Budidaya Brachionus
Budidaya Brachionus
BUDIDAYA BRACHIONUS
A) PENDAHULUAN
Brachionus plicatilis pertama kali diidentifikasi sebagai Hama pada kolam
budidaya belut pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dan penelitian pertama di Jepang,
Rotifera dapat digunakan sebagai pakan hidup yang sesuai bagi larva ikan yang masih
muda. Dua puluh lima tahun setelah penggunaan rotifera pertama kali sebagai pakan
dalam pemeliharaan larva ikan, beberapa teknik budidaya untuk menghasilkan produksi
rotifera yang intensif diterapkan di selunih dunia.
Brachionus memiliki ukuran yang kecil dengan kecepatan renang yang lambat
menjadikan mereka mangsa yang cocok bagi larva ikan yang hanya menyerap
cadangan makanan tetapi belum mampu mencerna naupli Artemia. Rotifera memiliki
potensi yang sangat tinggi (kepadatan hingga 2000 ind/ml) karena tingkat reproduksinya
yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan keturunan yang besar dalam waktu yang
sangat singkat.
B) BIOLOGI
1.
Taksonomi
Brachionus tennasuk dalam kelompok Rotifera, dan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Phylum
Rotifer
Kelas
Monogona ta
Ordo
Ploima
Familia
Bra chionidae
Genus
: Bra chionus
Spesies :
2.
Morfologi
Bra chionus memiliki ukuran yang kecil yaitu 60 - 80 mikron, tetapi ada juga
yang sampai 300 mikron. Tubuh Brachionus terdiri dari sekitar 1000 sel yang
seharusnya tidak dianggap sebagai tanda-tanda tunggal, tetapi sebuah plasma
area. Pertumbuhan hewan ini diyakini sebagai peningkatan plasma dan bukan
pembelahan sel.
Epidermis mengandung lapisan padat yaitu protein keratin yang disebut
lorika. Bentuk lorika dan penampakan spina (tulang punggung), serta ornamen yang
ada membedakan antar spesies. Tubuh Brachionus dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu kepala, tubuh, dan kaki. Bagian kepala terdapat organ untuk berputar atau
Universitas Gadjah Mada
korona yang disebut cilia anular dan memiliki nama asli rotatoria. Bagian depan
korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai gerakan air untuk mengambil
partikel makanan kecil (terutama alga dan detritus). Bagian tubuh terdiri dan sistem
pencemaan, sistem pengeluaran, dan organ genitalia. Karakteristik organ
Brachionus adalah mastax (yang dilengkapi dengan bagian yang keras karena
kapur disekitar mulut), dimana sangat efektif untuk menggiling partikel yang susah
dicerna. Kaki berupa struktur yang dapat ditarik masuk dengan bentuk melingkar
tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4 jari.
3.
4.
Siklus Hidup
Masa hidup Brachionus antara 3,4 - 4,4 hari pada 25C. Umumnya larva
menjadi dewasa setelah 0,5 - 1,5 hari dan betina mulai menetaskan telur setiap 4
jam sekali betina mampu menghasilkan 10 generasi keturunan sebelum mereka
mati. Lama hidup Brachionus betina lebih lama dibandingkan dengan Brachionus
jantan. Brachionus betina hidup selama 12 - 19 hari, sedangkan yang jantan
berkisar 3 - 6 hari.
Terdapat dua tipe Brachionus betina, yaitu tipe amiktik dan miktik. Satu tipe
betina dapat menghasilkan sate tipe telur, yaitu telur amiktik atau miktik. Betina
amiktik ialah betina yang menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis.
Telur amiktik apabila tidak dibuahi menghasilkan telur yang ukurannya kecil. Apabila
telur dibuahi, menghasilkan telur yang ukurannya besar yang disebut telur dorman,
dengan kulit tebal dan akan berkembang menjadi betina yang bersifat amiktik.
Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik atau miktik. Sedangkan betina miktik
adalah betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis.
a. Alga
Tingginya kandungan asam lemak essensial Asam Eicosapentaenoic (EPA)
dan Asam Docosahexaaeonic (DHA) pada beberapa mikroalga menjadikan
mereka makanan hidup yang baik bagi rotifera. Pengayaan dengan HUFA
dilakukan dengan pemeliharaan bersama antara Brachionus bersama alga
(5.106 sel alga/ ml), sehingga terjadi kerjasama dalam menghasilkan asam
lemak essensial dalam waktu beberapa jam dan membuat keseimbangan
dengan MA / EPA pada tingkat di atas 2 untuk Brachionus-lsochrysis.
b. Formula Makanan
Brachionus tumbuh pada penggantian diet CS yang terdapat komposisi yang
baik 5,4 mg bahan kering EPA; 4,4 ing DHA; dan 15,6 mg (n-3) HUFA.
c.
Minyak Emulsi
Salah satu cara yang murah untuk pengayaan Brachionus adalah dengan
menggunakan minyak emulsi, karena minyak emulsi skala rumah tangga dapat
disiapkan dari lichitin telur dan minyak ikan. Emulsi komersial yang dijual
umumnva lebih stabil dan mengandung komposisi HUFA.
2.
Pengayaan Vitamin C
Kekurangan vitamin C pada larva ikan menyebabkan terjadinya kelainan
bentuk operculum. Kandungan vitamin C berpengaruh pada makanan Brachionus
yaitu pada tingkat asam askorbat (AA) antara budidaya dan pengayaan. Misalnya,
budidaya Brachionus pada media ragi roti yang mengandung 150 mg vit C/ g berat
kering dan media chlorella yang mengandung 2300 mg vit C/ g berat kering.
Penyuburan Brachionus dengan AA dapat diikuti dengan penggunaan AP
(Ascorbyl palmitat) sebagai sumber tambahan vitamin C. AP diubah olel Brachionus
menjadi AA aktif hingga mencapai 1700 mg/g berat kering setelah peyimpanan 24
jam pengayaan dengan menggunakan 5% emulsi AP Kandungan nutrisi Brachionus
ketika dijadikan makanan bagi larva tidak berubah.
3.
Pengayaan Protein
Protein hanya digunakan dalam diet pengayaan khususnya dirancang untuk
penyuburan protein Brachionus. Tingginya kandungan protein yang digunakan
dalam budidaya meningkat secara kontinyu dan berkembang selama periode
pengayaan. Umumnya digunakan untuk hal yang sama sebagai minyak emulsi dan
didistribusikan di tangki dengan konsentrasi 125 mg/ liter air Iaut dengan interval 2
kali yaitu antara 3 - 4 jam.
4.
Penyimpanan Brachionus
Pemanenan Brachionus yang tidak mengalami pengayaan seharusnya diberi
filter yang diletakkan di bawah permukaan air. Pemanenan pada pengayaan
Brachionus dilakukan dengan perhatian yang lebih ekstrim agar mereka tetap dalam
keadaan bersama dalam 1 rumpun. Khususnya ketika pemanenan binatang yang
dikayakan sebelum dicuci, aerasi dapat menghasilkan kelompok-kelompok.
Brachionus tidak dapat dimakan dengan segera karena membutuhkan
penyimpanan dalam suhu yang dingin (4C) agar dapat menjaga kualitas nutrisi
Universitas Gadjah Mada
normal
betina
dewasa)
yang
ideal
untuk
penyimpanan
dan transport, serta dapat digunakan sebagai inokulan pada budidaya massal.
Telur yang istirahat akan tenggelam dan dapat dipanen. Pada kasus sampah
yang banyak di dasar perairan, pergantian air diperlukan dengan air asin agar telur
istirahat dapat mengapung dan dapat dikumpulkan pada permukaan perairan.
Telur istirahat dalam keadaan kering dapat disimpan lebih dan 1 tahun ketika
ditempatkan pada air laut, pada suhu 25C dengan kondisi sinar yang rendah. Telur
yang istirahat ini dapat didisinfeksi dengan antibotik dengan dosis yang besar, sehingga
Brachionus yang dihasilkan bebas dari bakteri.
