosedur Praktikum


a.) Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,2 N;etil asetat 0,4 N; etil asetat 0,6
N ; HCl 0,05 N; dan NaOH 0,2 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH sampai ketinggian 8 cm ke dalam reaktor batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1,5 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3 tetes
ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange. Titrasi
dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variable yang berbeda.

b.) Percobaan Kontinyu


1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,2 N;etil asetat 0,4 N; etil asetat 0,6
N; HCl 0,05 N; dan NaOH 0,2 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1,5 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3 tetes
ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange. Titrasi
dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel
R2

Variabel
Orde 1

Orde 2

-1169

0,6

-4295

0,781

-2239

0,6

Untuk mengetahui orde reaksi dari reaksi penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH pada proses batch kita dapat mengetahuinya dengan metode integral, yaitu
dengan menebak mekanisme reaksi dari yang sederhana yaitu orde 1 hingga orde
2 dan memplotkan data yang didapat dari praktikum ke dalam sebuah grafik
fungsi waktu atau f(x) = f(t). Untuk orde 1 maka yang di plot pada sumbu y
adalah-ln

, untuk orde 2 dimana Ca = Cb maka yang di plot pada sumbu y adalah

, dan untuk orde 2 dimana Ca Cb maka yang di plot pada sumbu y adalah ln .

Langkah selanjutnya yaitu dengan menentukan grafik yang paling linear dengan
membandingnkan nilai regresi dari masing masing grafik orde 1 dan orde 2. R2
atau koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai R2
dikatakan baik jika berada di atas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 dan 1.
Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin sempurna (Tobing, 2014).
Sehingga orde reaksi dari variabel 1(Etil asetat 0,2 N) adalah orde 2, orde reaksi
dari variabel 2(Etil asetat 0,4 N) adalah orde 2, dan orde reaksi dari variabel 3
(Etil asetat 0,6 N) adalah orde 2.
. Hal ini juga telah sesuai dengan referensi yang ada dimana reaksi etil
asetat dan NaOH seperti berikut ini:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Jika reaksi di atas adalah reaksi elementer, maka orde reaksinya adalah 2.
Orde reaksi dicari dari persamaan:
-ra= k[CH3COOC2H5][NaOH]
-ra= k[Ca][Cb] dimana [Ca]=[Cb]
-ra = k[Ca]2

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


18

Pada reaksi elementer, orde reaksi dicari dengan melihat pangkat


konsentrasi reaktan sedangkan untuk reaksi non elementer, orde reaksi dicari
melalui perhitungan data hasil percobaan
(Levenspiel. O., 1999)

4.2 Penentuan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.2 Nilai konstanta reaksi orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel
Variabel

k (L/mol.s)
Orde 1

Orde 2

0,3261

0,103

0,4667

0,05

0,7147

0,0375

Untuk mengetahui konstanta reaksi dari reaksi penyabunan Etil Asetat


dengan NaOH pada proses batch kita dapat mengetahuinya dengan metode
integral, setelah mengetahui orde reaksinya. Sehingga dapat diperoleh persamaan
garis lurus y = mx + c pada grafik. Untuk reaksi orde 1 nilai k dapat diperoleh
dari nilai gradien (m), untuk reaksi orde 2 dimana Ca = Cb nilai k juga dapat
diperoleh dari nilai gradien (m), dan untuk reaksi orde 2 dimana Ca Cb nilai k
dapat diperoleh dengan membagi nilai gradien dengan selisih konsentrasi awal
reaktan atau k =

(0 0 )

.Sehingga konstanta reaksi dari variabel 1 (Etil asetat

0,2 N) adalah 0,103, konstanta reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,4 N) adalah
0,05, dan konstanta reaksi dari variabel 3 (Etil asetat 0,6 N) adalah 0,0375
(Levenspiel. O., 1999)

4.3 Mengetahui Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap Konstanta Reaksi


Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.3 Nilai konstanta reaksi pada setiap variabel
Variabel

k (L/mol.s)

0,103

0,05

0,0375

Dapat dilihat pada tabel 4.3 ternyata nilai konstanta reaksi variabel 1
hingga variabel 3 cenderung menurun. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi
reaktan dimana variabel 1 menggunakan Etil asetat 0,2 N, variabel 2
menggunakan Etil asetat 0,4 N, dan variabel 3 menggunakan Etil asetat 0,6 N.

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


19

Seharusnya secara teori semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak


molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan kontak antara
partikel akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Sehingga konsentrasi reaktan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
frekuensi tumbukan (Elizabeth D.C.S., et. al).Dalam hal ini nilai k hanya
bergantung pada beberapa variabel sesuai dengan persamaan Arrhenius :

k = A
A=pZ

Dimana A = faktor frekuensi tumbukan, EA = energy aktivasi, T= suhu,


p = orientasi molekul, Z = Frekuensi tumbukan. Bila frekuensi kecil maka
konstanta kecepatan reaksi akan menurun, begitu pula sebaliknya (Silberberg,
M.S.,2006).
Namun pada praktikum ini, konstanta kecepatan reaksi cenderung
menurun seiring dengan semakin besarnya konsentrasi Etil asetat. Hal ini
disebabkan konsentrasi awal Etil asetat (Cb0) pada variabel 2 dan variabel 3 lebih
besar dari pada konsentrasi awal NaOH (Ca0) yang selalu tetap pada setiap
variabel. Sehingga konversi akan lebih banyak berdampak mengurangi pada
nilai Cbseiring dengan berjalannya waktu dibanding dengan nilai Ca
(Levenspiel. O., 1999)

4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dengan Perhitungan Model Matematis Reaksi


Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH (k)
0.14
Ca variabel 1

0.12
0.1

Ca variabel 2

0.08

Ca variabel 3

0.06

Ca model variabel 1

0.04

Ca model variabel 2

0.02

Ca model variabel 3

0
0

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Ca dan Ca Model dari Beberapa Variabel

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


20

Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa pada variabel 1 (0,2 N) dan


variabel 2 (0,4 N) dan variabel 3 (0,6 N) perhitungan nilai konsentrasi sisa NaOH
dari hasil percobaan dan perhitungan matematis tidak berbeda jauh. Hal ini terjadi
karena kontak antar partikel yang terjadi berjalan secara sempurna, sehingga
konsentrasi sisa NaOH dapat berkurang sesuai dengan perhitungan matematisnya.
Perhitungan nilai konsentrasi sisa NaOH secara matematis dilakukan
menggunakan metode Runge Kutta, pemilihan metode Runge Kutta sebagai
perhitungan matematis dikarenakan keakuratan yang tinggi dari metode ini.
Konsentrasi model matematis dihitung dari data hasil percobaan yang kemudian
diaplikasikan kedalam metode Runge Kutta. Hasil k1, k2, k3, k4 yang diperoleh
dari perhitungan metode Runge Kutta sebagian bernilai positif, sehingga
perhitungan model matematis yang dihasilkan memiliki nilai konsentrasi yang
lebih kecil dari pada hasil percobaan.
(Levenspiel. O., 1999)

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Harga orde reaksi penyabunan Etil asetat dengan NaOH adalah 2
2. Konstanta reaksi (k) dari variabel 1 (Etil asetat 0,2 N) adalah 0,103 , konstanta
reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,4 N) adalah 0,05 , dan konstanta reaksi dari
variabel 3 (Etil asetat 0,6 N) adalah 0,0375
3. Semakin besar konsentrasi Etil asetat, maka konstanta reaksi (k) akan semakin
kecil
4. Nilai Ca percobaan mendekati nilai Ca model

5.2 Saran
1. Teliti dalam pengamatan TAT.
2. Pengaturan pengadukan harus sesuai variabel.
3. Debit input dan output reaktor kontinyu harus stabil.
4. Debit rektan yang masuk reaktor kontinyu harus seimbang.
5. Pembuatan larutan NaOH dan HCl harus sesuai dan tepat.

Laboratorium Proses Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


22

DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalaf, A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book Ltd.,
New York.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., 1987, Applied Mathematics in
ChemicalEngineering 2nd ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York.
Hakim, Arief Rahman, Sutra Irawan. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak
Dedak

Padi

Proses

Esterifikasi.

Diakses

dari

eprints.undip.ac.id/3171/1/MAKALAH_PENELITIAN_.doc pada 24 April 2016


Hill, G.C., 1977, An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor Design
1sted, John Willey, New York, N.Y.
Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill
Book Kogakusha Ltd, Tokyo.
Sidabutar, Elizabeth D.C., M. Nur Fainudin, M. Said. 2013. Pengaruh Rasio Reaktan
dan Jumlah Katalis Terhadap Konversi Minyak Jagung Menjadi Metil Ester. Jurnal
Teknik Kimia, Nomor 1, Volume 19, Halaman 40 -49.
Silberberg, M.S. 2006. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change. New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Suparno, Supriyanto. 2013. Runge Kutta Orde 4 (edisi iv). Universitas Indonesia:
Jakarta
Syidin,

Aro.

