Anda di halaman 1dari 11

3.

BUDIDAYA BRACHIONUS

A) PENDAHULUAN
Brachionus plicatilis pertama kali diidentifikasi sebagai Hama pada kolam
budidaya belut pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dan penelitian pertama di Jepang,
Rotifera dapat digunakan sebagai pakan hidup yang sesuai bagi larva ikan yang masih
muda. Dua puluh lima tahun setelah penggunaan rotifera pertama kali sebagai pakan
dalam pemeliharaan larva ikan, beberapa teknik budidaya untuk menghasilkan produksi
rotifera yang intensif diterapkan di selunih dunia.
Brachionus memiliki ukuran yang kecil dengan kecepatan renang yang lambat
menjadikan mereka mangsa yang cocok bagi larva ikan yang hanya menyerap
cadangan makanan tetapi belum mampu mencerna naupli Artemia. Rotifera memiliki
potensi yang sangat tinggi (kepadatan hingga 2000 ind/ml) karena tingkat reproduksinya
yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan keturunan yang besar dalam waktu yang
sangat singkat.

B) BIOLOGI
1.

Taksonomi
Brachionus tennasuk dalam kelompok Rotifera, dan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Phylum

Rotifer

Kelas

Monogona ta

Ordo

Ploima

Familia

Bra chionidae

Genus

: Bra chionus

Spesies :

2.

Bra chionus sp.

Morfologi
Bra chionus memiliki ukuran yang kecil yaitu 60 - 80 mikron, tetapi ada juga
yang sampai 300 mikron. Tubuh Brachionus terdiri dari sekitar 1000 sel yang
seharusnya tidak dianggap sebagai tanda-tanda tunggal, tetapi sebuah plasma
area. Pertumbuhan hewan ini diyakini sebagai peningkatan plasma dan bukan
pembelahan sel.
Epidermis mengandung lapisan padat yaitu protein keratin yang disebut
lorika. Bentuk lorika dan penampakan spina (tulang punggung), serta ornamen yang
ada membedakan antar spesies. Tubuh Brachionus dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu kepala, tubuh, dan kaki. Bagian kepala terdapat organ untuk berputar atau
Universitas Gadjah Mada

korona yang disebut cilia anular dan memiliki nama asli rotatoria. Bagian depan
korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai gerakan air untuk mengambil
partikel makanan kecil (terutama alga dan detritus). Bagian tubuh terdiri dan sistem
pencemaan, sistem pengeluaran, dan organ genitalia. Karakteristik organ
Brachionus adalah mastax (yang dilengkapi dengan bagian yang keras karena
kapur disekitar mulut), dimana sangat efektif untuk menggiling partikel yang susah
dicerna. Kaki berupa struktur yang dapat ditarik masuk dengan bentuk melingkar
tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4 jari.

3.

Habitat dan Sifat


Brachionus di alam hidup di perairan telaga, sungai, rawa, maupun danau.
Tetapi jumlah yang terbanyak di air pavan. Bra chionus terdapat melimpah pada
perairan yang kaya nannoplankton dan detritus.
Brachionus bersifat omnivor, jenis makanannya terdiri atas perifiton,
nannoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar
mulutnya. Makanan masuk ke dalam mulutnya dibantu oleh silia yang terletak di
sekitar mulut sebelah atas. Makanan dipecah oleh alat disebut trophy. Makanan
yang sudah dipecah masuk ke dalam lambung untuk dicerna.

4.

Siklus Hidup
Masa hidup Brachionus antara 3,4 - 4,4 hari pada 25C. Umumnya larva
menjadi dewasa setelah 0,5 - 1,5 hari dan betina mulai menetaskan telur setiap 4
jam sekali betina mampu menghasilkan 10 generasi keturunan sebelum mereka
mati. Lama hidup Brachionus betina lebih lama dibandingkan dengan Brachionus
jantan. Brachionus betina hidup selama 12 - 19 hari, sedangkan yang jantan
berkisar 3 - 6 hari.
Terdapat dua tipe Brachionus betina, yaitu tipe amiktik dan miktik. Satu tipe
betina dapat menghasilkan sate tipe telur, yaitu telur amiktik atau miktik. Betina
amiktik ialah betina yang menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis.
Telur amiktik apabila tidak dibuahi menghasilkan telur yang ukurannya kecil. Apabila
telur dibuahi, menghasilkan telur yang ukurannya besar yang disebut telur dorman,
dengan kulit tebal dan akan berkembang menjadi betina yang bersifat amiktik.
Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik atau miktik. Sedangkan betina miktik
adalah betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis.

