Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU
Oleh :
Kartika Cintya Sulistyani
21030114120029
Naufa Helmi
21030114120016
Gebyar Adisukmo
21030114120023
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok
: 2 / Senin
Anggota
Asisten Pengampu
Yudy Wiraatmadja
NIP 196711141993031001
NIM 21030113120025
RINGKASAN
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam
industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya.
Untuk itu perlu dilakukan percobaan reaktor alir kontinyu dengan tujuan untuk menghitung
harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh
pengadukan terhadap konstanta reaksi penyabunan atil asetat dengan NaOH, mengetahui
hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH,
membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada
reaktor ideal aliran kontinyu.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi 3 tahap, yaitu pengisian reaktor
tinggi overflow, kondisi kontinyu belum steady state, dan kondisi kontinyu steady state. Faktorfaktor yang mempengaruhi harga k sesuai persamaan Archenius yaitu frekuensi tumbukan,
energi aktivasi, suhu, dan katalis.
Pada percobaan ini dilakukan dua proses yaitu percobaan batch dan kontinyu. Variabel
berubahnya adalah konsentrasi reaktan etil asetat dimana pada variabel I menggunakan etil
asetat 0,2 N; variabel II menggunakan etil asetat 0,4 N; dan variabel III menggunakan etil asetat
0,6 N. Tahapan percobaannya dimulai dengan proses batch dan dilanjutkan dengan proses
kontinyu. Mereaksikan etil asetat sesuai variabel dan NaOH 0,2 N sampai ketinggian 8 cm,
menyalakan pengadukan sedang, mengambil sampel pada t=0 dan tiap 1,5 menit, titrasi sampel
dengan HCl 0,05N sampai warna merah orange sehingga didapat volume titran 3 kali konstan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa konsentrasi reaktan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya waktu. Untuk mengetahui orde reaksi kita dapat mengetahuinya
dengan metode integral, sehingga orde reaksi dari variabel 1 adalah orde 2, orde reaksi dari
variabel 2 adalah orde 2, dan orde reaksi dari variabel 3 adalah orde 2. Konstanta reaksi dari
variabel 1 adalah 0,103, konstanta reaksi dari variabel 2 adalah 0,05, dan konstanta reaksi dari
variabel 3 adalah 0,0375. Seharusnya semakin tinggi konsentrasi menyebabkankonstanta
kecepatan reaksi semakin meningkat.Namun pada praktikum ini, konstanta kecepatan reaksi
cenderung menurun seiring dengan semakin besarnya konsentrasi Etil asetat. Hal ini disebabkan
konsentrasi awal Etil asetat (Cb0) pada variabel 2 dan variabel 3 lebih besar dari pada
konsentrasi awal NaOH (Ca0) yang selalu tetap pada setiap variabel. Pada semua variabel hasil
percobaan dan perhitungan matematis tidak jauh berbeda karena kontak antar partikel yang
terjadi berjalan secara sempurna sehingga konsentrasi sisa NaOH dapat berkurang dengan
perhitungan matematis.
Kesimpulan dari percobaan kami adalah harga orde reaksi penyabunan Etil asetat dengan
NaOH adalah 2. Dan semakin besar konsentrasi Etil asetat, maka konstanta reaksi (k) akan
semakin kecil. Saran dari kami adalah teliti dalam pengamatan TAT dan pembuatan reagen
harus tepat sesuai variabel
SUMMARY
Stirred tank reactor is most often found in the chemical industry. This is because the
ability of its operations that can be regulated capacity. It is necessary for the experiment flow
reactor continuously for the purpose is calculating the constant reaction of saponification (k)
ethyl acetate with NaOH, determine the effect stirring the constant reaction of saponification
ethyl acetate with NaOH, determine the relationship of the reaction order with the price of
constant reaction of saponification (k) ethyl acetate with NaOH, compare the experimental results
with mathematical model calculations saponification reactions in continuous flow reactor is
ideal.
Operation flow stirred tank reactor includes three phases are charging high reactor
overflow, not continuous steady state conditions, and the continuous steady state conditions.
Factors affecting the price according to the equation k Archenius namely the frequency of impact,
activation energy, temperature, and catalyst.
In this experiment carried out two processes, there are batch and continuous
experiments. The variable is the change in reactant concentrations of ethyl acetate in which the
variable I using ethyl acetate 0.2 N; variables II using ethyl acetate to 0.4 N; and variables III
using ethyl acetate 0.6 N. Stages experiment started with a batch process, followed by a
continuous process. Reacting the corresponding variable ethyl acetate and 0.2 N NaOH to a
height of 8 cm, lit a mild agitation, taking samples at t = 0 and every 1.5 minutes, titrate the
sample with 0,05 N HCl until the solution change the color into red orange so obtained titrant
volume 3 times constant.
