Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan
kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya
penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan
kepada para bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan
pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan
dari individu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Untuk mengimbangi dan
menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masingmasing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri.
Organisasi sekurang-kurangnya memiliki satu persamaan. Mereka akan memperkerjakan
karyawan yang kompeten dan bermotivasi. Kebutuhan ini semakin kuat ketika organisasi bergulat
dengan tantangan-tantangan globalisasi yang sangat dinamis. Agar mampu bersaing dan berkembang
dengan pesat, banyak organisasi memasukkan pendidikan karyawan, pelatihan, dan pengembangan
sebagai strategi utama organisasi dan komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif
maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai
aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan individu individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan
individu itu untuk tetap hidup.

B. Batasan Masalah

Pengertian Koordinasi

Tipe-tipe koordinasi

Faktor Faktor yang mempengaruhi koordinasi

Sifat sifat Koordinasi

Tujuan Koordinasi

Hubungan Koordinasi Terhadap Prestasi kerja

Pengetian Komunikasi

Unsur-unsur Komunikasi

Tipe Komunikasi

Fungsi Komunikasi

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan memjawab beberapa pertanyan yang harus
dimengerti karna proses pembelajaran ini kita dituntut dengan tegas di sebabkan adanya
penyangkutan dan hubungan materi ini dalam ilmu kedokteran gigi. Supaya kita lebih
mantap dengan materi yang di ajar kan oleh dosen pembimbing.
D. Mamfaat Penulisan
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang apa itu pengertian
koordinasi, tipe-tipe koordinasi, faktor faktor yang mempengaruhi koordinasi , sifat sifat
koordinasi, tujuan koordinasi, hubungan koordinasi terhadap prestasi kerja , pengetian
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tipe komunikasi dan, fungsi komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Koordinasi
2.1.1 Pengertian Koordinasi
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan
kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya
penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan
kepada para bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan
pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan
dari individu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai.
Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa : Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan,
mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan
para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-bidang fungsional) pada suatu
organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Handoko 2003 : 195).
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006 : 85) berpendapat bahwa koordinasi adalah
suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.
Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and Practice of Management yang
dikutip Handayaningrat (2002) Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
3

memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar
kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.
Sedangkan menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of Management yang dikutip
Handayaningrat (2002) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Menurut tinjauan
manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :
1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif
2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut
3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut
Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki syarat-syarat
yakni :
1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian.
2. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling
berlomba
3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat.
Selanjutnya koordinasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka
mencapai sasaran.
4

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.


Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa koordinasi adalah tindakan seorang
pimpinan untuk mengusahakan terjadinya keselarasan, antara tugas dan pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang atau bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan koordinasi ini
diartikan sebagai suatu usaha ke arah keselarasan kerja antara anggota organisasi sehingga tidak
terjadi kesimpang siuran, tumpang tindih. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dan
aktivitas di dalam suatu perusahaan atau organisasi agar mempunyai keselarasan di dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan, pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer
mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki organisasi tersebut.
Kekuatan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk menyusun berbagai
sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan.

2.1.2 Tipe-tipe koordinasi


Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar
pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa tipe koordinasi
di bagi menjadi dua bagian besaryaitu koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal. Kedua tipe
ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini:
a. Koordinasi vertikal (Vertical Coordination} adalah kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan
5

kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan
mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung.
Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan
sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
b. Koordinasi horizontal (Horizontal Coordinatiori) adalah mengkoordinasikan tindakantindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal
ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi
dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun
ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. Sedangkan Interrelated adalah koordinasi
antar badan (instansi) beserta unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu
dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern
yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator
tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya
setingkat.

2.1.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi koordinasi

Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi


sebagai berikut:
a. Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan
organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi
lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu
konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari pada usaha, berarti
bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu
sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah
merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan
mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan
waktu yang telah dirncanakan.

b. Komunikasi
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi, sejumlah unit
dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar
ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak
kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Perkataan komunikasi berasal
dari perkataan communicare, yaitu yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi
ataupun memberitahukan Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan
komunikasi partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas kepada
karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan hubungan antara
komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan
komunikasi.
Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu
mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai

dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk
pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan
pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Sehingga dari uraian tersebut terlihat fungsi komunikasi sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan.
2. Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai lingkungan
3. Kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma sosial dari generasi yang satu
ke generasi yang lain.
Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melaluiinformasi atau pendapat atau pesan
atau idea yang disampaikannya kepada orang tersebut.
c. Pembagian Kerja
Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan bersama
dimana individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja
bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada dilakukan
perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah prinsip pembagian kerja (Division
of labor). Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi diharapkan untuk
dapat berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan pembagian
kerja. Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan tujuan
suatu organisasi. Pembagian kerja adalah perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu
dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.

Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas secara dramatis,


karena tidak seorangpun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas
tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan
bagianbagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan yang
dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli
pada fungsi pekerjaan tertentu.
d.