Universitas Gadjah Mada

Berikut ini adalah gambaran reproduksi seksual dan parthenogenetikal


pada Brachionus :

Gambar 26. Reproduksi Brachionus secara seksual dan parthenogenesis

C) NILAI NUTRISI BRACHIONUS


1.

Pengayaan HUFA (n-3)

a. Alga
Tingginya kandungan asam lemak essensial Asam Eicosapentaenoic (EPA)
dan Asam Docosahexaaeonic (DHA) pada beberapa mikroalga menjadikan
mereka makanan hidup yang baik bagi rotifera. Pengayaan dengan HUFA
dilakukan dengan pemeliharaan bersama antara Brachionus bersama alga
(5.106 sel alga/ ml), sehingga terjadi kerjasama dalam menghasilkan asam
lemak essensial dalam waktu beberapa jam dan membuat keseimbangan
dengan MA / EPA pada tingkat di atas 2 untuk Brachionus-lsochrysis.

Universitas Gadjah Mada

b. Formula Makanan
Brachionus tumbuh pada penggantian diet CS yang terdapat komposisi yang
baik 5,4 mg bahan kering EPA; 4,4 ing DHA; dan 15,6 mg (n-3) HUFA.

c.

Minyak Emulsi
Salah satu cara yang murah untuk pengayaan Brachionus adalah dengan
menggunakan minyak emulsi, karena minyak emulsi skala rumah tangga dapat
disiapkan dari lichitin telur dan minyak ikan. Emulsi komersial yang dijual
umumnva lebih stabil dan mengandung komposisi HUFA.

2.

Pengayaan Vitamin C
Kekurangan vitamin C pada larva ikan menyebabkan terjadinya kelainan
bentuk operculum. Kandungan vitamin C berpengaruh pada makanan Brachionus
yaitu pada tingkat asam askorbat (AA) antara budidaya dan pengayaan. Misalnya,
budidaya Brachionus pada media ragi roti yang mengandung 150 mg vit C/ g berat
kering dan media chlorella yang mengandung 2300 mg vit C/ g berat kering.
Penyuburan Brachionus dengan AA dapat diikuti dengan penggunaan AP
(Ascorbyl palmitat) sebagai sumber tambahan vitamin C. AP diubah olel Brachionus
menjadi AA aktif hingga mencapai 1700 mg/g berat kering setelah peyimpanan 24
jam pengayaan dengan menggunakan 5% emulsi AP Kandungan nutrisi Brachionus
ketika dijadikan makanan bagi larva tidak berubah.

3.

Pengayaan Protein
Protein hanya digunakan dalam diet pengayaan khususnya dirancang untuk
penyuburan protein Brachionus. Tingginya kandungan protein yang digunakan
dalam budidaya meningkat secara kontinyu dan berkembang selama periode
pengayaan. Umumnya digunakan untuk hal yang sama sebagai minyak emulsi dan
didistribusikan di tangki dengan konsentrasi 125 mg/ liter air Iaut dengan interval 2
kali yaitu antara 3 - 4 jam.

4.

Penyimpanan Brachionus
Pemanenan Brachionus yang tidak mengalami pengayaan seharusnya diberi
filter yang diletakkan di bawah permukaan air. Pemanenan pada pengayaan
Brachionus dilakukan dengan perhatian yang lebih ekstrim agar mereka tetap dalam
keadaan bersama dalam 1 rumpun. Khususnya ketika pemanenan binatang yang
dikayakan sebelum dicuci, aerasi dapat menghasilkan kelompok-kelompok.
Brachionus tidak dapat dimakan dengan segera karena membutuhkan
penyimpanan dalam suhu yang dingin (4C) agar dapat menjaga kualitas nutrisi
Universitas Gadjah Mada

mereka. Selama masa kelaparan pada suhu 25 C, Brachionus dapat kehilangan


26 % berat tubuhnya sebagai basil dan metabolisme. Brachionus pada saat lapar
(didukung dengan minyak emulsi, diet mikropartikular atau mikroalga) sebelum
diberikan sebagai pakan pada larva ikan (prosedur pengayaan secara tidak
langsung) menurunkan kandungan asam lemak dengan sangat cepat. Pengayaan
dalam waktu yang lama (secara langsung) dapat meningkatkan kandungan asam
lemak Brachionus. Cadangan asam lemak ini lebih stabil dan dapat turun dengan
cepat selama lapar.