2006.

Kinetika

Kimia.

Diakses

dari

https://www.academia.edu/8856047/Makalah_Kinetika_Kimia pada 10 April 2016

Laboratorium Proses Kimia 2016

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Oleh :
Kartika Cintya Sulistyani

21030114120029

Naufa Helmi

21030114120016

Gebyar Adisukmo

21030114120023

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1

Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.

Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan


NaOH.

Mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat sebagai reaktan terhadap


konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.

Membandingkan hasil

percobaan dengan

perhitungan model

matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

II.

PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
a. NaOH 0,2 N
b. Etil asetat 0,2 N; 0,4 N; 0,6 N
c. HCl 0,05 N
d. Indikator MO
e. Aquadest
2.2 Alat yang Dipakai
1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor Batch
5. Gelas Ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

Gambar Rangkaian Alat


a. Proses Batch

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Gambar 3.3 Gambar Alat Utama Proses Batch


Keterangan :
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif

b. Proses kontinyu

Gambar 3.4 Gambar Alat Utama Proses Kontinyu

Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

5. Tangki umpan etil asetat


6. Pompa

2.3 Variabel Percobaan


A. Variabel Berubah
1. Konsentrasi Etil Asetat 0,2 N
2. Konsentrasi Etil Asetat 0,4 N
3. Konsentrasi Etil Asetat 0,6 N
B. Variabel Tetap
1. Pengadukan Cepat
2. Tinggi Fluida 8 cm
3. Konsentrasi HCl 0,05 M
4. Konsentrasi NaOH 0,2 M
5. Pengambilan Sampel 5ml / 1,5 menit

2.4 Respon Uji Hasil


Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi
titran HCl sampai TAT.

2.5 Prosedur Percobaan


A. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,2 N;etil asetat
0,4 N; etil asetat 0,6 N ; HCl 0,05 N; dan NaOH 0, 2N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH sampai ketinggian 8 cm ke
dalam reaktor batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1,5 menit, kemudian tambahkan
indikator MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl
sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume
titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi
NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variable yang berbeda.

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

B. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,2 N;etil asetat
0,4 N; etil asetat 0,6 N; HCl 0,05 N; dan NaOH 0,2 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan
masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong
dan menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1,5 menit, kemudian tambahkan
indikator MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl
sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume
titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi
NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda

2.6 Hasil Percobaan


A. Proses Batch :
1. Variabel 1 Konsentrasi Etil Asetat 0,2 N
t

V HCl (ml)

7.7

1,1

7.5

2,2

7.5

3,3

7.5
2. Variabel 2 Konsentrasi Etil Asetat 0,4 N

V HCl (ml)

7.4

1,1

7.3

2,2

7.2

3,3

7.2

4,4

7,2

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

3. Variabel 3 Konsentrasi Etil Asetat 0,6 N


t

V HCl (ml)

7.3

1,1

2,2

3,3

B. Proses Kontinyu :
1. Variabel 1 Konsentrasi Etil Asetat 0,2 N
t

V HCl

12.5

1.1

11.8

2.2

9.5

3.3

9.5

4.4

9.5

2. Variabel 2 Konsentrasi Etil Asetat 0,4 N


t

V HCl

7.2

1.1

6.8

2.2

6.8

3.3

6.8

3. Variabel 3 Konsentrasi Etil Asetat 0,6 N


t

V HCl

8.6

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

1.1

7.7

2.2

6.6

3.3

6.6

4.4

6.6

Semarang, Mei 2016


MENGETAHUI
PRAKTIKAN

Kartika Gea Naufa

ASISTEN

Yudy Wiraatmadja
NIM 21030113120025

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

LEMBAR PERHITUNGAN

Penentuan Densitas Larutan


Berat picnometer kosong = 15,31 gram
Volume picnometer = 25 ml

A. Etil Asetat
Berat picnometer + etil asetat = 37,480 gram
=

( + ) ( )

(37,480 15,31)
= 0,8868 /
25

B. HCl
Berat picnometer + HCl = 44,05 gram
=

( + ) ( )

(44,05 15,31)
= 1,1496 /
25

Perhitungan Reagen
A. Etil Asetat 0,2 N
=

.
1000

0,2 =

0,8868 . 1000

1 0,99
88
2000

= 40,09

B. Etil Asetat 0,4 N

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

.
1000

0,4 =

0,8868 . 1000

1 0,99
88
2000

= 80,19

C. Etil Asetat 0,6 N


=

.
1000

0,6 =

0,8868 . 1000

1 0,99
88
2000

= 120,28

D. HCl 0,05 N
=

.
1000

0,05 =

1,1496 . 1000

1 0,25
36,5
500

= 3,18

E. NaOH 0,2 N
=

1000

0,2 =

1000

1 0,98
40 2000

= 16,33

Konsentrasi NaOH = 0,2 N @2 liter


Konsentrasi etil asetat = 0,2 N; 0,4 N;dan 0,6N @2 liter
Konsentrasi HCl = 0,05 N @500 ml
Tinggi tangki = 8 cm

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Waktu pengambilan = 1,1 menit


V yang dititrasi = 5 ml
(.)

Konsentrasi NaOH sisa = =

0,05
5

= 0,01

Penentuan Harga Orde Reaksi


Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
A

Persamaan kecepatan reaksi :


Orde 1 :
=

= .

= .

= .


= .

0
0

=
0

Orde 2, dengan Cao=Cbo

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
(Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
Variabel 1 (etil asetat 0,2 N)
t

V HCl (ml)

Ca

-lnca/cao

7.7

0.077

0.954511945

12.98701299

1,1

7.5

0.075

0.980829253

13.33333333

2,2

7.5

0.075

0.980829253

13.33333333

3,3

7.5

0.075

0.980829253

13.33333333

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

1/Ca

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Orde 1
1.4
y = 0.3261x
R = -1169

1.2

-ln ca/cao

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

1.1

2.2

3.3

t (menit)

Orde 2

k =0,103
Variabel 2 (etil asetat 0,4 N)
t

V HCl (ml)

Ca

-lnca/cao

1/Ca

Xa

Cb

lnCb/Ca

7.4

0,074

1,687399

13,51351

0,815

0,126

0,5322

1,1

7.3

0,073

1,701005

13,69863

0,8175

0,127

0,5537

2,2

7.2

0,072

1,714798

13,88889

0,82

0,128

0,5753

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

3,3

7.2

0,072

1,714798

13,88889

0,82

0,128

0,5753

4,4

7,2

0,072

1,714798

13,88889

0.82

0,128

0,5753

Cb

lnCb/Ca

Orde 1
2.5
y = 0.4667x
R = -4295

-ln ca/cao

1.5

0.5

0
0

1.1

2.2

3.3

4.4

t (menit)

Orde 2

k= 0,01
Variabel 3 ( etil asetat 0,6 N)
t

V HCl (ml)

Ca

-lnca/cao

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

1/Ca

Xa

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

7.3

0,073

2,10647

13,69863

0,87833

0,32699

1,4994

1,1

0,07

2,14843

14,28571

0,88333

0,32999

1,5505

2,2

0,07

2,14843

14,28571

0,88333

0,32999

1,5505

3,3

0,07

2,14843

14,28571

0,88333

0,32999

1,5505

Orde 1
3.5
3

y = 0.7147x
R = -2239

- ln ca/cao

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0

1.1

2.2

t (menit)

Orde 2

k = 0,015

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

3.3

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Perhitungan k
1. Variabel 1 Orde 1
k= m = 0.3261 L/mol.menit
2. Variabel 1 Orde 2
k= m =0,103 L/mol.menit
3. Variabel 2 orde 1
k =m = 0.4667 L/mol.menit
4. Variabel 2 orde 2
k= 0,05 L/mol.menit
5. Variabel 3 orde 1
k = m = 0.7147 L/mol.menit
6. Variabel 3 orde 2
k= 0,0375 L/mol.menit

Perhitungan Reaktor Aliran Kontinyu


Neraca massa total
Input output = Akumulasi

l F0 0 = l

(.)

(.)

