aktivitas dari sistem imunitas tubuh. Sering dilakukan sebagai usaha meningkatkan status
klinis pasien yang kritis dan pasien pembedahan (parenteral/enteral).
Mekanisme keterhubungan antara bagaimana imun dan nutrisi saling berkaitan dapat dilihat
seperti saat terjadi proses inflamasi, infeksi dan atau pembedahan, akan muncul respon tubuh
berupa pelepasan sitokin pro-inflamasi seperti TNFa, IL-1 dan IL-6 yang kemudian akan
diikuti dengan adanya respon fase akut berupa hipermetabolisme, pemecahan protein dan
gangguan pada mikronutrien dan vitamin. Kondisi hipermetabolisme tersebut akan
menyebabkan berbagai efek mulai dari demam hingga septik syok. Kondisi ini akan
diperburuk bilamana dukungan nutrisi yang diberikan tidak adekuat, sehingga akan
memperparah kehilangan mikronutrien, perubahan endokrin, peningkatan katabolisme,
peningkatan glukoneogenesis, serta kehilangan jaringan dan lemak tubuh yang berakhir
dengan penurunan berat badan. Kondisi ini bila dibiarkan berkepanjangan dan tidak
mendapat tertatalaksana yang baik, akan mengarah pada kondisi malnutrisi. Pada malnutrisi,
fungsi imun akan semakin turun, ditandai atrofi nodus limfatikus, supresi imunitas selular dan
humoral, defek barier fisik dan kimia.
Kondisi seperti dijelaskan diatas inilah yang harus dihindari karena fungsi nutrisi sendiri bagi
tubuh itu meliputi semua aspek pertahanan tubuh, baik itu di luar sebagai pencegahan dan
membangun blok pertahanan tubuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh maupun di dalam
sebagai sebagai pembentuk dan penguat dari sistem imun tubuh sehingga bisa dikatakan
fungsi nutrisi ini sendiri meliputi berbagai aspek baik itu pemenuhan dari sistem imun,
peremajaan sistem imun, pengembaliaan ke keadaan semula, dan kelahiran/kemunculan
kembali dari sistem imun itu sendiri.
Nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk membentuk sistem imunitas yang baik itu meliputi:
a. Vitamin A
Vitamin A diperlukan dalam maturasi, diferensiasi, dan proliferasi sel-T. Defisiensi
vitamin A akan mengganggu barier mukosa dan fungsi dari neutrofil, makrofag dan
sel NK, pergeseran dominasi sitokin Th-2 ke arah Th-1 sehingga mudah mengalami
infeksi. Anakanak dengan defisiensi vitamin A menunjukkan adanya metaplasia
epitel, penurunan produksi mukus akibat berkurangnya sel goblet. Perubahan ini akan
meningkatkan perlekatan bakteri, sehingga terbentuk kolonisasi bakteri dan akhirnya
invasi
mikroba
patogen.15
Pemberian
vitamin
terbukti
meningkatkan
imunoglobulin serum IgA dan IgG serta menurunkan sitokin inflamasi. Pemberian
vitamin A 100.000-200.000 IU dosis tunggal terbukti memperbaiki fungsi fagositosis
serta perbaikan fungsi sitotoksik makrofag. Sumber makanan yang mengandung
vitamin A antara lain brokoli, wortel, kentang dan bayam.
b. Vitamin B
Vitamin B terdiri dari beberapa bentuk (B1: thiamin, B2: riboflavin, B3: niasin, B5:
asam pantotenat, B6: piridoksin, B12 dan hingga asam folat) yang paling bermanfaat
dalam sistem imun adalah vitamin B12, vitamin B6, asam folat dan vitamin B3.
Berikut adalah fungsi tiap jenis vitamin B dan makanan yang didalamnya terkandung
berbagai jenis vitamin B:
Jenis Vitamin B
B1 (Thiamin)
Fungsi
Sumber Makanan
Meningkatkan aktifitas dan produksi sel T Beras dan gandum
dan
sel
menyebabkan
tubuh.
Defisiensi
akan
sistem
imun
gangguan
timus.
Mempertahankan mukosa tubuh sehingga Kacang polong hitam dan
menurunkan
terjadinya
infeksi
dan brokoli
B5 (Asam
(outer barrier)
dan kacang pinus
Memudahkan pelepasan antibodi dari sel Kacang polong, kacang
Pantotent)
plasma.
Defisiensi
akan
berperan
kontribusi
dalam
dalam
proliferasi
limfosit,
B12
jumlah
netrofil
(sel
yang
T,
serta
penciutan
organ
timolimfatiko/thymicolymphatic
(basisbagi sebagian besar sistem imun)
dan metabolisme DNA dan RNA.
c. Vitamin C
Merupakan regulator aktivasi sel imun untuk mempertahankan kelangsungan hidup
sel-sel imun. Vitamin C berfungsi dalam sintesis nitrit oksida yang dihasilkan
makrofag, regulasi fagositosis dengan menurunkan produksi radikal bebas dan
peningkatan aktivitas sel NK. Selain itu vitamin C memperbaiki mobilitas sel darah
putih, menstimulasi sel T dan B serta makrofag, dan berperan sebagai antioksidan dan
scavenger untuk radikal bebas. Sumber makanan yang mengandung vitamin C antara
lain markisa, jeruk, tomat dan brokoli.
d. Vitamin D
Vitamin D dikenal sebagai regulator homeostasis kalsium. Fungsi lain yang belum
banyak diketahui adalah peranannya di dalam respon imun. Aktivitas vitamin D
melalui reseptornya akan meningkatkan ekspresi gen yang bertugas mengkode
reseptor-reseptor yang dapat mengenali struktur mikroba pada permukaan keratinosit
yaitu CD-14, TLR-2 dan mempengaruhi maturasi sel T menjadi Th-2. Defisiensi akan
menurunkan fungsi pemakan sel (fagositik) sel darah putih, tetapi dalam jumlah
besar akan mensupresi sistem imun. Sumber makanan yang mengandung vitamin D
antara lain fish liver oil, susu skim dan ikan sarden. Selain itu Sinar Matahari (pagi)
juga mengandung vtamin D.
e. Vitamin E
Vitamin E (tocotrienol atau -tocopherol) merupakan antioksidan kuat yang dapat
membantu respon imun diperantai monosit/makrofag dan IL-2. Vitamin E dan
antioksidan lain meningkatkan sel CD4 selain itu bersama enzim SOD (superoxide
dismutase) dan gluthatione peroxide, vit A, B1, B5, C, selenium dapat mengendalikan
radikal bebas didalam tubuh. Vitamin E menghambat sintesis prostaglandin yang
diproduksi di sel setelah oksidasi membran, mencegah peroksidasi asam lemak dan
imuno regulator metabolisme asam arahidonat melalui sintesis prostaglandin dan
leukotrien. Vitamin E juga mempengaruhi sel T, sel B dan monosit serta mengatur
respon elemen siklik AMP yang berikatan dengan protein. Defisiensi menyebabkan
penurunan ukuran dan berat organ limfatik, menurunkan antibodi, sel T dan sel B, dan
kemampuan fagositik sel darah putih. Melawan efek imunosupresif dari kortikosteroid
(hormon berhubungan dengan depresi). Sayuran hijau merupakan makanan yang
banyak mengandung vitamin E ini.
f.