D) PRODUKSI DAN PENGGUNAAN KISTA BRACHIONUS


Produksi massal Brachionus sebagai makanan larva melalui reproduksi ainiktik
dapat menguntungkan ketika produksi telur istirahat digunakan sebagai bibit. Telur yang
istirahat ini sering disebut sebagai kista yang relatif besar (volume mencapai 60 % dari
ukuran

normal

betina

dewasa)

yang

ideal

untuk

penyimpanan

dan transport, serta dapat digunakan sebagai inokulan pada budidaya massal.
Telur yang istirahat akan tenggelam dan dapat dipanen. Pada kasus sampah
yang banyak di dasar perairan, pergantian air diperlukan dengan air asin agar telur
istirahat dapat mengapung dan dapat dikumpulkan pada permukaan perairan.
Telur istirahat dalam keadaan kering dapat disimpan lebih dan 1 tahun ketika
ditempatkan pada air laut, pada suhu 25C dengan kondisi sinar yang rendah. Telur
yang istirahat ini dapat didisinfeksi dengan antibotik dengan dosis yang besar, sehingga
Brachionus yang dihasilkan bebas dari bakteri.
E) BUDIDAYA
1.

Brachionus Air Asin / Laut


a.

Salinitas
Meskipun Brachionus plicatill.s dapat bertahan pada jangkauan salinitas yang
leas yaitu dari 1 97 ppt, reproduksi optimal hanya dapat dilakukan di bawah
salinitas 35 ppt. Jika rotifera hendak dijadikan makanan bagi predator yang
hidup pada salinitas berbeda ( 5 ppt), rotifera dapat diadaptasikan pada
salinitas yang sangat berbeda yang mungkin akan menghambat aktifitas renang
rotifera atau dapat menyebabkan kematian.

b.

Temperatur
Suhu optimal bagi budidaya rotifera didasarkan pada morfotipe rotifera yaitu
tipe-L yang dapat beradaptasi pada suhu rendah dibanding tipe-S. Pada
umumnya peningkatan suhu hingga batas optimal akan meningkatkan aktititas
untuk reproduktif dan di bawah suhu optimal akan menyebabkan penurunan
Universitas Gadjah Mada

populasi secara perlahan. Efek suhu terhadap dinamika populasi adalah


sebagai berikut :
Suhu (C).

c.

15

20

25

Perkembangan embrio (hari).

1.3

,
1.0

0.6

Betina bertelur pertama kali (hari).

3.0

1.9

1.3

Jarak/ selang waktu peneluran (jam).

7.0

5.3

4.0

Lama hidup (hari).

15

10

17

Jumlah telur selama betina hidup.

23

23

20

DO/ Oksigen Terlarut


Brachionus dapat bertahan hidup pada air yang mengandung sekurangkurangnya 2 mg/L oksigen terlarut. Oksigen terlarut pada budidaya tergantung
pada suhu, salinitas, kepadatan Brachionus, dan tipe makanan. Aerasi
sehanisnya tidak begitu kuat untuk menghindari kerusakan fisik populasi.

d.

pH
Brachionus hidup pada pH 6,6, meskipun lingkungan alami mereka di bawah
kondisi budidaya memberikan hasil yang baik yakni di atas pH 7,5

e.

Amonia (NH3)
Rasio NH3 / NH4+ dipengaruhi oleh temperatur dan pH air. Tingginya tingkat
amonia yang tidak terionisasi bersifat racun bagi Brachionus, tetapi kondisi NH3
di bawah 1 mg / L aman bagi Brachionus.

f.

Kompetitor
Ciliata (Halotrica dan Hypotrica) seperti Uronenta sp. Dan Euplotes sp. tidak
diharapkan

dalam

budidaya

intensif

karena

mereka

menjadi

pesaing

Brachionus dalam memperoleh makanan. Ciliata umumnya muncul pada


kondisi sub optimal dan berkembang untuk bersaing dengan Brachionus. Ciliata
menghasilkan sisa metabolisme yang akan meningkatkan NO2- di perairan dan
menyebabkan penurunan pH. Langkah pencegahan Ciliata sebelum memulai
usaha budidaya adalah dengan penambahan formalin dengan konsentrasi 20
mg / L, 24 jam sebelum inokulasi Brachionus. Penyaringan dan pembersihan
Brachionus menggunakan penyaring plankton (< 50 m) dapat menurunkan
jumlah Ciliata.
g.