Disiplin
Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi,

agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi hdala usa
penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda agar kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai
pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara
maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu diperlukan disiplin.
Rivai (2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan
para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang
mentaati semua peraturan organisasi dan normanorma sosial yang berlaku. Jadi jelasnya bahwa
disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah laku, apakah itu perorangan atau kelompok
yang untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi.
Dalam suatu organisasi penerapan peraturan kepada seseorang atau anggota organisasi
dikelola oleh pimpinan. Pimpinan diharapkan mampu menerapkan konsep disiplin positif yakni
penerapan peraturan melalui kesadaran bawahannya. Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu
menerapkan konsep disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin mampu

menerapkannya pada orang lain termasuk kepada bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu
sangat penting artinya dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.
2.1.4 Sifat sifat Koordinasi
Hasibuan (2006:87), bependapat bahwa sifat-sifat koordinasi adalah :
a. Koordinasi bersifat dinamis bukan statis.
b. Koordinasi menekankan Pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator dalam rangka
mencapai sasaran.
c. Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas Koordinasi adalah asas skala (scalar principle= hierarki) artinya koordinasi
dilakuakan menurut jenjang jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan
jenjang jenjang yang berbeda satu sama lain. Asas hierarki ini merupakan setiap atasan
(koordinator) harus mengkoordinasi bawahan secara langsung. Scalar principle merupakan
kekuasaan mengkoordinasi yang harus bekerja melalui suatu proses formal.
2.1.5 Tujuan Koordinasi
Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara efektif maka ada beberapa manfaat
yang didapatkan. Handoko (2003:197) berpendapat bahwa Adapun manfaat koordinasi antara
lain:
a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan terlepas satu sama lain, antara satuansatuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi.
b. Menghindari suatu pendapat atau perasaan bahwa satuan organisasi atau pejabat
merupakan yang paling penting.
c. Menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan antara bagian dalam organisasi.
10

d. Menghindari terjadinya kekosongan pekerjaan terhadap suatu aktifitas dalam organisasi.


e. Menimbulkan kesadaran diantara para pegawai untuk saling membantu.

Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa koordinasi penting dalam suatu organisasi, yakni:
a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan kekembaran atau kekosongan
pekerjaan.
b. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan
perusahaan.
c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
d. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu pegawai harus
membantu tercapainya tujuan organisasi.
e. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang
diinginkan.
Jadi koordinasi sangat penting dalam mengarahkan para bawahan untuk mencapai tujuan
yang sesuai dengan apa yang direncanakan perusahaan.

2.1.6 Hubungan Koordinasi Terhadap Prestasi kerja


Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah
diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam hal pencapaian prestasi kerja
karyawan. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departementasi dan pembagian
kerja, akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. Untuk
mencapai prestasi kerja karyawan yang optimal diperlukan adanya integrasi antara kesatuan

11

kerja, komunikasi, disiplin, dan pembagian kerja. Dimana jika keseluruhan faktor tersebut sudah
terarah maka karyawan dapat mencapai prestasi yang diharapkan perusahaan.

2.2 Komunikasi
2.2.1 Pengetian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif
maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai
aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan individu individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan
individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).
Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat
dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita
selalu memperbincangannya dan melakukannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin
communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling
sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut
secara sama (Mulyana, 2005 : 4).
Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5).

12

Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah dipahami, tetapi dalam
pelaksanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat komunikasi memiliki
referensi yang berbeda, atau di dalam komunikasi berjalan satu arah misalnya dalam media
massa, tentunya untuk membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan (Wahyudi,
1986: 29).
Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah
penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol
kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy
(1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia.
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya
melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan
dengan media-media tertentu.
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in
Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel To
Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
- Komunikator ( communicator, source, sender )
- Pesan ( message )
- Media ( channel, media )

13

- Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient )


- Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian


pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi


Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi
antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain
dengan tujuan tertentu.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang
mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi,
cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan
lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.
Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dbukunya rhetorica menyebutkan bahwa proses
komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang
dibicarakan dan siapa yang mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar
komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk
pidato atau retorika. Hal ini bisa dimegerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi
bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) (Cangara, 2005:21), dua orang insinyur
listrik mengatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur pendukungnya,

14

yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil
studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.
Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari pemikian proses komunikasi
elektronika, tetapi para sarjana yang muncul di belakangnya mencoba menerapkannya dalam
proses komunikasi antarmanusia.
Awal tahun 1960-an David k. Berlo membuat formula komunikasi yang leih sederhana.
Formula itu dikenal dengan nama SMCR, yakni Source (pengirim), Message (pesan), Channel
(saluran media), dan Receiver (penerima).
Tercatat juga Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. de Fleur menambahkan lagi
unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang
sempurna. Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi
antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan
Erika Vora yang minilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
mendukung terjadinya proses komunikasi.
Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, maka
kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat sebagai berikut:

15

a.