Based on the experimental results showed that the concentration of reactants decreases
with increasing time. To determine reaction order we can figure it out in an integrated method,
so that the reaction order of variable 1 is the order 2, the reaction order of variable 2 is the
second order, and the order of the reaction of the third variable is the order of 2. The constanta
reaction of variable 1 is 0.103, the constanta reaction of variable 2 is 0.05, and the price of
constanta reaction of the variables three is 0.0375. Supposedly the higher the concentration
cause constanta increasingly . But reaction speed in this lab, the reaction rate constants tend to
decrease in line with a growing concentration of ethyl acetate. This is due to the initial
concentration of Ethyl acetate (Cb0) in the variable 2 and variable 3 is greater than the initial
concentration of NaOH (Ca0) always remains on each variable. In all variable experimental
results and mathematical calculations are not much different because the contact between the
particles that happen running perfectly so that the residual concentration of NaOH can be
reduced by mathematical calculation.
The conclusion of our experiment is the reaction order price Ethyl acetate saponification
with NaOH is 2. And the greater the concentration of ethyl acetate, the reaction constants (k) will
be smaller. Our recommendations are must careful in observing TAT and manufacture reagents
must exactly match the variable.
PRAKATA
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Reaktor Ideal Aliran
Kontinyu. Laporan resmi ini disusun sebagai kelengkapan tugas mata kuliah Praktikum
Proses Kimia.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: Asisten Laboratorium
Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Tahun 2016
Penyusun memohon maaf jika dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekeliruan. Untuk itu, segenap kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan. Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang,
Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ............ 17
4.2
Penentuan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ... 18
4.3
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap varaibel ..................... 17
Tabel 4.2 Nilai konstanta reaksi orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel ........................ 18
Tabel 4.3 Nilai konstanta reaksi pada setiap variabel ..................................................... 18
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
matematik
diperlukan
untuk
mempermudah
analisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
input = 0 output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
(6)
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses, yaitu :
A. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input-output
karena densiti laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan fungsi
dari waktu.
V = Fo. T
(9)
, karena CA = CB maka
- rA = k CA2=kC2
Pers. (11) pers.(10)
(11)
Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5 , menjadi :
B. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi steady state.
Dapat dinyatakan dengan :
Pers. (25) berubah menjadi pers.differential orde 1 yang mana dapat diselesaikan
dengan metode faktor integrasi
C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = yang diperoleh
dengan pengukuran konsentrasi contoh.
C. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi = 0
Dari neraca komponen , diperoleh :
F Co = F.C + Vr
(27)
F Co = F.C + V.k.Cs2
(28)
Co = Cs + F k. Cs 2
(29)
k. . Cs 2 + Cs Co = 0
(30)
= -444.500 J/mol
H NaOH
= -425.609 J/mol
H CH3COONa
= -726.100 J/mol
H C2H5OH
= -235 J/mol
Sehingga
H reaksi = (H CH3COONa + H C2H5OH) (H CH3COOC2H5+ H NaOH)
= (-726.100 + -235.609) (-444.500 - 425.609)
= -91600 J/mol
Karena H bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak balik dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar diperoleh data
:
G CH3COOC2H5
G NaOH
G CH3COONa
G C2H5OH
Sehingga,
G reaksi = G produk - G reaktan
= [G CH3COONa + G C2H5OH] [G CH3COOC2H5 + G
NaOH]
= [-631 200 - 168 490] J/mol [-328 000 -379 494] J/mol
= -92196 J/mol
G = RT ln K
K pada standar 298 K =
Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada temperature
298 K adalah 4,179 x 1067. Karena harga konstanta keseimbangan besar, maka
reaksi berlangsung searah (irreversible).
besar internal jika terhirup atau tertelan. Untuk alasan ini, disarankan bahwa
seseorang yang menangani HCl harus menggunakan sarung tangan, kacamata,
dan masker saat bekerja dengan asam ini.
2.6 Faktor Faktor yang mempengaruhi harga k
Persamaan Arhenius
k = A
1. Frekuensi tumbukan
vs ln Cao
2.8 Menghitung Harga Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
A
+ B
Orde 1 :
=
= .
= .
= .
+ D
= .
0
0
0 =
=
Orde 2
Persamaan kecepatan reaksi:
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
b. Variabel Tetap
- Pengadukan Cepat
- Tinggi Fluida 8 cm
- Konsentrasi HCl 0,05 M
- Konsentrasi NaOH 0,2 M
- Pengambilan Sampel 5ml / 1,5 menit
3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan
3.2.1 Bahan Yang Digunakan
1.
NaOH
2.
Etil asetat
3.
HCl
4.
Indikator MO
5.
Aquadest
Pipet
2.
Thermometer
3.
Magnetic stirer
4.
Reaktor Batch
5.
Gelas Ukur
6.
Buret
7.
8.
Erlenmeyer
9.
b. Proses kontinyu
Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
5. Tangki umpan etil asetat
6. Pompa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel
R2
Variabel
Orde 1
Orde 2
-1169
0,6
-4295
0,781
-2239
0,6
Untuk mengetahui orde reaksi dari reaksi penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH pada proses batch kita dapat mengetahuinya dengan metode integral, yaitu
dengan menebak mekanisme reaksi dari yang sederhana yaitu orde 1 hingga orde
2 dan memplotkan data yang didapat dari praktikum ke dalam sebuah grafik
fungsi waktu atau f(x) = f(t). Untuk orde 1 maka yang di plot pada sumbu y
adalah-ln
, dan untuk orde 2 dimana Ca Cb maka yang di plot pada sumbu y adalah ln .
Langkah selanjutnya yaitu dengan menentukan grafik yang paling linear dengan
membandingnkan nilai regresi dari masing masing grafik orde 1 dan orde 2. R2
atau koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai R2
dikatakan baik jika berada di atas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 dan 1.
Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin sempurna (Tobing, 2014).
Sehingga orde reaksi dari variabel 1(Etil asetat 0,2 N) adalah orde 2, orde reaksi
dari variabel 2(Etil asetat 0,4 N) adalah orde 2, dan orde reaksi dari variabel 3
(Etil asetat 0,6 N) adalah orde 2.
. Hal ini juga telah sesuai dengan referensi yang ada dimana reaksi etil
asetat dan NaOH seperti berikut ini:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Jika reaksi di atas adalah reaksi elementer, maka orde reaksinya adalah 2.
Orde reaksi dicari dari persamaan:
-ra= k[CH3COOC2H5][NaOH]
-ra= k[Ca][Cb] dimana [Ca]=[Cb]
-ra = k[Ca]2
4.2 Penentuan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Tabel 4.2 Nilai konstanta reaksi orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel
Variabel
k (L/mol.s)
Orde 1
Orde 2
0,3261
0,103
0,4667
0,05
0,7147
0,0375
(0 0 )
0,2 N) adalah 0,103, konstanta reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,4 N) adalah
0,05, dan konstanta reaksi dari variabel 3 (Etil asetat 0,6 N) adalah 0,0375
(Levenspiel. O., 1999)
k (L/mol.s)
0,103
0,05
0,0375
Dapat dilihat pada tabel 4.3 ternyata nilai konstanta reaksi variabel 1
hingga variabel 3 cenderung menurun. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi
reaktan dimana variabel 1 menggunakan Etil asetat 0,2 N, variabel 2
menggunakan Etil asetat 0,4 N, dan variabel 3 menggunakan Etil asetat 0,6 N.
k = A
A=pZ
0.12
0.1
Ca variabel 2
0.08
Ca variabel 3
0.06
Ca model variabel 1
0.04
Ca model variabel 2
0.02
Ca model variabel 3
0
0
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Harga orde reaksi penyabunan Etil asetat dengan NaOH adalah 2
2. Konstanta reaksi (k) dari variabel 1 (Etil asetat 0,2 N) adalah 0,103 , konstanta
reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,4 N) adalah 0,05 , dan konstanta reaksi dari
variabel 3 (Etil asetat 0,6 N) adalah 0,0375
3. Semakin besar konsentrasi Etil asetat, maka konstanta reaksi (k) akan semakin
kecil
4. Nilai Ca percobaan mendekati nilai Ca model
5.2 Saran
1. Teliti dalam pengamatan TAT.
2. Pengaturan pengadukan harus sesuai variabel.
3. Debit input dan output reaktor kontinyu harus stabil.
4. Debit rektan yang masuk reaktor kontinyu harus seimbang.
5. Pembuatan larutan NaOH dan HCl harus sesuai dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book Ltd.,
New York.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., 1987, Applied Mathematics in
ChemicalEngineering 2nd ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York.
Hakim, Arief Rahman, Sutra Irawan. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak
Dedak
Padi
Proses
Esterifikasi.
Diakses
dari
Aro.
2006.
Kinetika
Kimia.
Diakses
dari
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU
Oleh :
Kartika Cintya Sulistyani
21030114120029
Naufa Helmi
21030114120016
Gebyar Adisukmo
21030114120023
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1
Membandingkan hasil
percobaan dengan
perhitungan model
II.
PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
a. NaOH 0,2 N
b. Etil asetat 0,2 N; 0,4 N; 0,6 N
c. HCl 0,05 N
d. Indikator MO
e. Aquadest
2.2 Alat yang Dipakai
1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor Batch
5. Gelas Ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu
b. Proses kontinyu
Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
B. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,2 N;etil asetat
0,4 N; etil asetat 0,6 N; HCl 0,05 N; dan NaOH 0,2 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan
masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong
dan menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1,5 menit, kemudian tambahkan
indikator MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl
sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume
titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi
NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda
V HCl (ml)
7.7
1,1
7.5
2,2
7.5
3,3
7.5
2. Variabel 2 Konsentrasi Etil Asetat 0,4 N
V HCl (ml)
7.4
1,1
7.3
2,2
7.2
3,3
7.2
4,4
7,2
V HCl (ml)
7.3
1,1
2,2
3,3
B. Proses Kontinyu :
1. Variabel 1 Konsentrasi Etil Asetat 0,2 N
t
V HCl
12.5
1.1
11.8
2.2
9.5
3.3
9.5
4.4
9.5
V HCl
7.2
1.1
6.8
2.2
6.8
3.3
6.8
V HCl
8.6
1.1
7.7
2.2
6.6
3.3
6.6
4.4
6.6
ASISTEN
Yudy Wiraatmadja
NIM 21030113120025
LEMBAR PERHITUNGAN
A. Etil Asetat
Berat picnometer + etil asetat = 37,480 gram
=
( + ) ( )
(37,480 15,31)
= 0,8868 /
25
B. HCl
Berat picnometer + HCl = 44,05 gram
=
( + ) ( )
(44,05 15,31)
= 1,1496 /
25
Perhitungan Reagen
A. Etil Asetat 0,2 N
=
.
1000
0,2 =
0,8868 . 1000
1 0,99
88
2000
= 40,09
.
1000
0,4 =
0,8868 . 1000
1 0,99
88
2000
= 80,19
.
1000
0,6 =
0,8868 . 1000
1 0,99
88
2000
= 120,28
D. HCl 0,05 N
=
.
1000
0,05 =
1,1496 . 1000
1 0,25
36,5
500
= 3,18
E. NaOH 0,2 N
=
1000
0,2 =
1000
1 0,98
40 2000
= 16,33
0,05
5
= 0,01
= .
= .
= .
= .
0
0
=
0
y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
(Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
Variabel 1 (etil asetat 0,2 N)
t
V HCl (ml)
Ca
-lnca/cao
7.7
0.077
0.954511945
12.98701299
1,1
7.5
0.075
0.980829253
13.33333333
2,2
7.5
0.075
0.980829253
13.33333333
3,3
7.5
0.075
0.980829253
13.33333333
1/Ca
Orde 1
1.4
y = 0.3261x
R = -1169
1.2
-ln ca/cao
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
1.1
2.2
3.3
t (menit)
Orde 2
k =0,103
Variabel 2 (etil asetat 0,4 N)
t
V HCl (ml)
Ca
-lnca/cao
1/Ca
Xa
Cb
lnCb/Ca
7.4
0,074
1,687399
13,51351
0,815
0,126
0,5322
1,1
7.3
0,073
1,701005
13,69863
0,8175
0,127
0,5537
2,2
7.2
0,072
1,714798
13,88889
0,82
0,128
0,5753
3,3
7.2
0,072
1,714798
13,88889
0,82
0,128
0,5753
4,4
7,2
0,072
1,714798
13,88889
0.82
0,128
0,5753
Cb
lnCb/Ca
Orde 1
2.5
y = 0.4667x
R = -4295
-ln ca/cao
1.5
0.5
0
0
1.1
2.2
3.3
4.4
t (menit)
Orde 2
k= 0,01
Variabel 3 ( etil asetat 0,6 N)
t
V HCl (ml)
Ca
-lnca/cao
1/Ca
Xa
7.3
0,073
2,10647
13,69863
0,87833
0,32699
1,4994
1,1
0,07
2,14843
14,28571
0,88333
0,32999
1,5505
2,2
0,07
2,14843
14,28571
0,88333
0,32999
1,5505
3,3
0,07
2,14843
14,28571
0,88333
0,32999
1,5505
Orde 1
3.5
3
y = 0.7147x
R = -2239
- ln ca/cao
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
1.1
2.2
t (menit)
Orde 2
k = 0,015
3.3
Perhitungan k
1. Variabel 1 Orde 1
k= m = 0.3261 L/mol.menit
2. Variabel 1 Orde 2
k= m =0,103 L/mol.menit
3. Variabel 2 orde 1
k =m = 0.4667 L/mol.menit
4. Variabel 2 orde 2
k= 0,05 L/mol.menit
5. Variabel 3 orde 1
k = m = 0.7147 L/mol.menit
6. Variabel 3 orde 2
k= 0,0375 L/mol.menit
l F0 0 = l
(.)