Bakteri
Pseudomonas dan Acinetobacter merupakan bakteri menguntungkan yang
dapat dijadikan somber makanan tambahan penting bagi Brachionus. Beberapa
spesies Pseudomonas berperan dalam sintesis vitamin B12 yang merupakan
Universitas Gadjah Mada

faktor pembatas dalam budidaya Brachionus. Meskipun beberapa bakteri tidak


bersifat patogen bagi rotifera, seharusnya dapat dihindarkan sejak awal
akumulasi karena transfer melalui rantai makanan dapat mengganggu predator
(larva ikan).
2.

Brachionus Air Tawar


Brachionus calcyllorus dan Brachionus rubens merupakan rotifera yang
biasa dibudidayakan di perairan tawar. Mereka memiliki toleransi terhadap
temperatur antara 15 31 C. Di lingkungan alami mereka, mereka tumbuh subur
di perairan dengan berbagai macam komposisi ion. Brachionus calcyllorus dapat
dibudidayakan di medium sintetis yang mengandung 96 mg NaHCO3, 60 mg
CaSO4. 2H2O, 60 mg MgSO4 dan 4 mg KCI pada air yang sudah diionisasi. pH
optimal 6 - 8 pada 25 C, kadar oksigen terlarut minimum 1,2 mg/ L. Tingkat amonia
bebas 3 - 5 mg/ L dapat menghambat reproduksi.
Brachionus calcyllorus dan Brachionus rubens berhasil digabung dengan
mikroalga Scenedesmus coctalo-granulatus, Kirchneriella contorta, Phacus pyrum,
dan Chlorella sp., pada ragi atau makanan diet buatan "Culture Selco" (CS) dan
Roti-Rich.

3.

Teknik Budidaya
Produksi intensif Brachionus biasanya dilakukan di dalam ruangan yang
lebih terpercaya dibanding prosuksi intensif di luar ruangan. Pada dasarnya, strategi
produksi sama antara fasilitas indoor dan outdoor, tetapi kepadatan awal dan panen
yang tinggi memungkinkan penggunaan tangki produksi yang kecil ( umumnya 1 - 2
m3) dengan fasilitas intensif indoor.
a.

Ketersediaan / stok budidaya Brachionus


Volume budidaya Brachionus yang besar pada alga, ragi roti atau
makanan buatan selalu memiliki resiko yang berupa kematian mendadak pada
populasi Brachionus. Kegagalan teknis atau manusia dan juga kontaminasi oleh
patogen atau persaingan dalam memperoleh makanan merupakan sebab
utama rendahnya reproduksi yang dapat dihasilkan pada populasi yang
kompleks. Budidaya Brachionus yang hanya mengandalkan sistem budidaya
re-inokulasi sangat beresiko. Untuk meminimalkan resiko ini, budidaya dalam
jumlah kecil dilakukan dalam botol tertutup pada ruang terisolasi untuk
menghindari kontaminasi oleh bakteri dan atau Ciliata.
Bibit awal pemeliharaan dapat diperoleh dari alam bebas atau dari
hatchery ikan/ udang. Sebelum digunakan dalam siklus produksi, inokulum
Universitas Gadjah Mada