Sumbe
r
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim

informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapip bisa juga
dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lmbaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikastor atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encode.
b.

Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan

pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau
information.
c.

Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang
menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.Dalam komunikasi massa, media
adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi

16

massa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yakni media cetak dan media elektronik. Media
cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster,
spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video
recording, komputer, electronic board, audio cassette dan sebagainya.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima
bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa
disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada
sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau saluran.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan
atau penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
f. Umpan balik

17

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari
unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah
konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-al seperti ini
menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan
sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau
tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi seringkali sulit dilakukan
karenafaktor jarak yang terlalu jauh, dimana tidak tesedia fasilitas komunikasi sperti telepon,
kanto pos atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa
menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat,
dan status sosial.
Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi.
Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan oang lain, menyajikan materi yang
sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi internal ( Vora, 1979
dalam Cangara, 2005: 27).
Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yag tepat untuk melakukan kegiatan
komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim.

18

Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi, setiap unsur
memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh
unsur ini saling bergantung satu sama lainya. Artinya, tanpa kekut sertaan satu unsur akan
member pengaruh pada jalannya komunikasi. (Cangara, 2005:21-27)

2.2.3. Tipe Komunikasi


Seperti halnya defenisi komunikasi, maka klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di
kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut
pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.
Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar, karena msaing-masing
pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Kelompok sarjana komunikasi Amerika yang
menulis buku Human Communication membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni
Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication), Komunikasi Kelompok Kecil (Small
Group Communication), Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi
Massa (Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Joseph A. de Vito seorang pakar komunikasi di City University of new York dalam
bukunya Comminicology (1982) (dalam Cangara, 2005:29) membagi komunikasi atas empat
macam, yakni Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan
Komunikasi Massa. Memperhatikan pandangan para pakar di atas, maka tipe komunikasi yang
diperolehterdiri atas empat macam tipe yakni, komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi
antarpribadi, komunikasi public dan komunikasi massa.

19

2.2.4. Fungsi Komunikasi


Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu.
Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentumemiliki fungsi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memahami fungsi
komunikasi kita perlu memahami lebih dulu tipe komunikasinya. Komunikasi dengan diri
sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan
diri, serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Melalui
komunikasi dengan
diri sendiri, orang akan dapat berpiir dan mengendalikan diri bahwa apa yang diinginkan
mungkin saja tidak menyenangkan orang lain.jadi komunikasi dengan diri sendiri dapat
meningkatkan kematangan berpikir sebelum menarik keputusan. Ini merupakan proses internal
yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu masalah.
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insane
(human

relations),

menghindari

dan

mengatasi

konflik-konflik

pribadi,

mengurangi

ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan
dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat.
Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas),
mempengaruhi orang lain, member informasi, mendidik dan menghibur.
Komunkasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan,
merangsang pertumbuhan ekoomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi
dengan perkembangan teknologi komuniaksi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran

20

dan media pandang dengar (audiovisual), menyebabkan fungsi media massa elah mengalami
banyak perubahan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan
unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan
vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik
yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai
berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Organisasi sekurang-kurangnya memiliki satu
persamaan. Mereka akan memperkerjakan karyawan yang kompeten dan bermotivasi.
Kebutuhan ini semakin kuat ketika organisasi bergulat dengan tantangan-tantangan globalisasi
yang sangat dinamis. Walaupun dari segimanapun koordinasi dan komunikasi sangat di butuhkan
dalam bidang kesehatan agar tercapai suatu organisai yang mencapai nilai kesehatan masyarakat.
3.2 Saran
Makalah yang kami tulis ini adalah jauh dari kesempurnaan, karna kesempurnaan itu
hanyalah milik sang pencipta Allah SWT. Perbaikan menuju yang lebih baik itu perlu, agar
21

disetiap mata ajar yang akan kita proses, dapat di terima ditengah-tengah kita. Jadi kami
harapkan kepada penulis berikutnya yang ingin melanjutkan makalah ini, sudi kira penambahan
nya, agar hal yang baik itu akan kita terima dalam pembahasan kali ini. Dan dalam penulisan
makalah, haruslah kita mengurutkan suatu skema dalam makalah secara authentic, agar pembaca
dapat relex dalam membaca. Ini karena hal layak kini susah membawakan diri nya gemar
membaca, maka dari itu kita ajak mereka membaca dengan hasil penulisan makalah yang
maksimal. Supaya hasil kita maksimal kerjakan dengan sungguh-sungguh dan secara benar.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi Revisi, Bumi
Aksara:Jakarta.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Edisi Kedua , BPFE:Yogyakarta.
Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi Mohd Basri, 2005. Performance Appraisal. Cetakan Pertama,
PT Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Rivai, Veithzal, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke
Praktek, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai