PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan mendengar adalah karunia Tuhan yang tiada tara nilainya.
Tanpa pendengaran sangatlah sulit menjalani kehidupan (Soeripto, 2008).
Kemajuan teknologi saat ini telah memasuki ampir seluruh sendi-sendi
kehidupan manusia, akan tetapi setiap perkembangan teknologi tentu akan
memberikan dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif.1
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui
telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telfon, bunyi mesin
cetak, dan sebagainya.Namun, sering bunyi tersebut meskipun merupakan
bagian dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang,
bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran.Bunyi yang
tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan.1
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering
dijumpai ditempat kerja. Terpajan oleh kebisingan yang berlebihan dapat
merusak kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli) dan juga dapat
mempengaruhi anggota tubuh yang lain termasuk jantung (Soeripto, 2008).
Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang
dikategorikan bising dan yang dapat mempengaruhi kesehatan (pendengaran)
adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik
dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta untuk lebih
membantu para petugas kesehatan agar dapat mengetahui tentang kebisingan di
tempat kerja dan cara menanggulanginya.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya dalam bidang medis agar dapat meningkatkan kemampuan
dalam hal penanganan kebisingan di tempa kerja dan cara penanggulangannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebisingan
2.1.1 Definisi Kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran)
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.1
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tak dikehendaki , misalnya
yang yang merintangi terdengarnya suara suara, musik, atau yang menyebabkan
rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang
tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian.3
2.1.2
Sumber Kebisingan
Sumber
bagian
mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain lain.3
2.1.3
Kategori Kebisingan
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga
bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupational
noise, dan impuls noise.3
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi
bunyi atau 31,5 8.000 Hz.
2. Occupational noie (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yang
disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam,
tambakan bedil dan lain lain.
2.1.4
Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut
turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
c. Bising terputus putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
e. Bising Impulsif Berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang
ulang. Misalnya mesin tempa.
menutupi pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan
c.
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)
bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak
atau menurunkan fungsi pendengaran.
2.1.5
b. 85 dB
c. 88 dB
d. 91 dB
e. 97 dB
f. 100 dB
2.1.6
1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 4.000 Hz.
Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai
7
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang
Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat
Lama pemaparan
Spektrum suara
maka
Kepekaan individu
Keadaan kesehatan
10
2.1.8
pendengaran digunakan
11
pekerja
berhenti bekerja.
c. Pengendalian kebisingan
Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakuakan terhadap :
Terhadap Sumbernya dengan cara :
12
equipment/tools/
peralatan
yang
lebih
sedikit
menimbulkan bising
Dengan melakukan perawatan (Maintenance)
Melakukan pemasangan penyerap bunyi
Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik)
13
Menghindari kebisingan
b). Pengendalian secara Administratif (Administrative control) dengan
cara :
Melakukan shift kerja
Mengurangi waktu kerja
Melakukan trainning
Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan
menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet).
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara
medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur.
d. Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yang
harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu
mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu,
yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu7 :
Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8 30 dB.
Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.
Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type,
Costum molded ty\pe, Premoled type
Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25 40 dB.
Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40 50 dB
14
berhak
mengikuti
progam
konservasi
15
16
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian..1,2
Sumber
18
seperti
komunikasi
terganggu,
ancaman
bahaya
keselamatan,
19
DAFTAR PUSTAKA
20