pertama kali harus didisinfeksi / mematikan kuman. Disinfeksi yang ganas


dengan mematikan Brachionus yang bebas berenang, tetapi bukan telurnya
dengan

menggunakan

antibiotik

(misalnya

erythromycin

10

mg/L,

Chloramphenicol 10 mg/L, Sodium oxolinate 10 mg/L, pennicilin 100 mg/L,


Streptomycin 20 mg/L) atau dengan desinfektan. Telur kemudian dipisahkan
dari tubuh yang sudah mati dengan disaring dengan saringan ukuran 50 m
dan diinkubasi untuk ditetaskan dan menghasilkan keturunan yang digunakan
untuk budidaya stok.
Budidaya stok Brachionus dalam ruangan ( 28 C 1 C) dengan
menggunakan botol kecil (pipa sentrifugal berbentuk kerucut) yang sebelumnya
diatur dengan lubang pergantian udara. Setiap pergantian air dicampur dengan
udara tertutup ( 8 ml) memberikan oksigen yang cukup untuk Brachionus.
Lampu pijar 3000 lux ditempatkan pada jarak 20 cm dari pipa. Untuk budidaya
air laut ditambahkan air laut hingga salinitas 25 ppt. Pada hari berikutnya,
kelebihan NaOCl dinetralisir dengan menggunakan Na2S2O3.
Inokulasi pertama dilakukan dengan kepadatan awal 2 rotifera/ml.
Makanan terdiri dari Chlorella laut. Konsentrasi alga sekitar 1 2. 108 set/ml.
Alga segar dengan konsentrasi 4 ml ditambahkan setiap hari. Setelah 1 minggu
kepadatan Brachionus seharusnya meningkat dari 2 hingga 200 ind / ml.
Peningkatan Brachionus merupakan bagian kecil dalam menentukan stok dan
jumlah Brachionus yang dapat digunakan untuk peningkatan skala.
b.

Peningkatan skala budidaya stok


Peningkatan skala Brachionus dalam sistem yang tetap menggunakan
erlenmeyer 500 ml yang ditempatkan pada 2 cm dari lampu pijar 5000 lux.
Suhu erlenmeyer diatur tidak lebih dari 30C. Stok Brachionus dengar
kepadatan 50 ind/ml membutuhkan 400 ml alga segar (Chlorella 1,6.106 sel dan
ditambah 50 ml setiap hari untuk menambah suplai makanan Selama 3 hari
konsentrasi Brachionus dapat meningkat hingga 200 ind / ml Dalam waktu yang
singkat ini, aerasi tidak diperlukan.
Pertama kali Brachionus meningkat dengan kepadatan 200 - 300 ind
ml dan disaring dengan menggunakan 2 kasa saring. Ukuran lubang bagian
atas (200 m) menahan partikel sampah yang besar, sedangkan bagian bawah
(50 m) mengumpulkan Brachionus. Penyaringan tidak membuat air untuk
Brachionus tersumbat dan berkurang dengan batas kurang dari 1 %
Konsentrasi Brachionus kemudian didistribusikan ke beberapa botol berukuran
15 liter yang dipenuhi dengan air 2 l dengan kepadatan 50 ind / ml. Untuk
menghindari kontaminasi Ciliata, udara disaring dengan menggunakan filter
Universitas Gadjah Mada

karbon aktif. Alga segar disupali setiap hari. Setelah penambahan alga 1
minggu, budidaya Brachionus pada 15 liter botol dapat digunakan untuk
inokulasi budidaya massal.
c.

Produksi massal menggunakan alga dan ragi


Mikroalga merupakan makanan rendah lemak yang baik untuk
Brachionus dan dapat memberikan hasil panen yang tinggi bila alga tersedia
dalam jumlah yang cukup disertai dengan pengelolaan yang tepat. Budidaya
Brachionus secara massal dengan menggunakan alga sebagai makanan dapat
dilakukan pada tangki besar berukuran lebih dari 50 m3 atau dengan tangki
ukuran 200 - 2000 liter dengan populasi awal Brachionus 50 - 150 ind/ ml.
Ragi roti merupakan partikel yang berukuran kecil (5 - 7 m) dan
mengandung

protein

tinggi

serta

cocok

untuk

makanan

Brachionus.

Penambahan komponen-komponen penting pada makanan Brachionus atau


pada media budidaya Brachionus diusahakan tetap dengan menggunakan
partikel mikro dan formula pengemulsi. Ragi roti yang biasa digunakan adalah
ragi roti segar, ragi roti instan, ragi laut (candida) atau ragi Rhodotorula.
Produksi massal Brachionus dengan menggunakan alga dan ragi roti
dilakukan dengan 2 model budidaya, yaitu :
-

Sistem budidaya "Batch" (sejumlah)


Tangki kapasitas 1200 liter diisi setengah penuh dengan kepadatan alga
13 -14.106 sel / ml. Kemudian dinokulasikan Brachionus dengan kepadatan
100 ind/ ml. Salinitas dibuat 23 ppt dan suhu 30 C. Ragi roti yang aktif
pada hari pertama diberikan 2 kali sehari dengan kuantitas Brachionus
0,25 g/10-6. Hari berikutnya tangki dipenuhi dengan alga dengan kepadatan
yang sama dan ragi roti 0,375 g/ 106 Brachionus ditambahkan tiap 2 kali
sehari. Pada hari berikutnya Brachionus bisa dipanen dan tangki baru
diinokulasi.