(.)
(.)
dV
= F0 . dt
= F0 . t (1)
= k0 . CA0 0 V . k . CA2
= k0 . CA0 V . k . CA2
=
F0 . CA +
CA + . t = CA0 t . k . CA2...............................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) di selesaikan dengan Runge Kutta orde 4
k1 = [
k2 = [
k3 = [
k4 = [
(CA0CA)
- k . CA2]
(CA0(CA+k1/2)
- k . (CA + k1/2)2]
t+h/2
(CA0(CA+k2/2)
t+h/2
(CA0(CA+k3/2)
CA =
t+h/2
- k . (CA + k2/2)2]
- k . (CA + k3)2]
k1+2k2 +2k3+k4
6
Variabel 1 (0,2 N)
t
V HCl
Ca
K1
K2
K3
K4
Delta Ca
CaModel
12.5
0.125
-0.0761
0.0012
-0.0775
0.02784
-0.0335
0.0914
1.1
11.8
0.118
-0.0678
0.0064
-0.0679
0.02874
-0.0270
0.0644
2.2
9.5
0.095
-0.0440
0.0260
-0.0398
0.03514
-0.0061
0.0583
3.3
9.5
0.095
-0.0440
0.0260
-0.0398
0.035143
-0.0061
0.0522
4.4
9.5
0.095
-0.0440
0.0260
-0.0398
0.035143
-0.0061
0.0461
Variabel 2 ( 0,4 N)
t
V HCl
Ca
7.2
1.1
K1
K2
K3
K4
Delta Ca
Ca Model
0.072 -0.02152
-0.0048
-0.0177
-0.0077
-0.01237
0.0596251
6.8
0.068 -0.01919
-0.0005
-0.0147
-0.0038
-0.00895
0.0506730
2.2
6.8
0.068 -0.01919
-0.0005
-0.0147
-0.0038
-0.00895
0.0417209
3.3
6.8
0.068 -0.01919
-0.0005
-0.0147
-0.0038
-0.00895
0.0327688
Variabel 3 (0,6 N)
t
V HCl
Ca
K1
K2
K3
K4
Delta Ca Ca Model
8.6
0.086
-0.03858
-0.0039
-0.0348
0.0038
-0.0187
0.06726
1.1
7.7
0.077
-0.03092
0.0047
-0.0262
0.00864
-0.0108
0.05639
2.2
6.6
0.066
-0.02272
0.0157
-0.0163
0.01534
-0.0014
0.05496
3.3
6.6
0.066
-0.02272
0.0157
-0.0163
0.01534
-0.0014
0.05353
4.4
6.6
0.066
-0.02272
0.0157
-0.0163
0.01534
-0.0014
0.05211
Abstrak
Biodiesel adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan monoalkyl ester yang terbuat dari
minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati). Biodiesel merupakan bahan bakar diesel alternatif yang
menjanjikan sebagai solusi untuk mengatasi kelangkaan BBM. Metil ester ini diperoleh dari reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati dan alcohol dengan bantuan katalis basa. Proses pembuatan biodiesel
pada penelitian ini menggunakan minyak jagung, methanol dan katalis basa NaOH. Katalis NaOH dipilih
karena memiliki keuntungan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh rasio perbandingan reaktan, jumlah katalis dan waktu reaksi terhadap
konversi minyak jagung menjadi metil ester dan untuk mengetahui konstanta kecepatan reaksi (k). Variabel
proses yang digunakan adalah rasio minyak jagung dan metanol (R = 1:6, 1:8 dan 1:10), jumlah katalis 1%
dan 2%, dan waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa konversi minyak
nabati menjadi metil ester terbaik sebesar 96,411% dan konstanta kecepatan reaksi terbaik sebesar 2,55 .
10-2 menit-1diperoleh pada rasio reaktan 1 :8 , jumlah katalis 2 % dan waktu reaksi 120 menit.
Kata kunci: biodiesel, metanol, minyak jagung, NaOH, transesterifikasi
Abstract
Biodiesel is the name for a type of fatty esters, commonly known as mono alkyl esters and was made from
plants (vegetable oil). Biodiesel is an alternative diesel fuel as a promising solution to overcome the scarcity
of fuel. Methyl ester is produced from trans-esterification reaction between vegetable oil and alcohol in the
presence of base catalyst. Process of biodiesel reaction using corn oil, methanol and NaOH (base catalyst).
NaOH catalyst was chosen because it has the advantage of no need for high temperature and pressure in the
reaction. This research was conducted to see the effect of the ratio of reactants, amount of catalyst and
reaction time on the conversion of corn oil into methyl ester and to determine the reaction rate constant (k).