(.)

dV

= F0 . dt

= F0 . t (1)

= k0 . CA0 0 V . k . CA2
= k0 . CA0 V . k . CA2
=

. V = FA0 . CA0 = V . k . CA2

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

F0 . CA +

(F0 . t) = F0 . CA0 (F0 . t) k. CA2

CA + . t = CA0 t . k . CA2...............................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) di selesaikan dengan Runge Kutta orde 4
k1 = [
k2 = [
k3 = [
k4 = [

(CA0CA)

- k . CA2]

(CA0(CA+k1/2)

- k . (CA + k1/2)2]

t+h/2

(CA0(CA+k2/2)
t+h/2
(CA0(CA+k3/2)

CA =

t+h/2

- k . (CA + k2/2)2]
- k . (CA + k3)2]

k1+2k2 +2k3+k4
6

CA model = CA model sebelumnya + CA sebelumnya

Variabel 1 (0,2 N)
t

V HCl

Ca

K1

K2

K3

K4

Delta Ca

CaModel

12.5

0.125

-0.0761

0.0012

-0.0775

0.02784

-0.0335

0.0914

1.1

11.8

0.118

-0.0678

0.0064

-0.0679

0.02874

-0.0270

0.0644

2.2

9.5

0.095

-0.0440

0.0260

-0.0398

0.03514

-0.0061

0.0583

3.3

9.5

0.095

-0.0440

0.0260

-0.0398

0.035143

-0.0061

0.0522

4.4

9.5

0.095

-0.0440

0.0260

-0.0398

0.035143

-0.0061

0.0461

Variabel 2 ( 0,4 N)
t

V HCl

Ca

7.2

1.1

K1

K2

K3

K4

Delta Ca

Ca Model

0.072 -0.02152

-0.0048

-0.0177

-0.0077

-0.01237

0.0596251

6.8

0.068 -0.01919

-0.0005

-0.0147

-0.0038

-0.00895

0.0506730

2.2

6.8

0.068 -0.01919

-0.0005

-0.0147

-0.0038

-0.00895

0.0417209

3.3

6.8

0.068 -0.01919

-0.0005

-0.0147

-0.0038

-0.00895

0.0327688

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Variabel 3 (0,6 N)
t

V HCl

Ca

K1

K2

K3

K4

Delta Ca Ca Model

8.6

0.086

-0.03858

-0.0039

-0.0348

0.0038

-0.0187

0.06726

1.1

7.7

0.077

-0.03092

0.0047

-0.0262

0.00864

-0.0108

0.05639

2.2

6.6

0.066

-0.02272

0.0157

-0.0163

0.01534

-0.0014

0.05496

3.3

6.6

0.066

-0.02272

0.0157

-0.0163

0.01534

-0.0014

0.05353

4.4

6.6

0.066

-0.02272

0.0157

-0.0163

0.01534

-0.0014

0.05211

Laboratorium Proses Teknik Kimia 2016

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS


TERHADAP KONVERSI MINYAK JAGUNG
MENJADI METIL ESTER
Elizabeth D.C. Sidabutar*, M. Nur Faniudin, M. Said
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: e.desfelia@yahoo.com ; mozanto19@yahoo.com

Abstrak
Biodiesel adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan monoalkyl ester yang terbuat dari
minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati). Biodiesel merupakan bahan bakar diesel alternatif yang
menjanjikan sebagai solusi untuk mengatasi kelangkaan BBM. Metil ester ini diperoleh dari reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati dan alcohol dengan bantuan katalis basa. Proses pembuatan biodiesel
pada penelitian ini menggunakan minyak jagung, methanol dan katalis basa NaOH. Katalis NaOH dipilih
karena memiliki keuntungan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh rasio perbandingan reaktan, jumlah katalis dan waktu reaksi terhadap
konversi minyak jagung menjadi metil ester dan untuk mengetahui konstanta kecepatan reaksi (k). Variabel
proses yang digunakan adalah rasio minyak jagung dan metanol (R = 1:6, 1:8 dan 1:10), jumlah katalis 1%
dan 2%, dan waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa konversi minyak
nabati menjadi metil ester terbaik sebesar 96,411% dan konstanta kecepatan reaksi terbaik sebesar 2,55 .
10-2 menit-1diperoleh pada rasio reaktan 1 :8 , jumlah katalis 2 % dan waktu reaksi 120 menit.
Kata kunci: biodiesel, metanol, minyak jagung, NaOH, transesterifikasi

Abstract
Biodiesel is the name for a type of fatty esters, commonly known as mono alkyl esters and was made from
plants (vegetable oil). Biodiesel is an alternative diesel fuel as a promising solution to overcome the scarcity
of fuel. Methyl ester is produced from trans-esterification reaction between vegetable oil and alcohol in the
presence of base catalyst. Process of biodiesel reaction using corn oil, methanol and NaOH (base catalyst).
NaOH catalyst was chosen because it has the advantage of no need for high temperature and pressure in the
reaction. This research was conducted to see the effect of the ratio of reactants, amount of catalyst and
reaction time on the conversion of corn oil into methyl ester and to determine the reaction rate constant (k).
Process variable used is the ratio of corn oil and methanol (R = 1:6, 1:8 and 1:10), the amount of catalyst
1% and 2%, and reaction time 30, 60, 90 and 120 minutes. The results showed that the best conversion of
vegetable oils into methyl esters is 96.411% and the best reaction rate constant is 2.55. 10 -2 min-1 obtained
in the ratio of reactants 1: 8, 2% of the amount of catalyst and the reaction time of 120 minutes.
Keywords: biodiesel, CH3OH, corn oil, NaOH, transeterification
tahun meningkat. Mengingat cadangan minyak
bumi Indonesia yang makin menipis, impor
minyak bumi yang semakin tinggi dan kenaikan
harga minyak bumi dunia yang dapat dipastikan
1. PENDAHULUAN
akan diikuti oleh kenaikan harga BBM sehingga
berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok
Salah satu masalah krusial yang dihadapi
di masyarakat maka diperlukan pengembangan
oleh bangsa Indonesia saat ini adalah energi.
energi alternatif terbarukan.
Kebutuhan energi masyarakat dan industri setiap

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Page 40

Salah satu upaya diversifikasi energi adalah


melalui penyediaan bahan bakar energi yang dapat
diperbaharui seperti biodiesel atau biogasoline
yang dapat dihasilkan dari minyak nabati seperti
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak
kedelai, minyak jagung, minyak biji karet, minyak
bunga matahari dan minyak jarak pagar. Biodiesel
atau methyl ester diperoleh dari proses
methanolisis minyak atau lemak, menggunakan
reaksi transesterifikasi ataupun esterifikasi dengan
katalis basa atau asam dan metanol. Umumnya
bahan baku yang digunakan adalah minyak kelapa
sawit, dan jarang yang menggunakan bahan baku
lain.
Minyak jagung merupakan trigliserida
yang disusun oleh gliserol dan asam-asam lemak.
Komposisi trigliserida yang tinggi membuat
minyak jagung juga cocok digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel. Mengingat hal
tersebut, penelitian ini akan meneliti mengenai
penggunaan minyak jagung
pada proses
pembuatan biodiesel.
Masalah yang ditemui dalam pembuatan
biodiesel dari bahan baku minyak jagung adalah
bagaimana pengaruh temperatur dan tekanan,
jumlah katalis, dan rasio reaktan terhadap konversi
minyak jagung menjadi metil ester. Serta,
bagaimana menentukan kinetika reaksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
jawaban terhadap permasalahan tersebut
Agar didapat hasil yang memuaskan pada
penelitian ini, maka ditetapkan beberapa acuan
sebagai ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup
penelitian ini meliputi temperatur reaksi +70C
dan waktu reaksi 1-2 jam dengan interval 30
menit. Katalis dipilih NaOH dengan pertimbangan
ekonomis. Kemudian Rasio reaktan (minyak :
methanol) yang digunakan adalah 1:6, 1:8 dan
1:10. Terakhir, rasio jumlah katalis yang
digunakan adalah 1% dan 2% dari jumlah massa
reaktan
Diharapkan
Hasil
penelitian
dapat
dimanfaatkan untuk perancangan reaktor pada
skala pilot plant dan sebagai pengembangan
teknologi transesterifikasi minyak jagung dan
metanol dengan katalis NaOH menghasilkan metil
ester sebagai bahan bakar terbarukan serta
mengatasi krisis bahan bakar terutama minyak
solar/minyak diesel.