Sistem budidaya semi-kontinyu


Pada teknik budidaya ini Brachionus dipelihara pada tangki berkapasitas
1200 liter selama 5 hari. Selama 1-2 hari pertama volume air untuk
budidaya dilipatgandakan dengan kepadatan Brachionus separuh. Hari
berikutnya, separuh dari volume tangki dipanen dan dipenuhi kembali untuk
menurunkan kepadatan hingga separuhnya. 5 hari tangki dipanen dan
prosedur awal dilakukan kembali.

Universitas Gadjah Mada

d.

Produksi massal menggunakan formula makanan rendah lemak


Penggunaan formula diet sebagain makanan Brachionus berperan
sebagai tambahan bagi kehidupan mikroalga dan dalam waktu yang sama
dapat digabung dengan EFA dan vitamin. Karakteristik fisik makanan yang
optimal bagi Brachionus yaitu : partikel berukuran 7 m. berupa suspensi. tetap
di kolam air dan dengan aerasi yang kuat tidak lumer. Diet dibutuhkan sebagai
tambahan makanan di perairan sebelumnya, dimana di satu sisi sebagai
makanan dan di sisi lain digunakan untuk aerasi dan penyerap dingin.
Produksi massal dilakukan dengan tangki berkapasitas 100 liter
dengan dinding, gelap halus (polyethylene) dan dijaga dalam keadaan yana
teduh. Media budidaya terdiri dari air laut 25 ppt (untuk Brachionus air laut)
pada suhu 25C. Penggantian air tidak dilakukan selama 4 hari pemeliharaan.
Pengeluaran udara dipasang beberapa cm di atas dasar tangki berbentuk
kerucut untuk memudahkan sedimentasi dan untuk menyingkirkan partikel
sampah. Kepadatan awal Brachionus 200 ind / ml dan distribusi makanan
dalam jumlah yang sedikit dengan interval waktu pemberian setiap jam.
Suspensi makanan dijaga dalam refrigerator pada suhu 4 C selama 30 jam.
Penerapan standar strategi budidaya ini menggandakan populasi yang
dihasilkan setiap 2 hari, pencapaian kepadatan panen sekitar 600 ind/ ml
setelah 4 hari yang mana lebih baik dibandingkan dengan teknik tradisional
dengan menggunakan alga dan ragi roti.

e.

Peningkatan kepadatan Brachionus


Peningkatan kepadatan Brachionus dapat menimbulkan resiko stres
dan dapat menurunkan rata-rata pertumbuhan reproduksi seksual, tetapi
apabila telur terus dikontrol akan memberikan basil yang baik. Peningkatan
Brachionus pada kepadatan tinggi memiliki pengaruh langsung terhadap rasio
telur. Penurunan rata-rata dan 30 % pada kepadatan 150 Brachionus / ml
menjadi 10 % pada kepadatan 2000 Brachionus / ml dan kurang dan 5 %
dengan kepadatan 5000 Brachionus / ml. Pemeliharaan budidaya dengan rasio
telur yang rendah ini lebih beresiko dan sistem ini seharusnya hanya digunakan
pada kondisi yang terkontrol.
Pengelolaan

kepadatan

Brachionus

dapat

dilakukan

dengan

penambahan konsentrat Chlorella air tawar, ragi roti, dan ragi yang
mengandung minyak ikan. ChloreIla air tawar digunakan sebagai suplemen
vitamin B12. Pada budidaya yang bersitat kontinyu, populasi Brachionus berlipat
ganda setiap hari. Dalam budidaya Brachionus ini dilakukan pergantian air
Universitas Gadjah Mada

10

setiap hari. Penggunaan sistem ini rata-rata kepadatannya sekitar 1000


Brachionus./ ml dengan puncak inaksimum 3000 ind/ ml.
4.

Panen
Pemanenan skala kecil dilakukan dengan pipa yang disambungkan tangki
budidaya dengan kantong penyaring yang berukuran 50 - 70 m. Jika cara ini tidak
dilakukan, penyaring yang direndam dalam perairan akan membahayakan
Brachionus dan akan menyebabkan kematian.

Universitas Gadjah Mada

11

Anda mungkin juga menyukai