Process variable used is the ratio of corn oil and methanol (R = 1:6, 1:8 and 1:10), the amount of catalyst
1% and 2%, and reaction time 30, 60, 90 and 120 minutes. The results showed that the best conversion of
vegetable oils into methyl esters is 96.411% and the best reaction rate constant is 2.55. 10 -2 min-1 obtained
in the ratio of reactants 1: 8, 2% of the amount of catalyst and the reaction time of 120 minutes.
Keywords: biodiesel, CH3OH, corn oil, NaOH, transeterification
tahun meningkat. Mengingat cadangan minyak
bumi Indonesia yang makin menipis, impor
minyak bumi yang semakin tinggi dan kenaikan
harga minyak bumi dunia yang dapat dipastikan
1. PENDAHULUAN
akan diikuti oleh kenaikan harga BBM sehingga
berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok
Salah satu masalah krusial yang dihadapi
di masyarakat maka diperlukan pengembangan
oleh bangsa Indonesia saat ini adalah energi.
energi alternatif terbarukan.
Kebutuhan energi masyarakat dan industri setiap
Page 40
Biodiesel
Biodiesel berasal dari dua kata yaitu bio
dan diesel. Bio berarti bahan alami yang berasal
dari mahluk hidup yang mudah diperbaharui serta
mudah kembali untuk terurai di alam.
katalis biodiesel
+ gliseril
Page 41
CH2OH
O
CHOH +
O C R2+3H2O
O
CH2 O C R3
CH2OH
Gliserol
3RCOOH CH
asam lemak
trigliserida
Page 42
Katalis
Katalis
adalah suatu
bahan yang
digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan
lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat
suatu reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak ikut
terkonsumsi menjadi produk Pemilihan katalis ini
sangat bergantung pada jenis asam lemak yang
terkandung di dalam minyak tersebut. Jenis asam
lemak dalam minyak sangat berpengaruh
terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel,
karena asam lemak ini yang akan membentuk
ester atau biodiesel itu sendiri (Mardiah, dkk.
tahun 2006). Biasanya, dalam pembuatan
biodiesel yang sering digunakan ialah katalis
natrium hidroksida.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih
padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air
dan akan melepaskan panas ketikadilarutkan. Ia
juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun
kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya.Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada
kain dan kertas.
Proses Produksi Biodiesel
Secara
umum reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati
(trigliserida) dan alkohol (metanol) dapat
digambarkan sebagai berikut :
A + 3B
3C + D
-rA = k w CA CB3
3C+D
= k . CA
-rA = -
(4)
dt
k = k. w . CB3
Dimana,
CA t
dCA
CAo
(5)
= k
dt
CA
(6)
CA = CAo (1 - x)
(7)
dx
= k. t
(8)
1 x
(9)
Dimana :
k = konstanta kinetika reaksi (menit-1)
k diperoleh dari slope ln (1-x) Vs t. x =
konversi minyak kelapa sawit
t = waktu reaksi (menit)
(1)
(2)
(3)
Page 43
2. METODOLOGI
Bahan dan alat
Bahan baku proses transesterifikasi
pembentukan metil ester ini adalah minyak
jagung dengan % FFA yang rendah sebagai
sumber asam lemak dan metanol 96 %, dengan
bantuan katalis NaOH. Bahan lain yang
digunakan untuk analisa antara lain : KOH,
Phenolptalin, Etanol, HCl, Natrium asetat, Asam
asetat anhidrid dan aquadest. Bahan baku
direaksikan dalam suatu reaktor batch berupa
labu leher tiga berpengaduk yang dilengkapi
dengan termometer sebagai alat ukur temperatur
dan pipet hisap untuk pengambilan sampel.
Reaktor ini menggunakan heating mantle dan
dirangkai dengan kondensor. Rangkaian alat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah
ini :
Page 44
Pengolahan Data
Data hasil penelitian diolah secara grafik
dan statistik untuk menentukan konversi reaksi
pada berbagai rasio reaktan, jumlah katalis dan
waktu reaksi, kondisi operasi optimum dan
parameter kinetika reaksi.
Konstanta laju reaksi ditentukan dari reaksi
order 1 dengan menggunakan metanol berlebihan.
Hubungan konversi dan waktu reaksi dinyatakan
dengan persamaan ln(1-x) = k. t, dimana k
sebagai slope persamaan tersebut.