E) BUDIDAYA
1.
Salinitas
Meskipun Brachionus plicatill.s dapat bertahan pada jangkauan salinitas yang
leas yaitu dari 1 97 ppt, reproduksi optimal hanya dapat dilakukan di bawah
salinitas 35 ppt. Jika rotifera hendak dijadikan makanan bagi predator yang
hidup pada salinitas berbeda ( 5 ppt), rotifera dapat diadaptasikan pada
salinitas yang sangat berbeda yang mungkin akan menghambat aktifitas renang
rotifera atau dapat menyebabkan kematian.
b.
Temperatur
Suhu optimal bagi budidaya rotifera didasarkan pada morfotipe rotifera yaitu
tipe-L yang dapat beradaptasi pada suhu rendah dibanding tipe-S. Pada
umumnya peningkatan suhu hingga batas optimal akan meningkatkan aktititas
untuk reproduktif dan di bawah suhu optimal akan menyebabkan penurunan
Universitas Gadjah Mada
c.
15
20
25
1.3
,
1.0
0.6
3.0
1.9
1.3
7.0
5.3
4.0
15
10
17
23
23
20
d.
pH
Brachionus hidup pada pH 6,6, meskipun lingkungan alami mereka di bawah
kondisi budidaya memberikan hasil yang baik yakni di atas pH 7,5
e.
Amonia (NH3)
Rasio NH3 / NH4+ dipengaruhi oleh temperatur dan pH air. Tingginya tingkat
amonia yang tidak terionisasi bersifat racun bagi Brachionus, tetapi kondisi NH3
di bawah 1 mg / L aman bagi Brachionus.
f.
Kompetitor
Ciliata (Halotrica dan Hypotrica) seperti Uronenta sp. Dan Euplotes sp. tidak
diharapkan
dalam
budidaya
intensif
karena
mereka
menjadi
pesaing
Bakteri
Pseudomonas dan Acinetobacter merupakan bakteri menguntungkan yang
dapat dijadikan somber makanan tambahan penting bagi Brachionus. Beberapa
spesies Pseudomonas berperan dalam sintesis vitamin B12 yang merupakan
Universitas Gadjah Mada
3.
Teknik Budidaya
Produksi intensif Brachionus biasanya dilakukan di dalam ruangan yang
lebih terpercaya dibanding prosuksi intensif di luar ruangan. Pada dasarnya, strategi
produksi sama antara fasilitas indoor dan outdoor, tetapi kepadatan awal dan panen
yang tinggi memungkinkan penggunaan tangki produksi yang kecil ( umumnya 1 - 2
m3) dengan fasilitas intensif indoor.
a.
menggunakan
antibiotik
(misalnya
erythromycin
10
mg/L,
karbon aktif. Alga segar disupali setiap hari. Setelah penambahan alga 1
minggu, budidaya Brachionus pada 15 liter botol dapat digunakan untuk
inokulasi budidaya massal.
c.
protein
tinggi
serta
cocok
untuk
makanan
Brachionus.
d.
e.
kepadatan
Brachionus
dapat
dilakukan
dengan
penambahan konsentrat Chlorella air tawar, ragi roti, dan ragi yang
mengandung minyak ikan. ChloreIla air tawar digunakan sebagai suplemen
vitamin B12. Pada budidaya yang bersitat kontinyu, populasi Brachionus berlipat
ganda setiap hari. Dalam budidaya Brachionus ini dilakukan pergantian air
Universitas Gadjah Mada
10
Panen
Pemanenan skala kecil dilakukan dengan pipa yang disambungkan tangki
budidaya dengan kantong penyaring yang berukuran 50 - 70 m. Jika cara ini tidak
dilakukan, penyaring yang direndam dalam perairan akan membahayakan
Brachionus dan akan menyebabkan kematian.
11