Biodiesel
Biodiesel berasal dari dua kata yaitu bio
dan diesel. Bio berarti bahan alami yang berasal
dari mahluk hidup yang mudah diperbaharui serta
mudah kembali untuk terurai di alam.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Sedangkan diesel berasal dari nama suatu mesin


injeksi yang diciptakan oleh Rudolph Diesel. Jadi,
biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel
yang berasal dari minyak nabati atau hewani yang
dapat bekerja pada mesin diesel konvensional,
sekalipun tanpa perlu ada modifikasi ataupun
dengan penambahan bahan pelindung (PL.
Puppung, 1985). Biodesel secara kimia
didefinisikan sebagai metil ester atau monoalkil
ester yang diturunkan dari minyak atau lemak
alami, seperti minyak nabati, lemak hewan atau
minyak goreng bekar yang dapat digunakan
langsung atau dicampur dengan minyak diesel
(Peeples 1988 ; Darnoko et al.2001)
Pada prinsipnya, proses pembuatan
biodiesel sangat sederhana. Biodiesel dihasilkan
melalui proses yang disebut reaksi esterifikasi
asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi
trigliserida dengan alkohol dengan bantuan katalis
dan dari reaksi ini akan dihasilkan metil ester/etil
ester asam lemak dan gliserol :
Minyak lemak + alkohol/methanol

katalis biodiesel

+ gliseril

Biodiesel mengandung oksigen, maka


flashpointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap
yang membahayakan pada suhu kamar, maka
biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel
dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di
samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur
dan senyawa benzen yang karsinogenik, sehingga
biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih
bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan
dengan petroleum diesel.
Kelebihan lain dapat kita pertimbangkan
dari segi lingkungannya yaitu , biodiesel
memiliki tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih
rendah dibandingkan dengan garam dapur dan
juga memiliki tingkat biodegradabilitinya sama
dengan glukosa, sehingga sangat cocok digunakan
di perairan untuk bahan bakar kapal/motor.
Penelitian tentang alkoholisis minyak
nabati menghasilkan biodiesel telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya
Farris tahun 1979, melakukan penelitian tentang
alkoholisis minyak kacang kedelai dan metanol
dengan katalis NaOCH3 2 % dari berat minyak,
rasio reaktan metanol : minyak, 6 : 1, temperatur
110 oC, konversi yang dihasilkan 79 % dalam
waktu 60 menit.
Pada tahun 1989, Endang meneliti
alkoholisis minyak biji nyamplung dan etanol
dengan katalis KOH, hasil yang relatif baik
diperoleh pada kondisi rasio reaktan etanol :

Page 41

minyak, 8 : 1, temperatur 80 oC dan katalisator 2


% dari berat minyak, konversi mencapai 78 %
dalam waktu 60 menit. Kemudian Noureddin dan
Zhu pada tahun 1997, meneliti alkoholisis minyak
kacang kedelai dan metanol dengan katalis H3PO4
pada rasio reaktan metanol : minyak, 6 : 1, katalis
2 % dari volume minyak, temperatur 70 oC dan
menghasilkan metil ester dengan konversi 68 %.
Selanjutnya pada tahun 1999, Kusmiyati
meneliti alkoholisis minyak biji kapuk dan
metanol dengan katalis zeolit aktif, hasil yang
relatif baik diperoleh pada rasio reaktan metanol
: minyak, 6 : 1, temperatur 130 oC, konversi
berkisar 64 % dalam waktu 60 menit. Pada tahun
1999 juga Roni, dkk. meneliti alkoholisis minyak
biji kepuh dan etanol, keadaan yang relatif baik
pada rasio reaktan etanol : minyak, 6 : 1,
temperatur 110 oC, persentase katalisator 2 % dari
berat minyak, konversi yang diperoleh 71 %.
Dari penelitian Agustina, dkk. tahun 2010,
didapatkan hasil yang terbaik pada ratio raktan 1
: 10, dengan ratio katalis NaOH 2%. Temperatur
65oC, konversi yang di peoleh sebesar 78,9677%.
Pada Tahun 2011
Badaruddin, dkk meneliti pembuatan biodiesel
dari minyak kelapa sawit, keadaan yang relatif
baik pada ratio reaktan 1 : 8, temperatur 65oC,
persentase katalisator CaO 2% dari berat minyak,
konversi yang diperoleh 90,23% dalam waktu
180 menit.
Dan penelitian yang dilakukan oleh
Mirna, dkk tahun 2009, didapatkan persen
konversi sebesar 90,00% pada persentase
katalisator KOH 2% dari berat minyak. Tahun
2011, Dwi Yandhi Saputra dan Charles Daniel
melakukan penelitian alkoholisis minyak kelapa
sawit menggunakan katalis NaOH. Dari
penelitian mereka, didapat hasil terbaik dengan
persentase katalis 2%, ratio 1:10 dan waktu
reaksi 60 menit yaitu sebesar 92,47 %
Minyak jagung
Minyak jagung merupakan trigliserida
yang disusun oleh glliserol dan asam-asam
lemak. Presentase trigliserida sekitar 98,6%,
sedangkan sisanya merupakan bahan
non
minyak seperti abu, zat warna atau lilin. Asam
lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Dalam 100 kg jagung dengan kandungan air
16%,akan menghasilkan sekitar 64 kg tepung
butiran dan 3 kg minyak jagung.
Kelebihan minyak jagung dibandingkan
dengan minyak nabati yang
lain,
adalah kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi, mengandung asam lemak essensial (omega

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

3dan omega 6), serta vitamin E, sehingga sangat


baik untuk penurunan kadar kolesterol ,mencegah
penyakit jantung, stroke, kanker, asma,dan
diabetes.Seperti halnya lemak dan minyak
lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas
trigliserida yang merupakan ester dari gliserol
dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi
sebagai berikut:
O
CH2 O C R1

CH2OH
O
CHOH +
O C R2+3H2O

O
CH2 O C R3

CH2OH
Gliserol

3RCOOH CH

asam lemak

trigliserida

Selain trigliserida masih terdapat senyawa


non trigliserida dalam jumlah kecil. Yang
termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain :
motibgliserida, diglisrida, fosfatida, karbohidrat,
turunan karbonidrat., protein, dan bahan-bahan
berlendir atau getah (gum) serta zat-zat berwarna
yang memberikan warna serta rasa dan bau yang
tidak diinginkan.
Metanol
Alkohol yang paling umum digunakan
untuk transesterifikasi adalah metanol, karena
harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih
tinggi dibandingkan dengan alkohol rantai
panjang, sehingga metanol ini mampu
memproduksi biodiesel yang lebih stabil. Metanol
disebut juga metil alkohol merupakan senyawa
paling sederhana dari gugus alkohol. Rumus
kimianya adalah CH3OH. Metanol berwujud
cairan yang tidak berwarna, dan mudah menguap.
Metanol memiliki berat molekul 32,042, titik leleh
-98oC dan titik didih 64oC.
(Andi Nur Alam Syah, 2006)
Berbeda dengan etanol, metanol tersedia
dalam bentuk absolut yang mudah diperoleh,
sehingga hidrolisa dan pembentukan sabun akibat
air yang terdapat dalam alkohol dapat
diminimalkan. Biaya untuk memproduksi etanol
absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar
biodiesel berbasis etanol tidak berdaya saing
secara ekonomis dengan metil ester asam lemak,
sehingga membiarkan bahan baker diesel fosil
bertahan sendiri. Disamping itu, harga alkohol
juga tinggi sehingga menghambat penggunaannya
dalam produksi biodiesel dalam
skala industri. (Erliza, dkk, 2007)

Page 42

Katalis
Katalis
adalah suatu
bahan yang
digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan
lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat
suatu reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak ikut
terkonsumsi menjadi produk Pemilihan katalis ini
sangat bergantung pada jenis asam lemak yang
terkandung di dalam minyak tersebut. Jenis asam
lemak dalam minyak sangat berpengaruh
terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel,
karena asam lemak ini yang akan membentuk
ester atau biodiesel itu sendiri (Mardiah, dkk.
tahun 2006). Biasanya, dalam pembuatan
biodiesel yang sering digunakan ialah katalis
natrium hidroksida.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih
padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air
dan akan melepaskan panas ketikadilarutkan. Ia
juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun
kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya.Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada
kain dan kertas.
Proses Produksi Biodiesel
Secara
umum reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati
(trigliserida) dan alkohol (metanol) dapat
digambarkan sebagai berikut :

A + 3B

3C + D

-rA = k w CA CB3

3C+D

= k . CA

-rA = -

(4)

dt
k = k. w . CB3

Dimana,
CA t

dCA

CAo

(5)

= k

dt

CA

(6)

CA = CAo (1 - x)

(7)

Dengan mensubtitusikan persamaan (7) ke dalam


persamaan (6) maka didapatkan:
x

dx

= k. t

(8)

1 x

Dengan mengintegralkan persamaan (8) diperoleh


persamaan :
- ln (1 - x) = k. t

(9)

Dimana :
k = konstanta kinetika reaksi (menit-1)
k diperoleh dari slope ln (1-x) Vs t. x =
konversi minyak kelapa sawit
t = waktu reaksi (menit)

(1)
(2)

Karena reaksi ini menggunakan metanol


yang berlebihan, maka reaksi dapatdianggap
searah dan berorde satu terhadap minyak, sehingga
reaksinya menjadi:
A + 3B