Gliserol yang terbentuk dihitung dengan
persamaan Griffin :
Wr WgV )Ns
HCl
G=
(Vb
Ws Wa
Keterangan :
G : Gliserol yang terbentuk (mgek)
Wr : Berat campuran minyak metanol (gr)
Ws : Berat sampel yang diambil (gr)
Wg : Berat lapisan gliserol (gr)
Wa : Berat lapisan gliserol yang dianalisis (gr)
Vb : Volume HCl titrasi blanko (ml)
Vs : Volume HCl titrasi sampel (ml)
NHCl :Normalitas HCl (mgek/ml)
Page 45
1% NaOH
2% NaOH
Waktu (menit)
Gambar 2. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 6
Pengaruh jumlah katalis terhadap konversi
minyak kelapa sawit pada rasio reaktan 1:8
ditampilkan pada Gambar 3. Sama seperti ratio
sebelumnya, peningkatan konversi minyak jagung
terjadi seiring peningkatan jumlah katalis yang
digunakan. Pada jumlah katalis 1%, konversi yang
dicapai adalah 64,090% pada waktu reaksi 60
menit dan 84.742% pada waktu reaksi 120 menit.
Sedangkan pada jumlah katalis 2% konversi yang
dicapai sebesar 74.115% pada waktu reaksi 60
menit dan 96.411% pada waktu reaksi 120 menit.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% dan waktu
reaksi 60 menit, persen konversi yang didapat
adalah 88,16% dan pada jumlah katalis 2% adalah
89,99% untuk waktu reaksi 60 menit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan jumlah
katalis 1%, persen konversi yang didapat adalah
83,34% pada waktu reaksi 60 menit, sedangkan
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai
sebesar 90,58%
Waktu (menit)
Waktu (menit)
Gambar 3. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 8
Page 46
Page 47
Persen katalis( % )
k, ( menit-1 )
1
2
1,41.10-2
1,53.10-2
1:8
1
2
1,59.10-2
2,55 .10-2
1 : 10
1
2
2,14.10-2
2,32.10-2
1:6
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Konversi minyak kelapa sawit meningkat
dengan peningkatan rasio reaktan dan jumlah
katalis, konversi tertinggi diperoleh pada rasio
reaktan 1 : 8, NaOH : 2% dan waktu reaksi 120
menit yaitu sebesar 96,411%.
2) Peningkatan rasio reaktan dan jumlah katalis
dapat meningkatkan konstanta kecepatan
reaksi. Pada rasio reaktan 1 : 8, NaOH : 2% dan
waktu reaksi 120 menit,diperoleh nilai k
tertinggi yaitu sebesar 2,55 x 10-2 menit-1.
DAFTAR PUSTAKA
Farris, Rp.D. 1979. Methyl Ester in the Fatty
Acid Industry. Journal of American Oil
Chemistry Society. P. 70-77
Fessen & Fessenden. 1982. Kimia Organik, ed.
Ke-3. Jakarta:Erlangga
Griffins, R.C. 1955. Technical Methods of
Analysis, 2 ed. M.C. Graw-Hill Book
Company, Inc., New York. P. 97,107-110,
309-311
Ismail,
Kimia.
Page 48
Page 49
Kandungan asam lemak bebas 4%-8% b pada minyak dedak padi tetap diperoleh walaupun dilakukan ekstraksi
dedak padi sesegera mungkin.Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase aktif
dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Minyak dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam
lemak bebas dan senyawa-senyawa tak tersaponifikasikan. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan kandungan asam
lemak bebas minyak dedak padi lebih tinggi dari minyak lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil.
Tabel 1. Karaktreristik Minyak Dedak Padi Menurut Literatur ( Adi, N, 2003)
Karakteristik
Range
Densitas (g/mL)
0,92-0,925
% FFA (asam oleat)
5-80
Analisa gas kromatografi terhadap minyak dedak padi hasil ekstraksi untuk mengetahui komposisi asam lemak
yang dilakukan Rahmania (2004) disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 : Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Dedak
Jenis Asam Lemak
Konsentrasi (% -b)
Asam Miristat (C14:0)
0,3366
Asam Palmitat (C16:0)
17,2096
Asam Stearat (C18:0)
1,7112
Asam Oleat (C18:1)
45,7510
Asam Linoleat (C18:2)
33,4208
Asam Linolenat (C18:3)
0,3645
Asam Arachidik (C20:0)
1,2063
Dengan kadar lemak kurang dari 25%, cara terbaik untuk mengambil minyak dedak adalah melalui ekstraksi
menggunakan pelarut mudah menguap, seperti metanol, heksan atau Isopropil Alkohol. Vegetable oil yang
mengandung trigliserida dan atau Free Fatty Acid biasanya diekstrak dengan hexane atau metanol (Kirk, RE and
Othmer, DF, 1978) Minyak dedak hasil ekstraksi (minyak dedak mentah) dipisahkan dari pelarut melalui proses
penguapan.
Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Esterifikasi biasanya
dilakukan jika minyak yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi. Dengan esterifikasi, kandungan asam
lemak bebas dapat dikonversi menghasilkan ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat
(heterogen) atau katalis cair (homogen). Pada penelitian ini, katalis cair (HCl) yang digunakan pada reaksi esterifikasi.
Reaksi Esterifikasi :
RCOOH + CH3OH
RCOOCH3
+
H2O
Asam lemak
metanol
Metil ester
Air
Mekanisme reaksi esterifikasi dengan katalis asam adalah :
k A e
( Ea RT )
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.Sehingga dalam hal ini
pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak-katalis-metanol merupakan larutan yang immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga
konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan
konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Mc Ketta, 1978).
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan
persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga K makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi
makin besar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi operasi optimum (suhu dan penambahan katalis) pada
reaksi esterifikasi dalam menghasilkan metil ester sebagai biodiesel dengan umpan dari hasil proses ekstraksi minyak
dedak.
2. Bahan dan Metode Penelitian
Rice bran
Soxhlet extraction with methanol
2-3 h, 60-75 0 C
Crude Rice Bran Oil (10-70% FFA)
HCl-catalyzed esterification
methanol : FFA = 3,65 : 1
FAME + Residue ( acylglyseride, FFA)
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Penelitian
Pada pembuatan biodiesel dari minyak dedak dengan menggunakan metanol ini digunakan metode esterifikasi.
Minyak dedak dengan kadar FFA tertentu diekstraksi dari dedak padi. Kemudian hasil ekstraksi direaksikan dengan
metanol berdasarkan reaksi esterifikasi dengan katalis HCl, lalu hasil esterifikasi dianalisa. Analisa FFA dilakukan
dengan cara titrasi menggunakan NaOH sebagai titran, etanol netral dan indikator pp. Variabel tetep yang digunakan
adalah umpan(minyak dedak padi sebesar 100 ml, perbandingan metanol : FFA adalah 3,65 : 1 (perbandingan berat),
kecepatan pengadukan adalah skala 4. Variabel berubahnya adalah jumlah katalis HCl dan suhu reaksi. Jumlah katalis
divariasi (mL ) yaitu 0.5, 1; 1,5; 2; dan 2,5. Suhu reaksinya yaitu 40; 50; dan 60 C. Respon yang diamati adalah :
kebutuhan titran NaOH, density minyak dedak, dan hasil atau produk senyawa hasil analisa GC MS. Rangkaian alat
percobaan dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
Konversi
0.7
0,5 mL HCl
0.6
1 mL HCl
0.5
1,5 mL HCl
0.4
2 mL HCl
0.3
2,5 mL HCl
0.2
0.1
0
30
40
50
60
70
Suhu (C)
Gambar 4.1 Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap konversi pada berbagai penambahan volume HCl.
Pada penambahan katalis 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mL HCl menunjukkan semakin tinggi suhu reaksi akan diperoleh konversi
yang semakin besar dan relatif konstan pada suhu 60 C. Sehingga suhu reaksi 60 C adalah suhu operasi optimum
pada percobaan ini. Sehingga suhu reaksi 60 C adalah suhu operasi optimum pada percobaan ini. Hal ini dikarenakan
penambahan panas pada suatu zat/senyawa akan meningkatkan aktivitas molekular dan kemudian meningkatkan
konversi.
3.2 Pengaruh Penambahan Volume Katalis HCl Terhadap Konversi
Pengaruh suhu terhadap konversi dapat dilihat pada gambar 4.1. Grafik 4.2 merupakan visualisasi fenomena
reaksi esterifikasi yang menunjukkan pengaruh penambahan volume katalis HCl terhadap konversi.
0.9
0.8
Konversi
0.7
0.6
pada 40 C
0.5
pada 50 C
0.4
pada 60 C
0.3
0.2
0.1
0
0
Gambar 4.2 Grafik hubungan pengaruh penambahan volume katalis HCl terhadap konversi pada 60 C
Semakin besar volume katalis HCl yang ditambahkan maka diperoleh konversi yang semakin besar pula. Karena
semakin besar volume HCl yang ditambahkan maka semakin banyak ion H + dan semakin banyak asam karboksilat
yang teraktifkan dan bereaksi dengan metanol, kemudian konversi akan semakin besar. Pada suhu yang sama
diperoleh konversi yang paling maksimal pada penambahan katalis HCl 2,5 mL.
DIPERIKSA
KETERANGAN
NO
TANGGAL
18 Mei 2016
19 Mei 2016
20 Mei 2016
ACC
TANDA TANGAN