Persamaan reaksinya menjadi: dCA

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi


alkoholisis antara lain waktu reaksi, temperatur,
katalisator, kecepatan pengadukan, rasio reaktan
dan konsentrasi (Raharja , dkk tahun2000). a)
Waktu
Makin lama waktu reaksi, makin besar
konversi reaksi, ini disebabkan kesempatan zatzat
pereaksi untuk saling bertumbukan makin besar.
Tetapi apabila konversi tidak berubah,
penambahan waktu reaksi tidak menguntungkan.
b) Temperatur
Semakin tinggi temperatur (sampai pada
batas tertentu), makin cepat jalannya reaksi.
Pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi
dipengaruhi oleh katalisator yang digunakan. c)
Katalisator
Makin kecil tenaga aktivasi, konstanta
kecepatan reaksi makin besar. Tenaga aktivasi
dapat diperkecil dengan mengaktifkan reaktan,
yaitu dengan cara menambah katalisator, sehingga

Page 43

menyebabkan tumbukan antara zat-zat pereaksi


makin besar. Katalisator yang digunakan bisa
berupa asam, atau basa. d) Pengadukan
Agar reaksi dapat berjalan dengan baik,
diperlukan pencampuran sebaik- baiknya, yakni
dengan cara pengadukan agar
menaikkan
frekuensi tumbukan sehingga kecepatan reaksi
akan bertambah besar. Frekuensi tumbukan yang
semakin besar menyebabkan konstanta kecepatan
reaksi makin besar pula . e) Rasio Reaktan
Reaksi alkoholisis pada umumnya
menggunakan alkohol yang berlebihan agar reaksi
dapat berjalan sempurna, karena menyebabkan
reaksi bergeser ke kanan (Widodo, 1993) . Selain
itu pemakaian
alkohol berlebihan akan
memperbesar frekuensi tumbukan , sehingga
konstanta kecepatan reaksi bertambah (Kirk and
Othmer, 1980). Menurut Groggins (1958),
menggunakan alkohol berlebih atau mengambil
salah satu hasil reaksi akan menggeser
keseimbangan ke kanan, dengan demikian di dapat
hasil produk yang banyak dari proses alkoholisis
f) Konsentrasi
Kecepatan reaksi sebanding dengan
besarnya konsentrasi reaktan (Groggins, 1958).
Bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka
kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah
molekul yang bertumbukan akan bertambah,
apabila zat pereaksi yang digunakan semakin
murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
Minyak yang dipakai sebaiknya bersih dan kering
serta alkohol dengan kadar yang tinggi (Bailey,
1945)

2. METODOLOGI
Bahan dan alat
Bahan baku proses transesterifikasi
pembentukan metil ester ini adalah minyak
jagung dengan % FFA yang rendah sebagai
sumber asam lemak dan metanol 96 %, dengan
bantuan katalis NaOH. Bahan lain yang
digunakan untuk analisa antara lain : KOH,
Phenolptalin, Etanol, HCl, Natrium asetat, Asam
asetat anhidrid dan aquadest. Bahan baku
direaksikan dalam suatu reaktor batch berupa
labu leher tiga berpengaduk yang dilengkapi
dengan termometer sebagai alat ukur temperatur
dan pipet hisap untuk pengambilan sampel.
Reaktor ini menggunakan heating mantle dan
dirangkai dengan kondensor. Rangkaian alat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah
ini :

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Gambar 1. Rangkaian peralatan penelitian


Peralatan lain yang digunakan untuk analisa
antara lain : Erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes,
heater, beker gelas, piknometer, dan corong
pemisah
Prosedur Kerja
Prosedur Penelitian
1) Minyak jagung dimasukkan ke dalam labu
leher tiga yang dilengkapi dengan termometer,
pemanas,
dan
kondensor.
Kemudian,
dipanaskan sampai suhu 70C.
Agar
diharapkan
pada
waktu
pencampuran,penurunan suhu tidak signifikan
dari suhu yang diharapkan yaitu 65oC.
2) Mencampurkan metanol dengan minyak
jagung yang telah dipanaskan terlebih dahulu,
dengan perbandingan volume dari rasio
reaktan 1:6 ke dalam beker gelas dan katalis
dengan jumlah 1% dari massa minyak.
Kemudian, memanaskan kembali campuran
metanol dan minyak jagung tersebut sampai
suhu 65C.
3) Pengambilan sampel sebanyak 10 ml pada
interval waktu 30 menit selama 2 jam.
4) Sampel dimasukan ke dalam botol sampel dan
didiamkan selama 24 jam agar terlihat dua
lapisan, kemudian sampel dipisahkan dengan
pipet tetes.
5) Setelah mendapatkan campuran lapisan
gliserol (pada lapisan bawah).Kemudian,
dilanjutkan menganalisa gliserol dengan
Metode Griffin untuk mengetahui konversi
dari minyak nabati
6) Lakukan kembali pada persen katalis 2 %,
serta rasio reaktan 1:8 dan 1:10
Prosedur Analisa

Page 44

Analisa Bahan Baku


Analisa bahan baku (minyak jagung)
dilakukan
untuk mengetahui
nilai
FFA, ekuivalen asam lemak bebas, ekuivalen
asam lemak total, dan berat jenis.
Analisa Kadar Gliserol
Gliserol dianalisa dengan cara Asetin (Griffin,
1955). Sampel dibiarkan semalam didalam corong
pemisah agar sisa metanol menguap hingga
terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan gliserol berada
di bawah dan metil ester di lapisan atas.

Pengolahan Data
Data hasil penelitian diolah secara grafik
dan statistik untuk menentukan konversi reaksi
pada berbagai rasio reaktan, jumlah katalis dan
waktu reaksi, kondisi operasi optimum dan
parameter kinetika reaksi.
Konstanta laju reaksi ditentukan dari reaksi
order 1 dengan menggunakan metanol berlebihan.
Hubungan konversi dan waktu reaksi dinyatakan
dengan persamaan ln(1-x) = k. t, dimana k
sebagai slope persamaan tersebut.
Gliserol yang terbentuk dihitung dengan
persamaan Griffin :

Wr WgV )Ns
HCl

G=

(Vb
Ws Wa

Keterangan :
G : Gliserol yang terbentuk (mgek)
Wr : Berat campuran minyak metanol (gr)
Ws : Berat sampel yang diambil (gr)
Wg : Berat lapisan gliserol (gr)
Wa : Berat lapisan gliserol yang dianalisis (gr)
Vb : Volume HCl titrasi blanko (ml)
Vs : Volume HCl titrasi sampel (ml)
NHCl :Normalitas HCl (mgek/ml)

G : Gliserol yang terbentuk, mgek


At : Asam lemak total (mgek/gr minyak)
Ab : Asam lemak bebas (mgek/gr minyak) VM :
Volume minyak (ml)
M : Rapat massa minyak (gr/ml)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh Jumlah Katalis Terhadap Konversi
Hubungan jumlah katalis dengan konversi
reaksi ini dapat dilihat dengan memvariasikan
rasio reaktan dan waktu reaksi sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 2. Grafik ini
menunjukkan setiap kenaikan jumlah katalis
mengakibatkan kenaikan persen konversi. Untuk
setiap selang waktu reaksi 30 menit terlihat
perbedaan metil ester yang terbentuk pada jumlah
katalis 1% dan 2% pada variasi rasio reaktan.
Pada rasio reaktan 1:6 dan jumlah katalis
1%, persen konversi yang didapat adalah
56,009% pada waktu reaksi 60 menit dan 78,591%
pada waktu reaksi 120 menit, Sedangkan pada
jumlah katalis 2% konversi yang dicapai sebesar
64.954% pada waktu reaksi 60 menit dan
83.222% pada waktu reaksi 120 menit.
Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka,
dimana
peningkatan
jumlah
katalis
mengakibatkan jumlah active site semakin banyak
yang akan memberikan peluang terjadinya reaksi
pembentukan metil ester semakin banyak atau
konversi minyak jagung semakin tinggi.
Penggunaaan katalis diatas 2% diperkirakan tidak
menghasilkan peningkatan konversi yang
signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna, dkk.
tahun 2009 pada jumlah katalis 1% untuk waktu
reaksi 60 menit, persen konversi yang didapat
adalah 61,49% dan pada jumlah katalis 2% adalah
70,53%. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Dwi Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan
jumlah katalis 1%, persen konversi yang didapat
adalah 68,01% untuk waktu reaksi 60 menit,
sedangkan pada jumlah katalis 2%
konversi yang dicapai sebesar 79,37%

Konversi dihitung dengan persamaan berikut :


G
XA =
(At A )x(Vb MxM )
Keterangan :
XA : Konversi bagian

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Page 45

1% NaOH
2% NaOH
Waktu (menit)
Gambar 2. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 6
Pengaruh jumlah katalis terhadap konversi
minyak kelapa sawit pada rasio reaktan 1:8
ditampilkan pada Gambar 3. Sama seperti ratio
sebelumnya, peningkatan konversi minyak jagung
terjadi seiring peningkatan jumlah katalis yang
digunakan. Pada jumlah katalis 1%, konversi yang
dicapai adalah 64,090% pada waktu reaksi 60
menit dan 84.742% pada waktu reaksi 120 menit.
Sedangkan pada jumlah katalis 2% konversi yang
dicapai sebesar 74.115% pada waktu reaksi 60
menit dan 96.411% pada waktu reaksi 120 menit.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% dan waktu
reaksi 60 menit, persen konversi yang didapat
adalah 88,16% dan pada jumlah katalis 2% adalah
89,99% untuk waktu reaksi 60 menit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan jumlah
katalis 1%, persen konversi yang didapat adalah
83,34% pada waktu reaksi 60 menit, sedangkan
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai
sebesar 90,58%

Pada Gambar 4. menunjukkan setiap


kenaikan jumlah katalis mengakibatkan kenaikan
persen konversi pada rasio reaktan 1:10. Pada
jumlah katalis 1%, persen konversi yang didapat
adalah 65.820 % pada waktu reaksi 60 menit dan
92,071% pada waktu reaksi 120 menit. Sedangkan
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai
sebesar 72,684 % pada waktu reaksi 60 menit dan
95.750% pada waktu raksi 120 menit.
Dari ketiga gambar di atas, menunjukkan
bahwa jumlah katalis NaOH berbanding lurus
dengan persen konversi pembuatan metil ester.
Disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah katalis
yang digunakan, semakin tinggi juga konversi
yang didapatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% pada
waktu reaksi 60 menit, persen konversi yang
didapat adalah 88,48 % dan pada jumlah katalis
2% adalah 90.00 % untuk waktu reaksi 60 menit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan jumlah
katalis 1%, persen konversi yang didapat adalah
88,59 % pada waktu reaksi 60 menit, sedangkan
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai
sebesar 92,47 %

Waktu (menit)

Gambar 4. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap


Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 10
1

Waktu (menit)
Gambar 3. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 8

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Pengaruh Ratio Reaktan Terhadap Konversi


Hubungan antara ratio raktan dengan
konversi reaksi dapat dilihat dengan cara
memvariasikan ratio reaktan. Pada hasil penelitian
mengenai pengaruh ratio reaktan ini didapati
bahwa kenaikan ratio metanol dalam reaktan
meningkatkan jumlah metil ester yang terbentuk
ini dapat terlihat dari Gambar 5. dan Gambar 6.
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada
jumlah katalis 1% persen konversi meningkat
untuk waktu 60 menit dari 56.009% pada ratio
reaktan 1 : 6 dan 64.090% pada ratio reaktan 1 : 8

Page 46

menjadi 65.820% pada ratio raktan 1 : 10. Dapat


dilihat juga bahwa persen konversi meningkat
untuk jumlah katalis 1% pada waktu 120 menit.
Dari 78,591% pada ratio reaktan 1 : 6 menjadi
84,742% pada ratio reaktan 1 : 8 dan 92,071%
pada rasio reaktan 1:10 untuk waktu reaksi 120
menit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
waktu yang digunakan, maka semakin tinggi
persen konversi yang didapatkan
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna, dkk.
untuk waktu 60 menit dari 61,49% pada ratio
reaktan 1 : 6 dan 88,16% pada ratio reaktan 1 : 8
menjadi 88,48% pada ratio reaktan 1 :10.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles untuk waktu 60 menit dari
68,01% pada ratio reaktan 1 : 6 dan 84,34% pada
ratio reaktan 1 : 8 menjadi 88,59% pada ratio
reaktan 1 :10

Gambar 5. Pengaruh Ratio Reaktanterhadap


Konversi pada Jumlah Katalis 1%
Hal yang berbeda terlihat dari katalis
yang lain yaitu 2 % pada Gambar 6. Untuk waktu
60 menit didapat bahwa terjadi kenaikan konversi
dari 64.954% pada ratio reaktan 1 : 6 menjadi
74.115% pada ratio reaktan 1 : 8 namun turun
menjadi 72.684% pada ratio raktan 1 : 10. Pada
saat jumlah katalis yang digunakan 2% dan waktu
reaksi 120 menit juga didapat bahwa terjadi
kenaikan konversi dari 83,222 % pada rasio
reaktan 1:6 menjadi 96,411 % pada rasio reaktan
1:8 namun turun menjadi 95.750 % pada rasio
reaktan 1:10.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Gambar 6. Pengaruh Ratio Reaktanterhadap


Konversi pada Jumlah Katalis 2%
Hal ini dapat disebabkan pada rasio reaktan
1:10 jumlah minyak semakin sedikit dan jumlah
metanol semakin banyak. Hal ini menyebabkan
reaksi yang terjadi di dengan bantuan katalis
semakin banyak sehingga diperkirakan apabila
waktu reaksi diperpanjang maka akan didapat
konversi yang lebih tinggi dibandingkan rasio 1:8.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna, dkk.
untuk waktu 60 menit dari 70.53% pada ratio
reaktan 1 : 6 dan 89,99% pada ratio reaktan 1 : 8
menjadi 90.00% pada ratio reaktan 1 :10.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles untuk waktu 60 menit dari
79.37% pada ratio reaktan 1 : 6 dan 90.58% pada
ratio reaktan 1 : 8 menjadi 92.47% pada ratio
reaktan 1 :10.
Konstanta Kinetika Reaksi
Konstanta kinetika reaksi ditentukan dari
slope persamaan ln(1 x) = k t yang diturunkan
dari persamaan laju reaksi orde satu karena
metanol yang digunakan berlebihan.Konstanta
laju reaksi merupakan parameter penting yang
digunakan dalam perancangan reaktor. Konstanta
laju reaksi dipengaruhi oleh jumlah katalis dan
rasio reaktan (minyak jagung dan metanol).
Dengan menggunakan metanol ekses laju
reaksi ditentukan sebagai pseudo first order.
Konstanta laju reaksi mengalami peningkatan
dengan peningkatan jumlah katalis NaOH. Pada
ratio reaktan 1 : 6 dan jumlah katalis 1%, didapat
konstanta laju reaksi sebesar 1,41 x10-2 menit-1 dan
pada jumlah katalis 2%, konstanta laju reaksi
adalah 1,53 x10-2 menit-1. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Dwi Yandhi dan Charles, untuk
ratio 1 : 6 pada setiap jumlah katalis juga didapati
kenaikan konstanta kecepatan reaksi. Dimana,
pada jumlah katalis 1% didapat konstanta laju
reaksi sebesar 3.27 x10-1 menit-1 dan pada jumlah

Page 47

katalis 2% konstanta laju reaksi adalah 5.13 x10-1


menit-1
Konstanta laju reaksi pada ratio reaksi 1 :
8 ditentukan pada setiap peningkatan jumlah
katalis.Pada jumlah katalis 1% didapat konstanta
laju reaksi sebesar 1,59.10-2 menit-1 dan pada
jumlah katalis 2% konstanta laju reaksi adalah
2,55.10-2 menit-1. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Dwi Yandhi dan Charles, untuk ratio 1 : 8
pada setiap jumlah katalis juga didapati kenaikan
konstanta kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah
katalis 1% didapat konstanta laju reaksi sebesar
6.07 x10-1 menit-1 dan pada jumlah katalis 2%
konstanta laju reaksi adalah 8.002 x10-1 menit-1
Dari perhitugan konstanta laju reaksi pada
ratio reaksi 1 : 10 pada Lampiran 4, untuk setiap
jumlah katalis juga didapati kenaikan konstanta
kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah katalis 1%
didapat konstanta laju reaksi sebesar 2,14 x10-2
menit-1 dan pada jumlah katalis 2% konstanta laju
reaksi adalah 2,32 x10-2 menit-1. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Dwi Yandhi dan Charles,
untuk ratio 1 : 10 pada setiap jumlah katalis juga
didapati kenaikan konstanta kecepatan reaksi.
Dimana, pada jumlah katalis 1% didapat konstanta
laju reaksi sebesar 7.04 x10-1 menit-1 dan pada
jumlah katalis 2%
konstanta laju reaksi adalah 8.56 x10-1 menit-1
Tabel 1.Nilai Konstanta Kinetika Reaksi (k)
Rasio

Persen katalis( % )

k, ( menit-1 )

1
2

1,41.10-2
1,53.10-2

1:8

1
2

1,59.10-2
2,55 .10-2

1 : 10

1
2

2,14.10-2
2,32.10-2

1:6

Gambar 7. Hubungan Persen Massa Katalis


Terhadap Konstanta Kinetika Reaksi
Berdasarkan Gambar 7. diatas terlihat
bahwa semakin besar nilai rasio reaktan dan
diikuti juga dengan semakin besarnya jumlah
katalis maka akan semakin besar pula nilai
konstanta kinetika reaksi yang didapatkan.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa jumlah
katalis juga berbanding lurus dengan kecepatan
reaksi. Apabila persen jumlah katalis ditingkatkan
maka jumlah molekul yang bertumbuk akan
bertambah dan kecepatan reaksi juga akan
meningkat.

4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Konversi minyak kelapa sawit meningkat
dengan peningkatan rasio reaktan dan jumlah
katalis, konversi tertinggi diperoleh pada rasio
reaktan 1 : 8, NaOH : 2% dan waktu reaksi 120
menit yaitu sebesar 96,411%.
2) Peningkatan rasio reaktan dan jumlah katalis
dapat meningkatkan konstanta kecepatan
reaksi. Pada rasio reaktan 1 : 8, NaOH : 2% dan
waktu reaksi 120 menit,diperoleh nilai k
tertinggi yaitu sebesar 2,55 x 10-2 menit-1.
DAFTAR PUSTAKA
Farris, Rp.D. 1979. Methyl Ester in the Fatty
Acid Industry. Journal of American Oil
Chemistry Society. P. 70-77
Fessen & Fessenden. 1982. Kimia Organik, ed.
Ke-3. Jakarta:Erlangga
Griffins, R.C. 1955. Technical Methods of
Analysis, 2 ed. M.C. Graw-Hill Book
Company, Inc., New York. P. 97,107-110,
309-311
Ismail,

Syarifuddin. 2004. Kinetika


Inderalaya: Universitas Sriwijaya

Kimia.

Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1978. Encyclopedia


of
Chemical
Technology.
Vol.
5. Interscience
Encyclopedia,
Inc.
New York. P.
817-819, 305-308.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Page 48

Kusmiyati. 1999. Alkoholisis Minyak Biji Kpauk


dan Metanol Menggunakan Katalisator
Zeolit. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Levenspiel, Octave. 1972. Chemical Reaction
Engineering, second edition. United State
of America
Mardiah; Widodo, Agus; Trisningwati, Efi;
Purijatmiko, Aries. 2006. Pengaruh Asam
Lemak dan Konsentrasi Katalis Asam
terhadap Karakteristik dan Konversi
Biodiesel pada Transesterifikasi Minyak
Mentah Dedak Padi. Jurusan Teknik
Kimia, Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS). Surabaya.
Dewi, T.K dan Arita, S. 2007. Penuntun
Praktikum Operasi Teknik Kimia II.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia FT Unsri.
Johnatand, dkk. 2010. Pengaruh Ratio Reaktan
dan Jumlah Katalis CaO pada Konversi
dan Kinetika Reaksi Pembuatan Metil
Ester Dari Minyak Nabati. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sriwijaya.
Palembang, Indonesia.
Puppung, P.L.1985. Beberapa Minyak Nabati
yang Memiliki Potensi Sebagai Bahan
Bakar Alternatif untuk Motor Diesel.
Lembaran Publikasi lemigas, 4.
Simanjuntak, C.D. dan Saputra, Dwi Yandhi.
2011. Pengaruh Rasio Reaktan dan Jumlah
Katalis NaOH pada Konversi dan Kinetika
Reaksi Pembuatan Metil Ester dari Minyak
Kelapa Sawit. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya.
Palembang, Indonesia

Sari, Tuti Indah ; Wardhani, Adhitya Summa; Sari,


Ani K. 2011. Penggunaan Katalis Basa
Heterogen Campuran CaO dan SrO pada
Reaksi Transesterifikasi Minyak Kelapa
Sawit. Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya. Palembang,
Indonesia.
Dahyaningsih, Endah ; dkk. 2010. Minyak Nabati
dari Biji Jagung. Jurusan Teknik
Kimia Institut Teknologi
Sepuluh
November (ITS). Surabaya
.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013

Page 49

KAJIAN AWAL SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK DEDAK PADI


PROSES ESTERIFIKASI
Arief Rahman Hakim (L2C004198) dan Sutra Irawan (L2C004275)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudharto,Tembalang Semarang 50239, (024)7460058
Pembimbing : Aprilina Purbasari, ST. MT.
Abstrak
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak
tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol. Biodiesel dapat
digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel. Kandungan asam lemak bebas 4%-8% b pada minyak
dedak padi tetap diperoleh walaupun dilakukan ekstraksi dedak padi sesegera mungkin.Peningkatan
asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase aktif dalam dedak padi setelah
proses penggilingan, sehingga dapat dikonversi menjadi metil ester dengan proses esterifikasi.
Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kondisi operasi optimum (suhu dan penambahan katalis) pada reaksi
esterifikasi dalam menghasilkan metil ester sebagai biodiesel. Variabel tetap yang digunakan adalah
umpan(minyak dedak) sebesar 100 ml, perbandingan metanol : asam lemak bebas adalah 3,65 : 1
(perbandingan berat), kecepatan pengadukan adalah skala 4. Variabel berubahnya adalah jumlah
katalis HCl dan suhu reaksi. Jumlah katalis divariasi (mL) yaitu 0.5, 1; 1,5; 2; dan 2,5. Suhu reaksinya
yaitu 40; 50; dan 60 C. Dapat disimpulkan bahwa suhu 60C merupakan suhu reaksi yang memberikan
konversi paling maksimal jika dibandingkan dengan suhu 40C dan 50C pada penambahan volume
katalis yang sama, volume katalis HCl yang memberikan konversi paling maksimal adalah 2,5 mL, pada
suhu yang sama, dan ester yang dihasilkan adalah sekitar 89, 72 %.
Kata kunci : , asam lemak bebas,biodiesel, esterifikasi, minyak dedak padi
Abstract
Biodiesel is an alternative and promising fuel which can be got from oils and fats by esterification with
alcohols. Biodiesel can be used without diesel machine modification. Free fatty acid content as high as
4%-8% b has been found even in oil that was extracted from the bran right after milling. The rapid
increase of free fatty acid in the bran, due to an activelipase in the bran after milling, hence free fatty
acid content can be converted to give ester as product by esterification. Esterification is a reaction where
free fatty acid and alcohol react to give ester and water as products. The purpose of this research is to
obtain optimum operation condition (temperature and catalyst additioin) at reaction to give metyl ester
as biodiesel. Constant variable used is 100 mL feed(rice bran oil), weight ratios of methanol to free fatty
acid of 3,65:1, velocity of the stirer of scale 4. HCl as catalyst is varied 0.5, 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL. While
temperature is varied 40; 50; and 60C. It can be concluded that optimum temperature is 60C at the
same catalyst addition, optimum catalyst addition at 40C is 2,5 mL, at 50C is 1,5 mL, and at 60C is
1 mL. While ester produced is approximately 89,72%.
Key words : biodiesel,esterification, free fatty acdi, rice bran oil,
1. Pendahuluan
Semakin menipisnya persediaan bahan bakar petroleum, menyebabkan diperlukannya bahan bakar pengganti
yang bersifat terbaharukan. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari
minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan alkohol.
Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras. Dedak sebenarnya mengandung 17%23% lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak pangan. Pemrosesan beras mempunyai hasil samping dalam
bentuk dedak padi. Minyak dedak padi merupakan turunan penting dari dedak padi. Bergantung pada varietas beras
dan derajat penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak. Sekitar 60%-70% minyak dedak padi
tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non-edible oil) dikarenakan kestabilan dan perbedaan cara
penyimpanan dedak padi ((Goffman, Pinson, dan Bergman, 2003) dan (Ma, Clements, dan Hanna, 1999)).
Minyak dedak padi merupakan salah satu jenis minyak berkandungan gizi tinggi karena adanya kandungan
asam lemak, komponen-komponen aktif biologis, dan komponenkomponen antioksi dan seperti : oryzanol,
tocopherol, tocotrienol, phytosterol,polyphenol dan squalene ((Goffman dkk.,2003) dan (zgul dan Trkay, 1993)).

Kandungan asam lemak bebas 4%-8% b pada minyak dedak padi tetap diperoleh walaupun dilakukan ekstraksi
dedak padi sesegera mungkin.Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase aktif
dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Minyak dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam
lemak bebas dan senyawa-senyawa tak tersaponifikasikan. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan kandungan asam
lemak bebas minyak dedak padi lebih tinggi dari minyak lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil.
Tabel 1. Karaktreristik Minyak Dedak Padi Menurut Literatur ( Adi, N, 2003)
Karakteristik
Range
Densitas (g/mL)
0,92-0,925
% FFA (asam oleat)
5-80
Analisa gas kromatografi terhadap minyak dedak padi hasil ekstraksi untuk mengetahui komposisi asam lemak
yang dilakukan Rahmania (2004) disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 : Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Dedak
Jenis Asam Lemak
Konsentrasi (% -b)
Asam Miristat (C14:0)
0,3366
Asam Palmitat (C16:0)
17,2096
Asam Stearat (C18:0)
1,7112
Asam Oleat (C18:1)
45,7510
Asam Linoleat (C18:2)
33,4208
Asam Linolenat (C18:3)
0,3645
Asam Arachidik (C20:0)
1,2063
Dengan kadar lemak kurang dari 25%, cara terbaik untuk mengambil minyak dedak adalah melalui ekstraksi
menggunakan pelarut mudah menguap, seperti metanol, heksan atau Isopropil Alkohol. Vegetable oil yang
mengandung trigliserida dan atau Free Fatty Acid biasanya diekstrak dengan hexane atau metanol (Kirk, RE and
Othmer, DF, 1978) Minyak dedak hasil ekstraksi (minyak dedak mentah) dipisahkan dari pelarut melalui proses
penguapan.
Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Esterifikasi biasanya
dilakukan jika minyak yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi. Dengan esterifikasi, kandungan asam
lemak bebas dapat dikonversi menghasilkan ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat
(heterogen) atau katalis cair (homogen). Pada penelitian ini, katalis cair (HCl) yang digunakan pada reaksi esterifikasi.
Reaksi Esterifikasi :
RCOOH + CH3OH
RCOOCH3
+
H2O
Asam lemak
metanol
Metil ester
Air
Mekanisme reaksi esterifikasi dengan katalis asam adalah :

(Mc Ketta, 1978)


Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
a. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan
konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak
akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi
makin baik sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :

k A e

( Ea RT )

Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.Sehingga dalam hal ini
pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak-katalis-metanol merupakan larutan yang immiscible.
c. Katalisator

Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga
konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan
konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Mc Ketta, 1978).
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan
persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga K makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi
makin besar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi operasi optimum (suhu dan penambahan katalis) pada
reaksi esterifikasi dalam menghasilkan metil ester sebagai biodiesel dengan umpan dari hasil proses ekstraksi minyak
dedak.
2. Bahan dan Metode Penelitian
Rice bran
Soxhlet extraction with methanol
2-3 h, 60-75 0 C
Crude Rice Bran Oil (10-70% FFA)
HCl-catalyzed esterification
methanol : FFA = 3,65 : 1
FAME + Residue ( acylglyseride, FFA)
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Penelitian
Pada pembuatan biodiesel dari minyak dedak dengan menggunakan metanol ini digunakan metode esterifikasi.
Minyak dedak dengan kadar FFA tertentu diekstraksi dari dedak padi. Kemudian hasil ekstraksi direaksikan dengan
metanol berdasarkan reaksi esterifikasi dengan katalis HCl, lalu hasil esterifikasi dianalisa. Analisa FFA dilakukan
dengan cara titrasi menggunakan NaOH sebagai titran, etanol netral dan indikator pp. Variabel tetep yang digunakan
adalah umpan(minyak dedak padi sebesar 100 ml, perbandingan metanol : FFA adalah 3,65 : 1 (perbandingan berat),
kecepatan pengadukan adalah skala 4. Variabel berubahnya adalah jumlah katalis HCl dan suhu reaksi. Jumlah katalis
divariasi (mL ) yaitu 0.5, 1; 1,5; 2; dan 2,5. Suhu reaksinya yaitu 40; 50; dan 60 C. Respon yang diamati adalah :
kebutuhan titran NaOH, density minyak dedak, dan hasil atau produk senyawa hasil analisa GC MS. Rangkaian alat
percobaan dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Soklet untuk proses leaching

Gambar .3. Reaktor berpengaduk


3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengaruh Suhu Terhadap Konversi
Pengaruh suhu terhadap konversi dapat dilihat pada gambar 4.1. Grafik 4.1 merupakan visualisasi fenomena
reaksi esterifikasi yang menunjukkan pengaruh suhu terhadap konversi.
0.9
0.8

Konversi

0.7

0,5 mL HCl

0.6

1 mL HCl

0.5

1,5 mL HCl

0.4

2 mL HCl

0.3

2,5 mL HCl

0.2
0.1
0
30

40

50

60

70

Suhu (C)

Gambar 4.1 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap konversi pada berbagai penambahan volume HCl.
Pada penambahan katalis 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mL HCl menunjukkan semakin tinggi suhu reaksi akan diperoleh konversi
yang semakin besar dan relatif konstan pada suhu 60 C. Sehingga suhu reaksi 60 C adalah suhu operasi optimum
pada percobaan ini. Sehingga suhu reaksi 60 C adalah suhu operasi optimum pada percobaan ini. Hal ini dikarenakan
penambahan panas pada suatu zat/senyawa akan meningkatkan aktivitas molekular dan kemudian meningkatkan
konversi.
3.2 Pengaruh Penambahan Volume Katalis HCl Terhadap Konversi
Pengaruh suhu terhadap konversi dapat dilihat pada gambar 4.1. Grafik 4.2 merupakan visualisasi fenomena
reaksi esterifikasi yang menunjukkan pengaruh penambahan volume katalis HCl terhadap konversi.
0.9
0.8

Konversi

0.7
0.6

pada 40 C

0.5

pada 50 C

0.4

pada 60 C

0.3
0.2
0.1
0
0

Penambahan HCl (mL)

Gambar 4.2 Grafik hubungan pengaruh penambahan volume katalis HCl terhadap konversi pada 60 C
Semakin besar volume katalis HCl yang ditambahkan maka diperoleh konversi yang semakin besar pula. Karena
semakin besar volume HCl yang ditambahkan maka semakin banyak ion H + dan semakin banyak asam karboksilat
yang teraktifkan dan bereaksi dengan metanol, kemudian konversi akan semakin besar. Pada suhu yang sama
diperoleh konversi yang paling maksimal pada penambahan katalis HCl 2,5 mL.

3.3 Hasil Analisa GC MS Produk Ester


Hasil analisa GC MS pada variabel suhu 60 0 C katalis 1 mL HCl menunjukkan bahwa sekitar 89, 72 % adalah
Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan sisanya 10, 28 % adalah asam lemak sisa.
4.Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa suhu 60C merupakan suhu reaksi yang memberikan konversi paling maksimal jika
dibandingkan dengan suhu 40C dan 50C pada penambahan volume katalis yang sama, volume katalis HCl yang
memberikan konversi paling maksimal adalah 2,5 mL, pada suhu yang sama, dan ester yang dihasilkan adalah sekitar
89, 72 %.
Daftar Notasi
T
= Suhu absolut (K)
R
= Konstanta gas umum (cal/gmol K)
E
= Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A
= Faktor tumbukan (t-1)
k
= Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
Daftar Pustaka
Adi, N., 2003, Ekstraksi Minyak dari Dedak Padi dengan Pelarut n-Hexane, Proceeding Seminar Teknik Kimia
Indonesia, Yogyakarta.
Fukuda, H., Kondo, A. dan Nonda, H., 2001, Biodiesel Fuel Production by transesterification of Oils, J. Biosci.
Bioeng., 405-416.
Goffman, F.D., Pinson, S., dan Bergman C., 2003, Genetic Diversity for Lipid Content and Fatty Acid Profile in Rice
Bran, J.Am. Oil Chem. Soc. 485-490.
Kirk, R.E and Othmer, D.F., 1978, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed, A Willey Interscience Publicatioin,
John Wiley and Sons, Inc, New York.
Ma, Fangrui and A. Hanna, Milford, 1999, Biodiesel Production : A Review, Journal Series # 12109, Agricultural
Research Division, Institute of Agriculture and Natural Resources, University of Nebraska-Lincoln.
Mardiah dkk, 2006, Pengaruh Asam Lemak Dan Konsentrasi Katalis Asam Terhadap Karakteristik Dan Konversi
Biodiesel Pada Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi, Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.
Ozgul, Y., dan Turkay, S., 1993, In Situ Esterification of Rice Bran Oil with Methanol and Ethanol, J. Am. Oil Chem.
Soc. 145-147.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, Perrys Chemical Engineers Hand Book, 6th ed, Mc Graw Hill Book Co. Inc.
Tokyo.
Rahayu, Martini, Teknologi Proses Produksi Biodiesel.
Rahmania, O., 2004, Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi Menjadi Biodiesel dengan Katalis Asam. Thesis
Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.

DIPERIKSA
KETERANGAN
NO

TANGGAL

18 Mei 2016

sesuaikan dengan laporan


fisiknya yang sudah acc
(banyak yang beda)
sesuaikan format, rapikan
lagi buat jurnalnya sekalian

19 Mei 2016

lapsem dulu baru lembar


perhitungan

20 Mei 2016

ACC

TANDA TANGAN

Anda mungkin juga menyukai